KEBUTUHAN OKSIGENISASI
OLEH :
Darmi Arda,S.Kep,Ns, M.Kes
DAFTAR
ISI
SAMPUL ...........
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang..........................................................................
b. Rumusan masalah.............
c. Tujuan penulis..........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian ..........................................................................
d. Proses Oksigenasi..................................................................
f. Gangguan Oksigenasi.............................................................
a. Kesimpulan ..........
b. Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
C.Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan oksigenisasi
2. Untuk mengetahui jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru.
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
5
A. Penngertian
berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen
maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
bagian atas.
proses menutup.
dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.
D.Proses Oksigenasi
a.Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
6
b.Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru
dan co2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau
permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat
tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk
kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari
tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
c.Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya
pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut
pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa
diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel
pernapasan
E.Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan
oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup
tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana
yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut,
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara.
tinggi.
3) Emosi
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis
disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara
normal
.Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih
tepat daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
MENGHITUNG PERNAPASAN
Pengertian
1.Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung jumlah pernafasan
pasien dalam 1 menit.
2.Pernafasan adalah peristiwa mengambil oksigen (menarik nafas / inspirasi) dan
mengeluarkan
Persiapan alat:
Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.
Pena dan buku catatan.
Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi pernafasan
1. Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu
tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda. Setelah itu, barulah
Anda mulai menghitung.
2. Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya
selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit.
Denyut nadi pada orang yang sedang beristirahat adalah
60 - 80 kali permenit untuk orang dewasa,
80 - 100 kali permenit untuk anak-anak,
100 - 140 kali permenit pada bayi.
Bila Anda semakin bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat akan makin menurun, kuat
dan lebih teratur.
Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah
raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk
setiap satu derajat celcius penderita demam.
Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan rumus:
Nadi Max = 80% x (220 - umur )
Misalkan anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda adalah 80
% X 180 = 144 kali/menit.
. Definisi
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit
b. Tujuan
1) Mengetahui keadaan umum pasien
2) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam 1 menit
3) Mengikuti perkembangan penyakit
4) Membantu menegakkan diagnosa
c. Persiapan alat
1) Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital
2) Buku catatan dan alat tulis
d. Prosedur
1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2) Mendekatkan alat
3) Mencuci tangan Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
4) Meletakkan lengan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksa langsung pada abdomen atas klien.
5) Mengobservasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
6) Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung frekuensinya
7) Bila irama teratur, hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan 2
8) Bila respirasi tidak teratur hitung satu menit penuh
9) Saat menghitung, catat kedalaman pernafasan
10) Mencuci tangan
11) Mendokumentasikan
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea.Individu
yang sehat tidak memproduksi sputum.Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari
paru-paru, bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat untuk sitologi
dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel. Spesimen untuk sitologi
(mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3
kali dari sputum yang diambil di pagi hari.
pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari,
untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit,
menggunakan wadah penampung khusus untuk pemeriksaan ini.
Hipoksia jaringan sangat sulit untuk diketahui, dengan manifestasi klinik yang
tidak spesifik termasuk perubahan status mental, dispnea, sianosis, takipnea,
aritmia dan koma.
Ingat!!! SaO2/PaO2 dapat saja normal jika hipoksia jaringan disebabkan oleh
keadaan low cardiac output.
Prosedur
- Terangkan apa yang terjadi kepada pasien dan minta izin melakukan tindakan
15
Nasal cannule
Pemberian oksigen langsung melalui nasal prongs
- Dapat digunakan untuk jangka panjang
- Mencegah rebreathing
- Dapat digunakan selama makan dan berbicara
Iritasi lokal, dermatitis dan perdarahan hidung dapat terjadi dan volume pemberian diatas
4l/min tidak boleh diberikan secara rutin.
Low flow oxygen masks
Konsentrasi oksigen yang terhirup tergantung dari kemampuan pernafasan pasien. Dapat
terjadi rebreathing udara yang diekspirasikan( karena tidak keluar secara sempurna dari
sungkupnya)
High-flow oxygen
Sungkup (Mask) atau nasal prong yang mengalirkan oksigen 50-120 L/min menggunakan
high flow regulator untuk memasukkan udara dan oksigen dalam konsentrasi yang
ditentukan.
Pengertian :
Kegiatan memberikan kebutuhan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat khusus.
Tujuan :
Memenuhi kebutuhan oksigen pasien yang tidak dapat dipenuhi sendiri
17
A. Persiapan
Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
Persiapan alat
Satu set terapi oksigen lengkap, terdiri dari :
- Tabung oksigen lengkap dengan regulator
- Humidifier berisi aquades lengkap dengan flowmeter dan slang oksigen
- Masker oksigen (sungkup muka)
Plester
Gunting balutan
Lingkungan
Menghindari sumber api dekat dengan oksigen
Mengatur letak tabung oksigen untuk kelancaran kerja
B. Prosedur
Pemberian terapi oksigen dengan nasal kanul
Nasal kanul atau Kanula nasal merupakan peralatan sederhana. Kedua kanula dengan
panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah selang sekali pakai dan diinsersikan ke
dalam hidung.
Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi
Posisi pasien diatur dengan kepala ekstensi
Masukkan nasal kateter ke dalam hidung
Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan
Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan
Memfiksasi nasal kanul kateter di belakang kepala melewati bagian atas telinga
Memberikan oksigen dengan nasal kateter dengan konsentrasi 2-5 liter/menit
dalam hidung sampai nasofaring. Karena fiksasi kateter akan memberikan tekanan pada
nostril, maka kateter harus diganti setiap 8 jam dan di insersi ke dalam nostril lain. Karena
alasan ini, kateter nasal menjadi metode yang kurang diminati karena klien merasakan
nyeri saat kateter melewati nasofaring dan karena mukosa nasal akan mengalami trauma.
C. Indikasi
Pasien hipoksia
Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
Oksigenasi cukup dengan paru normal sedangkan sirkulasi tidak normal
Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang pasti
Pasien dengan tekanan parsial karbondioksida (CO2) rendah
Pada pasien yang sadar, anjurkan untuk tidak banyak bicara selama pemberian
oksigen
19
Konsep Dasar
Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efketif
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.
Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat reaktif terhadap masuknya benda asing
dalam saluran pernapasan. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme
alamiah terutama untuk melindungi paru paru.
Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk
menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah penyakit.
Itulah yang dimaksud pengertian batuk efektif.
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun
dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap masuknya benda
asing dalam saluran pernapasan, batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana
atau dilatihkan terlebih dahulu. Dengan batuk efektif, maka berbagai penghalang yang
menghambat atau menutup saluran pernapasan dapat dihilangkan .
Latihan nafas dalam adalah suatu cara yang dilakukan melatih pernafasan untuk
menggunakan otot-otot pernafasan dengan baik.
Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat
folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya
terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis( yang mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.
f. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding alveoli
Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan nensekresikan surfaktan
( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)ahanan
Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan.
g. Paru paru
23
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau
toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar
dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya.
3. Tujuan
a. Tujuan Latihan Nafas Dalam
Meningkatkan kapasitas paru
Mencegah atelektasis
b. Tujuan Batuk Efektif
Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboraturium
Mengurangi sesak nafas karena akumulasi secret
4. Indikasi
5. Dasar Pemikiran
Latihan nafas dalam adalah suatu cara untuk melatih pernafasan untuk menggunakan
otot-otot pernafasan dengan baik, sedangkan latihan batuk efektif adalah suatu metode atau
cara untuk mengeluarkan sputum yang ada di dalam saluran pernafasan.
6. Persiapan Alat
1. Sarung tangan
2. Bengkok
24
2. Fase Orientasi
A. Memberikan salam dan sapa nama A. Menjalin keakraban antara perawat dengan
pasien pasien
B. Menjelaskan tujuan dan prosedur B. Agar pasien memahami tujuan tindakan yang
pelaksanaan di lakukan
C. Menanyakan persetujuan/kesiapan C. Adanya kerja sama antara perawat dengan
pasien pasien
3. Fase Kerja
A. Menjaga privacy pasien A. Agar pasien merasa privacinya di hargai
B. Mempersiapkan pasien B. Untuk memulai suatu tindakan
C. Meminta pasien meletakkan satu C. Pasien merasakan gerakan inhalasi dan
tangan di dada dan satu tangan di ekshalasi abodomen
D. Untuk melatih kontraksi otot abdomen
abdomen
E. Untuk melancarkan proses ekspirasi
D. Melatih pasien melakukan nafas perut
(menarik nafas dalam melalui hidung F. Relaksasi otot abdomen
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
G. Agar mengatur nafas saat ekshalasi
tertutup)
E. Meminta pasien merasakan H. Mempermudah pasien untuk mengeluarkan
mengembangnya abdomen (cegah sputum
lengkung pada punggung)
I. Untuk mengeluarkan secret pada area jalan
F. Meminta pasien menahan nafas hingga
nafas
25
8. Format Evaluasi
No Prosedur Kerja
1. Fase Prainteraksi
A. Mengecek status pasien
B. Mencuci tangan
C. Menyiapkan alat
2. Fase Orientasi
A. Memberikan salam dan sapa nama pasien
B. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
C. Menanyakan persetujuan/kesiapan
pasien
26
3. Fase Kerja
A. Menjaga privacy pasien
B. Mempersiapkan pasien
C. Meminta pasien meletakkan satu tangan
di dada dan satu tangan di abdomen
D. Melatih pasien melakukan nafas perut
(menarik nafas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
tertutup)
E. Meminta pasien merasakan
mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
F. Meminta pasien menahan nafas hingga 3
hitungan
G. Meminta menghembuskan nafas
perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut,
bibir seperti meniup)
H. Memasang perlak/alas dan bengkok (di
pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
I. Meminta pasien untuk melakukan nafas
dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan
nafas dan batukkan dengan kuat
J. Menampung lendir dalam sputum pot
K. Merapikan pasien
4. Fase Terminasi
A. Melakukan evaluasi tindakan
B. Berpamitan dengan klien
C. Mencuci tangan
D. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
27
1. URIN
Tujuan :
28
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter
yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum
suntik.Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh
urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL
untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan
agar tidak terkontaminasi.
Pada Specimen :
1. URIN
1.1 URIN BERSIH
ALAT & BAHAN : Alat penampung Urin
Pasien : Tidak ada kebutuhan khusus . Klien dapat
mengambil urinya sendiri , kecuali klien yang lemah dan tidak dapat
bergerak.
g. pispot
h. label spesimen yang lengkap
i. Membilas larutan antiseptic
2) Bahan Pengawet
a) Formalin 37%.
b) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
2. FESES
Alat & Bahan : Sarung Tangan Steril , Kantung / Wadah Penampung
Feses
Pasien :defekasi pada bedpan yang bersih bila memungkinkan,
spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah
menstruasi jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah
defekasi karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
3. SPUTUM
Alat & Bahan : Kantung Penampung Sputum
Pasien : Saat Pengambilan Klien di minta untuk menarik nafas
dalam lalu batuk dan mengeluarkan sputum
4. DARAH
Alat & Bahan :
1. a) Spuit/disposible syringe
b) Blood lancet
c) Karet pengikat lengan/torniquet
d) Kapas
e) Alkohol 70%
2. Wadah Spesimen
a) Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap
di dalam spuit.
