Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Hubungan internasional diidentifikasikan sebagai studi tentang interaksi


antara beberapa faktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang
meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi nonpemerintah,
kesatuan substansional (kelompok-kelompok atau badan-badan dalam suatu
negara), seperti birokrasi dan pemerintah domestik, serta individu-individu.
Dalam hubunngan internasional terdapat berbagai pola hubungan antar bangsa
seperti : pola penjajahan, pola hubungan ketergantungan, pola hubungan sama
derajat antarbangsa.. Ketentuan atas karena perjanjian internasional akan
mengakibatkan hokum yang juga sekaligus akanmenjalani kepastian hukum pada
perjanjian internasianal hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban antar subjek-
subjek hokum internasional.
Dari sebagian masyarakat dunia, bangsa Indonesia selalu melakukan
hubungan dengan bangsa lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan bangsa lain,
kita menetapkan politik luar negeri yang "bebas" dan "aktif". Politik luar negeri
bebas aktif ini mulai dicanangkan sejak awal merdeka.
Sebagai salah satu perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa
Indonesia pernah menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada
tahun 1955 dan juga membentuk Gerakan Non Blok bersama beberapa negara
Asia Afrika lainnya.

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada umumnya, negara yang telah merdeka dan bedaulat penuh akan
mengadakan hubungan dengan negara lain. Setiap negara memiliki perbedaan
masyarakat, struktur pemerintah, kepentingan nasional dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Namun, perbedaan tersebut biasanya menimbulkan suatu kebutuhan yang
menyebabkan adanya hubungan internasional. Bahkan tidak bisa dipungkiri
bahwa suatu negara yang tidak dapat menjalin hubungan internasional dengan
negara lain akan sulit untuk mempertahankan kedaulatannya. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa hubungan internasional diperlukan karena suatu negara
memiliki ketergantungan dengan negara lain dalam hal memenuhi semua
kebutuhan dan menjaga kedaulatan negaranya. Pada makalah ini akan dibahas
beberapa hal mengenai hubungan hubungan internasional yang meliputi hal hal
yang melatarbelakangi timbulnya hubungan internasional, kebijakan yang
dilakukan Indonesia dalam politik luar negeri dan sengketa sengketa internasional
serta berbagai aspeknya.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan Masalahnya meliputi :
1.2.1 Bagaimana Latar Belakang Munculnya Hubungan Internasional ?
1.2.2 Apa saja Makna Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia ?
1.2.3 Jelaskan Pengertian Sengeketa Internasional dan Berbagai aspeknya ?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini kami buat untuk memenuhi Tugas PKN oleh bapah H.Amiruddin
S.pd, dimana yang Insya Allah akan dipresentasikan untuk bahan diskusi pada
mata pelajaran PKN

1.4 Manfaat Penulisan


Melalui makalah ini kami berharap agar makalah ini dapat menambah ilmu dan
wawasan para pembaca mengenai beberapa hal seputar hubungan internasional.

1.5 Batasan Masalah


Batasan Masalah pada makalah ini melliputi :
1.5.1 Latar Belakang munculnya hubungan Internasional
1.5.2 Makna Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia
1.5.3 Sengketa Internasional dan Berbagai aspeknya

1.6 Sumber Data


Data data yang di peroleh dari karya ilmiah makalah ini sebagian besar berasal
dari kumpulan kumpulan artikel dari media internet dan hasil diskusi dari
kelompok PKN kami.

