Anda di halaman 1dari 49

1

KEBUTUHAN OKSIGENISASI

OLEH :
Darmi Arda,S.Kep,Ns, M.Kes

YAYASAN PENDIDIKAN KARYA ANAK BANGSA (SANDI KARSA)


AKADEMI KEPERAWATAN SANDI KARSA
MAKASSAR
2

DAFTAR

ISI

SAMPUL ...........

KATA PENGANTAR ...........

DAFTAR ISI .............

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang..........................................................................

b. Rumusan masalah.............

c. Tujuan penulis..........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian ..........................................................................

b. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi.

c. Saluran pernapasan bagian bawah.........................................

d. Proses Oksigenasi..................................................................

e. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen..................

f. Gangguan Oksigenasi.............................................................

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ..........

b. Saran.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.

Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami

kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan

oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan

secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka

kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari

terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang

biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan

dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran

pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen


B.Rumusan masalah.

1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenisasi?

2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenisasi?

3. Bagaimana terjadinya proses oksigenisasi beserta?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi?

5. Seperti apa jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru?

6. Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi?


4

C.Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan oksigenisasi
2. Untuk mengetahui jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru.
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi.

BAB II

PEMBAHASAN
5

A. Penngertian

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis

oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan

metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas

berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen

maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya

pasien akan meninggal.

B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi Saluran pernapasan

bagian atas.

a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.


b. Esophagus.
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat

proses menutup.

C.Saluran pernapasan bagian bawah:

a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian

vertebrae torakalis kelima.


b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi

bronchus kanan dan kiri.


c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen

dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem

pernapasan.
D.Proses Oksigenasi
a.Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli

atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal,

yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
6

tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin

rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.

Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil.

Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang.sedangkan

recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat

pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh

ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :


1. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
2. Adanya kondisi jalan napas yang baik
3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam

melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.

b.Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru

dan co2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh

beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau

permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat

mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan

tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk

kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari

tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
c.Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan

tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi

oleh beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh

darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara

keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb


d. Jenis Pernapasan.
7

1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya

CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses

pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut

pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa

bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan

diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel

darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian

meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.


2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel

jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua

hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran

pernapasan
E.Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan

oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup

dan status kesehatan.


1) Linkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya

vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke

kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.

Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan

oksigen pun meningkat.Sebaliknya pada lingkungan yang dingin,

pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah

sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.

Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian


8

tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana

oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat

yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut,

maka tekanan oksigen alveoli berkurang.Ini menindikasikan kandungan

oksigen dalam paru-paru sedikit.Dengan demikian, pada tempat yang

tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat

maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang

berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.

Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara.

Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara,

konsentrasi oksigennya rendah.Hal tersebut menyebabkan kebutuhan

oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal.Respon tubuh

terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala,

pusing, batuk dan merasa tercekik.


2) Latihan

Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut

jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin

tinggi.
3) Emosi

Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga

kebutuhan oksigen meningkat.


4) Gaya hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab

merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah

arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan


9

vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah

koroner.Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.


5) Status kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi

dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara

adekuat.Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun

penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan

kebutuhan oksigen tubuh.


F.Gangguan Oksigenasi.
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya

gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis

dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat

disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.

Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan,

obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan

menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara

garis besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu

gangguan irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.


a. Gangguan irama pernapasan
.Pernapasan Biot yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan

Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan

pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.


Pernapasan Kussmaul yaitu pernapasan yang jumlah dan

kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis

pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis

metabolik dan gagal ginjal.


b. Gangguan frekuensi pernafasan
Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya

meningkat di atas frekuensi pernapasa normal


10

Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi

pernapasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernapasan

normal
.Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih

tepat daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama

sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat

kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi

hipoksia dan hipoksia histotoksik.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.

Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami

kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan

oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan

secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka

kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.


