PendahuluanNyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan penderita, sehingga untuk mengurangi nyeri secara
simtomatis diperlukan analgetika. Analgetika yang akan dibahas ialah obat-obat yang termasuk golongan anti inflamasi
non-steroid yang dikenal dengan NSAID yang mempunyai efek analgetika, anti piretika dan anti inflamasi.Banyaknya
NSAID yang beredar di pasaran sebagai analgesik dan anti piretik, misalnya: aspirin, parasetamol, ibuprofen, asam
mefenamat dan untuk menanggulangi artritis reumatoid, osteoartritis, periodontitis, misalnya: aspirin, endometasin,
diklofenak, piroksikan, celecoxib, nimesulide, diperlukan pemilihan obat sesuai indikasi klinik dengan memperhatikan
efek samping obat.
COX-1 bertanggung jawab terhadap produksi prostaglandin yang diperlukan untuk hemostasis normal, fungsi lambung
dan ginjal. COX-2 akan menghindari terjadinya efek toksik terhadap sintesa prostaglandin di lambung, sintesa
prostasiklin endotelial (resiko pendarahan).
Sebaliknya inhibitor spesifik COX-2 seperti rofecoxib yang berkerjanya terlalu berlebihan(power full) ke COX-2, perlu
waspada penggunaannya pada penderita hipertensi dan kegagalan jantung kongestif (congestive heart failure) karena
hambatan yang kuat terhadap PGI2 (prostasiklin) menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan tromboksan-A pada
COX-1 tidak dihambat sama sekali, sehingga tidak punya daya anti trombotik yang diperlukan pada penderita dengan
venous trombosis jantung. Resiko lebih banyak pada penderita yang mendapat rofecoxib dibanding dengan pemberian
naproksen. (Rafael, R., Castilla, 2001)
Nimesulide merupakan inhibitor selektif COX-2, dimana penghambatan pada COX-2 tidak power full sehingga tidak
mengganggu fungsi fisiologis pada prostasilin (PGI2) pada COX-2 yang berfungsi sebagai vasodilator dan antiagregasi.
Dan Aulin masih sedikit menghambat tromboxan (TXA2) pada COX-1 sehingga tidak menyebabkan terjadinya aggregasi
trombosit.(Shah, 1999)
Nimesulide, telah dilakukan penelitian, ternyata tidak mempengaruhi haemostasis system cardiovascular seperti waktu
perdarahan, factor koagulasi darah, factor von Willebrand dan factor agregasi platelet (GA Marbet, 1998).
Menurut penelitian Cohort, terbukti bahwa insiden terjadinya risiko hepatotoksik dan kelainan hepar pada obat-obatan
NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) termasuk Nimesulide adalah tidak ada perbedaan dan insidennya sangat
kecil, (British Medical Journal, 2003).
NSAID suatu bahan aktif secara farmakologi tidak homogen terutama bekerja menghambat produksi prostaglandin dan
digunakan untuk perawatan nyeri akut dan kronik. Obat-obat tersebut ditandai dengan sifatnya mampu mengurangi
nyeri, panas dan inflamasi dan disertai gangguan inflamasi nyeri dan lainnya. Obat-obat tersebut meliputi salisilat (acetyl
salicylic acid, diflunisal, benoxylate) derivat antharanilic acid (mefenamic acid, meclofenamic acid, flufenamic acid,
niflumic acid), derivat phenylpropionac acid (fenoprofen, ibuprofen, naproxen, ketoprofen, flurbiprofen, finbufen,
tiaprofenic acid), indoles (indomethacin, ketorolac, sulindac, tolometin, etodolac), oxicams (piroxicam, tenoxicam
meloxicam) da derivat acetic acid (diclofenac, alclofenac). NSAID ini termasuk non selektif menghambat enzim
cyclooxygenase COX-1 dan COX-2 yang memicu asam arakidonat untuk mensintesis proinflamatori prostaglandin E2
(PGE2), namun mempunyai efek samping akibat kurangnya prostaglandin di lambung menimbulkan iritasi dan ulserasi.
NSAID dengan selektif inhibitor COX-2 menghambat cyclooxygenase yang terdapat pada sel inflamasi juga bahan-
bahan yang menimbulkan inflamasi. NSAID tersebut antara lain diaryl substituted furanones (rofecoxib), diaryl
substituted pyrazoles (celecoxib), indole acetic acids (etodolac) dan sulfonanilides (nimesulide), lihat tabel (Goodman
and Gillman, 2001).
