Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BEDAH MULUT (BM) 2

DENTURE INDUCED FIBROUS HYPERPLASIA, HIPERPLASIA GINGIVA DI


TUBEROSITAS MAKSILARIS DAN GINGIVAL FIBROMATOSIS

Disusun oleh :

1. Nining Elsa Noviolin (04031381419045) 7. Ratu Kharisma (04031381419051)

2. Nadia Ridzki Amalia (04031381419046) 8. Siti Asyifah (04031381419052)

3. Meidi Tri Yudha (04031381419047) 9. Sinta Ramadhani (04031381419053)

4. Nurul Ifadah (04031381419048) 10. Dani Septama S (04031381419054)

5. Cindy Cendekiawati (04031381419049) 11. Aisyah Humairah (04121004026)

6. Achmad Syobri (04031381419050)

Dosen Pembimbing :

drg. Purwandito Pujoraharjo, MM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan tugas Bedah Mulut-2 yang mengenai Denture Induced Fibrous
Hyperplasia, Hiperplasia Gingiva di Tuberositas Maksila dan Gingival Fibromatosis.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat , beserta pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa Tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.

Dalam menyelesaikan Tugas Bedah Mulut - 2 ini, penulis banyak mendapat bantuan,
dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan


2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual
3. drg. Purwandito Pujoraharjo, MM
4. Teman-teman sejawat yang selalu memberikan dukungan
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga Tugas Bedah Mulut ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT.

Palembang, 11 Oktober 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

DENTURE INDUCED FIBROUS HYPERPLASIA

A. DEFINISI .......................................................................................................................
4
B. ETIOLOGI .....................................................................................................................
5
C. PROSEDUR
PEMBEDAHAN ......................................................................................5

HIPERPLASIA GINGIVA DI TUBEROSITAS MAKSILARIS

A. DEFINISI GINGIVA DAN HIPERPLASIA ...............................................................16


B. ETIOLOGI ...................................................................................................................1
6
C. KRITERIA GINGIVA SEHAT DAN NORMAL ........................................................17
D. DEFINISI TUBEROSITAS MAKSILA ......................................................................17
E. LOKASI TUBEROSITAS MAKSILA ........................................................................18
F. PROSEDUR
PEMBEDAHAN ....................................................................................18

GINGIVAL FIBROMATOSIS

A. DEFINISI .....................................................................................................................2
0
B. ETIOLOGI ...................................................................................................................2
0
C. PROSEDUR
PEMBEDAHAN ....................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24

3
A. DENTURE INDUCED FIBROUS HYPERPLASIA

1. Definisi Fibrous Hyperplasia

Fibrous Hyperplasia/Epulis Fissuratum merupakan pertumbuhan jaringan ikat


fibrosa yang berlebihan di daerah mukosa yang berkontak dengan tepi gigi tiruan yang
biasanya terlalu cekat dan menekan mukosa. Epulis fissuratum juga sering disebut
inflammatory fibrous hyperplasia, atau denture injury tumor.1

Epulis ini tampak sebagai lipatan jaringan fibrous satu atau lebih pada vestibulum
yang tidak disertai tanda keradangan, tidak menimbulkan rasa sakit kecuali bila terjadi infeksi
sekunder, fibrous hyperplasia, proliferasi epitel/ulkus. Iritasi kronis yang diakibatkan oleh
pemakaian gigi tiruan yang tidak adekuat dalam jangka waktu yang lama dalam hal ini akibat
basis/sayap protesa. Epulis fissuratum merupakan lesi reaktif hiperplastik yang konsistensinya
kenyal. Penampakan histologis dapat bervariasi dan frekuensinya kebanyakan tampaknya
fibrous hyperplasia. Apabila terdapat reaksi radang maka akan muncul sel fibroblas dan
proliferasi pembuluh darah. Mukosa glandula selalu muncul pada spesimen dan akan
menimbulkan sialadenitis kronis. Kadang glandula akan memiliki hubungan dengan lymphoid
hyperplasia dan papillary ductal hyperplasia. Epithelium yang atropi atau hiperplastik dan
kadang memunculkan pseudoepitheliomatous hyperplasia. Ulserasi dapat muncul pada dasar
lipatan. Metaplasia kondroid atau tulang dapat berkembang seiring munculnya benjolan. 2