1.7 Metode Penelitian


Searching
Browsing
BAB II
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH

2.1 Latar belakang munculnya hubungan internasional


Faktor penyebab terjadinya hubungan internasional adalah kekayaan alam
dan perkembangan industri yang tidak merata. Setiap negara memiliki sumber
kekuatanyang berbeda. Mungkian ada negara yang kaya akan sumber daya alam,
ada pula negara yang banyak jumlah penduduknya,sementara negara lain
mengandalkan berlimpahnya jumlah ilmuwan. Hal tersebut mendorong kerjasama
antar negara dan antar individu yang tunduk pada hukum yang dianut negaranya
masing-masing. Hubungan Internasional merupakan hubungan antarnegara atau
antar individu dari negara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut baik dalam
hubungan politis, budaya, ekonomi ataupun hankam.
Kerjasama ini tidak hanya diperlukan oleh bangsa atau negara yang
berkembang. Akan tetapi, juga negara-negara besar dan maju. Hubungan
internasional Indonesia dengan negara lain dilandasi oleh persamaan derajat dan
didasarkan pada kemajuan serta persetujuan dari beberapa atau semua negara.
. Beberapa faktor yang ikut menentukan dalam proses hubungan internasional,
baik secara bilateral maupun multilateral, antara lain adalah kekuatan nasional,
jumlah penduduk, sumber daya, dan letak geografis. Jika suatu negara memiliki
kekuatan empat faktor tersebut, maka negara tersebut relatif lebih longgar untuk
mengadakan hubungan internasional. Namun, jika empat faktor kekuatan tersebut
lemah, maka suatu negara akan sangat membutuhkan hubungan internasional.
1. Manusa adalahmahluk social sehingga memiliki kecenderungan untuk
bergaul dan bekerjasama dengan manusia lainnya. Kecenderungan untuk
berkelompok dan bekerjasama manusia lainnya juga didorong oleh naluri
untuk memenuhi kebutuhannya baik secara lahirian maupun batiniah.
2. Sebagai bangsa, manusua tak mungkin hidup tanpa menjalin hubungan
dengan bangsa lain.
3. Lahirnya era keterbukaan lahirnya era globalisasi, yang imbasnya adalah
a. Hubungan antarbangsa makin erat karena pada era ini kemajuan
teknologi informasi makin pesat, sehingga hubungan antar warga dunia
tak dapat dibatasi oleh apa pun.
b. Ketergantungan antar warga makin tinggi, sehingga kebijakan demostik
suatu negara (bangsa) tak bias dilepaskan begitu saja dari pertimbangan
pandangan internasional.
c. Karena ketergantungan antarnegara makin tinggi serta hubungan makin
erat, maka tidak dapat dihindari efek negatifnya, yaitu gesekan
kepentingan antarn negara yang satu dan negara yang lainnya. Untuk itu,
perlu diadakan hubungan internasional guna menyelesaikan masalah-
masalah tersebut dengan menentukan pola hubungan yang jelas.
d. Bangsa Indonesia perlu menetapkan pola hubungan dengan bangsa lain
dengan landasan yang kokoh baik landasan formal maupun material,
sehingga kepentingan nasional tetap dikedepankan. Dengan demikian,
dalam percaturan internasional, bangsa kita tetep kokoh dan tidak mudah
terombang-ambing serta menjadi subjek dan bukan menjado objek.
Pada saat pecahnya perang dunia ke II para pakar ilmu Hubungan
Internasional terus berlanjut untuk fokus pada asal muasal hubungan internasional
atau antar negara, dalam usahanya untuk memahami penyebab pecahnya perang.
Setelah konflik tersebut ada beberapa usaha yang diperbaharui untuk mencapai
perdamaian dunia. Ditandai dengan lahirnya PBB pada tahun 1945.
Pada masa yang penuh pengawasan ini, banyak negarawan membentuk
pandangan bahwa menghilangkan perang sangatlah tidak mungkin. Lalu mereka
lebih memilih untuk berfokus pada bagaimana cara untuk membatasi dan
mengontrol konflik global.