Inflamasi
Inflamasi merupakan proses yang sangat kompleks yang meliputi ikut sertanya aktifitas banyak tipe sel dan mediator.
Secara normal cidera jaringan atau adanya bahan asing menjadi pemicu kejadian yang mengikut sertakan partisipasi
dari enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan jaringan dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut
menimbulkan tanda inflamasi berupa: kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi. Rangsangan yang
menimbulkan inflamasi sangat berbeda-beda tetapi prosesnya diperantarai oleh sejumlah mediator, termasuk:
prostaglandin, leukotrien, interleukin, oksigen radikal bebas dan oksidan lain (nitric oxide, kloramin, asam hipoklorus)
yang secara langsung dapat menimbulkan kerusakan jaringan, inaktifasi dari inhibitor protease, misalnya: a1-antitrypsin,
inhibitor spesifik dari elastase neutrofil, dapat merusak matriks jaringan ikat. Bahan-bahan tersebut dihasilkan oleh sel
inflamasi yang meliputi polymorphonuclear leucocytes (neutrofils, easinofils, basofils), sel endotel, sel mast, makrofag
(monosit dan limfosit). Rangsangan lain untuk terjadinya inflamasi termasuk histamin, kejadian imunologik, faktor
kemotaktik, dan lain-lain.
Prostanoid termasuk prostaglandin, thromboxanes dan leukotriens merupakan mediator lipid yang disalurkan lewat
membran fosfolipid oleh kerja beberapa enzim antara lain fosfolipase A2, cyclooxygenase, lipoxygenase dan enzim
spesifik untuk sintesis prostanoid tertentu. Prostaglandin hasil dari jalur cyclooxygenase merubah asam arakidonat
menjadi autocoid melibatkan fase proses inflamasi, reaksi panas dan nyeri dan fungsi fisiologis termasuk mobilitas
intestinal, agregasi platelet, tonus vaskular, fungsi renal, sekresi lambung, integritas mukosa lambung.
Respon inflamasi terjadi dalam 3 fase yang berbeda sesuai mekanisme yang berbeda:
Gb. 2: Inflamasi
Nyeri
Pertimbangan dari macam nyeri dan intensitas nyeri merupakan penilaian efikasi analgesik. Untuk beberapa nyeri pasca
operasi, NSAID lebih superior daripada analgesik opioid. Nyeri disertai inflamasi dan kerusakan jaringan mungkin
disebabkan stimuli lokal dari serat nyeri dan meningkatkan sensitifitas nyeri (hiperalgesi). Sebagian sebagai akibat dari
peningkatan excitablitas dari neuron sentral dalam korda spinal (central sensitization).
Prostaglandin dapat meningkatkan kepekaan reseptor nyeri akibat rangsangan mekanik atau kimia dengan menurunkan
nilai ambang polimodal nosiseptor dari serat syaraf C. Efek analgesik NSAID dengan menghambat sintesa prostaglandin.
Panas/Demam
Regulasi suhu tubuh memerlukan keseimbangan antara produksi dan keluarnya panas. Hipotalamus mengatur set point
sehingga suhu tubuh dipertahankan. Pada keadaan demam set point-nya meningkat, NSAID menurunkan demam
kembali ke normal. Obat-obat ini tidak mempengaruhi suhu tubuh apabila panas badan disebabkan oleh faktor-faktor
seperti latihan atau oleh faktor yang tidak jelas sebabnya.
Demam dapat diakibatkan infeksi atau akibat kerusakan jaringan, penolakan graft, keganasan atau keadaan penyakit.
Biasanya hal ini disebabkan oleh peningkatan pembentukan sitokin seperti: IL-1, IL-6, interferon alfa dan beta dan TNF-
a. Sitokin meningkatkan sintesis PGE2 di organ sekitar dan di dekat area hipotalamus preoptik dan PGE2 meningkatkan
cyclic AMP yang merangsang hipotalamus meningkatkan suhu tubuh dengan peningkatan generasi panas dan
menurunkan kehilangan panas.
