Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat adalah salah satu dari Rukun Islam yang lima, berdasarkan sabda
Rosulullah SAW, Islam didirikan diatas lima perkara: (1) Mengakui bahwa tidak
ada tuhan selain Allah, dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya; (2) Mendirikan
shalat; (3) Mengeluarkan zakat; (4) Puasa di bulan Ramadhan; (5) Menunaikan
ibadah haji bagi yang mampu.(H.R. Bukhari Muslim).
Shalat yang telah ditetapkan waktunya ada 5 waktu, terdiri atas 17 rakaat yaitu
Shalat Subuh 2 rakaat, Shalat Dzuhur 4 rakaat, Shalat Ashar 4 rakaat, Shalat Maghrib
3 rakaat, dan Shalat Isya 4 rakaat.
Shalat merupakan ibadah yang paling utana kepada Allah, karena dengan
shalatlah kita dapat berkomunikasi dengan Allah Sang Maha Pencipta. Dan shalat
pulalah ibadah yang akan pertama kali dihisab oleh Allah di hari kebangkitan kelak.
Shalat inilah ibadah yang dapat mempengaruhi nilai ibadah lainnya. Seorang ahli
ibadah sekalipun jika tidak shalat maka sia-sia semua amalan ibadahnya. Seseorang
yang nilai shalatnya baik, maka semua amalan ibadah yang lain akan ikut baik pula,
begitu pula sebaliknya.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah pegertian shalat lima waktu dan penjelasannya?
b. Bagaimana hukum dan hikmah melaksanakan shalat lima waktu ?
c. Bagaimana tata cara pelaksanaan shalat lima waktu?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian shalat
b. Mengetahui hukum dan tata cara shalat

1
BAB II
SHALAT LIMA WAKTU

A. Pengertian Shalat
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai shalat, terlebih dulu kita akan
membicarakan mengenai pengertian shalat.
Secara etimologi shalat berarti doa. Karena diantara bagian dalam shalat itu terdapat
doa. Dan secara terminologi shalat adalah ibadah kepada Allah dan pengagungan terhadap-
Nya dengan kata-kata dan perbuatan-perbuatan yang (dibuka) dimulai dengan takbir, diakhiri
dengan salam, dan dengan mengikuti aturan serta tata tertib yang dibawa oleh agama islam,
dimana seluruh kaum muslimin berjalan dalam penerangan cahaya dan petunjuknya.
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan
ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara. Juga shalat
merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan
memohon ridho-Nya.

B. Hukum Shalat Lima Waktu


Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tidak seperti Allah mewajibkan zakat
dan lainnya. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang
dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Miraj, dimana proses ini tidak
dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam sejarah
digambarkan setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Miraj, umat Islam ketika itu terbagi
tiga golongan yaitu, yang secara terang terangan menolak kebenarannya itu, yang setengah
tengahnya dan yang yakin sekali kebenarannya. Dilihat dari prosesnya yang luar biasa
maka shalat merupakan kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan
amal amal yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi
yang lainnya
Pada intinya shalat lima waktu fardzu ain, artinya wajib atas tiap-tiap muslim yang
baligh dan berakal, serta suci dari haid dan nifas bagi perempuan. Barang siapa mengerjakan

2
shalat lima waktu maka ia akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, namun bagi bagi orang
yang meninggalkan shalat lima waktu akan mendapat dosa. Dimanapun keberadaan kita, jika
telah datang waktu shalat maka kita wajib menjalankan shalat lima waktu. Shalat lima waktu
tidak bisa digantikan oleh orang lain, atau ditebus dengan harta benda. Selama masih
mempunyai kesadaran, manusia wajib menjalankan shalat lima waktu. Dengan demikian,
meninggalkan shalat berarti dosa besar.
Allah berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 103

Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.
Allah juga berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 43

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang orang yang
ruku.
Surat An-Nuur ayat 56

Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya
kalian semua diberi rahmat

