Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Ingat bahwa perubahan ini adalah
pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil, seperti yang sering
dikatakan. Kondisi organ prahamil hilang selamanya, paling mencolok
setelah pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga pada setiap kehamilan
selanjutnya.
Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami
puerperium puerpera. Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6
minggu.
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang
perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan
aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak
terpisahkan. Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi
yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui
dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah fungsi yang tak
terpisahkan.
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban
seorang ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama
untuk bayi umur 0-6 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk
memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena bersama
dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa
segera memberikan ASI pada bayinya.
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI
secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh
bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa
menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan
ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu
menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.

1
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri.
Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus.
Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan
bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi
demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak,
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa yang dimaksud dengan Bendungan ASI dan Mastitis?
2 Apa saja yang dapat menyebabkan Bendungan ASI dan Mastitis?
3 Apa saja yang menjadi faktor predisposisi dari Bendungan ASI dan
Mastitis?
4 Apa saja yang menjadi gejala dari Bendungan ASI dan Mastitis?
5 Bagaimana pencegahan dari Bendungan ASI dan Mastitis?
6 Bagaimana pengobatan pada Bendungan ASI dan Mastitis?
7 Bagaimana cara penanganan dari Bendungan ASI dan Mastitis?
8 Bagaimana cara menyusui yang benar?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Bendungan ASI dan
Mastitis
2 Untuk mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan Bendungan ASI dan
Mastitis
3 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor predisposisi dari
Bendungan ASI dan Mastitis
4 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi gejala dari Bendungan ASI dan
Mastitis
5 Untuk mengetahui pencegahan dari Bendungan ASI dan Mastitis
6 Untuk mengetahui pengobatan pada Bendungan ASI dan Mastitis
7 Untuk mengetahui cara penanganan dari Bendungan ASI dan Mastitis
8 Untuk mengetahui cara menyusui yang benar

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
2.1.1. Pengertian Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan

3
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari
ketiga atau hari keempat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera
edan pembuluh dasar bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi
mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi
yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang.
Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi
sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam
dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat
= obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus
akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro,
2006).

2.1.2. Pengertian Mastitis


Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai
infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus
aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-
kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang
adekuat. Tanda tandanya adalah rasa panas dan dingin desertai dengan
kenaikan suhu, penderita merasa lesu, dan tidak ada nafsu makan.
Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Macam-macam mastitis
dibedakan berdasarkan tempatnya serta berdasarkan penyebab dan
kondisinya.
Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.
2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di
tempat itu.

4
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya
dibagi pula menjadi 3, yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia
menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui.
Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia,
yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada
saluran di payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau
menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang
menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui
kontak langsung.
3. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa
dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis.
Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif.
Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan
payudara/mastektomi.

2.2. Penyebab
2.2.1. Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu
yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan
selesai menyusu & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat
sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan
dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

5
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering
mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan
bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi
menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi
tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang
sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan
menimbulkan bendungan ASI.
2.2.2. Penyebab Mastitis
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Penyebab
lainya infeksi Staphylococcus aureus mamma membesar, nyeri, dan pada
suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan.
Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau
menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan
bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,
pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI,
suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar
dua/lebih.
2. Infeksi

6
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan
abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus
kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai
komplikasi demam tifoid.

2.3. Faktor Predisposisi Bendungan ASI dan Mastitis


2.3.1. Faktor Predisposisi Bendungan ASI
1. Faktor hormon
2. Hisapan bayi
3. Pengosongan payudara
4. Cara menyusui
5. Faktor gizi
6. Kelainan pada puting susu
2.3.2. Faktor Predisposisi Mastitis
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari
pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan
akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis,
walaupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor
predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A
dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme
pertahanan dalam payudara.
7. Stres dan kelelahan