2.2 Makna Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia


Suatu bangsa yang merdeka tidak dengan serta merta dapat hidup sendiri tanpa
bantuan dari negara lain. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan
mempertahankan kemerdekaannya, negara tersebut membutuhkan dukungan dari
negara lain. Nah, untuk mendapatkan dukungan tersebut, suatu negara harus
mengadakan hubungan yang baik dengan negara lain. Misalnya, ketika awal
berdirinya negara Kesatuan republik Indonesia, untuk memperoleh pengakuan dan
dukungan dari negara lain terhadap kemerdekaannya, para pendiri negara kita
mengadakan hubungan dengan Australia, Amerika Serikat, Belgia, Mesir dan
sebagainya. Alhasil,negara kita dapat berdiri dengan tegak dan mempertahankan
kemerdekaanya sampai sekarang.
Hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain, tentu saja
tidak bisa dilepaskan dari kebijakan politik luar negeri suatu negara termasuk
Indonesia, perlu dipahamami dulu definisi atau pengertian dari politik luar negeri
seperti di bawah ini:
1. Politik luar negeri adalah strategi dan taktik yang digunakan oleh suatu negara
dalam berhubungan dengan negara lain.
2. Politik luar negeri merupakan kumpulan kebijaksanaan atau setiap yang
ditetapkan oleh suatu negara untuk mengatur hubungan dengan negara lain untuk
yang ditujukan untuk kepentingan nasional.
3. Politik luar negeri merupakan penjabaran dari politik nasional, sedangkan
politik nasional merupakan penjabaran untuk dari kepentingan nasional atau
tujuan negara yang bersangkutan.
Jadi, pada dasarnya politik luar negeri merupakan strategi untuk
melaksanakan kepentingan nasional atau tujuan negara yang ada kaitannya dengan
negara lain.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, sejak tanggal 2 September 1948,
Pemerintah Indonesia mengambil haluan bebas aktif untuk politik luar negerinya.
Dalam siding Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP),
Pemerintah Indonesiamenyampaikan sikap politik luar negeri Indonesia seperti
berikut.Sikap pemerintah tersebut dipertegas lagi oleh kebijakan politik luar
negeri Indonesia yang antara lain dikemukakan oleh Drs. Moh. Hatta. Ia
mengatakan, bahwa tujuan politik luar negeri Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara;
b. Memperoleh barang-barang dari luar untuk memperbesar kemakmuran rakyat,
apabila barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan sendiri;
c. Meningkatkan perdamaian internasional, karena hanya dalam keadaan damai
Indonesia dapat membangun dan syarat-syarat yang diperlukan untuk
memperbesar kemakmuran rakyat;
d. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai cita-cita yang tersimpul
dalam Pancasila, dasar dan falsafah negara Indonesia.
Politik yang bebas aktif, bebas berarti bahwa bangsa Indonesia bebas
menentukan dan berhubungan dengan negara mana pun. Kita tidak membatasi
hubungan dengan bangsa-bangsa Eropa saja atau dengan bangsa Timur saja. Kita
berhubungan dengan semua bangsa di dunia. Aktif, artinya bahwa bangsa
Indonesia turut aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Perwujudannya,
bahwa bangsa Indonesia akan berusaha untuk membantu negara-negara yang
terjajah agar terbebas dari penjajahan, tidak mau menjajah bangsa lain, dan selalu
mengutamakan jalan pemecahan dengan cara damai terhadap setiap konflik yang
terjadi.

2. Tujuan dan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia


Apabila kita simpulkan dari uraian di atas, tujuan politik luar negeri
Indonesia bebas aktif ialah:
a. untuk menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan kemerdekaan bangsa;
b. ikut serta menciptakan perdamaian dunia internasional, sebab hanya dalam
keadaan damai kita dapat memenuhi kesejahteraan rakyat;
c. menggalang persaudaraan antarbangsa sebagai realisasi dari semangat
Pancasila.
Dalam menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa Indonseia
menjalankan prinsip-prinsip berikut:
a. Negara Indonesia menjalankan politik damai, dalam arti bangsa Indonesia
bersama-sama dengan masyarakat bangsa-bangsa lain di dunia ingin menegakkan
perdamaian dunia;
b. Negara Indonesia ingin bersahabat dengan negara-negara lain atas dasar saling
menghargai dan tidak akan mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Indonesia menjalankan politik bertetangga baik dengan semua negara di dunia.
c. Negara Indonesia menjunjung tinggi sendi-sendi hukum internasional;
d. Indonesia membantu pelaksanaan keadilan sosial internasional dengan
berpedoman kepada Piagam PBB.

