Anda di halaman 1dari 20

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditas

perkebunan yang memiliki prospek yang sangat baik sebagai sumber devisa.

Kualitas biji kakao Indonesia tergolong rendah sehingga 40% dari 300.000 ton

ekspor biji kakao Indonesia ke Amerika Serikat setiap tahunnya mengalami

penahanan langsung (automatic detention) oleh USFDA. Automatic detention

menyebabkan potongan harga yang cukup tinggi sekitar 15% dari harga rata-rata

kakao dunia. Salah satu penyebab rendahnya kualitas biji kakao adalah adanya

infestasi serangga hama, padahal persyaratan kualitas/mutu biji kakao adalah tidak

adanya serangga hidup dalam biji kakao yang dapat menyebabkan penahanan

langsung oleh negara tujuan (Sylvia, dkk, 2010).


Kulit buah kakao merupakan hasil ikutan tanaman kakao dengan

proporsi mencapai 75% dari buah segar. Kulit buah kakao segar mengandung

kadar air yang tinggi sehingga mudah menjadi busuk. Penggunaan kulit buah

kakao sebagai mulsa yang disebar disekeliling tanaman dapat menjadi tempat

tumbuh cendawan Phytopthora palmivora yang menyebabkan black pod diseases.

Kenyataan ini menimbulkan masalah dalam penanganan hasil ikutan tanaman

kakao karena secara langsung dapat menurunkan produksi kakao. Salah satu

alternatif yang mungkin adalah pemanfaatan kulit buah kakao sebagai bahan

pakan. Efektivitas pemanfaatan kulit buah kakao dibatasi oleh komposisi nutrisi

yang kurang baik, terutama kandungan protein yang rendah dan komponen

lignoselulosa yang tinggi. Nilai manfaat hasil ikutan pertanian sebagai bahan

pakan dapat ditingkatkan dengan memberikan perlakuan pendahuluan, baik secara

fisik, kimia maupun biologis (Suparjo, dkk, 2011).


Biji kakao dinyatakan sebagai bahan yang kaya dengan flavonoid

diantaranya adalah senyawa polifenol yang erat kaitannya sebagai zat yang
2

mempunyai kapasitas antioksidan dalam menangkal radikal bebas. Polifenol

dalam kakao di antaranya adalah katekin, epikatekin, prosianidin dan antosianidin.

Kakao mengandung total fenol dan kapasitas antioksidan yang lebih tinggi

dibandingkan anggur maupun teh. Sejumlah penelitian telah mempelajari efek

kakao terhadap kesehatan, baik secara in vitro maupun in vivo. Konsumsi kakao

yang kaya flavonoid memberikan peningkatan aktivitas antiradikal bebas dalam

darah setelah dua jam mengkonsumsi coklat. Bubuk kakao bebas lemak yang

berasal dari perkebunan Indonesia mempunyai aktivitas antiradikal bebas pada sel

limfosit manusia secara in vitro. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa

bubuk kakao bebas lemak tidak bersifat toksik terhadap sel limfosit. Dengan

demikian tidak akan bersifat toksik terhadap sel tubuh organisme. Oleh karena itu

perlu dilakukan penelitian secara in vivo dengan menggunakan responden

manusia (Erniati, dkk, 2012).


Tanaman kakao memiliki banyak manfaat, tidak hanya sebagai

komoditas penghasil devisa negara tetapi biji cacao juga merupakan satu-satunya

bahan utama dalam pembuatan coklat. Selain itu kakao pun banyak digunakan

sebagai bahan utama dalam beberapa produk kosmetik, industry farmasi dan lain

sebagainya. Meskipun demikian, Agrobisnis kakao di Indonesia masih

menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih

rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk dan

jumlah masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk kakao

serta penyediaan jumlah bibit kakao yang unggul. Hal ini menjadi suatu tantangan

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh perkebunan kakao sekaligus

sebagai peluang untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih

besar dari agribisnis kakao (Ariati, dkk, 2012).


Unsur hara merupakan salah satu factor yang menunjang pertumbuhan

dan perkembangan tanaman kentang yang optimal. Penggunaan pupuk sebagai


3

salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kentang sudah sangat membudaya

dan para petani telah menganggap bahwa pupuk dan cara pemupukan sebagai

salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha taninya.