Gambar 1. Fibrous hyperplasia (epulis fissuratum) akibat gigi tiruan rahang bawah
yang tidak pas
4
2. Etiologi

Iritasi kronis ringan pada tempat pemasangan gigi palsu, Biasanya,


berhubungan dengan resopsi dari tulang alveolar, supaya gigi palsu dapat bergerak
pada mukosa vestibuler, mengakibatkan inflamasi hiperplasi jaringan yang
berproliferasi pada tepi gigi palsu tersebut. Lesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi.
Selain itu, gigi tiruan yang menjadi timbulnya lesi ini harus diperbaiki hingga dapat
memiliki kecekatan yang baik namun tidak memberi tekanan berat terhadap mukosa
supaya mencegah iritasi yang lebih berat lagi. Meski lesi ini sangat jarang
dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa, namun sebagai tindakan preventif
sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada lesi yang telah dibuang tersebut.
Pemeriksaan gigi rutin, dapat mencegah epulis fissuratum. Pasien yang
menggunakan gigi palsu jarang sadar, bahwa mereka juga perlu memeriksakan
kesehatan mulut mereka ke dokter gigi, sehingga meningkatkan resiko terjadinya
epulis fissuratum.1
Faktor etiologi lain, yaitu tepi gigi yang tajam, restorasi yang overhanging,
spikula tulang yang tajam, kebiasaan kronis menggigit pipi dan bibir.1

3. Prosedur Pembedahan

Setelah anestesi lokal, lesi digenggam dengan surgical forcep dan dieksisi
sepanjang superfisial lesi ke periosteum (Gambar 3 dan 4). Setelah prosedur ini
selesai, mukosa yang belum direfleksikan, ditemukan di margin lesi dan sesuai
dengan aspek horizontal superior insisi, dijahit dengan sepanjang periosteum sehingga
menimbulkan kekosongan. (Gambar 5). Reattachment margin luka dihindari, yang
tidak akan mengakibatkan penghapusan kedalaman vestibula mukolabial. Setelah
prosedur bedah, dan setelah dilapisi dengan kondisioner jaringan, gigi tiruan
dimasukkan ke mulut dan terus dipakai sampai jahitan dihilangkan (Gambar 6).
Hampir prosedur yang sama dilakukan untuk lesi yang lebih kecil yang merupakan
akibat dari gigi palsu yang tidak pas (Gambar 7 dan 8).3

5
a. Teknik Insisi
Langkah-langkah penghilangan Extensive Denture-Induced Fibrous
Hyperplasia

Gambar 2. Extensive Fibrous Hyperplasia pada mukosa akibat gigi tiruan yang
tidak pas. a. ilustrasi diagramatis b. fotografi klinis

Gambar 3. Penghilangan lesi menggunakan scalpel a. ilustrasi diagramatis b.


fotografi klinis

Gambar 4. Tahap akhir penghilangan lesi a. ilustrasi diagramatis b. fotografi


klinis

6
Gambar 5. Menjahit tepi luka dengan periosteum yang belum direfleksikan, menghindari penurunan
kedalaman lipatan mukobukal. a. ilustrasi diagramatis b. fotografi klinis

Gambar 6. Penempatan kembali gigi tiruan lama, secara langsung setelah akhir operasi, untuk
mempertahankan kedalaman mukosa dibentuk sulkus baru. Permukaan internal gigi tiruan dilapisi
dengan kondisioner jaringan. a. ilustrasi diagramatis b. fotografi klinis

Langkah-langkah penghilangan Localized Denture-Induced Hyperplasia

Gambar 7. Localized fibrous Gambar 8. Setelah penghilangan


hyperplasia pada mukosa akibat gigi tiruan
dari gigi tiruan yang tidak pas

7
Gambar 9. Injeksi anestesi lokal Gambar 10. Eksisi bertahap hiperplasia
secara perifer disekitar lesi menggunakan scalpel dan gunting

Gambar 11. Daerah pembedahan setelah Gambar 12. Menjahit insisi bibir bagian
eksisi lesi superior dengan periosteum yang tidak
direfleksikan, menghindari penurunan
kedalaman lipatan mukobukal