NSAID tidak menghambat demam yang disebabkan prostaglandin bila prostaglandin diberikan langsung, tetapi
menghambat demam yang disebabkan oleh bahan yang meningkatkan sintesis IL-1 dan sitokin lain yang ditimbulkan
demam, yang menimbulkan sintesis prostaglandin endogen.
http://www.pabmi.com - PABMI - Indonesia Association of Oralmaxillofacial Surgeon
Powered by Mambo Open Source Generated: 21 December, 2004, 08:23
Studi pada manusia
Studi pengurangan nyeri pada penderita pada berbagai gangguan nyeri oleh karena inflamasi untuk evaluasi studi
banding digunakan parameter efikasi: intensitas nyeri dari bagian tubuh yang dinilai oleh penderita dengan
menggunakan skala nyeri analog visual (visual analogue pain scale - VAPS) dan penilaian global dari efikasi oleh peneliti
dengan penderita menggunakan 4 titik skala verbal (4-point verbal rating scale) sangat baik, baik, sedang, nol. Cara lain
untuk menilai efikasi klinik termasuk pengukuran mobilitas, udema, hiperemi dari daerah yang terlibat.
Efikasi terapetik dapat dilakukan dengan cara studi non komparatif dan studi komparatif. Studi non komparatif
menggunakan efikasi terapetik dengan dibanding dasar dari berbagai parameter efikasi, antara lain: nyeri spontan,
morning stiffness dan efikasi global yang dinilai peneliti. Studi non komparatif dapat dilakukan pada studi klinik multi
senter mengenai nyeri odontologik selama 6 hari. Studi komparatif secara buta ganda (double blind comparative study)
untuk dua atau lebih obat termasuk plasebo untuk mengetahui aktifitas analgesik dan periode waktu yang ditentukan,
misalnya: studi komparatif buta ganda dari nimesulide dibandingkan dengan diklofenak, asam mefenamat, flurbiprofen,
piroksikain untuk kasus inflamasi meliputi mula kerja obat dan hilangnya nyeri secara simtomatik untuk obat dengan
pemberian per oral atau per reletal.
Penelitian pada manusia dipersyaratkan adanya persetujuan dari penderita (informed conscent) dan persetujuan
protokol penelitian oleh panitia kelaikan etik (ethical clearance, WHO).
Pharmacological activity
Material/model
Results
Inhibition of writhing
Mice/acetic acid-induced
-----/phenylquinone-induced
-----/acetylcholine-induced
Rats/acetic acid-induced
ED50 = 40 mg/kg
ED50 = 18 mg/kg
ED50 = 10 mg/kg
ED50 = 3-21 mg/kg
Analgesic activity
Rats/Randall-Selitto test
-----/yeast-induced hyperesthesia
ED50 = 3.5-5.2 mg/kg
ED50 = 5.2 mg/kg
Hypothermic activity
Rats/yeast-induced fever
ED50 = 0.2-0.5 mg/kg
Pemilihan Analgesik Antiinflamasi Non Steroid (NSAID) untuk berbagai situasi klinik
Respon individu terhadap NSAID sangat besar, walaupun dari NSAID dengan struktur kimia yang serupa, misalnya
respon individu terhadap ibuprofen lebih baik daripada obat dari kelompok asam propionat lainnya.
Dosis yang rendah sebagai dosis inisial diberikan untuk mengetahui efektifitas obat dan dapatnya obat tersebut ditolerir
oleh individu. Apabila penderita kesulitan tidur akibat nyeri atau kaku kuduk pagi hari, maka dosis tunggal besar
diberikan di malam hari. Namun pemberian NSAID selama satu minggu dapat menentukan efektifitas obat. Obat dapat
diteruskan atau dihentikan dengan sebelumnya penurunan dosis. Efek samping obat dapat timbul pada minggu pertama
pemberian obat, walau ulserasi lambung dapat terjadi lebih lama. Apabila penderita tidak mendapat manfaat dari satu
NSAID, dapat diganti NSAID lainnya. Hindari terapi dengan kombinasi lebih dari satu NSAID, manfaatnya tidak
meningkat bahkan efek sampingnya bertambah. Penggunaan Nimesulide, menghindari penggunaan kombinasi obat,
karena efektif untuk anti-inflamsi, nyeri sekaligus demam.
Badan POM Eropa yaitu CPMP (Committee for Proprietary Medicinal Product) atau EMEA (Eroupean Medicines
Evaluation Agency) yang mengevaluasi obat-obat yang beredar di pasar, pada bulan Juli 2003 memutuskan bahwa
Nimesulide adalah produk NSAID yang aman dan efektif untuk digunakan pada pasien yang menderita berbagai kondisi
nyeri dan inflamasi.