3. Landasan Politik Luar Negeri Indonesia


Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif memilki
landasan yang kuat dan kokoh. Landasan tersebut tercantum pada alinea pertama
dan keempat Pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
serta pasal 11 UUD 1945. Dalam alinea pertama disebutkan, " penjajahan harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Sedangkan dalam alinea keempat dinyatakan, " ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial "
Pasal 11 ayat 1 UUD 1945 berbunyi, "Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain."
Selain landasan tersebut, pelaksanaan politik luar negeri Indonesia bebas
aktif juga berdasar pada Keterangan Pemerintah di depan sidang BP-KNIP tanggal
2 September 1948. Politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tetap
diabdikan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional bangsa Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Secara sosial bangsa Indonesia menghendaki kehidupan yang damai
dengan semua negara di dunia. Sebab itu, kita tidak hanya menjalin kerjasama
dengan negara-negara tertentu saja. Kita terbuka terhadap semua bangsa dan
negara dalam menjalin kerjasama.
Secara kejiwaan, apabila bangsa kita membatasi diri hanya dengan
negaranegara tertentu saja, maka dapat menyebabkan bangsa kita terkucil oleh
salah satu kelompok. Karena alasan itu juga, bangsa Indonesia menentukan haluan
politik luar negeri yang bebas aktif. Bebas artinya dalam menjalin hubungan
internasional tidak dibatasi pada negara-negara tertentu saja. Aktif artinya, bangsa
kita tak mau tinggal diam dalam upaya menciptakan perdamaian dan keamanan
internasional.

4. Pelaksanaan Politik Luar Negeri Bebas Aktif pada Masa Orde Lama
Pada masa orde lama (Demokrasi Terpimpin), politik luar negeri Indonesia
pernah belok ke arah negara-negara Eropa Timur atau Uni Sovyet, dan memusuhi
negara-negara eropa. Hal ini disebabkan oleh dua faktor penting, yaitu:
a. Faktor dari dalam negeri (intern), yaitu karena dominannya (besarnya
pengaruh) Partai Komunis Indonesia (PKI) menguasai kehidupan politik
Indonesia;
b. Faktor dari luar negeri (ekstern), yaitu kurang simpatiknya bangsa eropa dan
Amerika dalam menghadapi berbagai persoalan di negara Indonesia.
Dengan dua alasan itu, pemerintah Indonesia akhirnya membelokkan
haluan politiknya ke arah timur (Uni Sovyet). Indonesia mengambil haluan politik
luar negeri dengan membentuk Poros Jakarta _ Hanoi _ Phnom Penh _ Peking _
Pyongyang.
Dianutnya politik luar negeri yang cenderung condong ke Sovyet
menyebabkan perubahan kehidupan sosial politik bangsa Indonesia. Partai
Komunis Indonesia (PKI) berkembang dengan leluasa. Partai-partai politik lain
dibubarkan satu per satu, sehingga dalam negara hanya ada satu partai, yaitu
Partai Komunis Indonesia (PKI). Puncaknya terjadilah peristiwa G30S/PKI pada
tanggal 30 September 1965.

Faktor penting yang ikut menentukan perumusan politik luar negeri


Indonesia :
a. Posisi Geografis, adanya posisi silang, antara dua samudra dan dua benua
b. Penduduk, jumlah penduduk yang besar dan potensial sebagai tenaga yang
efektif akan menjadi modal dasar pembangunan.
c. Kekayaan Alam, kekayaan alam yang kita miliki harus dikelola dengan baik
d. Militer, TNI sebagai kekuatan pertahanan senantiasa ditingkatkan
profesionalitasnya
e. Perkembangan situasi Internasional, adanya kesenjangan antara negara maju
dan negara berkembang, konflik regional, konfik internasional dsb.
f. Kualitas Diplomasi, bagaimana mempersiapkan, merekrut dan mendidik
tenaga diplomat yang handal dan profesional sehingga dapat melindungi
kepentingan nasional dan dapat mewakili Indonesia di forum-forum
internasional.

2.3 Sengketa Internasional dan Berbagai Aspeknya


2.3.1 Pengertian Sengketa Internasional
Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek
hukum internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau
pernyataan satu pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.