Gambar 13. Fotografi klinis pasca operasi Gambar 14. Spesimen bedah (hiperplasia)
secara langsung setelah penghilangan jahitan setelah eksisi

b. Syarat dan Bentuk Flap


Syarat Flap

Prosesus alveolaris dari maksila dan mandibula ditutupi oleh jaringan lunak
yang tersusun dari epitel primer dan connective tissue juga terdapat otot-otot,
kelenjar-kelenjar, jaringan syaraf dan pembuluh darah. Epithelium menerima
vascular supply dari pembuluh darah yang terdapat pada jaringan ikat

8
dibawahnya. Bila jaringan dipisahkan dari jaringan didekatnya dalam pembuatan
flap, kadang-kadang dapat mengancam blood supply jaringan yang bersangkutan.
Oleh karena itu dalam pembuatan flap diperlukan syarat-syarat tertentu. 4 Syarat-
syarat pembuatan flap adalah :

1. Suplai darah ke flap harus terpelihara.


Untuk mendapatkan aliran darah yang cukup maka dasar flap dibuat
lebih panjang dari tepi bebasnya, insisi sejajar dengan pembuluh darah untuk
memberikan vaskularisasi. Dengan aliran darah yang cukup dari bentuk flap
akan mencegah terjadinya nekrosis pada jaringan flap itu sendiri.

Gambar 15. A. Dasar flap dibuat lebih panjang dari tepi. B. Insisi sejajar
dengan pembuluh darah sehingga suplai darah baik.

2. Flap harus cukup luas, sehingga lapangan operasi dapat terlihat


dengan jelas.
Flap harus dibuat cukup luas sehingga dapat menyediakan lapang
pandang pembedahan yang cukup luas dan jelas, sehingga mempermudah
proses pembedahan selanjutnya.

3. Desain diusahakan menghindari saraf dan pembuluh darah yang


berada didalam.
Pada waktu membuat flap harus menghindari terpotongnya saraf (n.
mentalis) yang akan menyebakan timbulnya parastesi dan terpotongnya
beberapa pembuluh darah (a. palatine mayor, a. bucalis, a.facialis dan a.
lingualis) yang dapat mengganggu suplai darah.

4. Jika tulang diangkat, flap harus merupakan suatu flap yang tebal.
Pada pengurangan tulang diperlukan flap yang cukup tebal maka dapat
dibuat flap mukoperiosteal karena flap yang cukup tebal tidak mudah rusak

9
dipegang dengan alat-alat sehingga memberikan proteksi yang kuat pada
daerah yang dikurangi.

5. Jika dilakukan penutupan bone defect maka tepi flap harus didukung
diatas dasar tulang.

Agar flap dapat didukung tulang pada penutupan bone defect maka flap
dibuat dengan luas melebihi daerah tulang yang defect. Flap yang didukung
diatas dasar tulang juga akan mempercepat penyembuhan. Penyembuhan akan
terganggu apabila tepi insisi hanya mengharapkan dari beku darah dan
hematoma untuk pendukungnya.

Bentuk Flap

Flap diidentifikasi berdasarkan lokasinya, komposisi jaringannya dan


desain/bentuknya. Sebagai contoh, suatu flap untuk pencabutan gigi molar
pertama atas dinamakan mucoperiosteal envelope buccal flap. Sebagian besar flap
yang dibuat untuk tujuan bedah mulut adalah dibagian bukal, karena rute ini
merupakan rute dapat langsung dan tidak rumit untuk mencapai gigi atau frakmen
ujung akar yang terpendam. Rute ini memberikan visualisasi yang baik dan jalan
masuk alat dengan mudah. Desain flap di rongga mulut dapat dibagi menjadi
beberapa macam yaitu:

1. Berdasarkan Ketebalannya :

A. Full Thickness: Flap yang melibatkan mukosa sampai periosteum


(mukoperiosteal). flap ini paling sering digunakan pada tindakan bedah di
rongga mulut.

B. Partial Thickness: Flap yang hanya melibatkan mukosanya saja,


sedangkan periosteum tetap ditempatnya. Teknik ini dipertimbangkan
apabila flap akan digeser atau ditransfer sehinggga menghindari daerah
tulang yang terbuka.

