Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Potensi kekayaan laut Indonesia sangatlah besar. Dengan luas mencapai 5,8
juta km2, tiga kali lebih luas dari wilayah daratannya tentunya memiliki kekayaan
sumber laut yang melimpah. Pemanfaatan kekayaan laut juga terus mengalami
perkembangan, sehingga sumber daya alam yang luar biasa bermanfaat ini dapat
digunakan secara maksimal.
Namun, kepedulian masyarakat terhadap kelestarian ekosistem laut masih
terbilang minim. Hal ini terbukti dari tingkat pencemaran ekosistem laut di
Indonesia yang semakin meningkat dan memprihatinkan. Seperti yang kita
ketahui, sejak isu pemanasan global hangat diperbincangkan, masyarakat luas
mulai sadar akan pentingnya menjaga kelestarian hutan, dan penekanan
pengeluaran emisi gas.
kelestarian ekosistem laut yang tak kalah pentingnya Sepertinya, hingga saat
ini pencemaran dan kerusakan ekosistem laut masih dianggap sebagai hal yang
wajar dan tidak penting. Bagaimana dengan santainya masyarakat, terutama yang
bermukim di sekitar pesisir, membuang sampah rumah tangganya ke laut,
menebang hutan mangrove dan menggunakan bahan peledak dalam pencarian
ikan. Sungguh memprihatinkan.
Berdasarkan uraian diatas saya tertarik untuk membuat makalah bertemakan
lingkungan ini. Agar masyarakat semakin menyadari keadaan memprihatinkan ini
dan tidak hanya terfokus pada ekosistem darat dan pemanasan global, tetapi juga
terhadap kelestarian ekosistem laut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pencemaran seperti apa yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
laut?

1
2. Dampak seperti apa yang dapat ditimbulkan oleh kerusakan ekosistem
laut?
3. Bagaimana upaya masyarakat dalam menjaga dan melestarikan ekosistem
laut?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pencemaran yang dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem laut.
2. Untuk mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan oleh kerusakan
ekosistem laut.
3. Untuk mengetahui upaya masyarakat dalam menjaga ekosistem laut.
4. Untuk melestarikan sumber daya laut.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis, sebagai media pembelajaran sehingga penulis dapat
mengetahui bahwa sebagian besar masyarakat yang berada di pesisir
pantai masih bergantung dengan sumber daya laut yang sangat melimpah
guna meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
2. Bagi Masyarakat, sebagai informasi sehingga mereka dapat mengetahui
bahwa laut memiliki potensi yang sangat melimpah yang dapat mereka
kelola demi kemakmuran dan peningkatan taraf hidup serta masyarakat
pun tahu khususnya masyarakat yang berada di pesisir pantai langkah-
langkah dan upaya yang dapat mereka lakukan dalam proses pengelolan
laut.
3. Bagi Pemrintah, agar memberi masukan serta saran usaha-usaha yang
harus di ambil guna memberdayakan masyarakat yang berada di pesisir
pantai.

1.5 Metode Penelitian


Saya menggunakan metode studi pustaka. Dalam metode ini saya
melakukan wawancara dengan ilmu kelautan, melakukan penelusuran di internet
dan buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian ekosistem laut
3
Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi.
Lautan menutupi lebih dari 80% belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61%
belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumi.
Indonesia sebagai Negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi yang rumit dilihat dari
topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat, terutama di
kawasan barat menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata-rata yang hampir
seragam, tetapi di tempat lain terutama kawasan timur menunjukkan bentuk-
bentuk yang lebih majemuk, tidak teratur dan rumit.
Bentuk dasar laut yang majemuk tersebut serta lingkungan air di atasnya
memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan
sebaran yang luas, baik secara mendatar maupun secara vertikal. Lingkungan laut
selalu berubah atau dinamis. Kadang-kadang perubahan lingkungan ini lambat,
seperti datangnya zaman es yang memakan waktu ribuan tahun. Kadang-kadang
cepat seperti datangnya hujan badai yang menumpahkan air tawar dan
mengalirkan endapan lumpur dari darat ke laut. Cepat atau lambatnya perubahan
itu sama-sama mempunyai pengaruh, yakni kedua sifat perubahan tersebut akan
mengubah intensitas faktor-faktor lingkungan.
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang memiliki ciri-ciri diantaranya :
salinitas ( kadar garam) yang tinggi dengan ion CI mencapai 55% terutama
di daerah laut tropis, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
ekosistem yang memiliki perbedaan suhu bagian atas dan bawah.(Batas
antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian
bawah disebut daerah termoklin).

tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem air laut terbagi menjadi:
Laut
Pantai
Estuari (muara)
terumbu karang

4
2.1.2 Pembagian Ekosistem Laut
Pembagian daerah ekosistem air laut, berdasarkan kedalamannya :
1. Daerah Litoral/Daerah Pasang Surut
Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat.
Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas (kadar garam) mempunyai
pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut
lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai
bentos, teripang, bintang laut, udang, kepiting, cacing laut.
2. Daerah Neritik
Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat
ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200
meter. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
3. Daerah Batial
Remang-remang, Kedalamannya antara 200-2000 meter, sudah tidak ada
produsen. Hewannya berupa nekton.
4. Daerah Abisal
Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 meter.
Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.

2.1.3 Permasalahan Ekosistem Laut


Ekosistem air laut memiliki luas lebih dari 2/3 permukaan bumi Ekosistem
laut memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl, namun kadar
garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang
rendah (di laut beriklim dingin). Seiring dengan perkembangan zaman dan
perubahan iklim, laut menemui masalah-masalah dalam ekosistemnya. Ekosistem
laut semakin lama menemui situasi yang memperihatinkan.
Permasalahan ekosistem laut yang ditemui terdiri dari: hilangnya ekosistem
terumbu karang dan pencemaran laut.

1. Hilangnya Ekosistem Terumbu Karang


Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem di dasar laut tropis yang
dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO 3) khususnya jenis-jenis

5
karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di
dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, krustasea, ekhinodermata,
polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di
perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton. Veron
dan Wallace mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah unik karena
umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, cahaya, sedimentasi, dan arus dan
gelombang.

a. Suhu
Perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan
tropis ditahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang
diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Pada tahun 1999 Suharsono
mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di
perairan Indonesia adalah 2-3
0C di atas suhu normal. Perkiraan di atas didasarkan pada suatu penelitian
yang menyebutkan bahwa perubahan suhu alami, baik yang ekstrim (maksimum
dan minimum) maupun secara mendadak, di bawah atau di atas suhu optimumnya
dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya.

b. Salinitas
Perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi terumbu karang. Hal ini
sesuai dengan penjelasan McCook pada tahun 1999 bahwa curah hujan yang
tinggi dan aliran material permukaan dari daratan dapat membunuh terumbu
karang melalui peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas air laut.
Efek selanjutnya adalah kelebihan zat hara berkontribusi terhadap degradasi
terumbu karang melalui peningkatan pertumbuhan makroalga yang melimpah
terhadap karang.

c. Cahaya
Bertambahnya volume dan meningkatnya tinggi permukaan air laut akan
memengaruhi kedalaman penetrasi cahaya matahari menjadi semakin berkurang.

6
Cahaya diperlukan oleh alga simbiotik zooxanthallae dalam proses fotosintesis
guna memenuhi kebutuhan oksigen terumbu karang. Dengan berkurangnya
kedalaman penetrasi cahaya, maka laju fotosintesis akan menurun dan
kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu
akan menurun pula. Sehingga ekosistem terumbu karang (pada kedalaman 10
meter atau lebih) akan mengalami penurunan produktifitas dengan cepat dan dapat
menyebabkan kematian.

d. Sedimentasi
Gelombang pasang ataupun tsunami yang diakibatkan oleh pemanasan
global tentu akan mengakibatkan terangkutnya sedimen dari lautan ke daratan.
Peristiwa ini nampaknya membawa sedikit keuntungan bagi terumbu karang yang
masih mampu bertahan hidup setelah diterpa oleh gelombang dahsyat
tersebut. Namun hal tersebut tak akan berlangsung lama sebab gelombang-
gelombang pasang tersebut dalam beberapa waktu kemudian akan kembali ditarik
ke laut. Kekuatan gelombang yang dahsyat tersebut akan membawa berbagai
macam materi dari daratan. Sehingga pada saat kembali ke laut, sebagian materi-
materi dari daratan tersebut ada yang terhenti di daerah pesisir dan lautan dangkal,
yang kemudian meningkatkan jumlah sedimen di daerah tersebut. Jumlah sedimen
yang sangat banyak tersebut akan mengakibatkan tertutupnya polipkarang yang
masih hidup sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis ataupun menghasilkan
kalsium karbonat sebagai pembentuk terumbu karang. Dalam jangka waktu
tertentu, ekosistem terumbu karang di daerah tersebut pun akan segera musnah.