7
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin
istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan
keadaan ini atau tidak.
8. Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang
panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9. Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak
jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan
mastitis.
2.4. Gejala Bendungan ASI dan Mastitis
2.4.1. Gejala Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
1. Bengkak pada payudara
2. Payudara terasa keras
3. Payudara terasa panas
4. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo, 2005)
2.4.2. Gejala Mastitis
Adapun gejala-gejala Mastitis adalah :
1 Nyeri payudara dan tegang atau bengkak.
2 Kemerahan dengan batas jelas.
3 Biasanya hanya satu payudara.
4 Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan

2.5 Pencegahan pada Bendungan ASI dan Mastitis


1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit)
setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan ( masa nifas ) menurut Depkes, RI
(1993) adalah dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak (Baby
oil) lakukan pengurutan 3 macam cara :
a Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian
urut ke atas, terus ke samping, ke bawah dan melintang hingga tangan
menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.

8
b Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari jari tangan
saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut
payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
c Telapak tangan menopang payudara pada cara ke -2 kemudian jari
tangan kanan dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan mengurut
dari pangkal ke arah puting.
5. Menyusui yang sering
6. Hindari tekanan local pada payudara (Wiknjosastro, 2006)

2.6 Pengobatan Bendungan ASI dan Mastitis


2.6.1. Pengobatan Bendungan ASI
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care.
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan
menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka
berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3
kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi
pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
2.6.2. Pengobatan Mastitis
Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi
dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan tindakan
ini terjadinya abses sering kali dapat dicegah karena biasanya infeksi
disebabkan oleh Stapilococus aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi
dapat diberikan. Sebelum pemberian penicilin dapat diadakan pembiakan
air susu, supaya penyebab mastitis benar-benar diketahui. Bila ada abses
dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses agar
nanah dapat keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus
laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus itu.

9
2.7 Penatalaksanaan pada Bendungan ASI dan Mastitis
1 Jika ibu menyusui :
a Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih
berhati-hati pada area yang mengeras
b Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin,
susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya,
karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi
menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
c Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali
selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi
payudara yang sakit tersebut
d Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada
payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air
hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area
yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan
turun ke arah puting susu
e Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
f Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
g Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2 Jika ibu tidak menyusui:
a Gunakan bra yang menopang
b Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
c Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
d Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
e Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

2.8 Posisi Menyusui yang Benar


Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan kebersihan pemberian ASI
dan mencegah lecet punting susu, pastikan ibu memeluk bayinya dengan
benar berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya. Terutama jika
ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.
Posisi menyusui yang benar :
a. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala
dan tubuh berada pada satu garis lurus) muka bayi menghadap ke
payudara ibu. Hidung bayi didepan putting susu ibu, posisi bayi harus
sedemikian rupa sehingga perut bayi ketubuh ibunya.

10
b. Ibu mendekatkan bayi ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu)
dan mengamati bayi siap menyusu, membuka mulut, bergerak mencari
dan menoleh.
c. Ibu menyentuhkan putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu
ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap putting susu sendiri. Tanda-
tanda posisi bayi menyusu dengan baik :
a. Dagu menyentuh payudara ibu.
b. Mulut terbuka lebar.
c. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara
ibu.
d. Mulut bayi mencakup sebanyak mungki areola (tidak hanya
putting saja). Lingkar areola atas terlihat lebih banyak
dibandingkan lingkar areola bawah.
e. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.
f. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
g. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-
kadang disertai berhenti sesaat.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Mastitis adalah peradangan
pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh
kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau
melalui peredaran darah. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga,
maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3
kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi
pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

3.2. Saran
Agar tidak terjadi Bendungan Asi yang dan Mastitis, dapat dilakukan hal
sebagai berikut :
1. Bila ingin menyusui selalu cuci tangan terlebih dahulu
2. Susui bayi sesering mungkin
3. Istirahat cukup
4. Gunakan teknik menyusui yang benar
5. Minum banyak air
6. Gunakan Bra yang nyaman
7. Jaga kebersihan diri

12

Anda mungkin juga menyukai