Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Adanya gangguan dan kelainan yang terjadi pada usia dewasa dapat dideteksi
sejak balita. Dalam hal ini, peran orang tua dan dokter anak cukup besar. Setiap orang tua
pasti ingin tumbuh kembang buah hatinya berjalan sempurna.Anda bisa mengetahuinya
melalui program Kementrian Kesehatan yang dilakukan dalam rangka peringatan Hari
Anak Nasional, yakni dengan kegiatan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK) merupakan rangkaian kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan penyimpangan tumbuh kembang secara dini agar lebih mudah diintervensi
serta memberikan konseling kepada keluarga bagaimana cara menstimulasi tumbuh
kembang anak. Kelainan tersebut bisa ditemukan dengan melakukan beberapa proses
pemeriksaan mulai dari pengukuran lingkar kepala, ukuran tinggi badan dan
memperhatikan beberapa deteksi dini penyimpangan.
Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai "Masa
Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity) atau Masa
Kritis

(critical

period)" karena

periode

ini merupakan

masa

pertumbuhan

dan

perkembangan yang paling pesat pada otak manusia, masa yang sangat peka bagi otak
anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Mengingat masa 5
tahun pertama merupakan masa yang 'relatif pendek' dan tidak akan terulang kembali
dalam kehidupan seorang anak, maka orang tua/pengasuh/pendidik/masyarakat dan tenaga
kesehatan harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membentuk anak menjadi anak yang
berkualitas tinggi melalui kegiatan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang ?
2. Bagaimana pencatatan dan pelaporan dari Stimulasi Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang?
3. Apa saja jenis deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang ?
4. Bagaimana Rujukan Penyimpangan Tumbuh Kembang ?

1.3 TUJUAN
1.

Mengetahui pengertian dari

Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

2.

Kembang (SDIDTK).
Mengetahui cara pencatatan dan pelaporan dari Stimulasi Deteksi dan Intervensi

3.
4.

Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)Mengetahui jenis deteksi dini tumbuh kembang.


Mengetahui jenis deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang.
Menethui Rujukan Penyimpangan Tumbuh Kembang

BAB II
2

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
Definisi
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang dilaksanakan untuk
menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui
serta mengenal faktor-faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang tersebut.
Sedangkan intervensi dini maksudnya adalah suatu kegiatan penanganan segera
terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan
keadaan, misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan
kesehatan, dan pendidikan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan
yang optimal sesuai dengan umumya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
S
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan. Diselenggarakan dalam
bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga professional
(kesehatan, pendidikan dan sosial).
Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak
dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi
profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional kesehatan,
pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah
terjangkau oleh kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.

Tujuan
1. Agar semua balita umur 05 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal.
3

2. Terselenggaranya
semua

balita

Puskesmas.
3. Terselenggaranya

kegiatan
dan

anak

intervensi

stimulasi
pra
dini

tumbuh
sekolah

pada

semua

di

kembang

pada

wilayah

kerja

balita

pra sekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang.


4. Terselenggaranya
rujukan
terhadap
kasus-kasus

dan
yang

anak
tidak

bisa ditangani di Puskesmas.


Sasaran :
1. Sasaran Langsung :
Semua anak umur 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas
2. Sasaran Tidak Langsung :
Tenaga kesehatan yang berkerja di lini terdepan (Dokter, Bidan,
Perawat, Ahli Gizi, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan sebagainya).
Tenaga pendidik, Petugas lapangan KB, Petugas sosial yang terkait
dengan pembinaan tumbuh kembang anak, Petugas sektor swasta dan
profesi lainnya.
2.2 Pencatatan Dan Pelaporan Dari Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
A Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan deteksi didni tumbuh kembang anak di
tingkat puskesmas dan jaringannya menggunakan sistem yang sudah ada dengan
tambahan beberapa formulir untuk mencatat dan melaporkan kegiatan ini.
Puskesmas yang melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak, perilaku
menyediakan formulir pencatatan dan pelaporan berikut ini :
1) Instrumen pencatatan kegiatan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak di timgkat
puskesmas dan jaringannya.
Formulir deteksi dini tumbuh kembang anak.
Formulir ini di gunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan / skrining tumbuh
kembang anak (Terlampir Pada Lampiran 1).

