Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.A.Latar Belakang

Nyeri merupakan salah satu penyakit yang sering dikeluhkan oleh

kebanyakan masyarakat di Indonesia. Rasa nyeri merupakan suatu gejala

yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan dijaringan,

nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi

bila kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat

terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau

ditikam. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau

fisik (panas dan listrik) yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.

Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut

mediator nyeri antara lain histamine, bradikinin, leukotrien dan

prostaglandin. (17)
Obat yang digunakan dalam pengobatan nyeri ada dua yaitu obat

sintetis dan obat alami seperti herbal. Obat sintetis adalah obat yang tidak

lagi dibuat secara biosintetis/alami, melainkan seluruhnya melalui sintesa

kimiawi. Contohnya Paracetamol, antalgin, asam mefenamat, ibuprofen,

metamizol, asam salisilat, asetosal dll. Sedangkan herbal adalah segala jenis

tumbuhan dan seluruh bagian-bagiannya yang berada di atas permukaan

tanah yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dipakai sebagai

obat (therapeutik). (17)

1
2

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang

mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran

(perbedaan dengan anestetika umum) (16)


Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan. Didalam

hutan tropis Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan.

Diduga dari jumlah tersebut sekitar 9.600 jenis yang diketahui berkhasiat

sebagai obat dan 200 jenis diantaranya merupakan tumbuhan obat penting

bagi industri obat tradisonal ( Sriningsih et al., 2006 )


Penggunaan bahan-bahan alam sebagai sumber pengobatan masih

banyak dilakukan oleh masyarakat secara tradisional. Bahan obat yang

berasal dari tumbuhan, secara tradisional biasanya dilakukan dengan jalan

menyeduh bahan-bahan tersebut dan ada juga yang menggunakan air


(11)
perasan dari bahan segar tumbuh-tumbuhan . Banyak tanaman obat yang

sudah dilaporkan mempunyai efek terapi untuk beberapa penyakit, namun

pengetahuan tentang khasiat dan keamanan obat alami ini kebanyakan

hanya bersifat empiris dan belum diuji secara ilmiah salah satunya adalah

kayu bidara laut.


Bidara laut (Strychnos lucida R. Br., sinonim Strychnos ligustrina

Blume) merupakan jenis tumbuhan yang termasuk familia Loganiaceae,

tumbuhan ini endemik asal Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dikenal di
(15)
kalangan masyarakat dengan nama kayu songga. . Bidara laut banyak

juga dijumpai di beberapa daerah antara lain di Roti, Kalimantan, Timor,

Bali, Pasuruan, Banyuwangi dan di Taman Nasional Meru Betiri.

Tumbuhan ini dapat tumbuh pada ketinggian 1-1500 m dpl (9).


Secara tradisi masyarakat sudah lama memanfaatkan keberadaan

kayu bidara laut untuk mengobati beberapa penyakit sebagai warisan dari
3

nenek moyangnya. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat

adalah kayunya (9).


Dari testimoni masyarakat akhirnya sejak tahun 2000-an, masyarakat

NTB mulai menjual kayu bidara laut ini ke luar NTB sebagai bahan baku

obat. Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa kayu bidara laut ini dapat

mengobati/menyembuhkan berbagai penyakit seperti penambah nafsu

makan, rematik, sakit perut, bisul, kurap, radang kulit bernanah, dan

mengatasi gula darah. Tumbuhan ini mengandung alkaloid (brusina dan

striknina), tannin , steroid/ triterpenoid (saponin). Pada bagian biji dan kayu

tanaman ini mengandung zat alkaloida. Alkaloid merupakan salah satu

metabolisme sekunder yang mempunyai efek dalam bidang kesehatan

berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa

sakit, anti mikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan juga sebagai

antioksidan (11). Selain itu, zat tannin dan galat, bermanfaat sebagai penurun

panas, melancarkan air seni, dan antiradang. Saponin (steroid dan

triterpenoid) dapat menurunkan kadar gula darah dengan salah satu

mekanismenya yaitu menghambat pelepasan enzim -glukosidase yang

berasal dari pankreas. Disamping itu kayu bidara laut juga memiliki sifat

khas pahit mendinginkan, (7).


