BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sungai
merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air dan material yang
dibawanya dari bagian hulu ke hilir, atau dari tempat tinggi ke tempat yang
muka air bebas. Akibat tekanan atmosfir, tekanan pada permukaan air
adalah sama. Pada saluran terbuka (saluran alam) variabel aliran tidak
teratur baik terhadap ruang, maupun waktu. Variabel itu adalah tanpang
sebagainya.
kecepatan, dan debit pada setiap tampang pada setiap aliran adalah
konstan terhadap waktu. Aliran disebut tidak seragam atau berubah (non
waktu.
gaya kekentalanya menjadi tiga bagian yaitu aliran laminar, turbulin, dan
transisi (French, 1985). Variable yang dipakai untuk klarifikasi ini adalah
bilangan Reynolds.
1. Karakteristik Aliran
Biasanya pada saluruan terbuka itu dua fluida itu adalah udara dan air
Karena jenis berat aliran dapat diasumsikan tetap, maka tekanan hanya
9
tidak hidrostatis.
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran dalam saluran
terbuka, dan dapat pula berupa aliran dalam pipa. Kedua jenis aliran
karena aliran air mengisi saluran secara terus menerus, sehingga tidak
cara dilakukan untuk mendapatkan pola aliran yang seperti ini, atau yang
aliran dapat dibedakan menjadi: aliran laminer, dan aliran turbulen serta
sifat aliran tersebut adalah suatu parameter tidak berdimensi yang dikenal
persatuan volume.
berpengaruh besar terhadap sifat aliran. Pada aliran ini partikel cairan
yang tidak teratur, tidak lancar, tidak tetap, walaupun butiran bergerak
R (1)
=
Dimana:
Re = Angka Reynold
= Kecepatan rata-rata
aliran (m/det)
terbuka :
parameter yang tidak berdimensi yang dikenal dengan angka Froude (Fr)
rumuskan dengan :
(2)
Fr=
g .h
13
Dimana:
Fr = Angka Froude
Sehingga:
Berikut gambar aliran sub kritis, aliran super kritis, aliran kritis:
Triatmojo, 2008)
Pada gambar di atas diperlihatkan suatu saluran panjang dengan tiga
kritis ini tidak stabil. Dibagian tengah dapat terjadi gelombang tetapi
per satuan waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dar
daerah aliran sungai (DAS). satuan debit yang digunakan adalah meter
kubik per detik (m/det). Debit aliaran adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penempang melintang sungai per satuan
setiap titik
pada tampang melintang yang besarannya sama dengan kecepatan
Q = A x V(4)
Dengan :
C. Sedimen
kecepatan aliran (U) juga mencapai kondisi kritik (sumber: skripsi kajian
lebih cepet karena jarak yang dibutuhkan partikel untuk mengendap lebih
perpindahan tempat bahan sedimen granular (non kohesif) oleh air yang
waktu.
T1 = T2 Seimbang Stabil
(Mardjikoen, 1987)
loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai. Gerakan ini
sungai merupakan fungsi dari suplai sedimen dan energi aliran sungai
suplai sedimen, terjadilah degradasi sungai. Pada sisi lain, ketika suplai
sedimen lebih besar dari pada energi aliran sungai , terjadilah agradasi
sungai.
selalu bervariasi.
sungai dan ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil seperti
tanah liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash
load). Sedang partikel yang lebih besar, antara lain, pasir cenderung
bergerak dengan cara melompat. Partikel yang lebih besar dari pasir,
yang terdapat diatas tanah sebagai hasil dari erosi percikan (splash
20
aliran.
dibagi menjadi:
3) Endapan suspense
menjadi:
1) Muatan material dasar (bed material transport ), dimana sumber asal
material yaitu dari dasar. Angkutan ini ditentukan oleh keadaan dasar
materialnya.
21
lempung (silt) dan debu (duts) yang terbawah oleh aliran sungai.
atau dapat juga terendapkan pada aliran tenang atau pada aliran yang
kedalam sungai.
Sedangkan menurut mekanisme pengangkutan dapat dibedakan
menjadi:
1) Muatan sedimen dasar (bed load), dimana gerakan dan perpindahan
berikut :
D Sedimentasi
1. Pengertian sedimentasi
yang terbawa aliran ke saluran irigasi. Jika kecepatan aliran ini rendah
dari induknya dari suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh
gerakan air atau angin kemudian diikuti oleh pengendapan material yang
Hasanuddin).
Sedimentasi dan erosi adalah dua hal yang sangat berkaitan erat.
Erosi dan sedimentasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu air,
volume efektifnya.
d) Di bendungan atau pintu-pintu air, menyebabkan kesulitan dalam
mengoperasikan pintu-pintunya.
e) Di daerah sepanjang sungai, sebagaimana telah diuraikan diatas
debit di bagian hilir dari jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga
melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal, dampak dari erosi tanah
satuan berat (ton) atau satuan volume (m 3) dan juga merupakan fungsi
tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu (Asdak
C., 2007).
25
yang diangkut keluar dari daerah irigasi, sedangkan yang lain mengendap
di lokasi tertentu dari saluran (Gottschalk, 1948, dalam Ven T Chow, 1964
khusus adalah untuk menahan sementara sedimen yang akan turun dari
26
terlebih dahulu informasi tentang volume sedimen yang akan turun dari
daerah hulu dan arah pergerakannya. Informasi ini dapat diperoleh dari
atau geser. Namun demikian, dari segi pondasi tidak jauh berbeda, karena
tubuh sand pocket berdiri di atas pondasi yang terletak di bawah muka
volume sedimen yang mengendap pada alur sungai dapat dihitung dan
1. Stepped Dam yaitu dam bertingkat yang dibuat dibagian alur yang
galur.