3
C. Tata Cara Shalat
1. Syarat-syarat Shalat
1. Islam
2. Baligh dan Berakal
3. Menutup Aurat
4. Suci dari Hadats dan Najis
5. Menghadap Kiblat
6. Telah Masuk Waktu Shalat
2. Rukun Shalat
a. Berdiri Tegak Bagi yang Mampu
b. Niat
c. Takbirotul Ikhrom
d. Membaca Surat Al-Fatihah
e. Ruku dengan Tumaninah
f. Itidal dengan Tumaninah
g. Sujud dua kali dengan Tumaninah
h. Duduk diantara 2 Sujud dengan Tumaninah
i. Membaca Tasyahud Akhir
j. Salam
k. Tertib
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam masuk mesjid, lalu seseorang masuk dan melakukan shalat lalu ia datang memberi
salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu! Karena kamu belum
shalat (dengan benar)!, ... Orang itu melakukan lagi seperti shalatnya yang tadi, lalu ia datang
memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu!t Karena kamu
belum shalat (dengan benar)!, ... sampai ia melakukannya tiga kali, lalu ia berkata: 'Demi
Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran sebagai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
saya tidak sanggup melakukan yang lebih baik dari ini maka ajarilah saya!' Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: 'Jika kamu berdiri hendak melakukan
shalat, takbirlah, baca apa yang mudah (yang kamu hafal) dari Al-Qur`an, kemudian ruku'lah
hingga kamu tenang dalam ruku', lalu bangkit hingga kamu tegak berdiri, sujudlah hingga

4
kamu tenang dalam sujud, bangkitlah hingga kamu tenang dalam duduk, lalu lakukanlah hal
itu pada semua shalatmu." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim)

3. Waktu Shalat Lima Waktu


Orang islam tidak boleh melaksanakan shalat wajib, yaitu shalat lima waktu kecuali
telah masuk waktu shalat yang telah ditentukan batasannya. Sesungguhnya shalat lima waktu
itu telah ditentukan waktunya, sesuai firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 103

Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.
Berikut adalah penjelasan waktu-waktu shalat.
a. Shalat Shubuh
Shalat Shubuh dikerjakan dengan dua rakaat. Waktu shalat Shubuh adalah mulai
terbitnya fajar shidiq, yaitu cahaya yang membersat di kegelapan malamdari arah timur.
Waktu subuh dari mulai terbit fajar sampai terbit matahari. Barang siapa mendapatkan satu
rakaat dari shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka ia sudah mendapatkan shalat
Shubuh.
b Shalat Dzuhur
Shalat Dzuhur dikerjakan dengan empat rakaat. Waktu shalat Dzuhur dimulai ketika
matahari turun dari puncak langit(sekitar jam 12.00 bisa kurang, bisa lebih tergantung
musim). Waktu Dzuhur dari mulai matahari tergelincir ke arah barat sampai masuk waktu
Ashar.
c Shalat Ashar
Shalat Ashar dikerjakan dengan empat rakaat. Waktu shalat Ashar mulai masuk
ketika panjang bayangan sama dengan panjang pemilik bayangan itu, bersandar dari
bayang-bayang disaat matahari telah turun ke barat sampai terbenamnya matahari. Barang
siapa mendapatkan satu rakaat dari shalat Ashar sebelum matahari terbenam maka ia
telah mendapatkan shalat Ashar. Tidak boleh menangguhkan shalatAshar sampai redup
matahari.

5
d Shalat Maghrib
Shalat Maghrib dikerjakan dengan tiga rakaat. Waktu shalat Maghrib adalah mulai
matahari terbenam sampai lenyapnya lembayung merah di cakrawala yang muncul ketika
matahari mulai terbenam sampai datangnya gelam malam.
e Shalat Isya
Shalat Isya dikerjakan dengan empat rakaat, Waktu shalat Isya dimulai setelah
lembayung merah lenyap dari cakrawala sampai trebit fajar. Barang siapa mendapatkan
satu rakaat dari shalat Isya sebelum terbit fajar, maka ia telah mendapatkan shalat Isya.
Rosulullah tidak suka tidur sebelum shalat Isya, dan berbincang-bincang sesudahnya.
Belaiu memberikan keringanan bercakap-cakap sesudahnya, jika membicarakan tentang
ilmu pengetahuan, dan memuliakan tamu. Dan menangguhkannya sampai sepertiga malam
lebih utama, kecuali jika khawatir terlewatkan atau ketinggalan shalat berjamaah jika
menangguhkannya, maka lebih baik shalat pada awal waktu.