Cara pengisian:
Baris pertama diisi oleh nama puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi
Angka I identitas anak
1 Nomor 1-3 : jelas
2 Nomor 4 dan 5 diisi tanggal , bulan dan tahun
3 Nomor 6 diisi umur dalam bulan dihitung dari nomor 5 dikurangi nomor 4
Angka II anamnesis
1 Nomor 1 diisi keluhan utama orang tua atau keluarga membawa anak ke
puskesmas

Nomor 2 diisi jawaban orang tua atau keluarga atas pertanyyan apakah anak
mempunyai masalah tumbuh kembang ?jika Ya ditulis singkat masalahnya
Angka III Pemeriksaan rutin sesuai jadwal atau jika tidak ada keluhan
1 Nomor 1 diisi BB dalam Kg, panjang atau tinfgi badan dalam Cm, BB/TB:
lingkari salah satu huruf a,b,c,atau d, sesuai tabel BB/TB. Pada huruf e,
lingkari salah satu jawaban ya atau tidak, sesuai tindakan.Nomor 2 diisi
lingkaran kepala anak dalam cm, LKA/U lingkari sesuai tabel a,b,c dan d
sesuai nelhaus. Pada huruf d lingkari slah satu jawaban ya atau tidak, sesuai
tindakan
2 Nomor 3 perkembangan anak, lingkari salah satu jawaban 1),2), atau 3) ,
sesuai KPSP.
3 Nomor 4 daya lihat lingkari salah satu huruf a atau b, sesuai dengan hasil
TDL. Pada huruf c lingkari saah satu jawaban ya atau tidak sesuai tindakan.
4 Nomor 5 daya dengar lingkari salah satu a atau b , sesuai dengan TDD.
Pada huruf c lingkari saah satu jawaban ya atau tidak sesuai tindakan
5 Nomor 6 mental emosional Pada huruf c lingkari saah satu jawaban a atau b
sesuai hasil KMEEE. Pada huruf c lingkari saah satu jawaban ya atau tidak
sesuai tindakan
Angka IV pemeriksaan atas indikasi atau jika ada keluhan.
1 Nomor 1 Autis lingkari salah satu huruf a,b,c atau d sesuai hasil CHAT.
Pada huruf e lingkari saah satu jawaban ya atau tidak sesuai tindakan.
2 Nomor 2 GPPH lingkari salah satu huruf a atau b sesuai hasil kuesioner
GPPH Pada huruf c lingkari saah satu jawaban ya atau tidak sesuai tindakan
Angka V. Kesimpulan tulis secara singkat hasil pemeriksaan dan kesimpulan
ahir
Angka VI
1 Nomor 1 lingkari huruf a bila tenaga kesehatan melakukan konseling
stimulasi atau lingkari huruf b bila tenaga kesehatan tida mlakukan
konseling.
2 Noor 2 lingkari huruf a,b,c,d sesuai dengan intervensi stimulasi yang
diberikan pada anak, tulis tanggal evaluasi berikutnya pada huruf e.
3 Nomor 3 tulis jenis atau macam tindakan pengobatan yang diberikan pada
anak.
4 Nomor 4 tulis tujuan rujukan, lingkari salah satu huruf a bila ada surat
rujukan huruf b bila tidak ada surat rujukan
Register kohort kesehatn bayi dan register kohort kesehatan anak
balita dan pra sekolah.
Register kohort kesehatn bayi dan register kohort kesehatan anak
balita dan pra sekolah ini meng up-date (pemutakhiran) register kohot bayi dan
register kohort balita dan prasekolah yang lama, dengan caramenambah atau
merubah kolom-kolom catan lama yang disesuaikan dengan kebutuhan
program terkini.