e. Arus dan Gelombang


Pada dasarnya pertumbuhan terumbu karang yang berada di daerah berarus
akan lebih baik apabila dibandingkan dengan pertumbuhan terumbu karang yang
hidup di perairan tenang. Ini disebabkan selain gelombang air laut dapat
memberikan pasokan oksigen yang banyak, gelombang juga membawa plankton
yang baru untuk koloni karang, serta dapat menghalangi pengendapan pada koloni

7
karang. Namun apabila pemanasan global terus berlanjut, keadaan yang
menguntungkan tersebut akan berbalik 180 menjadi kerugian yang sangat besar
bagi ekosistem terumbu karang. Sebab dengan bertambahnya volume lautan, akan
mengakibatkan air laut meluap sehingga terjadilah gelombang pasang yang sangat
dahsyat. Selain itu potensi untuk terjadinya badai akan semakin meningkat. Badai
berkekuatan tinggi ditambah dengan faktor lainnya yang dapat timbul akibat
pemanasan global akan mengakibatkan terjadinya tsunami dengan kekuatan
penghancur yang tak dapat dibayangkan. Munculnya gelombang pasang maupun
tsunami akan merusak kondisi fisik terumbu karang, bahkan bukan tidak mungkin
terumbu karang tersebut akan hancur dan ikut terseret gelombang. Dengan adanya
peristiwa tersebut, sudah tentu ekosistem terumbu karang akan semakin berkurang
bahkan musnah.

2. Pencemaran Laut
Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka
semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas
manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa membuat suatu
akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan
diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah
sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya
pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri
mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke
laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat. Pencemaran laut
merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara sungguh-
sungguh. Banyak kecelakaan dilautan yang menyebabkan tercecernya bahan-
bahan yang bersifat racun dalam jumlah yang sangat besar. Berikut ini adalah
beberapa fakta terhadap pencemaran laut:
Pencemaran laut di dunia menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan
kehidupan bawah laut.
Pada tahun 2008, para penyelam mengangkat 219.528 lbs (99,57 ton) sampah
dan benda-benda bekas dari 1.000 mil luas laut rata-rata 1 penyelam
mengangkat 25 ton sampah dan benda-benda bekas.

8
Hampir 80% pencemaran laut disebabkan oleh plastik. Di beberapa daerah di
samudra, perbandingan untuk plastik dan plankton adalah 6 : 1
Diperkirakan 46.000 potong sampah plastik mengapung di setiap 1 mil dari
samudra sampai 70% dari sampah plastik itu di perkirakan akhirnya akan
tenggelam.
Plastik tidak mudah untuk di uraikan. Saat sampah plastik masuk ke laut,
dibutuhkan bertahun-tahun untuk di uraikan secara perlahan menjadi
potongan kecil yang akhirnya menjadi debu plastik.
Telah dilaporkan ada lebih dari 260 jenis hewan laut di seluruh dunia yang
terjerat dan memakan sisa-sisa tali pancing, jala dan sampah-sampah laut
lainnya.
Diperkirakan 100.000 mamalia laut termasuk lumba-lumba, paus, anjing laut,
dan penyu laut terancam dengan banyaknya sampah dan benda-benda bekas
yang masuk ke laut tiap tahunnya. Dan 86% dari populasi penyu laut terkena
dampak buruk dari pencemaran laut.
Lebih dari 1 juta populasi burung laut mati karena pencemaran laut setiap
tahunnya.
Beberapa masalah pencemaran di laut yaitu:
a. Pencemaran minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan-
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampir tidak bisa
dielakkan. Kapal Tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap
tahun. Apabila terjadi pencemaran minyak dilautan, ini akan mengakibatkan
minyak mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan
terbawa ke pantai.
Contoh kecelakaan kapal : Torrey Canyon dilepas pantai Inggris 1967 100.000
burung mati. Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978 Pencemaran minyak
mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup
disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut
yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak
sehingga untuk membersihkannya, mereka menjilatinya.
Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain
itu, mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikro organisme yang terkena
pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak

9
daerah pantai yang terkena ceceran minyak secara berat telah bersih kembali
hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.

b. Pencemaran logam berat


Logam-logam berat yang masuk kedalam tubuh hewan umumnya
tidak dikeluarkan lagi dari tubuh mereka. Karena itu logam-logam cenderung
untuk menumpuk di dalam tubuhnya. Sebagai akibatnya logam-logam tersebut
akan terus berada di sepanjang rantai makan. Hal ini disebabkan oleh karena
predator pada satu trofik level makan mangsa mereka dari trofik yang lebih
rendah yang telah tercemar (ikan dimakan oleh manusia). Disini terlihat bahwa
kandungan konsentrasi logam berat terdapat lebih tinggi pada tubuh hewan yang
letaknya lebih tinggi didalam trofik level. Jadi predator tingkat tinggi (dengan
umur lebih panjang) lebih banyak menumpuk logam berat.
Contoh pencemaran logam berat :
Minamata Disease (di Jepang) yang disebabkan oleh Hg (merkuri).
Menyebabkan kelemahan otot, kehilangan penglihatan, ketidakseimbangan
fungsi otot dan kelumpuhan. Selain itu juga meracuni janin dan merusak
sistem syaraf pusat.
Itai-itai Disease yang disebabkan oleh logam Cd. Menyebabkan nyeri atau
ngilu pada tulang, mempengaruhi kehamilan, lactasi, ketidakseimbangan
internal sekresi, penuaan, dan kekurangan kalsium.

Pengaruh Logam Berat Terhadap Ekosistem Laut :


Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik sungai ataupun laut akan
mengalami proses-proses seperti pengendapan, dan absorpsi oleh organisme-
organisme perairan. Pada tahun 1979 Prosi menyatakan bahwa pemindahan logam
berat kedalam organisme dapat dipengaruhi pula oleh kebiasaan organisme dalam
cara memakan-makanannya, yaitu sebagai berikut: Phytophagus (misal :
Gastropoda, Crustacea), Filter feeding (misal : Zooplankton, barnacle, dan
bivalva), Sediment feeding (misal: Polychaeta dan oligochaeta), Detritus feeding
(misal : gastropoda, isopoda, dan amphipoda), Carnivorous (misal : Zooplakton,
Polychaeta, gastropoda, Crustacea, larva serangga air tawar dan ikan). Pengaruh
10
logam berat terhadap organisme-organisme tersebut atas dasar daya racunnya
dibagi menjadi 2 yaitu : Bersifat lethal atau mematikan (median lethal
concentration), Bersifat sublethal. Pengaruh sublethal dapat menghambat
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi menyebabkan terjadinya perubahan
morfologi (merubah tingkah laku organisme).

c. Sampah
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang ke laut melalui
sistem daerah aliran sungai. Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung
logam berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan
bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya kandungan zat-zat makanan
pada suatu daerah yang tercemar yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Aktifitas pernafasan dari organisme ini
membuat makin menipisnya kandungan oksigen khususnya pada daerah estuari.
Hal tersebut akan berpengaruh besar pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang hidup disitu. Pada keadaan yang paling ekstrim, jumlah spesies yang
ada didaerah itu akan berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian
dasar dari estuari kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup
hanya dari golongan cacing. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan
yang mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya
tidak merupakan suatu masalah besar diperairan terbuka.
d. Limbah industri dan domestik
Limbah adalah limbah cair yang berasal dari masyarakat urban, termasuk di
dalamnya limbah kota (municipal) dan aktivitas industri, yang masuk ke sistem
saluran pembuangan kota. Pada umumnya limbah domestik mengandung
sampah padat (berupa tinja, dan cair yang berasal dari rumah tangga).
Berdasarkan sifat fisik, kimia air limbah, tingkah lakunya diperairan dan
pengaruhnya terhadap organisme, jenis limbah industri ada 5 :
1. Bahan-bahan organik terlarut: bahan beracun,tahan urai dan biodegradabel
2. Bahan -bahan anorganik : unsur-unsur hara.
3. Bahan organik tidak larut: minyak
4. Bahan-bahan anorganik yang tidak larut. Contohnya logam berat.

11
5. Bahan-bahan radioaktif.