10
Gambar 16. Flap. A. Garis tebal yang terletak menyusuri tulang adalah periosteum. B. Flap
mukoperiosteal full thickness diangkat sehingga meninggalkan tulang yang terdedah. C. Flap
mukosal partial thickness diangkat dan periosteum tetap tinggal menempel di tulang

2. Berdasarkan Outlinenya

A. Flap Semilunar : Flap ini dibuat dengan membuat insisi pada permukaan
gingiva berbentuk setengah bulan. Flap ini mempunyai keuntungan dan
kerugian yaitu

Keuntungannya:

Teknik dan pembuatannya sederhana, sehingga flap ini tidak merusak tepi
gingival serta tidak mengganggu gingival attachment.

Mudah pembersihannya.

Kerugiannya :

Ekstensinya sangat terbatas sehingga lapang pandang operasi untuk


menentukan lesi didaerah periapikal pada apikoektomi sukar.

Karena bentuknya yang tidak mempunyai patokan untuk reposisi flapnya,


maka flap mungkin akan meregang pada satu ujung dan mengkerut dibagian
lain.

11
Flap ini dapat dipakai untuk alveolektomi pada kasus eksostosis tunggal dan
kecil. Flap semilunar efektif bila digunakan untuk mengurangi hyperostosis tuber
yang tampak terlalu buldging.

B. Flap Envelope / triangular/ trapesium.


Flap envelope ini dibentuk dengan insisi menyusuri gingival margin.
Flap envelope triangular

Flap ini dibuat dengan membuat 1 insisi vertikal ke arah coronal dan
horisontal menyusuri gingival margin. Tipe ini sering digunakan dalam tindakan
odontektomi.

Keuntungannnya:

Suplai darah pada flap ini dapat diperoleh dengan optimal.


Reposisi flap ini sangat mudah karena gingival dapat dijadikan petunjuk.

Kerugiannya :

Penjahitan lebih sulit karena dilakukan diantara gigi-gigi.


Ekstensi insisi vertical memudahkan terjadinya regangan tegangan yang
menyebabkan rasa nyeri dan penyembuhannya lama.

Flap envelope Trapesium.

Flap ini dibuat dengan 2 insisi vertikal yang dipertemukan dengan insisi
horisontal di daerah gingival margin.

Keuntungan :

Suplai darah diperoleh dengan optimal.


Didapatkan lapangan pandang yang lebih luas.

Kerugiannya :

Untuk daerah yang tidak bergigi desain flap ini akan memberikan gangguan
estetik pada daerah gingival margin.
Penjahitan flap ini lebih sukar karena dikerjakan diantara gigi-gigi

C. Flap Pedicle.

Flap ini pada umumnya dipakai dibuat untuk menutup oroantral fistula.

12
Flap pedicle pada bukal

Flap dibuat dengan insisi vertikal pada daerah buccal 3-4 mm dari mukosa
bergerak dan tidak bergerak kearah koronal secara vertikal obliq.

Flap Pedicle pada palatal

Flap dibuat dengan insisi pada daerah palatal berbentuk semilunar kearah anterio
posterior kemudian flap diputar dan ditempatkan ke daerah socket.

D. Flap bentuk Y dan

Flap bentuk Y umumnya dipakai pada kasus pengangkatan torus di palatal


yang tidak terlalu besar. Flap bentuk Y dibuat dengan insisi sepanjang garis median
dari palatal, kemudian pada ujung anterior di insisi dengan bentuk v.

Flap bentuk dibuat pada kasus torus palatinus yang besar. Bentuk flap ini

sama dengan flap bentuk Y dan ditambah insisi bentuk ^ pada bagian posterior.

c. Eksisi Jaringan Fibrous Hiperplasia

Setelah anestesi lokal, lesi digenggam dengan forsep bedah dan secara bertahap
dipotong sepanjang lesi superfisial ke dasar periosteum (Gambar. 17 dan 18). Setelah
prosedur ini selesai, porsi mukosa yang belum tercermin, ditemukan pada margin lesi dan
yang berhubungan dengan aspek insisi horisontal superior, dijahit dengan periosteum utuh
sepanjang daerah pembedahan, untuk pencegahan (Gambar. 19). Memasang kembali
margin luka dapat dihindari, yang tidak akan mengakibatkan eliminasi kedalaman dari
vestibulum mucolabial. Setelah prosedur bedah dan setelah dilapisi dengan kondisioner
jaringan, gigi tiruan dimasukkan ke mulut dan terus dipakai sampai hari jahitan dilepas.3

