Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI DAMPAK PENTING PENGEMBANGAN LAPANGAN PPGM

Pada uraian Bab V Prakiraan Dampak Penting, telah dijelaskan dampak-dampak


yang

mungkin terjadi akibat adanya pengembangan lapangan PPGM, baik bagian hulu
maupun

bagian hilir di wilayah Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Masing-masing dampak

dimungkinkan terjadi pada ke-4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu tahap prakonstruksi,
tahap

konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi terhadap komponen lingkungan
geofisik-

kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat.

ANDAL Proyek Pengembangan Matindok

VI-2

PT PERTAMINA EP -PPGM

Di dalam KA-ANDAL telah disampaikan cara pengambilan keputusan suatu dampak


lingkungan

mana yang dikelola dan yang tidak dikelola melalui evaluasi dampak penting.
Penetapan

pengambilan keputusan tersebut menggunakan parameter besaran dampak dan


tingkat

kepentingan dampak hasil prakiraan dampak penting sesuai dengan Peraturan


Pemerintah

No. 79 Tahun 1999. Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk menetapkan


suatu dampak

harus dikelola atau tidak dikelola disajikan berikut ini.

Keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak
yang

termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) atau tidak dikelola (TPK)
ditetapkan

berdasarkan tiga kriteria sederhana berikut:


a) Pada parameter lingkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu:
apabila tingkat

kepentingan dampaknya (P) 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan

menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan
melebihi

baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak
penting

yang dikelola (PK).

b) Pada parameter lingkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: apabila
(P) 3

dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya


masuk

kategori dampak penting yang dikelola (PK).

c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting
dan tidak

dikelola (TPK).

Berdasarkan pada kriteria tersebut, Tabel 6.1 menyajikan rekapitulasi besaran


dampak dan

tingkat kepentingan dampak, serta keputusan dampak-dampak apa saja yang


dikelola dan yang

tidak dikelola. Dampak-dampak lingkungan yang dikelola ditandai dengan singkatan


PK

(Penting dan Dikelola), sedangkan yang tidak dikelola dibri kode TPK (Dampak
Tidak

Penting dan Tidak Dikelola). Berikut ini disajikan dampak penting dari berbagai
kegiatan

baik yang ada di bagian hulu maupun di bagian hilir.

6.1. DAMPAK KEGIATAN DI BAGIAN HULU

Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak Kegiatan


Proyek

Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah


disajikan
pada Tabel 6.1.

Telaahan Terhadap Dampak Penting

Pada dasarnya setiap tahap kegiatan atau rencana kegiatan pengembangan proyek

pengembangan lapangan gas, baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi


maupun pasca

operasi akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan, baik bersifat


negatif

maupun positif. Rencana kegiatan yang merupakan sumber dampak dan banyak
menimbulkan

dampak penting terhadap komponen lingkungan yaitu:

1. Tahap Prakonstruksi adalah pembebasan lahan dan tanam tumbuh;

2. Tahap Konstruksi adalah mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan


tenaga kerja,

pembukaan dan pematangan lahan, konstruksi BS dan GPF dan pemasangan pipa
penyalur

gas;

3. Tahap Operasi adalah penerimaan tenaga kerja, pemboran sumur


pengembangan,

operasi produksi di GPF, pengangkutan kondensat dan sulfur melalui transportasi


darat;

4. Tahap Pasca Operasi adalah pembongkaran dan demobilisasi peralatan,


revegetasi dan

penglepasan tenaga kerja.

Komponen lingkungan yang terkena dampak penting yaitu:

1. Komponen Geo-Fisik-Kimia adalah kualitas udara ambien, kebisingan, kualitas air

permukaan, kualitas air laut, erosi tanah, sistem irigasi dan drainase, transportasi
darat;

2. Komponen Biologi adalah vegetasi, fauna darat dan biota air tawar;

3. Komponen Sosial, yaitu kepemilikan lahan, kesempatan berusaha, proses sosial,


pelapisan

sosial dan sikap dan persepsi masyarakat


4. Komponen Kesehatan Masyarakat, yaitu sanitasi lingkungan dan tingkat
kesehatan

masyarakat.

6.1.1.1. Tahap Prakonstruksi

Pada kegiatan prakonstruksi, dampak penting yang muncul adalah perubahan pola
kepemilikan

lahan akibat adanya kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Disamping
pola

kepemilikan lahan yang berubah, nantinya status kepemilikan dan pemanfaatan


lahan juga

berubah dari penggunaan semula, sehingga akan berpengaruh pula pada revisi
terhadap tata

ruang yang telah ada.

ANDAL Proyek Pengembangan Matindok

VI-9

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.1.2. Tahap Konstruksi

Kegiatan penyiapan/pembukaan lahan untuk pemboran sumur pengembangan,


pemasangan

pipa, konstruksi BS dan GPF, akan berdampak negatif terhadap pola aliran
permukaan, erosi,

penurunan vegetasi dan komunitas satwa.

Kegiatan penyiapan lahan untuk pemasangan pipa akan mengganggu alur-alur


sungai,

walaupun akan dipasang gorong-gorong tetapi bila ukurannya tidak


mempertimbangkan

kapasitas alur-alur sungai akan menyebabkan timbulnya dampak penting berupa


penggenangan

di jalan karena aliran yang tidak tertampung oleh gorong-gorong. Di samping


terjadinya

penggenangan, aliran yang deras tidak tertampung gorong-gorong sehingga


mengikis tanah
yang menimbun gorong-gorong yang mengakibatkan kerusakan jalan (jalan terputus
aliran).

Pembuatan jalan kerja tanpa adanya saluran drainase di tepi jalan akan
mengakibatkan aliran

terkonsentrasi pada badan jalan. Aliran permukan yang terkonsentrasi tersebut


menuju alur

sungai akan mempercepat proses erosi di badan jalan dan semakin banyak air yang
tidak

tertampung oleh gorong-gorong. Curah hujan yang cukup tinggi akan meningkatkan
resiko

penggenangan dan dapat luber, sehingga mengakibatkan kerusakan jalan dan


terganggunya

aksesibilitas lokasi sekitarnya. Bila kegiatan penyiapan lahan dilakukan pada musim
penghujan

akan meningkatkan intensitas maupun variasi tipe erosi yaitu tipe erosi alur (rill
erosion) dan

erosi parit (gulley erosion) . Erosi yang terjadi pada jalur-jalur pipa yang baru
maupun pada tepi-

tepi jalan akan menyebabkan peningkatan sedimentasi di sungai-sungai sekitarnya.


Kegiatan

penyiapan lahan untuk keperluan pemasangan pipa di beberapa lokasi akan


memotong tebing

sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan lereng sehingga meningkatkan


resiko

terjadinya longsoran tanah. Namun daerah yang terpengaruh longsoran relatif kecil
dan

material yang mengalami longsoran pada dasarnya berupa tanah, material batuan
lapuk,

maupun campuran antara tanah dan material batuan lapuk. Longsoran tanah ini
terutama akan

menyebabkan gangguan aksesibilitas jalan.

Kegiatan pembersihan lahan, konsolidasi lahan, pembangunan jalan kerja untuk


konstruksi
pemasangan pipa dari sumur-sumur ke BS (di lapangan Donggi, Sukamaju dan
Matindok-

Maleoraja) dan konstruksi BS dan jalur trunkline BS Donggi-LNG Plant akan


menyebabkan

dampak negatif penting berupa penurunan populasi dan jenis tumbuhan.


Pemasangan pipa itu

sebagian besar melewati lahan perkebunan (karet dan kelapa sawit). Pada segmen
yang melalui

SM Bakiriang, pemasangan pipa direncanakan menggunakan 3 alternatif. Rencana


jalur

ANDAL Proyek Pengembangan Matindok

VI-10

PT PERTAMINA EP -PPGM

alternatif-1 melewati SM Bakiriang yang kondisi faktual saat ini telah digarap
masyarakat untuk

kebun campuran dan kelapa sawit, dan sebagian kecil lainnya merupakan hutan
sekunder yang

ditumbuhi sisa-sisa pohon alam. Lahan hutan SM Bakiriang ini dipertahankan


sebagai habitat

burung Maleo, namun kondisinya makin memprihatinkan karena jenis pepohonan


alam yang

menjadi sumber makanan burung Maleo semakin berkurang karena oleh


masyarakat digantikan

dengan jenis pepohonan budidaya untuk perkebunan seperti karet, kakao dan
bahkan untuk

perkebunan sawit oleh perusahaan swasta. Jadi kegiatan pemasangan pipa jalur
alternatif-1

dan alternatif-2 secara emperik tidak akan mengurangi komunitas vegetasi alam
secara

signifikan dan pemasangan pipa dalam tanah juga tidak akan mempengaruhi jalur
migrasi

burung Maleo ke pantai untuk bertelur, karena migrasinya dilakukan dengan terbang
dari dalam
kawasan hutan di bagian utara menuju pantai yang berada di bagian selatan.
Walaupun

demikian beberapa jenis hewan dilindungi di SM Bakiriang yang masih dijumpai


antara lain babi

rusa dan burung rangkong, maka keberadaannya di sekitar lokasi proyek perlu
mendapat

perhatian. Beberapa jenis satwa sensitif dan bersifat shy, sehingga menjauhi
keramaian

misalnya lalulalang kendaraan untuk konstruksi, sedangkan jenis-jenis toleran akan


bertahan di

sekitar proyek. Jalan inspeksi untuk pemeriksaan sarana pipa sering digunakan oleh
masyarakat

(walaupun ilegal) untuk jalan dan lebih-lebih di lokasi pengembangan lapangan dan
konstruksi

BS Sukamaju yang berbatasan langsung dengan SM Bakiriang akan memicu


kegiatan penduduk

di sekitar hutan atau bahkan masuk dalam hutan dan pemburu juga menggunakan
jalan itu

untuk memasuki hutan yang dapat mempercepat pengurangan satwa di SM


Bakiriang.

Sementara itu pemasangan pipa jalur alternatif 3 yang dilakukan melalui pantai akan

mempengaruhi keberadaan dan kelestarian burung Maleo. Jenis burung yang


dilindungi ini

melakukan migrasi dari SM Bakiriang ke pantai untuk bertelur, sehingga kegiatan ini
dapat

mengganggu kehidupan burung Maleo. Pemasangan jalur pipa alternatif-3 ini juga
akan

menyebabkan kerusakan terumbu karang di perairan tersebut.

Kegiatan mobilisasi peralatan dan material sebagian besar bebannya dirasakan bagi
lingkungan

di sekitar lokasi pengembangan. Kegiatan mobilisasi material dan pekerja dari


pelabuhan atau
lokasi tempat hunian sementara pekerja ke lokasi kerja sebagian besar akan
menggunakan ruas

jalan Provinsi dan di pola konsentrasi pemukiman di Kabupaten Banggai memanjang


di kanan

kiri jalan raya itu, akan menganggu lalulintas warga dan juga menyebabkan
penurunan kualitas

udara akibat meningkatnya konsentrasi debu. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya
persepsi

negatif masyarakat terhadap PPGM, karena kenyamanan mereka terganggu.

ANDAL Proyek Pengembangan Matindok

VI-11

PT PERTAMINA EP -PPGM

Di sisi lain, kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi ini akan memberikan manfaat
bagi

masyarakat karena terbukanya kesempatan kerja/berusaha, sehingga akan terjadi


peningkatan

pendapatan bagi masyarakat yang dapat secara langsung dan tidak langsung
terlibat dalam

kegiatan tersebut. Namun demikian, tingkat pengangguran yang tinggi dan latar
pendidikan

yang kurang sesuai menyebabkan tidak semua angkatan kerja dapat tertampung
dalam

kegiatan tahap konstruksi sehingga menimbulkan kekecewaan bagi mereka yang


berharap

dapat terlibat namun tidak tertampung. Kekecewaan ini akan menimbulkan sikap
dan persepsi

negatif terhadap PPGM.

Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi ini akan mempengaruhi semua aspek


lingkungan.

Beberapa parameter lingkungan berpotensi akan melebihi baku mutu seperti kadar
debu di
lokasi-lokasi pemasangan pipa dan sarana produksi. Bila kegiatan ini berlangsung
pada musim

hujan tentu hasil itu tidak akan terjadi, namun sebaliknya tingkat erosinya dan
sedimentasi

meningkat. Sementara ini kegiatan land clearing , khususnya untuk BS di Sukamaju


dan

pemasangan pipa jalur alternatif-1 dan alternatif-2 terjadi pada lahan yang terbatas,
namun bila

tidak ditangani dengan baik dampaknya justru terjadi pada tahap selanjutnya karena
akan

memicu kegiatan masyarakat untuk berusaha atau memanfaatkannya sehingga


burung Maleo

akan menjadi terganggu dan akan menempati habitat lebih masuk ke dalam hutan.
Pemasangan

pipa jalur alternatif-3 yaitu mengikuti jalur pantai SM Bakiriang menuju laut justru
akan

menganggu ekosistem terumbu karang yang ada, dan pada kegiatan konstruksi
disamping

mengakibatkan turunnya kualitas air laut, juga akan mengganggu lingkungan pantai
yang

menjadi habitat bertelur burung Maleo. Apabila dibandingkan dengan jalur alternatif
lain, jalur

pipa melalui pantai justru berdampak pada lingkungan biotik relatif lebih besar.

Tahap konstruksi ini tidak akan berpengaruh secara signifikan pada penurunan
fungsi ekologis

lingkungan, karena area dampak yang terjadi relatif kecil dan lokasi kegiatan yang
terpencar-

pencar. Sementara itu kemungkinan adanya sebagian kecil masyarakat yang


berharap terlalu

tinggi akan terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan-kegiatan tahap
konstruksi

namun tidak terealisasi akan kecewa dan persepsinya menjadi negatif terhadap
keberadaan
PPGM, apabila dampak tidak ditangani dengan baik dampaknya akan berlanjut dan

mempengaruhi tahapan selanjutnya yaitu kegiatan-kegiatan pada tahap operasi.

ANDAL Proyek Pengembangan Matindok

VI-12

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.1.3. Tahap Operasi

Kegiatan pemboran sumur pengembangan akan berdampak positif pada munculnya


kesempatan

berusaha bagi penduduk sekitar atau sepanjang jalan menuju ke lokasi pemboran
(multiplier

effects) sehingga dapat membantu dalam peningkatan pendapatan masyarakat


setempat.

Namun pada sisi yang lain kegiatan pemboran sumur akan menimbulkan dampak
negatif akibat

kemungkinan adanya lumpur pemboran yang tercecer dan masuk ke perairan bebas
sehingga

akan berdampak terhadap menurunnya kemelimpahan biota air tawar.

Kegiatan proses produksi di BS di Donggi, Sukamaju dan Matindok akan


menyebabkan

penurunan udara disebabkan oleh flare stack , emisi buang dari kompresor dan
genset, serta

kendaraan bermotor. Pengelolaan buang dengan flare stack masih diperlukan untuk

mengantisipasi yang harus dibuang. Jenis polutan yang mungkin dikeluarkan dari
kegiatan

tersebut adalah HC, CO 2 , CO, NO x , dan SO 2 .

Adanya pipa yang dialiri gas melintasi lahan-lahan milik penduduk akan
menyebabkan timbulnya

kekhawatiran penduduk, karena penduduk takut terjadi kebocoran atau sesuatu


yang tidak

diharapkan akan mungkin terjadi seperti kasus Lapindo. Walaupun alasan ini tidak
akurat,
namun pemahaman masyarakat yang beragam, menyebabkan persepsi yang
negatif bagi

sebagian masyarakat terhadap PPGM.

Kegiatan produksi dan kegiatan pemeliharaannya menghasilkan limbah cair.


Prosedur

penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran terus diperbaiki dalam


upaya untuk

mengurangi kasus-kasus pencemaran air yang dapat menyebabkan penurunan


kualitas air

permukaan. Bila upaya pengendalian mutu limbah cair tidak berhasil maka akan
berdampak

penting selanjutnya berupa penurunan densitas biota air. Kualitas air yang menurun
berdampak

langsung pada plankton dan benthos yang selanjutnya melalui rantai makanan akan

berpengaruh pada keanekaragaman ikan. Sebagian kecil masyarakat di dalam


wilayah studi

mengambil ikan-ikan di dalam lokasi proyek untuk konsumsi keluarga maupun dijual.
Oleh

karena itu, resiko terjadinya penurunan kualitas air misalnya akibat adanya
kebocoran harus

dihindari.

Kegiatan operasi sangat didambakan oleh sebagian besar masyarakat di


Kecamatan Toili Barat,

Toili, Batui dan Kintom atau bahkan Kabupatan Banggai secara umum karena
mereka berharap

ANDAL Proyek Pengembangan Matindok

VI-13

PT PERTAMINA EP -PPGM

mendapat kesempatan untuk bekerja/ atau mendapatkan kesempatan untuk


berusaha. Jumlah

tenaga kerja yang diperlukan pada tahap operasi lebih dari 430 karyawan dan masa
operasi
yang panjang yaitu lebih dari 20 tahun akan menyebabkan peningkatan pendapatan
masyarakat

yang dapat terserap langsung (menjadi karyawan) atau melalui beberapa kontraktor
yang

menjadi rekanan kerja atau mereka yang menangkap peluang usaha akibat
keberadaan PPGM.