4. Tata Cara Shalat


a. Sebelum shalat, berdiri dulu bagi yang mampu.
Dalilnya firman Allah 'azza wa jalla,

"Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha (shalat 'Ashar), serta berdirilah untuk Allah
'azza wa jalla dengan khusyu'." (Al-Baqarah:238)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalatlah dengan berdiri..." (HR.
Al-Bukhary).
b. Mulailah Shalat dengan mengucapkan takbir, yaitu Allahu Akbar sambil mengangkat
ke-2 tangan sejajar dengan telinga, dan dalam waktu yang bersamaan bacalah niat
shalat di dalam hati. Rosulullah SAW bersabda Sesungguhnya segala amalan itu
dengan niat. Inilah yang dinamakan takbirotul ikhrom. Dalilnya hadits, "Pembukaan
(dimulainya) shalat dengan takbir dan penutupnya dengan salam." (HR. Abu Dawud
dan dishahihkan Al-Hakim), Juga hadits tentang orang yang salah shalatnya, "Jika
kamu telah berdiri untuk shalat maka bertakbirlah."
c. Lipatkan tangan di dada dan letakkan tangan kanan di atas tangan kiri. Pandangan
disunnahkan menuju arah tempat sujud.
d. Setelah itu membaca doa iftitah sesuai dengan anjuran Rosulullah SAW

6
e. Kemudian membaca surat Al-Fatihah. Sebisa mungkin bacaan surat Al-Fatikhah ini
dibaca dengan fasih. Membaca Al-Fatihah adalah rukun pada tiap raka'at,
sebagaimana dalam hadits,

.

"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah." (Muttafaqun 'alaih)
f. Setelah membaca surat Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat atau ayat pendek
dalam Al-Quran.
g. Kemudian ruku dengan tumaninah yang artinya diberi jeda waktu antara gerakan
satu dengan yang lain. Ruku dilakukan dengan cara membungkukkan badan dengan
posisi punggung sejajar dengan kepala, dan tangan memegang / dicengkeramkan
pada lutut. Saaat mau ruku sambil mengucapkan Alahu Akbar. Pada saat ruku
berdzikir mengingat Allah dengan mengucapkan Subhana robbiyal adzimi 3x
h. Setelah itu, bangkit dari ruku dan berdiri tegak bagi yang mampu sambilmengangkat
kedua tangan dan mengucapkan Samiallahu liman hamidah. Apa bila sudah tegak
berdiri maka bacalah Robbana lakalhamdu. Gerakan ini disebut Itidal.
i. Kemudian bergerak ke bawah untuk melakukan sujud dengan tumaninahsambil
mengucapkan Allahu Akbar. Pada saat sujud ini membaca Subhana robbiyal ala
3x. Selain itu, pada saat sujud juga boleh berdoa kepada Allah dengan bacaan-
bacaan yang lain.
j. Setelah selesai sujud, maka bangkit dari sujud untuk duduk diantara dua sujud
dengan tumaninah. Pada posisi seperti ini disunahkan berdoa kepada Allah yaitu
dengan bacaan Robbighfirli warhamni wajburni warfani warzuqni wahdini
waafini wafuanni. Dalil dari rukun-rukun ini adalah firman Allah 'azza wa jalla,

"Wahai orang-orang yang beriman ruku'lah dan sujudlah sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (Al-Hajj:77).
Sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, "Saya telah diperintahkan untuk sujud
dengan tujuh sendi." (Muttafaqun 'alaih)
k. Kemudian sujud dengan tumaninah lagi sama seperti yang telah diterangkan di
atas.

7
l. Setelah sujud yang kedua ini maka bangkitlah untuk meneruskan rokaat
berikutnya.
m. Semua yang dilakukan sama seperti penjelasan di atas, tapi pada rokaat-rokaat
genap setelah sujud yang ke dua duduk untuk membaca tasyahud. Tasyahud dibagi
menjadi 2 yaitu tasyahud awal dan tasyahud akhir. Tasyahud awal dilakukan/dibaca
pada saat roka'at ke dua pada semua shalat yang jumlah rakaatnya lebih dari dua.
Sedangkan tasyahud akhir dibaca pada rokaat terakhir dalam shalat.
n. Setelah semua rakaat telah selesai, maka dilanjutkan dengan salam untuk
mengakhiri shalat. Pada saat salam yang dibaca adalah Assalamualaikum
warohmatullah sambil menoleh ke kanan dan kemudian menoleh ke kiri sambil
mengucapkan salam juga.

5. Shalat Berjamaah
Islam menyeru kaum muslimin untuk berjamaah dalam melaksanakan shalat di
masjid-masjid agar mereka saling mengenal dan menjalani keakraban, aling menasihati,
salaing berpesan akan kebenaran dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda Shalat
berjamaah lebih unggul 27 derajat dari shalat sendirian.(H.R Bukhori dan Muslim)
Shalat berjamaah yaitu shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih dan
salah satu diantaranya bertindak sebagai imam.
Seorang makmum harus mengikuti gerakan imam, tidak boleh mendahului imam.

6. Shalat Orang Sakit


Jika orang sakit tidak bisa berdiri, maka ia melaksanakan shalat sambil duduk.
Ruku dengan menundukkan kepala dan sujud dengan normal. Jika tidak mampu ruku
dan sujud, maka kerjakanlah dengan isyarat kepala, dan buatlah posisi sujud lebih rendah
dari ruku. Jika tidak mampu shalat sambil duduk, maka shalatlah sambil tidur miring
menghadap kiblat. Jika tidak bisa shalat dengan tidur miring, maka shalatlah dengan
telentang dengan kedua telapak kaki menghadap kiblat serta ruku dan sujudnya dengan
isyarat. Jika tidak mampu lagi shalat dengan cara-cara tersebut, maka tangguhkanlah
shalatnya.

7. Shalat Safar (dalam Perjalanan)


a. MengQashar ashalat

8
Mengqashar shalat berarti meringkas shalat.Allah berfirman dalam surat Al-
Baqoroh ayat 185

Artinya:(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur.
Demikian islam senantiasa dan selamanya tidak membebani seseorang melainkan sesuai
kemampuannya dan tidak memikulkan perintah kepadanya kecuali tang mampu
dipikulnya. Manakala perjalanan menimbulkan kelelahan dan kesulitan, Allah telah
memberi keringanan dengan meringkas shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat.
Lamanya diperbolehkan mengqashar shalat adalah selama manusia berada
dalam safar (perjalanan).Jika ia berniat menetap dan berdomisili disustu negeri, maka ia
harus menyempurnakan shalatnya dan menggenapkan shalat yang empat rakaat, tidak
boleh lagi mengqasharnya.
Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan jarak safar (perjalanan) yang
membolehkan qashar. Ada yang mengatakan tiga hari termasuk malamnya dengan jarak
tempuh perjalanan dengan unta dan berjalan kaki. Ada juga yang mengatakan selain itu.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh anas, ia berkati Adalah Rasulullah SAW jika
melakukan perjalanan sejarak tiga mil atau tiga farsakh, beliau shlat dua rakaat.
Marilah kita merujuk kepada firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 101:

9
Artinya:
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-
orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Melakukan perjalanan di muka bumi membenarkan segala macam perjalanan,
kecuali perjalanan yang hanya sekedar untuk jalan-jalan, atau rekreai, maka itu tidak bias
membuat shalat untuk diringkas.
b. Menjama Shalat
Menjama Shalat berarti menggabungkan dua shalat dalam satu waktu. Misalnya
menggabungkan shalat Dzuhur dengan Ashar. Shalat jama dibagi menjadi dua yaitu
jama tadzim dan jama takhir. Jama tadzim yaitu menggabungkan dua shalat
dalam satu waktu dan dikerjakan pada waktu shalat yang awal. Contoh, shalat Dzuhur
dan Ashar dikerjakan pada waktu shalat Dzuhur. Jama takhir adalah menggabungkan
dua shalat dalam satu waktu dan dikerjakan pada waktu shalat yang terakhir. Contoh,
Shalat Dzuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu shalat Ashar.
Shalat yang bias dijama hanya shalat Dzuhur dengan Ashar, dan Shalat
Maghrib dengan Isya.
c. Shalat dalam Kapal
Rasulullah SAW ditanya tentang Shalat diatas kapal. Beliau bersabda Shalat
didalam kapal samdil berdiri, kecuali apabila kamu takut tenggelam.
Dan tatkala Rasulullah telah lanjut usia, maka beliau membuat sebuah tiang di
mushallanya yang dijadikan sandaran olehnya ketika shalat.

D. Hikmah Shalat

10
Beberapa Pelajaran atau hikmah mengenai kewajiban Shalat
1. Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa
Taqwa merupakan hal yang penting dalam Islam karena dapat menentukan amal /
tingkah laku manusia, orang orang yang betul betul taqwa tidak mungkin
melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya. Salah satu persyaratan orang
orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya mendirikan.
2. Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin efektiflah
benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat. Shalat dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan khusu tidak akan
ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusu berbuat zina. Maksiat, merampok
dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau ada yang melakukan
shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan.
Diterangkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut: 45.

Artinya:
bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
3. Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur
Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat akan mendidik
perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus. Banyak yang celaka bagi orang orang
yang shalat yaitu mereka yang lalai shalat. selain mendidik perbuatan baik juga dapat
mendidik perbuatan jujur dan tertib. Mereka yang mendirikan tidak mungkin meninggalkan
syarat dan rukunnya, karena apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak dipenuhi maka
shlatnya tidak sah (batal).

4. Shalat Akan membangun etos kerja

11
Sebagaimana keterangan keterangan di atas bahwa pada intinya shalat merupakan
penentu apakah orang orang itu baik atau buruk, baik dalam perbuatan sehari hari maupun
ditempat mereka bekerja. Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan
mempengaruhi terhadap etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur.
5. Shalat merupakan tiang agama
Jika orang muslim tidak shalat, ia telah meruntuhkan agamanya sendiri. Karena
bangunan tanpa tiang tidak bisa tegak. Meskipun fondasinya kuat dengan batu, besi, dan
semen yang telah dipaten,jika tanpa tiang, maka bangunan tersebut tidak akan bisa berdiri.
Shalat sebagai tiang yang membuat semua rukun islam lainnya berdiri tegak. Nabi SAW
bersabda Shalat adalah tiang agama, siapa yang mendirikannya, maka ia telah mendirikan
agama, dan siapa yang meninggalkannya, ia telah meruntuhkan agama.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan ibadah yang utama, yang nantinya akan diminta
pertanggung jawabannya oleh Allah di hari kiamat untuk yang pertama kali, untuk itu
semua amalan ibadah kita bergantung dari shalat kita. Maka dari itu, marilah kita
sama-sama menyempurnakan shalat kita seperti apa yang diajarkan dan dicontohkan
oleh beliau, supaya ibadah kita tidak sia-sia dan diterima oleh Allah SWT. Semoga
kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung dan mendapatkan
kebahagiaan di dunua dan di akhirat. Semoga makalah ini bermanfaat.

B. Saran
a. Bagi para pembaca diharapkan mencari sumber-sumber yang lebih lengkap
mengenai topik ini supaya pengetahuan pembaca sekalian dapat lebih luas.
b. Pembaca juga tentunya diharapkan mampu mempraktekan apa yang dibahas
dalam makalah ini.
c. Bagi para pembaca yang akan melakukan suatu ibadah hendaklah ia bersuci yang
sesuai dengan ajaran Islam.
d. Bagi para penulis berikutnya yang akan mengangkat tema yang sama dianjurkan
untuk mencari sumber yang lebih banyak supaya karya tulis yang dihasilkan
dapat lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

13
M. Mahmud Ash-shawaf, Sempurnakan Shalatmu, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007, hlm. 38
Ibid, hlm. 39
Imam Bashari Assayuthi, hlm. 30
M. Mahmud Ash-shawaf, Sempurnakan Shalatmu, Yogyakarta:Mitra Pustaka, 2007, hlm. 69-
73
Ibid, hlm. 93
M. Mahmud Ash-shawaf, Sempurnakan Shalatmu, Yogyakarta:Mitra Pustaka, 2007, hlm. 145
Ibid, hlm. 157
Ibid, hlm. 159
Ibid, hlm. 161-162
Nashiruddin Al-Albani, Muhammad, Sifat Shalat Nabi. Bandung: Gema Risalah Press, 1997,
hlm. 55
Drs. K.H. Abdul Hamid, M.Ag, Fiqih Ibadah, Bandung: Pustaka Setia, 2009, hlm.182-183

14

Anda mungkin juga menyukai