Semua bayi, anak balita , dan pra sekolah yang ada di wilayah kerja
puskesmas harus tercatat di buku register kohort ini.
Yang dimaksud dengan bayi adalah bayi baru lahir sampai umur 1
tahun kurag 1 hari, anak umur 1 tahun tepat tidak termasuk kelompok bayi
Data-data bayi dapat diperoleh dari bebrapa sumber seperti :

Buku register kohort ibu ada di program KIA


Laporan persalinan (baik dari dukun bayi, keluarga atau masyarakat,
praktek swasta maupun rumah sakit)
Data kunjungan neonatus ada di program KIA
Data kunjungan bayi ke puskesmas dan jaringan yang meliputi
puskesmas pembatu, puskesmas keliling, dan bidan desa yang ada di
program KIA, imunisasi, pengobatan dan program pemberantasan
penyakit (ISPA dan Diare)
Data bayi dari laporan kegiatan posyandu, ada di program gisi
Data bayi dari Kelompok-kelompok BKB di masyarakat, ada di
BKKBN
Data bayi dari rujukan balik dari rumah sakit
Data bayi dari laporan fasilitas kesehatan swasta dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan anak balita adalah anak umur 1 thun tepat
sampai umur 5 tahun kurang 1 hari. Anak umur 5 tahun tepat tidak boleh
termasuk kelompok anak balita
Pada buku pedomsn inin yang dimaksud dengan anak pra sekolah
adalah anak umur 5 tahun tepat sampai umur 6 tahun kurang 1 hari, anak umur
6 tahun tepat tidak ternasuk anak prasekolah
Data-data anak balita dan praseklah dapat diperoleh dari beberapa sumber
berikut

Buku register kohort bayi ada di program kesehatan anak


Data kunjungan anak balita dan prasekolah ke puskesmas dan jaringan
yang meliputi puskesmas pembantu, puskesmas keliling, , dan bidan
desa yang ada di program KIA, imunisasi, pengobatan dan program
pemberantasan penyakit (ISPA dan Diare)
Data anak balita dari laporan kegiatan posyandu yang ada di program
gisi
Data balita dari Kelompok-kelompok BKB di masyarakat, ada di
BKKBN
Data balita dari rujukan balik dari rumah sakit
Data balita dan prasekolah dari laporan fasilitas kesehatan swasta ,
sekolah taman kanak-kanak, tempat penitipan anak dan sebagainya.

Setelah tenaga kesehatan selesai menctat hasil pemeriksaan


atau skrining tumbuh kembang anak pada formulir deteksi dini tumbuh
kembang anak, data-data yang ada tersebut dimasukkan ke register
kohort anak balita dan pra sekolah jika umur anak 1-6 tahun.
2) Instrumen pelaporan kegiatan deteksi dini tumbuh kembang anak.
Formulir laporan kesehatan bayi dan laporan kesehatan anak dan prasekolah
di puskesmas dan jaringannya.
Data yang terekam pada register kohort bayi dipindahkan ke formulir laporan
kesehatan bayi sebagai laporan bulanan. Demikian pula halnya dengan data yang ada
di register kohort anak balita dan prasekolah, juga dipindahkan ke formulir laporan
kesehatan anak balita dan prasekolah. Adapun contoh dan cara pengisian formulir
tersebut.
Laporan kesehatan bayi atau balita da prasekolah dibuat rangkap dua, lembar
pertama laporan pertama laporan bulanan ini diolah dan dianalisa di tingkat
puskesmas dan jaringan pada pertemuan bulanan atau lokarya mini di puskesmas.
Lembar kedua laporan ini dikirim ke pengelola program KIA kabupaten atau
kota sebagai laporan bulanan puskesmas.
Pelaporan kegiatan DDTK anak juga menggunakan formulir lapran ini.
Formulir rekapitulasi laporan kesehatan bayi dan formulir rekapitulasi
laporan kesehatan anak balitadan prasekolah ditingkat kabupaten atau kota.
Di tingkat kabupaten atau kota, hasil pelayanan kesehatan anak (termasuk
kegiatan deteksi dini tumbuh kembang anak) yang dilaporkan oleh puskesmas melalui
formulir laporan kesehatan bayi atau laporan kesehatan bayi atau rekapitulasi laporan
kesehatan anak balita dan prasekolah oleh pengelola program KIA dinas kesehatan
kabupaten atau kota.
Tingkat kabupaten atau kota mengelola dan menganalisa laporan dari
puskesmas-puskesmas dan hasilnya ditindak lanjuti oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang kegiatannya telah di sepakati oleh seluruh penanggung
jawab program dan lintas sektor terkait dengan upaya kesehatn dan pembinaantumbuh
kembang usia dini.
Rekapitulasi laporan kesehatan bayi atau kesehatan anak balita dan
prasekolah di kirim ke provinsi dalam bentuk laporan triwulan. Rekapitulasi laporan
tri wulan kegiatan DDTK anak juga menggunakan formulir rekpitulasi ini .
B Monitoring Dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi kegiatan DDTK anak dilaksanakan secara
berjenjang di semua tingkatan oleh karena kegiatan ini merupakan bagian bagian yang
tidak terpisahkan dari pelayanan kesehtan masyarakat sebgaimanan yang tercantum
7

