PENDAHULUAN
Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi
keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang
menjadi stakeholder pemerintah daerah. Untuk itu, pemerintah daerah perlu memiliki sistem
akuntansi dan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang memadai. Selain itu,
pemerintah daerah juga perlu melakukan perbaikan mekanisme audit terhadap instansi
pemerintah daerah. Pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan suatu
tantangan karena lingkungan sektor publik yang sangat kompleks membutuhkan kompetensi
tersendiri untuk mendesain sistem akuntansi yang akan diterapkan.
Pentingnya otonomi dalam setiap organisasi sektor publik di segala bidang guna
mewujudkan pemrintahan yang demokratis guna memberikan pelayanan yang baik pada
masyarakat Good Goovernance. Melalui UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah, Pemerintah dan DPR telah jelas menunjukkan political will untuk
melaksanakan otonomi daerah dan desentralisasi pada tahun anggaran.
Dalam konteks otonomi daerah desentralisasi dimaksudkan agar daerah lebih mampu
mengembangkan inisiatif dan kreativitas daerah dan sumberdayanya untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional yang
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang
berkeadilan serta perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Namun
kesemuanya itu perlu diimbangi dengan pengawasan yang memadai agar tidak menimbulkan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) baru atau memindahkan KKN dari tingkat Pusat
ke Daerah, antara lain dengan adanya amanat dalam Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998
tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas KKN, yang telah ditindaklanjuti dengan
UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, serta
terbitnya UU No. 20 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Disamping itu, saat ini juga telah terbit UU di bidang Keuangan Negara, yang meliputi UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, serta sebentar lagi akan terbit UU Pemeriksaan atas Tanggungjawab dan Pengelolaan
Keuangan Negara dalam rangka menegakkan 3 pilar utama Good Governance, yaitu
akuntabilitas, transparansi danapartisipasi masyarakat luas, yang telah menjadi komitmen
pemerintah sejak dimulainya era reformasi hingga saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Devinisi Pengawasan Administratif
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh pemerintah, gubernur dan
bupati/walikota adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan desa berjalan sesuai rencana dan aturan yang
berlaku. Pengawasan ini dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah sesuai bidang
kewenangannya masing-masing (PP no.79/ 2005).
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penetausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan daerah (pp
no.58/2005).
Pengawasan administrasi umum pemerintahan, dilakukan terhadap kebijakan daerah,
kelembagaan, pegawai daerah, keuangan daerah dan barang daerah. Pengawasan urusan
pemerintahan, dilakukan terhadap urusan wajib, urusan pilihan, dana dekonsentrasi, tugas
pembantuan, kebijakan pinjaman dan hibah luar negeri.
Pada prinsipnya pengawasan administrasif adalah,untuk memetuhi pereturan
berdasarkan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan sebuah organisasi yang telah di
tentukan.
BAB III
KESIMPULAN
Apabila salah satu unsur ini hilang maka komitmen akan kehilangan
kekuatannya. Komitmen berfungsi sebagai pengikat yang merekatkan
hubungan, landasannya karakter, integritas dan empati. Komitmen adalah
sebuah tanda kedewasaan dan seharusnya komitmen terbesar kita adalah
terhadap nilai dan etika. Tanggung jawab terbesar kita adalah meninggalkan
warisan yang dapat dibanggakan kepada generasi penerus, yaitu bahwa
institusi pengawasan di negara kita ini perannya benar-benar sudah diakui
keberadaannya dengan melihat dari cara kerjanya, dari nilai yang dianutnya,
dari etika yang ditanamkannya, dan hasil yang diberikannya kepada
masyarakat dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
BPKP. 2007. Sistem Administrasi Keuangan Negara I. Diakses mealui internet pada tanggal 19
Marer 2017 (http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/sPkxX9DW1325560846.pdf )