Penggunaan pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untuk membantu

mengatasi kendala produksi pertanian yaitu Pupuk Organik Cair. Pupuk organik

ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon

tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah selama 4

bulan. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi

tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk

tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif

pengganti pupuk kandang (Parman, 2007).

Pupuk NPK Mutiara mengandung unsur hara N, P, K yang di sesuaikan

dengan manfaatnya yaitu unsur Nitrogen (N) bermanfaat untuk memicu

pertumbuhan secara umum, terutama pada fase vegetatif yang berperan dalam

pembentukan klorofil, asam amino, enzim dan persenyawa lain. Untuk Fospor (P)

bermanfaat untuk membantu pembentukan protein dan mineral yang sangat

penting bagi tanaman, unsur hara (P) juga bertugas mengedarkan energi keseluruh

bagian tanaman, merangsang pertumbuhan akar. Sedangkan unsur hara potasium

(K) bermanfaat untuk membentuk protein karbonhidrat dan gula. membantu

pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman serta

meningkatkan daya tahan penyakit (Martinus, 2015).

POC NASA adalah mempercepat proses pertumbuhan tanaman, memacu

dan meningkatkan pembungaan, pembuahan, mengurangi kerontokan bunga dan


4

buah, membantu pertumbuhan tunas, membantu pertumbuhan akar, memacu

pembesaran umbi serta meningkatkan keawetan hasil panen. Tanaman jagung

dengan menggunakan POC NASA menunjukkan bahwa untuk analisis hasil usaha

taninya, penggunaan POC NASA lebih menguntungkan, karena dari segi

produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa menggunakan Hormonik dan

POC NASA (Sufardi, 2014).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian aplikasi POC NASA dan interval

NPK Mutiara 16:16:16 terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.).

Hipotesa Penelitian

1. Adanya pengaruh pemberian aplikasi POC NASA terhadap pertumbuhan

tanaman bibit kakao (Theobroma cacao L.).


2. Adanya pengaruh pemberian interval pupuk NPK Mutiara 16:16:16 terhadap

pertumbuhan tanaman bibit kakao (Theobroma cacao L.).


3. Adanya interaksi antara pemberian aplikasi POC NASA dan pemberian

interval NPK Mutiara 16:16:16 yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman

bibit kakao (Theobroma cacao L.).

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test pada Praktikum

Budidaya Tanaman Umbi Dan Kacang di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.


2. Sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Adapun klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut ini :


5

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L.

Daerah utama pertanaman kakao adalah hutan hujan tropis di Amerika Tengah,

o
tepatnya pada wilayah 18 Lintang Utara sampai 15o Lintang Selatan. Daerah

daerah dari selatan Meksiko sampai ke Bolivia dan Brazilia adalah tempat

tempat tanaman kakao tumbuh (Mutmainah, 2014).

Morfologi Tanaman

Akar

Akar kakao adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan cokelat

bisa sampai 8 meter kearah samping dan 15 meter ke arah bawah. Cokelat yang

diperbanyak secara vegetative pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan

akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah

dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua akar yang menyerupai akar

tunggang. Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanaman, air tanah

dan aerasi tanah (Jermia, 2011).

Batang

Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 meter dari pangkal

batangnya pada permukaan tanah. Tanaman cokelat punya kecenderungan tumbuh


6

lebih pendek bila di tanam tanpa pohon pelindung. Diawal pertumbuhannya

tanaman cokelat yang diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan cabang

cabang primer. Letak cabang cabang primer itu tumbuh disebut jorqutte yang

tingginya adalah 1 2 meter. Ketinggian jorquette yang ideal adalah 1,2-1,5 meter

agar dapat tanaman dapat menghasilkan tajuk yang baik dan seimbang

(Syafaruddin, 2012).

Daun

Daun kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun

berkisar 25 34 cm dan lebarnya 9 12 cm. Daun yang tumbuh pada ujung

ujungnya tunas biasanya berwarna merah dan disebut daun flush, permukaannya

seperti sutera. Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjadi hijau dan

permukaannya kasar. Pada umumnya daun daun yang terlindung lebih tua

warnanya bila dibandingkan dengan daun yang langsung terkena sinar matahari

(Syafaruddin, 2012).