dalam kep.MENKES No. 1457/2003 tentang kewenangan wajib dan standar


pelayanan minimal bidang kesehatan bagi kabupaten atau kota.
Monitoring kegiatan DDTK anak di tingkat puskesmas dan jaringannya di
laksanakan dengan cara mengkaji data sekunder dari laporan bulanan hasil kegiatan
DDTK anak dan juga laporan bulanan kunjungan supervisi lapangan.
Di tingkat puskesmas, data yang terekam di dalam buku register kohort akan
di perbaharui setiap bulan selama periode satu tahun kalender. Buku register kohort
yang terisi lengkap (semua kolom-kolom terisi sesuai jenis pelayanan kesehatan yang
sudah di berikan kepada anak), berisi banyak data penting tentang pelayanan
kesehatan bayi, anak balita dan pra sekolah.
Apabila data tersebut diolah dan di analisa secara baik, maka setiap
puskesmas akan memiliki data atau informasi sebagai berikut (untuk kegitan DDTK
anak di tulis dengan huruf miring) :
1 Data dasar seperti jumlah sasaran menurut jenis kelamin dan kelompok umur
2 Data kunjungan baru yang di gunakan untuk menghitung kontak pertama
3 Data hasil pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan pra sekolah, yang meliputi :
a Data tentang BBLR, baik yang di tangani pakai pelayanan standar MTBM
maupun yang tidak pakai MTBM.
b Data tentang berat badan bayi dan anak balita perbulan.
c Kunjungan neonatus 2 kali, baik yang di periksa menggunakan standar
pelayanan MTBM atau tidak menggunakan pelayanan MTBM.
d Kunjungan balita sakit yang di periksa menggunakan standar pelayanan MTBS
atau tidak menggunakan pelayanan MTBS.
e Kontak pertama DDTK menggunkan KPSP pada bayi, anak blita dan pra
sekolah.
f Kunjungan bayi DDTK menggunakan KPSP dalam setahun 4 kali.
g Kunjungan DDTK pada anak balita dan pra sekolah menggunakan KPSP
dalam setahun 2 kali.
h Bayi, anak balita dan pra sekolah yang mempunyai masalah perkembangan.
i Data tentang bayi yang mendapat pemberian vit A dan anak balita yang dapat
vit A bulan februari dan agustus.
j Data tentang bayi yang mendapat asi eksklusif 6 bulan.
4 Data tentang kematian dan penyebab utama kematian pada neonatus bayi dan
anak balita.
Dengan adanya data tersebut maka setiap puskesmas dapat membuat
rencana kerja bulanan untuk menjangkau dan memberikan pelayanan DDTK pada
seluruh bayi, anak balita dan pra sekolah yang namanya tercantum di dalam buku
register kohort.
Dalam memonitor hasil kegiatan DDTK, laporan bulanan kegiatan
DDTK di olah dan di analisa sehingga setiap puskesmas akan mempunyai data
hasil kegiatan DDTK per desa, per bulan yang meliputi cakupan kontak pertama
DDTK dan jumlah anak yang tingkat perkembangannya sesuai dan yang
menyimpang.
Pertemuan bulanan di tingkat puskesmas (lokakarya mini) dapat d
manfaatkan untuk memonitor pelaksanaan kegiatan DDTK di posyandu,
puskesmas pembantu, puskesmas, sekolah taman kanak-kanak dan sebagainya.
8