Berdasarkan data diatas yang menyebutkan bahwa kayu bidara laut

dapat mengatasi nyeri persendian (rematik), peneliti tertarik untuk

mengambil judul penelitian tentang Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol

Serbuk Kayu Bidara Laut (Strychnos ligustrina Blume) Terhadap Hewan

Uji Mencit Putih Galur Balb C Dengan Metode Writhing Reflex , selain

itu hingga kini belum ditemukan pengujian secara ilmiah baik secara
4

praklinis maupun klinis tentang adanya efektifitas kayu bidara laut

(Strychnos ligustrina Blume) dalam meredakan nyeri atau biasa dikenal

sebagai analgetik. Sehingga dari penelitian ini diharapkan diperoleh data

dan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah sehingga dapat

dibuktikan bahwa ekstrak tumbuhan ini benar-benar berkhasiat secara

farmakologis.
Pada penelitian ini uji efek analgetik dilakukan dengan

menggunakan mencit sebagai hewan coba dengan metode writhing reflex,

dimana asam asetat sebagai penginduksi rasa nyeri. Rasa nyeri ini pada

mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliat yaitu grakan

abdomen menyentuh dasar tempat berpijak dan kedua pasang kaki ditarik

kebelakang. Sebagai pembanding digunakan asam mefenamat dan aquadest

untuk kontrol negatifnya.

1.B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Apakah Ekstrak Etanol Serbuk Kayu Bidara Laut (Strychnos ligustrina

Blume) yang Diberikan Secara Oral Mempunyai Efek Analgetik Pada

Hewan Coba Mencit Putih Jantan Galur BALB C ?

1.C.Hipotesa

Ekstrak Etanol Serbuk Kayu Bidara Laut (Strychnos ligustrina

Blume) dapat menghambat rasa nyeri pada mencit putih jantan yang telah

diinduksi asam asetat.


5

1.D.Tujuan Penelitian

1.D.1. Tujuan Umum

Mengetahui Apakah Ekstrak Etanol Serbuk Kayu Bidara Laut

(Moringa Strychnos ligustrina Blume) yang Diberikan Secara Oral

Mempunyai Efek Analgetik Pada Hewan Coba Mencit Putih Jantan

Galur BALB C?

1.D.2. Tujuan Khusus

a. Menghitung jumlah geliat yang ditimbulkan oleh mencit putih

jantan setelah diberikan penginduksi asam asetat.

b. Mengidentifikasi adanya efek analgetik pada ekstrak etanol

serbuk kayu bidara laut yang diberikan secara oral terhadap

mencit putih jantan.

c. Membandingkan ekstrak etanol serbuk kayu bidara laut dengan

kontrol positif asam mefenamat.

1.E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam

perkembangan obat tradisional yaitu Kayu Bidara Laut (Strychnos

ligustrina Blume) menuju obat modern khususnya sebagai obat

analgetik serta menambah ilmu pengetahuan dalam rangka pelayanan

kesehatan masyarakat.

1.E.1. Bagi Masyarakat


6

Dapat memberi sumbangan pemikiran untuk masyarakat

tentang obat tradisional khususnya ekstrak etanol serbuk kayu

bidara laut (Moringa Strychnos ligustrina Blume) dan sebagai

alternatif dibandingkan dengan obat sintetis.

1.E.2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan sebagai perbendaharaan ilmu pengetahuan

dan kepustakaan dibidang Penyediaan Tanaman Sebagai Obat

Analgetik di Institut dan Sains Teknologi Nasional Jakarta.

1.E.3. Bagi Peneliti

Menambah kreatifitas gagasan dan pengetahuan bagi

penulis tentang efektivitas pada tanaman bidara laut untuk

mengatasi rasa nyeri. Penggunaan tanaman bidara laut di

masyarakat untuk kesehatan dapat dipertanggung jawabkan dan

dalam hal ini penggunaannya tidak hanya berdasarkan pengalaman

tetapi telah terbukti secara ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai