Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROLITIASIS

DISUSUN OLEH :
ANDRE MULIA FONNA
160901086

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES DARUSSALAM LHOKSEUMAWE
TAHUN 2017

A. ANATOMI FISIOLOGI
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang
menjalankan banyak fungsi untuk homeostasis, yang
terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur
kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh.
Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di
sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak
retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain itu
sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang
ureter, sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih)
dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh.

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:


1. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya
terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi (glomerulus
dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis.
2. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya
terdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus
pengumpul (ductus colligent).
3. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid
ginjal
4. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang
menonjol ke arah korteks
5. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh
darah, serabut saraf atau duktus
memasuki/meninggalkan ginjal.
6. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan
antara duktus pengumpul dan calix minor.
7. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
8. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
9. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian
yang menghubungkan antara calix major dan ureter.
10. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju
vesica urinaria.

B. DEFINISI
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi
larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat,
struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari
yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk.
Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan,
pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan
kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi.

C. ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya dengan gangguan aliran urin,gangguan
metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih
pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik
yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri
dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya. Faktor intrinsik antara lain :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan
dari orang tuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia
30-50 tahun.
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka
kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperature/
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar
mineral kalsium pada air yang dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium
mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang
yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas
atau sedentary life.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada.
Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari
hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya
konstan. Terutama timbul pada costoverteral.
2. Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi
karena adanya trauma yang disebabkan oleh adanya
batu atau terjadi kolik.
3. Infeksi
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus
urinarius maupun infeksi asistemik yang dapat
menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
4. Kencing panas dan nyeri
5. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal

E. PATOFISIOLOGI
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan
matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan
tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga
perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan
cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake
yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic
akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis sehingga
membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah
dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh
produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan
magnesium pospat.
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori ;
1. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk
batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal
yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi
kristal kemudian timbul menjadi batu.
2. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65%
protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air.
Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-
kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam
jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga
diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi
kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi
pengendapan.
4. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat
secra- bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti
dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan
luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga
berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan
batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
5. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam
teori di atas.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urin
a. PH lebih dari 7,6
b. Sediment sel darah merah lebih dari 90%
c. Biakan urin
d. Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2. Darah
a. Hb turun
b. Leukositosis
c. Urium krestinin
d. Kalsium, fosfor, asam urat
3. Radiologist
Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
4. USG abdomen

G. PENATALAKSANAAN

Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan


pada nefrolitiasis terdiri dari :
1. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan
mengurangi pembentukan batu yang baru.
2. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10
gelas/hari).
3. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium
selulosa fosfat.
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat
pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih,
diberikan kalium sitrat.
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang
menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan
akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat
(misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan
teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan
tersebut dikurangi.
6. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain,
seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan
vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada
kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap
penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
7. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan
unggas, karena makanan tersebut menyebabkan
meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa
diberikan allopurinol.
9. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih
bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air
kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
10. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Sedangkan menurut Purnomo BB (2003),


penatalaksanaan nefrolitiasis adalah :
1. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau
melarutkan batu. Tetapi simtomatik berusaha untuk
menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum
yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.
2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan
nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui
sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang
paling sering dilakukan adaah ESWL. ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang adalah
tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh
dengan menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat
litotripsor tindakan bedah lain adalah niprolithomy
adalah pengangkatan batu ginjal dengan adanya
sayatan di abdomen dan pemasangan alat, alat
gelombang kejut, atau bila cara non bedah tidak
berhasil.

H. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian
1. Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis
kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat,
tanggal masuk MRS dan Diagnosa.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak
nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu
saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dimana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul,
penyebab dan faktor yang mempengaruhi,
memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di
bawa ke RS.
4. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya
batu dalam ginjal.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga
adanya riwayat keturunan dari orang tua.
6. Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan
dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana
perawat secara umum.