2.3.2 Penyebab Sengketa Internasional


Sengketa tersebut terjadi karena berbagai sebab, antara lain :
1. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian Internasional.
2. Perbedaan penafsiran mengenai isi perjanjian Internasional.
3. Perebutan sumber-sumber ekonomi
4. Perebutan pengaruh ekonomi
5. Adanya intervensi terhadap kedaulatan Negara lain
6. Perluasan pengaruh politik& ideologi terhadap negara lain
7. Adanya perbedaan kepentingan
8. Penghina terhadap harga diri bangsa
9. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatas-an antar negara yang banyak yang
belum tersele-saikan melalui mekanisme perundingan (bilateral dan ).
10. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara-
negara yang ada di kawa-san ini, maupun dari luar kawasan.
11. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis bersenjata yang
dapat mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga.

Penyebab timbulnya sengketa Internasional meliputi berbagai bidang


sebagai berikut :
a. Bidang Politik
b. Batas Wilayah (laut teritorial dan daratan)
c. Bidang Ekonomi

2.3.3 Masalah-Masalah Internasional


Masalah internasional adalah masalah yang timbul dalam hubungan antarnegara
yang diatur dalam hukum internasional.
Masalah Internasional, antara lain sebagai berikut :
a. Intervensi
Intervensi adalah tindakan suatu negara untuk mencampuri urusan negara lain,
intervensi bertentangan dengan hukum internasional bila]
b. Penyerahan (ekstradisi)
Ekstradisi adalah penyerahan seseorang yang dituduh melakukan tindakan pidana
atau sudah dijatuhi hukuman oleh suatu negara, dan bersembunyi atau melarikan
diri ke negara lain untuk dikembalikan ke negara asal.
c. Suaka (asylum)
Suaka adalah perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada warga negara
dari negara lain. Pemberian suaka didasarkan dua pertimbangan, yaitu
pertimbangan kemanusiaan dan pertimbangan politik. Pemberian suaka ini
biasanya akan membentuk hubungan antara negara yang memberikan suaka
dengan negara yang warga negaranya mendapat suaka.
d. Hukum Netralitas
Netralitas adalah sikap suatu negara yang tidak turut berperang dan tidak ikut
dalam permusuhan.
Menurut Grotius ada dua prinsip umum nertralitas, yaitu sebagai berikut :
1) Negera netral tidak boleh berbuat sesuatu yang dapat memperkuat pihak-pihak
yang berperang, sedangkan yang berperang berdasarkan alasan perang yang tidak
adil. Di samping itu, negara netral tidak boleh menghalang-halang gerakan pihak
berperang yang alasan perangnya adalah adil.
2) Jika sulit menentukan adil atau tidaknya suatu perang, maka negara netral harus
memperlakukan pihak-pihak berperang secara sama.

A. Hakekat Organisasi Internasional


Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional
sekarang tidak diragukan lagi, walaupun pada mulanya belum ada kepastian
mengenai hal ini. Dalam merumusakan definisi organisasi nasional, para sarjana
tidak merumuskannya secara langsung akan tetapi cenderung mengilustrasikan
substansi dari pada organisasi internasional yang mengarah pada kriteria-kriteria
serta elemen-elemen dasar atau minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas
yang bernama organisasi internasional.
Sumaryo Suryokusumo berpendapat bahwa organisasi internasional adalah
suatu proses, organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan
dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi
Internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari
kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama
serta mengurangi pertikaian yang timbul.[4]

B. Klasifikasi Organisasi Internasional


Shermers mengklasifikasikan organisasi internasional berdasarkan struktur
dan fungsi organisasi internasional menjadi empat macam:
Organisasi publik dan privat
- Organisasi Internasional publik adalah organisasi yang didirikan berdasarkan
penjanjian antar negara.
- Organisasi Internasional privat adalah organisasi yang didirikan berdasarkan
hukum internasional privat dan tunduk pada hukum nasional suatu negar.
Organisasi universal dan tertutup
- Organisasi Internasional universal adalah organisasi yang memiliki karakter
universalitas, ultimate necessity, yaitu secara pesat organisasi ini menjadi
kebutuhan yang harus dipenuhi dan ketiga heterogenitas yakni dibangun atas
dasar perbedaan pandangan politik, perbedaan budaya serta perbedaan tahap
kemajuan.
- Organisasi Internasional tertutup adalah organisasi yang besifat tertutup yang
artinya perhimpunan tidak akan menerima keanggotaan selain dari groupnya atau
komunitas secara terbatas.
Organisasi suprasional dan organisasi antar pemerintah
- Organisasi Internasional suprasional merupakan organisasi kerjasama baik
dalam bidang legislasi, yudikasi dan eksekutif bahkan sampai warga negara.
- Organisasi Internasional, organisasi antar pemerintah hanya terbatas pada
organ tertentu yaitu eksekutif. Untuk IGO diterapkan pada kerjasama
antarpemerintah maupun organ-organ pemerintah selain suprasional.
Organisasi umum dan Organisasi fungsional
- Organisasi Internasional umum sering disebut dengan organisasi politik,
dengan ciri vastness of the fields juga termanifestasi dalam delegasi-delegasi
diplomatik dan delegasi politik untuk tujuan politik.
- Organisasi fungsional sering disebut dengan organisasi tehnis yang memiliki
kekhususan dalam bidang fungsi spesifik.[6]
Organisasi internasional dengan anggota regional dengan tujuan khusus.

C. Pendirian Organisasi Internasional


Prasyarat untuk berdirinya suatu organisasi adalah adanya keinginan untuk
bekerja sama, begitu juga prasyarat untuk berdirinya suatu organisasi
internasional yaitu adanya keinginan untuk bekerja sama yang jelas-jelas
kerjasama tersebut akan bermanfaat dalam bidangnya dengan syarat organisasi
tidak melanggar kekuasaan dan kedaulatan negara anggota dalam suatu organisasi
internasional.
Syarat-syarat pendirian organisasi internasional dapat dikembangkan dari
unsur-unsur perjanjian internasional sebagai mana tertuang dalam Konvensi Wina
1969 yang menegaskan bahwa:
an international agreement concluded between states in written form and
governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two
or more related instrument, and whatever its particular designation
Berdasarkan unsur-unsur diatas maka persyaratan suatu organisasi internasional
dapat diperinci sebagai berikut:
Dibuat oleh negara sebagai para pihak
Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu, dua, atau lebih instrumen
Untuk tujuan tertentu
Dilengkapi dengan organ
Berdasarkan hukum internasional[7]