2.2 Pembahasan
2.2.1 Pencemaran yang dapat mengganggu keseimbangan laut
Kehidupan manusia bergantung pada ekosistem laut, langsung atau tidak
langsung. Makanan laut, garam, wisata laut hanyalah beberapa contoh sederhana
dari ketergantungan manusia pada laut. Dengan kata lain, tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa kegiatan manusia pun mempengaruhi laut, langsung maupun tidak
langsung.
Kerusakan yang terjadi pada laut, keseluruhannya adalah konsekuensi atas
kecerobohan manusia yang seenaknya mengotori laut, merusak dan menguras
kekayaan laut tanpa peduli pada siklus pemulihannya. Aktivitas manusia sangat
bervariasi dalam tingkat kegiatan dan dampaknya pada kondisi wilayah laut. Tapi
justru perusakan yang paling umum dilakukan adalah yang dampaknya paling
besar, yaitu pencemaran. Mungkin saja pencemaran laut dianggap sebagai hal
yang remeh karena dampaknya tidak langsung terasa, namun bukan berarti tidak
berbahaya.
Kita ambil satu contoh, 1 orang yang bermukiman di sekitar pantai
membuang limbah rumah tangganya berupa sampah kertas, plastik, dan zat kimia
berupa obat serangga ke laut. Sampah-sampah tersebut kemudian merusak habitat
ikan serta meracuni makhluk-makhluk kecil di laut. Jelas saja hal tersebut akan
merusak pola rantai makanan, dan membawa dampak besar yang berbahaya
terhadap spesies di daerah tersebut. Hanya karena 1 orang yang melakukan
pencemaran. Bisa kita bayangkan kalau jutaan orang yang bermukiman di sekitar
pantai melakukan hal yang sama, di saat yang sama dengan kuantitas dan kualitas
sampah yang lebih bervariasi. Jelas bukan hal yang baik.
Bukan hanya mebawa dampak buruk pada ekosistem laut, diantara sekian
banyak bahan pencemar air ada yang beracun dan berbahaya dan menyebabkan
kematian bagi manusia jika terlarut dalam makanan atau kontak langsung pada
kulit (jika bahan pencemar tersebut menumpuk dalam jaringan tubuh manusia)
selain bahan pencemar, limbah manusia juga kemungkinan terdapat bibit penyakit

12
berupa bakteri/virus seperti disentri, kolera dan tipus yang dapat menyebar di
pantai, dan lagi-lagi berbahaya.
Selain pencemaran sengaja orang-orang yang bermukiman dipesisir pantai,
kerusakan laut sering kali diakibatkan oleh pencemaran yang tidak di sengaja
seperti tumpahnya minyak dari kapal ketika didistribusikan. Meskipun merupakan
factor yang paling menunjang dan paling sering terjadi, pencemaran bukan satu-
satunya factor yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut. Factor lain juga
membawa dampak buruk yang besar adalah penebangan hutan mangrove. Lagi-
lagi masyarakat pesisir pantai adalah salah satu pelaku utamanya. Mereka
menebang mangrove untuk dijadikan kayu bakar dan perlengkapan rumah tangga
lain. Padahal hutan mangrove memiliki peran yang sangat besar terhadap
ekosistem laut, karena merupakan habitat bagi makhluk-makhluk laut kecil seperti
udang dan ikan-ikan kecil yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rantai
makanan. Hutan mangrove juga meminimalisir terjadinya erosi, dan memiliki
peran untuk antisipasi tsunami.
Polusi udara juga dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem laut. Mengapa?
Apabila zat-zat beracun seperti SO2 tercampur dalam titik-titik hujan di atmosfer,
maka kadar asam dalam hujan akan meningkat kepada tingkat yang berbahaya dan
lagi-lagi dapat meracuni makhluk air jika hujan tersebut tumpah di lautan.
Ada beberapa cara agar kelestarian ekosistem terjaga, yaitu :
1. Sebagai langkah paling dasar dan penting, berhenti membuang limbah rumah
tangga dan sejenisnya ke laut/sungai. Dengan begitu pencemaran tidak
terjadi.
2. Tidak menebang hutan bakau, serta melaporkan pelaku penebangan kepada
pihak yang berwenang.
3. Tidak menggunakan racun dan bom dalam menangkap ikan, serta melaporkan
pelaku tindakan tersebut pada pihak yang berwenang.
4. Terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas akan pentingnya
kelestarian ekosistem laut.