28
2. Check Dam atau Sabo Dam yaitu dam penahan sedimen yang harus
sejumlah sedimen yang mengalir cukup besar sehingga sisa dari yang
debit.
menentukan potensi dan jenis sedimen yang akan melewati Dam dalam
1. Mercu bendung
29
2. Pelimpah
3. Sayap
8. Kolam olak
9. Tembok tepi
dam)
31
Bendungan menerus
(continous dam)
dam)
antara lain :
yang terjadi pada penampang Sabo Dam dengan H < 15 m dapat dilihat
c. Tekanan sedimen
32
d. Gaya angkat
2. Dimensi pelimpah
berfungsi ganda, karena selain sebagai pelimpas air mercu pelimpah ini
sedimen.
rumus:
2 3 /2
2 g B1 B2 h3
Q = 15 . C . . ( 3 + ) .
....................................................... (3)
Keterangan :
3
Q = debit rencana ( m /detik)
B1
= lebar pelimpah bagian bawah (m)
B2
= lebar muka air di atas pelimpah (m)
h3
= tinggi muka air di atas pelimpah (m)
m2
= kemiringan tepi pelimpah
lampiran D.
b1
3. Lebar mercu pelimpah ( )
rumus:
n air t 4 v2
b1
= f . beton . (t + 2 ) . ( 1 + 100
)...........................................(4)
Q
Dengan V = A ............................................................................
(5)
Keterangan :
w 3
= berat volume aliran air (1-1,2 t/ m )
c 3
= bert volume bendung (t/ m )
34
b1
= lebar mercu pelimpah (m)
3
Q = debit desain ( m /dt)
2
A = luas penampang pelimpah ( m )
persamaan berikut :
n = V . 2
g. H
..................................................................................(6)
Keterangan :
35
(1+). m2 + { 2 ( n = ) + n. ( 4 + ) + 2 . . } . m ( 1 + 3
. ) + . ( 4n + ) = . ( 3 . n . + 2 + n2 ) =
0 .................................(7)
Keterangan :
h3
= H = perbandingan tinggi air di atas pelimpah dan tinggi
bendung
b1
= H = perbandingan lebar mercu pelimpah dan tinggi
bendung
beton
= air = perbandingan berat volume beton dan berat volume air
36
tubuh bendung
utama
1:n 1: m H
persamaan :
1) .................................................................(8)
Kolam olak menggunakan sub dam
H1 h3
t= 0,1 . (0,6 + 3 -
1) .................................................................(9)
Keterangan :
H1
= tinggi bendung utama dari permukaan lantai kolam olak
(m)
h3
= tinggi muka air di atas pelimpah (m)
a. Persamaan Hidraulik
Keterangan :
lw
= jarak terjunan (m)
b2
= lebar mercu sub dam (m)
Q0 3
= debit per meter pada pelimpah ( m /detik/m)
38
h3
= tinggi air di atas pelimpah bendung utama (m)
H1
= tinggi bendung utama dari lantai kolam olak (m)
q1 = debit aliran air tiap meter lebar pada titik jatuh terjunan (
m3 /detik/m)
r1
F = angka Froude aliran pada titik terjunan
b. Persamaan Empiris
H1 h3
L = (1,5 s/d 2,0) x ( +
) ............................................................(18)
Keterangan :
H1
= tinggi bendung utama dari permukaan lantai kolam olak
(m)
h3
= tinggi air di atas pelimpah utama
Tinggi sub dam, yaitu tinggi lantai bagian bawah sampai pada
a. Secara Hidraulik
b. Secara Empiris
Keterangan :
h1
= tinggi air pada titik terjunan (m)
r1
F = angka Froude pada titik terjunan
Kebutuhan stabilitas
1. Geser (slidiing)
Keterangan :
f geser
S = faktor keamanan
tanah dasar
2. Guling (overturning)
Keterangan :
X = M / Pv ....................................................................................
(22)
e = X D/2 ...................................................................................
(23)
SF = Mv / MH ........................................................................(24)
Keterangan :
1
CL L V + 3 LH
(hitung) =
H
.............................................................................. (25)
Keterangan :
42
LV : tinggi bendungan
LH : panjang bendungan
digunakan persamaan :
1,2
= ( PD )
V
(1 6.De )
................................................................... (26)
Keterangan :
1 2
= tegangan vertikal pada ujung hilir bendung (t/ m )
2 2
= tegangan vertikal pada ujung hulu bendung (t/ m )
PV
= gaya vertikal total (t)
Keterangan gambar :
L1
= panjang tampungan sedimen
rumus:
L1
V = . b . H .........................................................................
(27)
Keterangan :
b = lebar sungai
dengan berat air pada suhu tertentu. Dalam menghitung berat jenis tanah
W 2W 1
Gs = ( W 4 W 1 )( W 3W 2 )
........................................................... (28)
Keterangan :
44
W1
= berat picnometer (gr)
W2
= berat picnometer + tanah (gr)
W3
= berat picnometer + tanah + air (gr)
W4
= berat picnometer + air (gr)
W 4
= berat picnometer + air terkoreksi (gr)
sungainya
hilirnya;
d. Direncanakan pada alur sungai yang tidak stabil dan diharapkan alur
dapat diatur dan stabil oleh konstruksi bendung pengendali dasar sungai;