Abstrak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama dari pendidikan nasional kita sebagaimana tercantum dalam UU Sisdiknas, jelas
untuk mengembangkan potensi dasar peserta didik yaitu keimanan yang melahirkan ketakwaan
yang terjabar dalam akhlak mulia, sehingga kesehatan, keilmuan, kecakapan, dan kreatifitas
walaupun dia merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional tetapi sesuai sistematika dan
menurut skala prioritas akhlak mulia yang merupakan penjabaran daru keimanan kepasa ke-Esaan
tentu harus mendapatkan prioritas utama dari semua tujuan yang akan dicapai usaha pendidikan
tersebut. Namun, realitas objektif yang dapat kita amati saat ini adalah bahwa penanaman keimanan
terhadap diri anak didik sebagai landasan pendidikan mereka terutama pendidikan anak-anak, masih
dirasa kurang memadahi sehingga apa yang dilihat dari hasil suatu proses pendidikan lebih
merupakan suatu proses pendidikan lebih merupakan suatu keahlian dalam bidang ilmu atau
keterampilan tertentu yang relatif kurang memiliki peran di dalam memposisikan manusia sebagai
muttaqin (orang-orang bertakwa)
Peran lembaga pendidikan kita saat ini masih lebih sebagai sarana transformasi ilmu pengetahuan
dan belum banyak menyentuh kepada pembwntukan karakter kepribadian peserta didik yang
sesungguhnya hal itu harus menjadi bagian integral dari tujuan pendidikan. Indikator-indikator itu
dapat kita lihat
B. Dasar Teori
^ Bab II Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi: Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, brrtujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2006:8)
Perumpamaan teman yang shaleh dan teman yang jelek adalah seperti orang yang membawa
minyak wangi dan alat peniup api tukang besi. Seorang pembawa minyak wangi mungkin saja
menghadiahkannya untukmu, atau engkau membelinya darinya, atau juga engkau mendapatkan
wanginya yang harum darinya. Sedangkan orang yang membawa alat peniup api mungkin ia dapat
membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau ng tidak sedap darinya.[2]