Pola-pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang
mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga
kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup
sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu
makan menurun karena adanya luka pada ginjal.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena
kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada
ginjal.
4. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal
biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau
batu ginjal dalam perut.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang
atau terganggu karena adanya penyakitnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi
yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan
operasi.
7. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang
dideritanya selama di rumah sakit.
8. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut
masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada
gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
9. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang
sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
10. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu
melakukan hal yang positif jika stress muncul.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit
yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
- Klien biasanya lemah.
- Kesadaran komposmetis.
- Adanya rasa nyeri.
2. Kulit
- Teraba panas.
- Turgor kulit menurun.
- Penampilan pucat.
3. Pernafasan
- Pergerakan nafas simetris.
4. Cardio Vaskuler
- Takicardi.
- Irama jantung reguler.
5. Gastro Intestinal
- Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6. Sistem Integumen
- Tampak pucat.
7. Geneto Urinalis
- Dalam BAK produksi urin tidak normal.
- Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa
keperawatan yang sering muncaul adalah :
1. Nyeri bd peningkatan kontraksi ureteral, trauma
jaringan pembentukan udema
2. Ganguan istirahat dan tidur bd nyeri
3. Resti infeksi bd tindakan invasive
4. Perubahan eliminasi urin bd irirtasi ginjal, obstruksi,
inflamasi
5. Kurang perawatan diri.bd pemasangan alat pada tubuh
6. Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi
informasi.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri bd peningkatan kontraksi ureteral, trauma
jaringan pembentukan udema
Tujuan : nyeri berkurang, spasme terkontrol
KH : klien tampak rileks
Intervensi :
a. Kaji nyeri dengan PQRST
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melapor
jika nyeri dan perubahannnya
c. Ajarkan teksnik relaksasi dan distraksi
d. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
e. Kolaborasi analgetik

2. Ganguan istirahat dan tidur bd nyeri


Tujuan : istirahat tidur terpenuhi
KH : identifikasi teksnik induksi tidur, faktor
penyebab gangguan tidur
Intervensi :
a. Beri lingkungan yang tenang untuk pasien
b. Atur prosedur agar tidak mengganggu waktu
istirahat pasien
c. Kaki penyebab gangguan tidur

3. Resti infeksi bd tindakan invasive


Tujuan : tidak terjadi infeksi
KH : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Pertahankan aseptic dalam tindakan
b. Monitor TTV
c. Periksa laboratorium tanda-tanda infeksi
d. Kolaborasi pemberian antibiotic

4. Perubahan eliminasi urin bd irirtasi ginjal, obstruksi,


inflamasi
Tujuan : berkemih dengan normal
KH : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Awasi intake dan output cairan dan karakteristik
urin
b. Kaji pola berkemih pasien
c. Dorong pemasukan cairan agar meningkat
d. Keji keluhan kandung kemih
e. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium

5. Kurang perawatan diri.bd pemasangan alat pada tubuh


Tujuan : kebersihan terpenuhi
KH : dapat perawatan diri secara mandiri
Intervensi :
a. Kaji penyebab kkurang perawatan diri
b. Dorong pasien melakukan personal hygiene
c. Dorong pasien menggunakan alat bantu yang ada

6. Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis,


dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi
informasi.
a. Kaji ulang proses pemnyakit dan harapan masa
depan
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
b. Tekankan pentingnya pemasukan cairan
Rasional: pembilasan sistem ginjal menurungkan
kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu
c. Diskusikan program pengobatan
Rasional: obat-obatan diberikan untuk mengasamkan
atau mengalkalikan urine

K. EVALUASI
Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang
kitaharapkan adalah sebagai berikut :
1. Nyeri hilang/terkontrol
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
3. Mencegah Komplikasi
4. Proses penyekit/prognosis dan program terapi dipahami
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


EGC.
Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Purnomo. 2003. Dasar-dasar Urologi. Malang: Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan.
Jakarta: Buku Kedoketan EGC.
Sjamsuhidrajat (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.
Syaifudin. 2002. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai