Anda di halaman 1dari 3

Ichlasul Amal

1510103010021

Ilmu Politik

Teori Politik Internasional

Teori Kritis
A. Latar Belakang dan Pengertian Teori Kritis
Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max Horkheimer pada tahun 30-an. Pada
mulanya teori kritis berarti pemaknaan kembali ideal-ideal modernitas tentang nalar dan
kebebasan, dengan mengungkap deviasi dari ideal-ideal itu dalam bentuk saintisme,
kapitalisme, industri kebudayaan, dan institusi politik borjuis. Untuk memahami pendekatan
teori kritis, ia harus ditempatkan dalam konteks Idealisme Jerman dan kelanjutannya. Karl
Marx dan generasinya menganggap Hegel sebagai orang terakhir dalam tradisi besar
pemikiran filosofis yang mampu mengamankan pengetahuan tentang manusia dan sejarah.
Namun, karena beberapa hal, pemikiran Marx mampu menggantikan filsafat teoritis Hegel,
yang hal ini, menurut Marx, terjadi dengan membuat filsafat sebagai hal yang praktis yakni
merubah praktik-praktik yang dengannya masyarakat mewujudkan idealnya. Dengan
menjadikan nalar sebagai sesuatu yang sosial dan menyejarah, skeptisisme historis akan
muncul untuk merelatifkan klaim-klaim filosofis tentang norma dan nalar menjadi ragam
sejarah dan budaya norma-norma kehidupan.
Teori Kritis, adalah produk sekelompok pemikir neo-Marxis Jerman (didirikan di
Frankfurt, karenanya disebut aliran atau mazhab Frankfurt) yang tidak puas terhadap teori
Marxian. Mereka menentang determinisme ekonomi dalam teori Marx, yang dari padanya
menjadi titik tolak bagi kritik selanjutnya terhadap positivisme, kritik terhadap masyarakat
modern yang disebutnya didominasi oleh elemen kultural dan mengalami penindasan
kultural atas individu, dan kemudian, kritik terhadap kultur. Teori Kritis adalah sebuah
gerakan. Yakni gerakan pemikiran baru, untuk menentang determinisme tunggal teori sosial
Marxian tadi itu.

B. Peran Teori Kritis

Ada beberapa peran dari teori kritis, diantaranya kontribusi besarnya yakni,
Pertama, analisis kebudayaan (fokus pada super-struktur kultural), yang berawal dari
penggeseran orientasi pemikiran basis (struktur) ekonomi dari tradisi Marxian ke
arah elemen subyektif dan kultural dari kehidupan sosial.

Kedua, pendekatan dialektika, yang ditandai dengan pemikiran mengenai umpan


balik dan interaksi timbal balik secara terus-menerus antara berbagai sektor
masyarakat. Pemikiran dialektika ini berfokus pada totalitas sosial, dengan
argumen bahwa kehidupan sosial tidak memiliki aspek parsial, dan tidak ada
fenomena yang terisolasi, sehingga pemahaman terhadapnya harus dikaitkan dengan
sejarah secara keseluruhan.

C. Teori Kritis dalam Hubungan Internasional


Dalam disiplin Ilmu Hubungan Internasional, perkembangan teori kritis memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap transformasi ilmu, yang dulunya didasarkan atas standar
positivis yang memperhatikan fakta dan kepastian sekarang telah bergeser pada isu-isu baru
dibalik itu, terkait dengan bagaimana suatu pengetahuan dikonstruksi dalam masyarakat
tanpa mengabaikan aspek moral, kesejarahan dan asumsi. Teori kritis muncul dengan
memberikan pandangan baru dan menjadi kajian ilmu yang sangat luas walaupun pada
perkembangannya teori ini menimbulkan banyak kontroversi, bahkan dikalangan pemikirnya
sendiri.
Teori kritis mencoba untuk menggambarkan adanya pemaksaan sistematis dan
persuasif yang dibentuk oleh pemilik kepentingan yang mempunyai kekuasaan untuk
membentuk ide-ide dan pandangan manusia yang kemudian akan dijadikan norma budaya
sosial yang membentuk pemikiran manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa hegemoni
berkerja pada ranah ideologi dimana pihak yang berkuasa dapat memperoleh legitimasi dan
pembenaran atas tindakannya.
D. Kesimpulan
Teori kritis lahir berasal dari pemikiran aliran-aliran ilmu kritis yang bersumber pada
ilmu sosial Marxis. Esensi teori kritis pada dasarnya adalah konstruktivis, yakni memahami
keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari inter
subyektivitas dan pengetahuan pada dasarnya memiliki karakter politis, terkait dengan
kehidupan sosial dan politik. Teori kritis ini berkembang dipengaruhi oleh dua pemikiran
utama. Yang pertama adalah teori kritis Frankfurt School dan yang kedua berasal dari karya
dan pemikiran Antonio Gramsci. Teori kritis dalam asumsi neomarxis ini, sudah tidak ada
lagi determinisme ekonomi dan tak lagi meyakini bahwa kaum miskin (proletar) akan
menjadi agen perubahan sosial, namun bergerak ke kelompok sosial lain. Teori kritis ini juga
mengkritisi neorealisme yang mereduksi hubungan internasional ke dalam pengaturan
kekuasaan besar dengan mengesahkan sebuah ketentuan politik yang mendukung kepada
yang kuat dan bertentangan pada perubahan. Terlepas dari itu semua, teori kritis juga
berkontribusi dalam studi hubungan internasional yang berkaitan dengan tiga bidang,
pertama, analisis sosiologi historis terhadap struktur politik dunia modern, kedua, kritik
filosofis terhadap partikularisme dan eksklusi, dan ketiga, penyelidikan filosofis ke dalam
suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya emansipasi dalam politik dunia. tema umum
mengenai tiga topik ini adalah negara berdaulat.

Anda mungkin juga menyukai