Nama Obat
Dosis
Jadwal
Aspirin
325-1000 mg
Kalium Diklofenak
50-200 mg
8 jam sekali
Natrium Diklofenak
50 mg
8 jam sekali
Ibuprofen
200-800 mg
4-8 jam sekali
Indometasin
25-50 mg
8-12 jam sekali
Ketoprofen
25-75 mg
6-12 jam sekali
Asam Mefenamat
250 mg
6 jam sekali
Naproxen
250-500 mg
12 jam sekali
Piroksikam
10-20 mg
12-24 jam sekali
Tenoksikam
20-40 mg
24 jam sekali
http://www.pabmi.com - PABMI - Indonesia Association of Oralmaxillofacial Surgeon
Powered by Mambo Open Source Generated: 21 December, 2004, 08:23
Meloksikam
75 mg
24 jam sekali
Celecoxib
100 mg
12 jam sekali
Nimesulide
100 mg
12 jam sekali
Ketorolak
10-30 mg
4-6 jam sekali
Asetaminofen
500 mg
6-8 jam sekali
Tramadol*
50-100 mg
8 jam sekali
Type of surgery
Duration of treatment
Relative efficacy
Dental extraction/surgery
NIM 100 PO bid (32)
NAP 250 PO bid (32)
3 days
NIM NAP
Dental extraction/surgery
NIM 200 PR bid (22)
P (22)
3 days
NIM>P
Dental extraction
NIM 200 PR bid (23)
KET 100 PR bid (38)
5 days
NIM>KET
Dental extraction
NIM l00 PO sd (112)
NIM 200 PO sd (114)
MEF 500 PO sd (101)
P (104)
6 hours
NIM>MEF>P
Dental extraction
NIM 100 PO sd (35)
NIM 200 PO sd (34)
NIF 250 PO sd (32)
P (33)
6 hours
NIM NIF>P
Abbreviations and symbols: bid=twice daily; KET=ketoprofen; MEF=mefenamic acid; NAP=naproxen; NIF=nifumic acid;
P=placebo; PO=orally; PR=rectally; sd=single-dose; indicates no statistically significant difference in effiacy; >indicates
statistically significant greater efficacy than comparator (p<0.05)
Osteoartritis
Kebanyakan penyakit osteoartritik akibat erosi progresif dari tulang rawan artikular lewat 3 proses: 1. degradasi
enzimatik, 2. penurunan sintesis komponen matriks, 3. efek noksius dari oksigen radikal bebas dan oksidan lain.
Tulang rawan diserang oleh komponen inflamasi selular dan molekular. Neutrofil dapat merusak matriks tulang rawan
dan menghambat sintesis proteoglikan.
Nimesulide pada penderita osteoartritis secara signifikan dapat menghambat sintesis stromelisin (proteoglikanase) dan
kolagenase, dua enzim metaloproteinase yang melakukan degradasi proteoglikan dan kolagen yang aktifitasnya diatur
oleh inhibitor 1-proteinase (tissue metalloproteinase inhibitor). NSAID yang digunakan untuk osteoartritis mencegah
degradasi matriks tulang rawan, menghilangkan asam hipoklorus yang dibebaskan dari neutrofil lewat kerja
myeloperoksida mencegah inaktifasi oksidatif dari inhibitor 1-proteinasemencegah degradasi tulang rawan lebih lanjut.
Sebagai tambahan peningkatan kadar cAMP akan menimbulkan inhibisi fosfodiestrase tipe IV, meningkatkan sintesis
proteoglikan. Fenomena ini merupakan keuntungan pada perawatan penyakit osteoartritis, demikian juga pada
periodontitis. COX-2 inhibitor selektif (nimesulide) menghambat kerja oksidan bebas, menghambat enzim yang
menimbulkan degradasi matriks tulang rawan dan meningkatkan sintesis komponen tulang rawan. (Hayakawa, T.)
NSAID yang diperlukan untuk mengurangi nyeri pada pergerakan gigi dalam perawatan ortodonti diperlukan obat yang
tidak mengganggu remodeling jaringan periodontal, yaitu dengan aktifitas metaloproteinase yang berperan degradasi
jaringan periodontal seimbang dengan sintesis kolagen (Kyrhamdes, S.). Dalam hal ini telah dicoba bahwa indometasin
lebih meningkatkan MMP-9 dibanding dengan meningkatnya sintesis kolagen atau mengganggu remodeling struktur
periodontal.