D. Contoh Organisasi Internasional


Perserikatan Bangsa - Bangsa ( PBB )
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris:
United Nations atau disingkat UN) adalah sebuah organisasi internasional yang
anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk
memfasilitasi dalam hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga
ekonomi, dan perlindungan sosial.
Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober
1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC, namun Sidang
Umum yang pertama - dihadiri wakil dari 51 negara - baru berlangsung pada 10
Januari 1946 (di Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah
organisasi yang mirip, bernama Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai
pendahulu PBB.
Sejak didirikan pada tahun 1945 hingga 2011, sudah ada 193 negara yang
bergabung menjadi anggota PBB, termasuk semua negara yang menyatakan
kemerdekaannya masing-masing dan diakui kedaulatannya secara internasional,
kecuali Vatikan. Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional dan
organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang
mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus
sebagai pengamat. Palestina dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-
member states) dan termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil
permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB).
Sekretaris Jenderal PBB saat ini adalah Ban Ki-moon asal Korea Selatan
yang menjabat sejak 1 Januari 2007 , menggantikan Sekretaris Jendral terdahulu,
yaitu Kofi Annan dari Ghana.
Organisasi ini memiliki enam organ utama:
o Majelis Umum (majelis musyawarah utama)
o Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan
keamanan)
o Dewan Ekonomi dan Sosial (untuk membantu dalam mempromosikan kerjasama
ekonomi, sosial internasional dan pembangunan)
o Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh
PBB)
o Mahkamah Internasional (organ peradilan primer)
o Dewan Perwalian (yang saat ini tidak aktif
Liga Bangsa-Bangsa dianggap gagal mencegah meletusnya Perang Dunia
II (1939-1945). Untuk mencegah meletusnya Perang Dunia Ketiga, yang mana
tidak diinginkan oleh seluruh umat manusia, pada tahun 1945 PBB didirikan
untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa yang gagal dalam rangka untuk
memelihara perdamaian internasional dan meningkatkan kerjasama dalam
memecahkan masalah ekonomi, sosial dan kemanusiaan internasional.
Rencana konkrit awal untuk organisasi dunia baru ini dimulai di bawah
naungan Departemen Luar Negeri AS pada tahun 1939. Franklin D. Roosevelt
dipercaya sebagai seorang yang pertama menciptakan istilah "United Nations"
atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai istilah untuk menggambarkan negara-
negara Sekutu. Istilah ini pertama kali secara resmi digunakan pada 1 Januari
1942, ketika 26 pemerintah menandatangani Piagam Atlantik, dimana masing-
masing negara berjanji untuk melanjutkan usaha perang.
Pada tanggal 25 April 1945, Konferensi PBB tentang Organisasi
Internasional dimulai di San Francisco, dihadiri oleh 50 pemerintah dan sejumlah
organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam penyusunan Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa. PBB resmi dibentuk pada 24 Oktober 1945 atas ratifikasi Piagam
oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan-Perancis, Republik Cina, Uni Soviet,
Inggris dan Amerika Serikat-dan mayoritas dari 46 anggota lainnya. Sidang
Umum pertama, dengan 51 wakil negara, dan Dewan Keamanan, diadakan di
Westminster Central Hall di London pada Januari 1946.
Kedudukan organisasi ini awalnya menggunakan bangunan milik Sperry
Gyroscope Corporation di Lake Success, New York, mulai dari 1946 hingga 1952.
Sampai gedung Markas Besar PBB di Manhattan telah selesai dibangun.
Sejak pendiriannya, banyak kontroversi dan kritik tertuju pada PBB. Di
Amerika Serikat, saingan awal PBB adalah John Birch Society, yang memulai
kampanye "get US out of the UN" pada tahun 1959, dan menuduh bahwa tujuan
PBB adalah mendirikan "One World Government" atau Pemerintah Seluruh
Dunia.
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, Komite Kemerdekaan Perancis
terlambat diakui oleh AS sebagai pemerintah resmi Perancis, sehingga Perancis
awalnya tidak diikutsertakan dalam konferensi yang membahas pembentukan
PBB. Charles de Gaulle menyindir PBB dengan menyebutnya le machin (dalam
bahasa Indonesia: "Si Itu"), dan merasa tidak yakin bahwa aliansi keamanan
global akan membantu menjaga perdamaian dunia, dia lebih percaya pada
perjanjian/pakta pertahanan antar negara secara langsung.
Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut:
Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.
Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas
persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan
dalam negeri negara lain.
Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah
ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.
Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya
peperangan.
Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan
fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.
Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang
harmonis untuk mencapai tujuan PBB.

Peran PBB terhadap hubungan internasional sangat banyak. diantaranya adalah:


Menyelesaikan konflik konflik yang terjadi antar Negara anggota PBB dengan
menjadi pihak ketiga
Menindak pihak pihak yang melakukan pelanggaran internasional[9]

E. Pembubaran Organisasi Internasional


Suatu organisasi internasional pada umumnya dalam konstitusinya tidak
mencantumkan mengenai pembubaran organisasi, akan tetapi dengan berdirinya
suatu organisasi internasional akan selalu mempertahankan berdirinya organisasi
internasional tersebut. Dan apabila terdapat pembubaran organisasi internasional
atau membubarkan diri itu dikarenakan oleh dua hal yaitu:
Penutupan ( tugasnya sudah selesai )
Penggantian ( organisasi lain telah mengambil alih fungsi )