Di tingkat kabupaten/kota, pengelola program KIA akan memonitor


pelaksanaan menganalisa laporan bulanan puskesmas yang di kirim ke tingkat
kabupaten/kota menggunakan formulir Laporan Kesehatan Bayi dan Laporan
Kesehatan Anak Balita dan Prasekolah.
Dengan demikian setiap dinas kesehatan kabupaten/kota akan
mempunyai hasil kegiatan DDTK perbulan, perdesa, per puskesmas.
Pertemuan bulanan di tingkat kabupaten/kota dapat di manfaatkan untuk
memonitor pelaksanaan kegiatan DDTK di puskesmas dan jaringannya, di taman
kanak kanak binaan tingkat kabupaten dan sebagainya.
Evaluasi kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang
anak, dilakukan akhir tahun, dengan mengolah dan menganalisa laporan tahunan
puskesmas. Data yang di lihat adalah data cakupan kontak pertama DDTK anak
balita dan prasekolah setahun dua kali dan presentase anak yang tingkat
perkembangannya sesuai (S), meragukan (M), atau dengan penyimpangan (P).
Evaluasi kegiatan DDTK anak di puskesmas dan jaringannya di
laksanakan dengan cara mengkaji data sekunder, laporan tahunan hasil kegiatan
DDTK di antaranya dengan membandingkan hasil cakupan DDTK anak tahun ini
dengan tahun-tahun sebelumnya dan sebagainya.
Sedangkan pertemuan tahunan program KIA, rapat kerja tahunan dan
sebagainya dapat di manfaatkan untuk ajang evaluasi pelaksanaan kegiatan
DDTK di puskesmas dan jaringannya.
2.3 Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa:
2.3.1 Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi

dini

penyimpangan

pertumbuhan,

yaitu

untuk

mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikrosefali/makrosefali.


Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan dengan pengukuran Berat Badan
terhadap Tinggi Badan dengan tujuan untuk memnetukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk. Selain itu, juga dilakukan pengukuran Lingkar
Kepala Anak (LKA) dengan tujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam
batas normal atau diluar batas normal.
Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan.
1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB).
a) Tujuan
pengukuran
BB/TB
adalah
untuk

menentukan

status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.


9

b) Jadwal

pengukuran

DDTK.

Pengukuran

tenaga

kesehatan

BB/TB

disesuaikan

dan

penilaian

terlatih,

yaitu

BB/TB
tenaga

dengan

jadwal

dilakukan

oleh

kesehatan

yang

telah mengikuti pelatihan SDIDTK.


2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA).
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua
tingkat

pelayanan.

Adapun

pelaksana

dan

alat

yang

digunakan

dapat dilihat pada table.


Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini
Penyimpangan Pertumbuhan

Tingkat

Pelaksana

Alat yang Digunakan

Pelayanan
Keluarga,
masyarakat

Orang tua

KMS

Kader kesehatan

Timbangan

Petugas PAUD, BKB,


TPA dan Guru TK

Puskesmas

Dokter

Table BB/TB

Bidan

Grafik LK

Perawat

Timbangan

Ahli gizi

Alat ukur TB

Petugas lain

Pita pengukur
lingkar kepala

2.3.2 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

10

Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui


gangguan perkembangan anak (Keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar. Deteksi dini penyimpangan perkembangan dilakukan dengan :
Pelaksana dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan Anak

Tingkat

Pelaksana

Alat yang Digunakan

Pelayanan

Keluarga dan
Masyarakat

Orang tua
Kader kesehatan,

Buku KIA

BKB, TPA

Petugas pusat
PAUD

Puskesmas

a)

terlatih
Guru TK terlatih

Dokter
Bidan
Perawat

KPSP
TDL
TDD

KPSP
TDL
TDD

Deteksi penyimpangan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra


Skrining Perkembangan (KPSP).
Tujuan deteksi/skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal atau
tidak.
Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada saat umur anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15,
18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Bila orang tua datang dengan
keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal
skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining terdekat yang lebih muda.
Alat yang dipakai : Formulir KPSP menurut kelompok umur. Formulir KPSP berisi 910 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak, petugas
memeriksa/menanyakan kepada orang tua dan anak. Formulir KPSP tersedia untuk
untuk setiap kelompok umur anak dari 3 bulan hingga 72 bulan.
11