Dampak langsung akan dirasakan penduduk sekitar proyek yang mempunyai akses
sebagai

buruh atau tenaga kerja tidak terampil pada setiap kegiatan proyek, sedangkan
secara tidak

langsung adalah terciptanya sektor-sektor informal untuk penyediaan kebutuhan


karyawan

perusahaan. Bila pendapatan karyawan mencukupi maka timbullah kegiatan


ekonomi dan

pembangunan lain seperti untuk perumahan sehingga diperlukan berbagai material


seperti pasir,

batukali, semen, tanah dan lainnya, disamping itu juga akan tumbuh kesempatan
kerja bagi

sebagian masyarakat lainnya. Keterlibatan penduduk lokal dalam peluang usaha


diduga mampu

meningkatkan pendapatan rumah tangga penduduk lokal, serta dapat memberikan

kesejahteraan pendapatan bagi penduduk. Namun pertumbuhan ekonomi lokal tidak


akan

mungkin merata karena warga yang mempunyai lahan luas, pendidikan yang baik
dan modal

besar akan lebih mampu menangkap peluang yang ada. Kenyataan ini akan dapat
menyebabkan

terjadinya gesekan sosial dan munculnya stratifikasi atau kelas-kelas sosial yang
baru dalam

masyarakat, yang pada akhirnya akan memunculkan sikap dan persepsi negatgif
masyarakat.

Kegiatan-kegiatan pada tahap operasi ini akan mempengaruhi semua aspek


lingkungan.
Beberapa parameter lingkungan berpotensi akan melebihi baku mutu bila tidak
ditangani atau

dikelola dengan baik, seperti beberapa parameter kimia udara dan kimia air di
lokasi-lokasi

operasi produksi di Donggi, Sukamaju, Matindok. Kegiatan operasional ini


berlangsung relatif

lama sekitar 20 tahun. Limbah cair ini perlu dikelola dengan baik karena akan
menyebabkan

dampak turunan berupa penurunan komunitas biota air tawar dan biota air laut.
Selain itu

komponen lain yang akan terkena dampak adalah masyarakat, apabila badan air
digunakan

untuk aktivitas masyarakat dan beresiko terhadap penurunan kesehatan masyarakat

penggunanya. Sementara itu kemungkinan adanya sebagian kecil masyarakat yang


berharap

terlalu tinggi akan dapat terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan-
kegiatan

tahap operasi namun ternyata tidak terealisasi akan kecewa dan persepsinya
menjadi negatif

terhadap keberadaan PPGM, sehingga dampak terhadap komponen fisik (udara dan
air) perlu

ditangani dengan baik agar persepsi negatif masyarakat yang mungkin akan
berkembang dapat

dicegah.

ANDAL Proyek Pengembangan Matindok

VI-14

PT PERTAMINA EP -PPGM

6.1.1.4. Tahap Pasca Operasi

Kegiatan penutupan sumur dan berhentinya operasi produksi akan memberikan


dampak positif

pada komponen udara, air dan vegetasi serta satwa liar sebagai akiba tidak adanya
lagi sumber
pencemaran air dan udara. Sementara itu dengan terbengkelainya sarana dan
prasarana

produksi serta tidak adanya kegiatan pemeliharaan akan menyebabkan vegetasi liar
tumbuh

dengan cepat sehingga lingkungan hijau bertambah. Namun demikian perubahan ini
akan

terjadi secara alami, sehingga tidak dapat dicegah atau dikembangkan. Sebaliknya
akan terjadi

dampak negatif terhadap kesempatan kerja dan berusaha, sehingga akan


berpengaruh terhadap

pendapatan masyarakat. Masyarakat, terutama para eks pekerja, tentu akan gelisah
karena

walaupun mereka tahu akan ada proses penghentian kontrak kerja, namun belum
tentu semua

orang siap untuk menghadapinya atau menyesuaikan diri terhadap pola pengeluaran
rumah

tangganya dengan mudah. Tahap pasca operasi ini mulai terjadi bila gas dan gas
cair tidak

ekonomis diproduksi.

Untuk dapat melihat secara holistik keterkaitan semua kegiatan yang telah diuraikan
dengan

dampak-dampak penting yang akan dikelola, secara lebih rinci hal tersebut
dituangkan secara

skematis masing-masing keterkaitan antara kegiatan dengan dampak lingkungan


(primer,

sekunder, tersier dan kuarter) yang akan dikelola seperti pada Gambar 6.1.

Berdasarkan telaahan tersebut diperoleh jenis-jenis dampak penting yang perlu


mendapatkan

prioritas untuk dikelola, seperti disajikan pada Tabel 6.2.

Anda mungkin juga menyukai