Interaksi obat
Pemberian aspirin bersama NSAID lain akan menurunkan kadar indometasin, naproksen, ketoprofen dan fenoprofen
dengan menggeser NSAID dari ikatan plasma protein. Hal yang sama dengan warfarin dan metotroksat.
Pemberian azitromisin (antibiotika makrolid) bersama piroksikam akan menurunkan deposisi piroksikam pada jaringan
periodontal (Malizian, T., 2001)
http://www.pabmi.com - PABMI - Indonesia Association of Oralmaxillofacial Surgeon
Powered by Mambo Open Source Generated: 21 December, 2004, 08:23
Nimesulide 100 mg dua kali sehari selama tidak merubah parameter haemokoagulatif (prothrombin time, partial
thromboplastin time, plasma fibrinogen levels, bleeding time) pada penderita yang diberi warfarin 5 mg/hari. Namun
sedikit penderita meningkatkan aktifitas antikoagulan.
Penutup
Pemilihan NSAID COX-2 inhibitor selektif atas dasar mekanisme kerja nimesulide, aulin:
- Menurunkan penerusan anion superoksid yang dirangsang oleh polimorfonulear lekosit lewat hambatan translokasi
protein kinase C dan fosfodiesterase tipe IV
- Menghambat leukotrien B
- Menghambat bradikinin dan sitokin yang diinduksi hiperalgesia dengan menghambat pelepasan tumor necrosis factor
(TNF- )
- Menghambat transduksi sekuen signal yang mengaktifasi integrin CD11b/CD18 sehingga menurunkan agregasi
neutrophil dan adhesi pada sel endothel.
- Menurunkan degradasi matriks tulang rawan lewat hambatan sintesis metaloprotease (Ferreira 1993, Togmella 1993,
Tool et al 1996, Verhouven 1993)
Daftar Pustaka
- Sala, A., Folco, G., "Actual Role of Prostaglandins in Inflammation," Drug Invest, 1991, 3 ( Suppl 2):4-9.
- Davier, P., Bailey, P.J., Goldenberg, M., Ford-Hutchchinson, A.W., "The Role of Arachidonic Acid Oxygenation
Products in Pain and Inflammation;" Annu Rev Immunal, 1984, 2:335-357.
- Velo, G.P., "The Anti-inflammatory Analgesic and Antipyretic Activity of Nimesulidee in Experimental Methods," Drug
Invest, 1991, 3 (Suppl 2):10-13.
- Rabasseda, "Nimesulidee: A Selective Cyclooxygenase-2 Inhibitor Anti-inflammatory Drug," Drugs of Today, 1996, 32
(Suppl D): 4-9.
- Rafael, R., Castilla, "Cardiovascular Effects of Selective Cyclooxygenase-2 (COX-2) Inhibitor: An Emerging Concern,"
Pakistan Journal of Medical Sciences, 2001, 17:2, 67-68.
- Goodman and Gilman's, "The Pharmacological Basis of Therapeutics," 10th Ed, Mc. Graw Hill Publ Div, New York,
2001, p. 687-716.
- Hayakawa, T., "Matrix Metallo Proteinases (MMPs) and Tissue Inhibitor of Metallo Proteinases (TIMPs) in the
http://www.pabmi.com - PABMI - Indonesia Association of Oralmaxillofacial Surgeon
Powered by Mambo Open Source Generated: 21 December, 2004, 08:23
Development and Disease of Oral Tissues," Dentistry in Japan, 1998, 34:167-177.
- Kyrkamdes, S., O'Banior, K., Subtilny, J.D., "Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugsin Orthodontic Tooth Movement:
Metallo Proteinase Activity and Collagen Synthesis by Endothelial Cells,: American Journal of Orthodontic and
Dentofacial Orthopedic, 2000, 188, No. 2:203-208.
- Malizia, T., Batoni, G., Ghilardi, E., et al., "Interaction Between Piroxicam and Azithromycin During Distribution to
Human Periodontal Tissues," Journ. Periodontology, 2001, 72: 1151-1156
- __________, "Nimesulidee," In Focus, Adis Intl. Ltd., Milan, 1998 T. Giuseppe., Clara Bianchi ,et al, " Cohort Study of
Hepatotoxicity Associated With Nimesulide and Other Non Steroid Anti Inflammatory Drugs", British Medical Journal,
2003; 327: 18 - 22