13
Gambar 17. Pemotongan lesi persegmen menggunakan scalpel. a. Ilustrasi diagramatik. b. Fotografi klinis.

d. Cara Penjahitan Luka Bedah

Gambar 18. Langkah terakhir menghilangkan hyperplasia. a. Ilustrasi diagram. b. Fotografi


klinis

Gambar 19. Penjahitan luka bedah. a. Ilustrasi diagram. b. Fotografi klinis

Gambar 20. Memasang kembali margin luka dapat dihindari, yang tidak akan
mengakibatkan eliminasi kedalaman dari vestibulum mucolabial. Setelah prosedur bedah
dan setelah dilapisi dengan kondisioner jaringan, gigi tiruan dimasukkan ke mulut dan
terus dipakai sampai hari jahitan dilepas.

e. Kontrol post operasi 5


Perawatan pasca operasi
1. Infus

14
Ringer Lactate dan Dextrose 5% dengan perbandingan 1 : 4 (sehari).
Antibiotik profilaksis diteruskan 1 hari.
2. Setelah sadar betul bisa dicoba minum sedikit-sedikit, setelah 6 jam tidak
mual bisa diberi makan.
3. Kumur-kumur/Oral hygiene penderita di teruskan terutama sebelum dan
sesudah minum/makan.
4. Penderita boleh pulang sehari kemudian.

Follow-Up
Tiap minggu sampai luka operasi sembuh.

B. HIPERPLASIA GINGIVA DI TUBEROSITAS MAKSILARIS

1. Definisi Gingiva

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang melekat pada


prosesus alveolaris dan gigi. Fungsi gingiva adalah melindungi akar gigi, selaput
periodontal dan tulang alveolar terhadap rangsangan dari luar, khususnya dari bakteri
- bakteri dalam mulut. Dalam istilah awam gingiva disebut gusi (gum). Gingiva
merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal yang nampak secara klinis.6

2. Definisi Hiperplasia
Hiperplasia adalah peningkatan abnormal dalam jumlah sel dalam suatu organ
atau jaringan.7

15
3. Etiologi
Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena
adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya. Secara klinis hiperplasia gingiva tampak
sebagai suatu pembesaran gingiva yang biasanya dimulai dari papila interdental
menyebar ke daerah sekitarnya. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat
mengganggu oklusi dan estetik serta dapat mempersulit pasien dalam melakukan
kontrol plak. Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan juga
diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor etiologi 8 :
1. Pembesaran gingiva inflamasi
2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan
3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik
a. Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas,
defisiensi vitamin C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.
b. Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit
leukemia.
4. Pembesaran neoplastik
Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling
umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap
infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul
adhesi endotelial sehingga infiltrasi leukosit meningkat.

4. Kriteria Gingiva Sehat dan Normal


Tanda - tanda gingiva yang normal yaitu 6 :
1. Berwarna merah muda atau merah salmon , warna ini tergantung dari derajat
vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat keratinisasi dan konsentrasi pigmen
melanin.
2. Konturnya berlekuk, berkerut kerut seperti kulit jeruk dan licin.
3. Konsistensinya kuat dan kenyal, melekat pada struktur dibawahnya.
4. Melekat dengan gigi dan tulang alveolar.
5. Ketebalan free gingiva 0,5 - 1,0 mm, menutupi leher gigi dan meluas menjadi
papilla interdental.
6. Sulkus gingiva tidak 2 mm.
7. Tidak mudah berdarah.
8. Tidak oedem.

16
9. Tidak ada eksudat.
10. Ukuran tergantung dengan elemen seluler, interseluler dan suplai vaskuler.