Bunga

Jumlah bunga kakao mencapai 5.000 12.000 bunga per pohon pertahun,

tetapi jumlah buah matang yang dihasilkan hanya berkisar satu persen saja. Bunga

cokelat tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak sebanyak 5 helai dan

benang sari sejumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 cm. Bunga di sangga oleh

tangkai bunga yang panjangnya 2- 4 cm. Tangkai bunga tersebut tumbuh dari

bantalan bunga pada batang atau cabang. Bantalan bunga pada cabang akan

menumbuhkan bunga ramiflora (Syafaruddin, 2012).

Buah

Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebalnya 1-3 cm. Pada waktu muda biji

menempel pada bagian kulit buah dan setelah matang terlepas dari kulit buah.
7

Buah yang masih muda disebut cherelle, kemudian sampai dengan tiga bulan

pertama akan terjadi cherelle wilt, yakni gejala spesifik dari buah kakao yang

disebut Physiological effect thiming, yaitu buah muda menjadi kering dan

mengeras. Buah yang sudah masak pada umumnya mempunyai dua warna yakni

kuning atau orange. Sekitar 5 atau 6 bulan sesudah proses penyerbukan buah

kakao sudah masak (Dina, 2016).

Syarat Tumbuh

Iklim

Sejumlah faktor iklim dan tanah kendala bagi pertumbuhan dan produksi

tanaman kakao. Areal pertanaman kakao yang ideal adalah daerah yang bercurah

hujan 1.100 3.000 mm per tahun. Disamping kondisi fisik dan kima tanah, curah

hujan yang lebih menyebabkan serangan penyakit busuk buah. Temperatur sangat

berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan serta kerusakan daun.

Temperatur yang ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30o C 32o C. Kakao

tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu rendah, kebutuhan

sinar matahari tergantung umur tanaman. Tanaman muda yang baru ditanam

memerlukan sinar matahari sekitar 25% - 35% dari penyinaran penuh. Tanaman

kakao mengkehendaki kelembaban udara relative maksimum 100% pada malam

hari dan 70% - 80% pada siang hari (Sahardi, 2015).

Tanah

Pengambilan hara dari tanah oleh tanaman dibutuhkan untuk mengganti

hara yang hilang melalui daun yang luruh.. Tanaman kakao dapat tumbuh pada

berbagi jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap

pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Keasaman tanah (pH), kadar zat

organic, unsur hara, kapasitas adsorbs dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia

yang perlu diperhatikan sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efktif, tinggi
8

permukaan ait tanah, drainase, struktur dan konsistensi tanah. Keasaman tanah

yang dikehendaki 6- 7,5 tidak lebih dari 8. Tekstur tanah lempung liat berpasir

dengan komposisi 30% 40% fraksi liat, 50% pasir dan 10% debu

(Prihastanti, 2011).

Peranan POC NASA

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak

beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun

atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro

esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk

organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan

meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada

tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman

dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga

tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap

kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang

pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal

buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga bakal buah (Rizqiani, dkk, 2007).

Peranan NPK Mutiara 16:16:16

Pupuk majemuk cukup mengansung hara dengan persentase kandungan

hara makro yang berimbang yaitu NPK mutiara 16:16:16. Pupuk berbentuk padat

mempunyai sifat lambat larut sehingga diharapkan dapat mengurangi kehilangan

hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan menjadi senyawa yang tidak

tersedia bagi tanaman. Pupuk majemuk memenuhi kebutuhan hara N, P, K, Mg

dan Ca bagi tanaman, warnanya kebiru-biruan dengan butiran mengkilap seperti

mutiara. Pemanfaatan mutiara memberikan beberapa keuntungan di antaranya


9

kandungan haranya lebih lengkap, pengaplikasian lebih efisien dari segi tenaga

kerja, sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan di simpan dan tidak cepat

menggumpal. Pupuk ini baik di gunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk

susulan saat tanaman memasuki fase generative (Erlida, 2009).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu


Tempat pelaksanaan Praktikum Budidaya Tanaman Umbi dan Kacang

dilakukan dilahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara, Jalan Tuar Kecamatan Amplas Medan, tepatnya pada ketinggian

tempat 27 meter dari permukaan laut.


Waktu pelaksanaan Praktikum Budidaya Tanaman Umbi dan Kacang di

laksanakan pada hari Selasa, 07 Maret 2017, pukul 11.10 WIB s/d selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa

dan Tebu yaitu Benih kakao criolo, benih kakao forester, benih kakao trinatario,

bambu, pelepah kelapa sawit, polibag 20cm 30cm, fungisida Dithane M-45, dan

insektisida 25 EC.
10

Alat yang digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman Kakao, Kelapa

dan Tebu yaitu meteran, kawat, parang, pisau, cangkul, gergaji, handspeyer,

gunting, timbangan analitik, plank ulangan, plank perlakuan, kalkulator, kayu,

kamera dan alat tulis lainnya.


Metode Penelitian
Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

dengan 2 faktor yang diteliti yaitu:

1. Faktor pemberian aplikasi pupuk organik cair (POC)


P0 : Kontrol
P1 : 6 ml/l
P2 : 12 ml/l
2. Faktor pemberian interval pupuk organik cair (POC)

I0 : Kontrol
I1 : 1 Minggu sekali
I2 : 2 Minggu sekali
Jumlah kombinasi perlakuan adalah 9 kombinasi, yaitu:
P1I1 P2I1 P3I1
P1I2 P2I2 P3I2
P1I3 P2I3 P3I3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot percobaan : 27 plot
Jumlah tanaman per plot : 5 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 3 tanaman
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 135 tanaman
Luas plot percobaan : 70 cm 70 cm
Jarak antar plot : 50 cm
Jarak antar ulangan : 100 cm
Jarak tanam : 50 cm 50 cm
Tinggi plot : 30 cm
Analisis Data
Data hasil praktikum dianalisis dengan Rancangan Acak Kelompok

Faktorial Menggunakan sidik ragam kemudian diuji lanjut dengan Beda Nyata

Jujur, model linier dari Rancangan Acak Kelompok Faktorial adalah sebagai

berikut:
Yijk = + i + Pj + Ik + (PI)jk + ijk
Keterangan
Yijk : Hasil pengamatan dari faktor K taraf ke-j dan faktor S taraf ke-k pada

blok ke-i.
11

: Nilai tengah.
i : Pengaruh dari blok taraf ke-i.
Pj : Pengaruh dari faktor P taraf ke-j.
Ik : Pengaruh dari faktor I taraf ke-k.
(KS)jk : Pengaruh kombinasi dari faktor P taraf ke-j dari faktor I taraf ke-k
ijk : Pengaruh error dari faktor P taraf ke-j dan faktor I taraf ke-k serta blok

ke-i

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pencampuran Media Tanam

Pelaksanaan pencampuran media tanam dilakukan setelah lahan yang akan

digunakan telah bersih dari gulma gulma yang tumbuh di areal yang digunakan.

Pencampuran media tanam menggunakan lapisan topsoil tanah dan kompos yang

dicampurkan dengan perbandingan 1 : 1 dan diaduk hingga benar benar

tercampur rata.

Pengisian Polybag

Media tanam yang sudah dicampurkan dan diaduk hingga rata kemudian

dimasukkan kedalam polybag ukuran 20 x 30 cm hingga polybag terisi sampai 2

cm dari permukaan polybag. Sebaiknya dalam waktu pengisian jangan sampai ada

seresah atau batu yang tercampur agar tidak mengganggu sistem perakaran bibit

kakao tersebut.
12

Penanaman Bibit

Kecambah kakao sudah dapat ditanam kedalam polybag apabila benih

kakao telah berkecambah yang ditandai dengan munculnya plumula dan radikula

telah memiliki daun (fase serdadu). Pemindahan dilakukan dengan cara mencabut

kecambah yang tumbuh seragam dari perkecambahan, kemudian dipindahkan ke

setiap polybag.

Pemeliharaan

Penyisipan

Apabila ada tanaman kakao yang tidak tumbuh atau mati akan faktor

faktor tertentu, maka dapat dilakukan tindakan pengganti tanaman baru atau

penyisipan dari jenis yang sama usahakan bibit yang digunakan pertumbuhan nya

baik agar dapat mengejar pertumbuhan bibit lainnya.

Penyiraman

Penyiraman bibit kakao dilakukan setiap pagi dan sore secara teratur dan

rutin. Penyiraman yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau sesuai dengan

keadaan di lapangan dan penyiraman tidak dilakukan apabila hujan.

Penyiangan

Tindakan penyiangan di lakukan secara manual yaitu mencabut dengan

menggunakan tangan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma didalam polybag

maupun diluar polybag. Penyiangan dilakukan dengan interval waktu seminggu

sekali atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma di lapangan.

Pemupukan
13

Pemupukan di lakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

tanaman akan unsur hara karena pada saat pertumbuhan tanaman sangat

membutuhkan kecukupan unsur hara sehingga tanaman dapat tumbuh dengan

maksimal.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Pengendalian hama di pembibitan di lakukan dengan menggunakan

fungisida dithane M-45 dengan konsentrasi 5 gr/liter air yang di semprotkan ke

tanaman pada saat sore hari dan menggunakan insectisida 25 EC dengan

konsentrasi 2 cc/liter air yang di lakukan 3 kali dalam seminggu. Fungisida di

gunakan untuk mengendalikan penyakit yang menyerang bibit kakao seperti

jamur, sedangkan insectisida untuk mengendalikan serangan serangga pada bibit

kakao selama masa pertumbuhannya.

Parameter Pengamatan

Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tanaman

mulai dari patok standard dengan ukuran patok 2 cm hingga ke titik tumbuh

dengan menggunakan alat ukur (penggaris). Pengukuran di lakukan dengan

interval waktu seminggu sekali.

Jumlah daun

Perhitungan jumlah daun tanaman di lakukan dengan cara menghitung

daun yang telah terbuka sempurna dengan kriteria memiliki tangkai dan helaian

serta warna daun sudah hijau tua dan telah mengeras.

Luas daun
14

Perhitungan luas daun di lakukan dengan cara mengukur panjang dan lebar

daun dengan menggunakan penggaris kemudian di hitung rata-rata dengan rumus

= P x L x K.

Keterangan :

k = 0,76

Diameter Batang

Pengukur diameter batang di lakukan dengan menggunakan alat jangka

sorong (vermier caliper), di ukur yang sejajar dari patok standard yang telah di

buat.

Berat Basah Bagian Bawah Tanaman

Berat Basah Bagian Atas Tanaman

Berat Kering Bagian Bawah Tanaman

Berat Kering Bagian Atas Tanaman

DAFTAR PUSTAKA
15

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Areal Penelitian


Ulangan II
P1I0 P2I0 P0I0

P1I1 P2I1 P0I1 U


a
P1I2 P2I2 P0I2

Ulangan I
P0I0 P110 P2I0

P0I1 P1I1 P211

P0I2 P1I2 P2I2 S

Ulangan III
bP I P0I0 P1I0
2 0

P2I1 P0I1 P1I1

P2I2 P0I2 P1I2


Keterangan
a = Jarak antara plot 50 cm
b = Jarak antara ulangan 100 cm

Lampiran 2. Sampel Tanaman

B
16

A
C

Keterangan:
: Tanaman sampel

: Tanaman bukan sampel

A : Lebar Plot 70 cm
B : Panjang Plot 70 cm
C : Jarak Tanam Tanaman 50cm 50cm Tetapi Untuk Tanaman

ditengah cukup di sesuaikan saja 25 cm


D : Jarak Plot Ke Tanaman Sampel 10 cm.

DOKUMENTASI

Gambar 1. Pembuatan tiang bibitan kakao


17

Gambar 2. Pemasangan tiang bibitan kakao

Gambar 3. Pemasangan pelepah sawit dibibitan kakao

Gambar 4. Pengupasan buah kakao


18

Gambar 5. Pemisahan biji kakao dengan pulp

Gambar 6. Penyamaian biji kakao

Gambar 7. Pengolahan tanah


19

Gambar 8. Memasukkan tanah kedalam polibag

Gambar 8. Pengambilan bibit kakao yang disemaikan

Gambar 9. Penanaman bibit kakao kepolibag


20

Gambar 10. Pembuatan plang ulangan dan plang lokal

Anda mungkin juga menyukai