Interpretasi hasil KPSP : bila jawaban "Ya" mencapai 9-10 berarti perkembangan
anak SESUAI dengan tahap perkembangannya, bila jawaban "Ya" berjumlah 7-8
berarti perkembangan anak MERAGUKAN, sedangkan bila jawaban "Ya" berjumlah
6 atau kurang berarti kemungkinan ada PENYIMPANGAN perkembangan anak.
Bila perkembangan anak sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut:
1. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
2. Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak.
3. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering, sesuai dengan umur dan
kesiapan anak.
4. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu
secara teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika
anak sudah memasuki usia prasekolah (36- 72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan kelompok bermain dan TK.
5. Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3 bulan pada berumur
kurang dari umur 24 bulan dan setiap 6 bulan pada umur 24 bulan sampai 72
bulan.
Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
1.

Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada


anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.

2.

Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak


untuk mengatasi penyimpanan/ mengejar ketinggalannya.

3.

Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya


penyakit yang menyebabkan penyimpangan/ mengejar ketinggalannya.

4.

Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya


penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.

5.

Lakukan penilaian ulanh KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan


daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.

6.

Jika hasil KPSP ulang jawabannya ya tetap 7 atau 8 maka kemungkinan


ada penyimpanga (P).

7.

Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan


sbb:
Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan
kemanidirian)
12

b)

Tes Daya Dengar (TDD)


Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat
segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara
anak. Jadwal TDD setiap 3 bulan pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), dan
setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan keatas.
Jadwal : setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada
anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
Pemeriksa memakai alat/instrumen TDD menurut usia anak, gambar-gambar
binatang dan manusia serta mainan (boneka, cangkir, sendok dan bola). Pada
anak usia kurang dari 24 bulan, semua pertanyaan dijawab oleh orang
tua/pengasuh, sedangkan pada anak usia lebih dari 24 bulan, pertanyaan berupa
perintah-perintah kepada anak melalui orang tua/pengasuh untuk dikerjakan anak.
Pemeriksa mengamati dengan teliti kemampuan anak dalam melakukan perintah
yang diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh. Jawaban 'Ya' bila anak dapat
melakukan yang diperintahkan, jawaban 'Tidak' bila anak tidak adapat atau tidak
mau melakukan perintah.
Interpretasi hasil pemeriksaan : Bila ada satu atau lebih jawaban "Tidak"
kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya: bila
perlu pemeriksaan diulang 2 minggu kemudian untuk meyakinkan bahwa ada
gangguan pendengaran. Anak dirujuk ke Rumah Sakit bila diduga mengalami
gangguan pendengaran.
c)

Tes Daya Lihat (TDL)


Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan/kelainan daya lihat anak sejak dini
agar dapat segera ditindaklanjuti sehingga kesempatan memperoleh ketajaman
daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal TDL setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah (36-72 bulan).
Jadwal : dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72 bulan.
Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
Alat yang diperlukan :
a.

Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.

b.

Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.

c.

Poster E untuk digantung dari kartu E untuk dipegang anak.

d.

Alat penunjuk
13

a.
b.
c.
d.
e.

Cara melakukan tes daya lihat :


Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
Gantungkan poster E setinggi mata anak pada posisi duduk.
Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster E mengahap ke poster E.
Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E untuk pemeriksa.
Pemeriksa memerikan kartu E pada anak. Latih anak dalam mengarahkan
kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai ditunjuk pada poster
E oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan

f.
g.

hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu E dengan benar.


Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas
Denga alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster satu- persatu mulai garis
pertama sampai garis ke empat atau garis E terkecil yang masih dapat

h.

dilihat.
Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu E yang dipegangnya

i.
j.

dengan huruf E pada poster.


Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang sama.
Setiap kali anak mampu mencocokkan, berikan anak pujian.