33
a. pria
pegang penis dengan satu tangan dan bersihkan ujung penis dengan
gerakan memutar dari arah tengah keluar dan menggunakan swab
antiseptik
bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola
kapas
setelah klien mulai mengeluarkan aliran urin ,letakan wadah pengumpul
dibawah aliran urin dan kumpulkan 30 60 ml
b. wanita
buka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang tidak
dominan
bersihkan daerah tersebut dengan bola kapas ,dari bagian depan ke
belakang
bantu klien membersihkan daerah perineum dan mengumpilkan secara
mandiri
bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola
kapas
dengan tetap memisahkan labia, klien harus mulai mengeluarkan urin ,
dan setelah aliran keluar letakan wadah spesimen dibawah aliran urin
dan kumpulkan 30 60 ml
Identitas Spesimen.
diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada
buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur,
jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
b. Pengiriman Spesimen
38
d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI)
atau nilai index untuk pajanan biologi.Kadar Timah hitam dalam darah
50 mg/100ml. Kadar Timah hitam dalam urine 150mg/ml creatinine.
Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos) 250
mg/100 ml erythrocytes atau 100mg/100 ml darah
e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.
2. FESES
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah
feses tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau
15-30mL untuk cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu
dimasukkan dalam kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk
segera diperiksa.
3. Cara pengambilan
39
Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan
mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur
dilakukan untuk melihat mikoorganisme penyebab penyakit.Dalam
melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu ambil
bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan
berwarna kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag, untuk
mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan minta klien
membuka mulut seraya berkata ah lalu kerjakan tindakan dengan
cepat.
4. DARAH
(2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
(3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan
dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh
sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun telinga
tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
(4) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas
beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
b) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada
bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis
superior. Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
(1) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet,
kemudian tangan dikepalkan.
(2) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas
berakohol 70%.
(3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan
lengan.
(4) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi
30o dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga
volume yang diinginkan.
(5) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian
tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel dikulit
kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
(6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan
ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
(7) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti
koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan agar
bercampur.
(8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap
kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti koagulan.
41
6.Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat
dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama
responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.
d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI)
atau nilai index untuk pajanan biologi.Menurut WHO (tahun 1977) nilai
pada orang dewasa normal adalah 10 s/d 25 g per desiliter.
42
e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang
DEFINISI
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik.
Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami
kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan
dan menimbulkan gejala-gejalanya.
Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi
(teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya
penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa
ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa
menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
43
2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan
dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke
dalam lambung atau usus halus.
1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah
lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang
selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi
(mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa
aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak
menimbulkan nyeri.
44
Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik
yang disebut endoskop.
Laparoskopi
Rontgen
2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan
membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan
usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises
kerongkongan.
Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.
USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga
bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
Sebelum mengambil darah arteri, maka harus dilakukan tes Allens terlebih dahulu, yaitu
pengkajian cepat sirkulasi kolateral pada tangan. Tes ini penting dilakukan sebelum mengambil
darah arteri radialis.
PEMERIKSAAN SPUTUM/DAHAK
Dilakukan jika diduga terdapat penyakt paru-paru seperti bronchitis kronis, TBC. Pada saat terjadi
infeksi dan inflamasi pada saluran pernafasan maka membran mukosa saluran pernafasan akan
berespon dengan mengeluarkan sekresinya yang sering mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.
Persiapan Alat Dan Pasien
Pemeriksaan Darah
Bentuk pemeriksaan
1) Jenis/golongan darah
2) HB
3) Gula darah
4) Malaria
5) Filaria dll
Persiapan alat
1) Lanset darah atau jarum khusus
2) Kapas alkohol
3) Kapas kering
4) Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
5) Bengkok
6) Hand scoon
7) Perlak dan pengalas
Pemeriksaan Urine
Jenis pemeriksaan
1) Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
2) Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3) Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah
makan)
4) Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam
46
Persiapan alat
1) Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
2) Wadah urine dengan tutupnya
3) Hand scoon
4) Kertas etiket
5) Bengkok
6) Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Faeces
Persiapan alat
1) Hand scoon bersih
2) Vasseline
3) Botol bersih dengan penutup
4) Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5) Bengkok
6) Perlak pengalas
7) Tissue
8) Tempat bahan pemeriksaan
9) Sampiran
Pengambilan sputum
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan ludah
atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Persiapan alat
1) Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
2) Botol bersih dengan penutup
3) Hand scoon
4) Formulir dan etiket
5) Perlak pengalas
6) Bengkok
7) Tissue