2.2.2 Dampak yang dapat ditimbulkan oleh kerusakan ekosistem laut


Laut memilki peranan yang sangat penting dalam mengontrol iklim di bumi
dengan memindahkan panas dari daerah ekuator (garis katulistiwa) menuju ke
kutub. Tanpa peranan laut, maka seluruh planet bumi akan menjadi terlalu dingin

13
bagi manusia untuk hidup. Laut juga merupakan sumber makanan, energi dan
obat-obatan. Daerah pantai juga merupakan daerah yang sangat besar peranannya
bagi kehidupan manusia. Jutaan penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir
pantai.
lautan juga berperan menangkap CO2 dari atmosfer dalam jumlah yang sangat
besar. Sekitar CO2 yg dihasilkan oleh manusia dari hasil pembakaran bahan
fosil diserap dan disimpan di lautan. Hal ini sangat berpengaruh untuk
mengurangi pemanasan global.
Karena begitu pentingnya arti laut bagi kita, maka kewajiban kita untuk tetap
menjaganya. Kemampuan laut untuk menyerap CO2 akan berkurang jika
ekosistem laut banyak yang mengalami kerusakan seperti rusaknya terumbu
karang dan hutan mangrove. Terumbu karang juga merupakan rumah bagi
makhluk laut. Demikian juga halnya dengan hutan mangrove, perlahan-lahan
ekosistem laut akan terancam kelangsungan hidupnya sehingga sumber makanan
laut yang dapat diperoleh nelayan pun jauh berkurang.
Yang pasti, terlihat bahwa dampak terbesar adalah meningkatnya temperatur
air laut. Jika kemudian ekosistem laut menjadi berubah, dan tidak lagi
memberikan manfaat bagi manusia, maka yang terjadi adalah bencana dari laut.
Sekarang sudah waktunya untuk memikirkan perlindungan pada alam lingkungan
kita, dan melakukan pemberdayaan secara tepat sehingga bisa mengurangi
dampak ekologi sekaligus mempertahankan kemanfaatan laut bagi manusia.
2.2.3 Upaya-upaya masyarakat dalam menjaga dan melestarikan ekosistem laut
Dalam upaya menjaga dan merawat kelestarian ekosistem laut, bukan
hanya tugas warga masyarakat pesisir, melainkan membutuhkan banyak sokongan
dan upaya dari pemerintah serta semua elemen masyarakat.
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial.
Kerusakan ekosistem laut banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan
pasir pantai, karang di laut, pengerusakan hutan bakau merupakan kegiatan-
kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut. Terjadinya abrasi yang
mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar
pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan

14
cara:
1. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar
laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
2. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari
ikan.
3. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Laut adalah sumber kehidupan. Laut memiliki peran mutlak dan tak
tergantikan dalam kehidupan seluruh makhluk hidup di planet ini. Akan tetapi,
manusia dan sifat egoisnya merusak laut tanpa peduli dengan dampak mengerikan
yang dapat diakibatkannya.

Bisa kita bayangkan, apabila ekosistem laut mengalami kehancuran dan


laut sudah tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai sumber kehidupan.

15
Kehidupan di planet ini perlahan-lahan juga akan mengalami kehancuran dan
pada akhirnya tak cukup layak untuk di huni. Pada saat itu kita sudah tidak punya
waktu untuk memperbaikinya dan hanya dapat menyesal terhadap perbuatan
brutal yang selama ini kita lakukan.

Karena itu sejak sekarang, marilah kita membangun rasa cinta terhadap
laut. Kita lah yang harus bertanggung jawab terhadap seluruh kerusakan yang
terjadi pada laut dan ekosistemnya. Laut telah memberikan manfaatnya kepada
manusia, dan tugas kita sebagai manusia adalah memeliharanya. Ubah pola hidup
kita yang kotor dan berantakan, pelihara kebersihan laut untuk dunia yang lebih
baik.

Saran
Untuk menjaga laut kita dari pencemaran limbah dan lain sebagainya,
yang dapat merusak ekosistem laut, sebaiknya kita melakukan penanggulangan
pencemaran laut dengan cara membuat alat pengolah limbah, penimbunan bahan
pencemar di tempat yang aman, dan daur ulang limbah. Selain itu, sebaiknya
menanggulangi pencemaran laut dengan cara pencegahan, seperti tidak
membuang limbah ke laut. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai pengawas
penanggulangan pencemaran laut.

16

Anda mungkin juga menyukai