Gambar 21. Gingiva sehat

5. Definisi Tuberositas Maksila

Tuberositas maksila adalah tonjolan tulang keras, besar dan bulat di aspek
yang paling distal dari proses alveolar rahang atas dengan batas posterior yang
melengkung ke atas dan distal. Mempersarafi gigi molar 2, molar 3 dan sebgaian
besar molar 1 oleh saraf alveolaris superior posterior.6

6. Lokasi Tuberositas Maksila


Lokasi tuberositas maksila dibagian distal gigi molar ketiga atau aspek yang
paling distal pada prosesus alveolar rahang atas dengan batas posterior yang
melengkung ke atas dan distal.9

Tuberositas maksilaris

17
Gambar 22. Lokasi tuberositas maksilaris

7. Prosedur Pembedahan
a. Teknik Insisi
Setelah pemberian anestesi lokal, bagian jaringan hiperplastik yang akan
dipotong adalah batas-batasnya. Insisi dilakukan secara kontinu dengan kedalaman
sedekta-dekatnya ke tulang.3

Gambar 23.a,b Kontinuitasdarieksisimenujuarahpalatal

b. Syarat dan Bentuk Flap

Dua sayatan berbentuk elips kemudian dibuat sepanjang jaringan yang


mengalami hiperplasia, satu ke bukal dan palatal lainnya. Luasnya perbedaan dari
sayatan ini bergantung pada ukuran lesi. Artinya, semakin besar diameter lesi
hiperplastik, semakin banyak sayatan harus menyimpang.3

18

Gambar 24. a, b a. Ilustrasi diagram dan foto klinis b. menunjukkan segmen


dibatasi jaringan hiperplastik untuk diangkat
c. Kontrol Post Operasi

Gambar 25. Jaringan Hiperplasia yang Gambar 26. Paska operasi setelah
telah treatment diangkat. enam bulan setelanya

C. GINGIVAL FIBROMATOSIS
1. Definisi Gingival Fibromatosis
Gingival fibromatosis adalah pembesaran gingiva yang disebabkan oleh
proliferasi kolagen dari jaringan ikat fibrosa gingiva,8 pembesaran berserat rahang
atas dan rahang bawah.9 Bisa generalisata atau lokalisata, dimulai pada masa pubertas,
tidak menimbulkan rasa sakit, progresi lambat, bergantung pada oral hygiene,7 non-
hemoragik, Prevalensinya adalah salah satu per 175 000 penduduk, dan laki-laki dan
perempuan sama-sama terinfeksi.9
Secara klinis, Jaringan gingiva berlebihan dapat menutupi mahkota parsial
atau keseluruhan,menyebabkan diastema, pergeseran gigi, retensi gigi sulung atau gigi

19
yang terkena dampak. Gingiva hiperplastik biasanya normal dalam warna, dengan
konsistensi tegas dan stippling berat.9

2. Etiologi

Genetik, ditularkan sebagai autosomal dominan atau jarang sebagai sifat


resesif autosom.8

3. Prosedur Pembedahan

Setelah pemberian anestesi lokal, gigi yang terdapat mobilitas yang berlebihan
dihilangkan. sebuah insisi dibuat pada alveolar ridge dan gingiva hiperplastik ter
refleksi pada bukal dan lingual.3
a. Teknik Insisi

Bleeding point ditandai dengan pocket marker

Gambar 27. Bleeding point

Insisi dilakukan dengan pisau Kirkland

20
Gambar 28. Insisi

Gingivoplasty dengan electrosurgery tip

Gambar 29. Gingivoplasty

b. Syarat dan Bentuk Flap

Syarat
Prinsipprinsip dalam disain flap yaitu:

1. Flap harus memperoleh suplai darah yang cukup, mukosa mulut penuh
dengan pembuluh darah dan dasar flap tidak terlalu sempit maka
nekrosis karena iskemia tidak akan terjadi;
2. flap harus sesuai ukurannya dan terbuka penuh ( fully reflected ); bila
sebuah luka sembuh dengan penutupan primer maka penyatuannya
adalah berhadapan dan bukan menurut panjangnya sehingga sebuah
insisi yang tidak terinfeksi diharapkan akan sembuh secepatnya.Flap
yang dibuat terlalu kecil dapat menyebabkan operasi tidak dapat
dilakukan secara baik karena aksesnya tidak memadai serta kurang
luas daerah pandang; tambahan pula jaringan akan mudah teregang
atau robek sehingga menimbulkan rasa nyeri sesudah operasi dan
memperlambat penyembuhan.
3. Flap harus dapat terbuka penuh dan bersih, serat periosteum yang
masih melekat pada tulang akan berdarah serta menempel pada bur
sewaktu pengambilan tulang dan menyulitkan identifikasi tanda
tanda anatomis yang kecil, bila flap tidak terbuka dengan bersih maka
akan dapat menimbulkan banyak masalah sejak operasi dimulai;

21
4. tepi tepi flap harus berada pada tulang yang sehat. Bila flap dijahit di
atas bagian berongga akan memudahkan terjadinya infeksi dan
kehancuran bekuan darah dibawahnya, akibatnya kesembuhan akan
tertunda atau, bila antrum terlibat, akan terjadi fistula oroantral.