Pembubaran suatu organisasi internasional dapat dirumuskan dalam ketentuan


atau anggaran dasar pendiriannya. Pada umumnya dapat dilihat dari kondisi
berikut ini:
Ketentuan Konstitusinya
Melalui metode ini organisasi mencamtumkan secara ekslisit sampai kapan
berlakunya traktat dan konstitusinya.
Ketentuan Dalam Traktat Lain
Pola berakhirnya organisasi internasional adalah dengan adanya ketentuan traktat
atau protokol baru yang dibuat dan diselenggarakan oleh partner yang sama.
Selain itu dimungkinkan kehadiran suatu organisasi internasional dalam satu
bidang akan menghapuskan beberapa organisasi yang telah ada sebelumnya.
Ketentuan Rapat atau Kongres Umum
Suatu organisasi yang mencamtumkan waktu pembubarannya, maka organisasi
tersebut akan memberdayakan kongres umum untuk memutuskan.
Amandemen Konstitusi
Merupakan hal yang dapat diterima melalui prosedur yang telah disepakati
bersama antarnegara anggota.
Perubahan Keadaan
Pembubaran organisasi internasional dapat terjadi apabila terdapat perubahan
keadaan fundamental atas suatu yang menjadi objek perjanjian.[10]

Pembubaran Organisasi Internasional memiliki konsekuesi terhadap fungsi


dan peraturan yang dibuat oleh organisasi internasional. Berikut konsekuensi
pembubaran organisasi internasional terhadap :
Fungsi Organisasi
Dengan bubarnya organisasi maka aktivitas organiasi tersebut akan berhenti dan
fungsinya dapat diambil alih oleh satu atau beberapa organisasi lain.
Ketentuan Organisasi Internasional
Ketentuan suatu organisasi internasional tertentu dapat dikatakan tidak belaku
apabila organisasi tersebut bubar. Bentuk-bentuk norma hukum yang dihasilkan
yaitu:
- Rekomendasi dan Deklarasi
- Konvensi
- Peraturan internal
- Regulasi yang bersifat umum
- Keputusan yang mengikat
- Perjanjian
- Kontrak
Personalia yang bekerja di Organisasi Internasional
Setelah pembubaran organisasi internasional biasanya organisasi pengganti
mengambil alih personel organisasi yang dibubarkan, terutama yang lebih
berpengalaman.
Kekayaan Organisasi Internasional
Kekayaan Organisasi Internasional yang bubar akan dibagi antara para anggota
secara proposional sesuai dengan kontribusi mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan dan kerjasama antar bangsa muncul karena tidak meratanya
pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri di seluruh dunia sehingga
terjadi saling ketergantungan antara bangsa dan negara yang berbeda.Karena
hubungan dan kerjasama ini terjadi terus menerus, sangatlah penting untuk
memelihara dan mengaturnya sehingga bermanfaat dalam pengaturan khusus
sehingga tumbuh rasa persahabatan dan saling pengertian antar bangsa di dunia.
Politik luar negeri adalah strategi yang digunakan suatu negara dalam
hubungannya dengan negara-negara lain. Maka politik luar negeri berhubungan
erat dengan kebijakan yang akan dipilih oleh suatu negara. Hal ini terkait dengan
politik luar negeri yang diterapkan Indonesia. Kebijakan politik luar negeri
Indonesia bebas aktif tentunya merupakan strategi politik yang diterapkan
Indonesia dalam politik global. Agar prinsip bebas aktif ini dapat
dioperasionalisasikan dalam politik luar negeri Indonesia maka setiap periode
pemerintahan hendaklah menetapkan landasan operasional politik luar negeri
Indonesia yang senantiasa berubah sesuai dengan kepentingan nasional.
Perumusan politik luar negeri suatu negara tak terlepas dari kepentingan nasional
negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, ketika kepentingan nasional suatu
negara terancam, maka politik luar negeri akan dikeluarkan sebagai salah satu
upaya dalam mengamankan kepentingan ansional negara yang bersangkutan.
Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek
hukum internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau
pernyataan satu pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.

B. Saran
Hubungan internasional sangatlah penting bagi suatu Negara, dalam era
globalisasi yang sangat kompleks ini tidak ada suatu Negara yang dapat berdiri
sendiri. Dengan adanya hubungan internasional, pencapaian tujuan Negara akan
lebih mudah dilakukan dan perdamaian dunia akan mudah diciptakan. Realitas
menunjukkan bahwa setiap bangsa memiliki kebutuhan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan tidak selalu dapat dipenuhi oleh potensi setiap
bangsa. Keadaan yang demikian mendorong untuk saling mengadakan hubungan
antar negara.

Anda mungkin juga menyukai