Interpretasi hasil pemeriksaan :

Bila anak tidak dapat mencocokkan sampai baris ketiga Poster E dengan
kedua matanya maka diduga anak mengalami gangguan daya lihat. Untuk itu lakukan
intervensi: Minta kepada orang tua agar membawa anaknya untuk memeriksa ulang 2
minggu kemudian. Bila pada pemeriksaan ulang 2 minggu kemudian didapati hasil
yang sama maka kemungkinan anak memang mengalami gangguan daya lihat.
Selanjutnya pemeriksa menganjurkan anak diperiksa ke Rumah Sakit dengan
membawa surat rujukan yang berisi keterangan mata yang mengalami gangguan
(mata kiri, kanan atau keduanya).
2.3.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional.
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi.
Tujuan pemeriksaan ini untuk menemukan secara dini adanya masalah mental
emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada
anak agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.
14

Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan,
dilakukan untuk anak yang berusia 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai
dengan jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan anak.
Alat
yang
digunakan
untuk
mendeteksi

yaitu

:.

a. Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan-72


bulan
b. Ceklis autis anak pra sekolah Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) bagi
anak
umur 18-36 bulan.
c. Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas
(GPPH)
Menggunakan Abreviated Conner Ratting Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.

a) Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan - 72


bulan
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan
atau masalah mental emosional pada anak prasekolah.
Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6
bulan pada anak umur 36-72 bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal
skrining atau pemeriksaan perkembangan anak.
Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan
untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.
Cara melakukan:
Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh
anak.
Catat jawaban Ya,Kemudian hitung jumlah jawaban YA
Interpretasi
Bila ada jawaban YA,Maka kemungkinan anak mengalami masalah
mental emosional.
Bila jawaban ya hanya 1 :
1. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola
Asuh yang memdukung Perkembangan Anak.
2. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh
kembang anak. Bila jawaban ya ditemukan 2 atau lebih : Rujuk ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang
15

anak.Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah


mental emosional yang ditemukan.
b) Ceklis autis anak pra sekolah Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) bagi
anak umur 18-36 bulan.
Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism pada anak
umur 18-36 bulan.
Jadwal deteksi dini autism pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan
tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA
dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
a) Keterlambatan bicara
b) Gangguan komunikasi atau interaksi sosial
c) Perilaku yang berulang-ulang.
a. Alat yang digunakan adalah CHAT. CHAT ini ada dua jenis
pertanyaan, yaitu :
Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan
kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti
yang tertulis CHAT.
Cara menggunakan CHAT.
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu
perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh
anak.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas
CHAT.
c. Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah
semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi.
a. Resiko tinggi menderita autis :
Bila jawaban tidak pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
b. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban tidak pada
pertanyaan A7 dan B4.
c. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban
tidak jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6,
A8, A9, B1 dan B5.
16

d. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori


a,b,dan c.
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada
gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

c) Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas (GPPH)


Menggunakan Abreviated Conner Ratting Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.
Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH pada anak umur
36 bulan ke atas
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK.Keluhan tersebut dapat
berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsif
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10
pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang
tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh
anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal
ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap saat dan ketika anak
denngan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai berikut ini dan
jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
a) Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b) Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
c) Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
d) Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH
17

Intervensi :
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
b. Bila nilai total kurang dari 1 tetapi anda ragu- ragu jadwalkan pemeriksaan ulang
1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak.
2.4 Rujukan Penyimpangan Tumbuh Kembang
Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai
berikut :
a. Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)
dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau
Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh
kembang buku KIA.
b. Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk
Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus
penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan
rujukan ke tim medis di Puskesmas.
c. Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka
perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh
kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan
penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder
diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter
spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata,THT, rehabilitasi medic, ahli terapi,
ahli gizi dan psikolog.

18

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Aspek pertumbuhan :
1. Timbang berat badannya(BB).
2. Ukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK).
3. Lihat garis pertambahan BB.TB,dan LK pada grafik.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang kompleks
dalam bidang motorik kasar, motorik halus, kemapuan berbahasa maupun sosialisasi dan
kemandirian.
Aspek perkembangan :
1. Deteksi penyimpangan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP).
2. Tes Daya Dengar (TDD)
3. Tes Daya Dengar (TDD)
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan
intervensi.
Alat yang dipakai untuk skrining penyimpangan mental emosional adalah:
1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak usia 36-72 bulan.
2. Ceklis Autis anak pra-sekolah atau Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) bagi
anak usia 18-36 bulan.
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) bagi
anak usia 36 bulan keatas (pra-sekolah).
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekeliruan maupun kesalahan baik dari segi penyusun maupun penulisannya sehingga
19

dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kami motifasi dalam usaha memperbaiki kesalahankesalahan agar pembuatan makalah berikutnya jauh lebih baik.

20

Anda mungkin juga menyukai