Bentuk
Sayatan horizontal 11
Sayatan horisontal diarahkan sepanjang margin gingiva ke arah mesial
atau distal. Dua jenis sayatan horisontal telah direkomendasikan: sayatan bevel
internal 6 yang dimulai pada jarak dari margin gingiva dan yang ditujukan
pada puncak tulang, dan sayatan sulkus, yang dimulai di bagian bawah pocket
dan yang diarahkan untuk margin tulang. Selain itu, sayatan interdental
dilakukan setelah flap diangkat untuk menghilangkan jaringan interdental.
Sayatan bevel internal adalah dasar untuk sebagian besar prosedur
periodontal. Ini adalah sayatan flap untuk mengekspos tulang yang mendasari
dan akar. Sayatan bevel internal yang memiliki tiga tujuan penting: (1)
menghilangkan lapisan poket; (2) menjaga tidak terlibatnya permukaan luar
pada gingiva, yang, posis apikal, menjadi attached gingiva; dan (3)
menghasilkan flap margin yang titpis dan tajam untuk adaptasi dengan
persimpangan tulang-gigi. sayatan ini juga disebut sayatan pertama, karena itu
adalah sayatan awal untuk refleksi flap periodontal; juga disebut sayatan bevel
terbalik, karena bevel adalah arah sebaliknya dari sayatan gingivectomy. pisau
bedah nomor 15 atau 15C yang paling sering digunakan untuk membuat
sayatan ini. Bagian yang gingiva meninggalkan sekitar gigi mengandung
epitel, lapisan poket dan jaringan granulomatosa yang berdekatan. Hal ini
dibuang setelah sayatan sulkus (kedua) dan interdental (ketiga) dilakukan.

22
Gambar 30. Sayatan bevel

Sayatan bevel internal yang dimulai dari daerah yang ditunjuk pada gingiva, dan
kemudian diarahkan ke area di atau dekat puncak tulang. Titik awal pada gingiva
ditentukan oleh flap apikal displaced atau non-displaced.

Gambar 31. Sayatan bevel

1. Sayatan internal bevel (pertama) bisa dibuat di berbagai lokasi dan sudut
sesuai dengan situasi anatomi dan poket yang berbeda.
2. Pandangan oklusal, lokasi yang berbeda di mana sayatan bevel internal dapat
dilakukan. Perhatikan bentuk bergigi dari sayatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Ghom, A G. Textbook of Oral Medicine. 2 nd ed. New Delhi. Jaypee Brothers Medical
Publishers. 2010; p. 298.
2. Glick, Michael. Burkets Oral Medicine. 12 th ed. USA. Peoples Medical Publishing House.
2015; p.150.
3. Fragiskos, F D. Oral Surgery. Athens, Greece. Springer Science & Bussiness Media. 2007; p.
268-272.
4. Pedersen, G W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1996; p. 47-48.
5. Stern, Diane.2009.Epulis Fissuratum Follow Up. http://emedicine.medscape.com
6. Nelson SJ, Ash MM. Wheelers Dental Anatomy, Physiology and Occlusion. 9th ed.
Missouri: Saunders Elsevier, 2010: 141-50.
7. Scully Crispian, (2013). Oral and maxillofacial medicine 3rd: london
8. Laskaris G., (2006). Pocket Atlas of Oral Diseases - 2nd.ed: New York
9. He long dan fei-yun ping (2012). Gingival fibromatosis with multiple unusual
findings:report of a rare case International Journal of Oral Science. (4), 221-225.
10. Siddeshappa Srinivasa Tenkasale Siddeshappa, et al. (2016). Whisking of ugly
tissue A surgical management of gingival fibromatosis in a 15- year-old girl: A
rare case report. Contemporary Clinical Dentistry. 6 (2), 240-242.
11. Takei Newman. 2015. Caranzza Clinical Periodontology 12th Edition:ST Louis

24

Anda mungkin juga menyukai