B. SARAN
a. Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para penulis agardapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
Rumah Sakit serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
b. Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan
mendalami Kebutuhan fisiologis oksigenasi yang merupakan kebutuhan dasar
manusia yang sangat mendasar
11

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar

Klien, Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep

dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika


12

MENGHITUNG PERNAPASAN

Pengertian
1.Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung jumlah pernafasan
pasien dalam 1 menit.
2.Pernafasan adalah peristiwa mengambil oksigen (menarik nafas / inspirasi) dan
mengeluarkan
Persiapan alat:
Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.
Pena dan buku catatan.
Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi pernafasan

Pastikan Klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik.


Rasional : Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafas cepat.
Menghitung pernafasan dengan menghitung turun naiknya dada sambil memegang
pergelangan tangan.
Rasional : Memegang tangan pasien bisa mencegah perubahan kecepatan pernafasan,
karena merasa diamati
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
Rasional : Menjamin hitungan mulai dengan siklus pernafasan normal.
Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh
Rasional : Menjamin hasil perhitungan lebih akurat
Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan: dangkal, dalam atau
normal, apakah irama normal
Rasional : Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus / status
penyakit.
Catat hasil pada bagan. Laporkan adanya tanda perubahan pernafasan
Rasional : Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi pasien.

Jumlah Pernafasan Normal permenit


1. Bayi = 30 60 permenit
2. Bayi pada tahun pertama = 25 30 permenit
3. Bayi pada tahun kedua = 20 26 permenit
4. Anak usia 14 tahun = 20 30 permenit
5. Wanita dewasa = 18 20 permenit
6. Laki Laki dewasa = 16 18 permenit
7. Orang tua 50 tahun = 14 16 permenit
13

8. Orang tua 70 tahun = 12 14 permenit


CARA MENGHITUNG NADI

1. Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu
tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda. Setelah itu, barulah
Anda mulai menghitung.
2. Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya
selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit.
Denyut nadi pada orang yang sedang beristirahat adalah
60 - 80 kali permenit untuk orang dewasa,
80 - 100 kali permenit untuk anak-anak,
100 - 140 kali permenit pada bayi.
Bila Anda semakin bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat akan makin menurun, kuat
dan lebih teratur.
Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah
raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk
setiap satu derajat celcius penderita demam.
Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan rumus:
Nadi Max = 80% x (220 - umur )
Misalkan anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda adalah 80
% X 180 = 144 kali/menit.
. Definisi
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit
b. Tujuan
1) Mengetahui keadaan umum pasien
2) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam 1 menit
3) Mengikuti perkembangan penyakit
4) Membantu menegakkan diagnosa
c. Persiapan alat
1) Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital
2) Buku catatan dan alat tulis
d. Prosedur
1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2) Mendekatkan alat
3) Mencuci tangan Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
4) Meletakkan lengan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksa langsung pada abdomen atas klien.
5) Mengobservasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
6) Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung frekuensinya
7) Bila irama teratur, hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan 2
8) Bila respirasi tidak teratur hitung satu menit penuh
9) Saat menghitung, catat kedalaman pernafasan
10) Mencuci tangan
11) Mendokumentasikan

PEMERIKSAAN SPESIMEN: SPUTUM


14

Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea.Individu
yang sehat tidak memproduksi sputum.Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari
paru-paru, bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat untuk sitologi
dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel. Spesimen untuk sitologi
(mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3
kali dari sputum yang diambil di pagi hari.
pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari,
untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit,
menggunakan wadah penampung khusus untuk pemeriksaan ini.

PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGENASI


Merupakan tindakan pemberian oksigen saat terganggunya oksigenasi jaringan. Tujuannya
untuk mendapatkan oksigenasi yang adekuat sekalian meminimalkan kerja
kardiopulmonal.
Oksigen merupakan obat bila sesuai dosis,juga mempunnyai efek samping. Namun bila
diberikan dengan benar akan dapat membantu life saving.
Kapan diberikan?

Hipoksia jaringan sangat sulit untuk diketahui, dengan manifestasi klinik yang
tidak spesifik termasuk perubahan status mental, dispnea, sianosis, takipnea,
aritmia dan koma.

Untuk menatalaksana hipoksia jaringan harus dulu memperbaiki hipoksemia arteri (


pada kelainan kardiopulmonal ; emboli paru, pneumonia, asma), atau kelainan
dalam transport (anemia, low cardiac output) dan berbagai penyakit penyerta lain

Ingat!!! SaO2/PaO2 dapat saja normal jika hipoksia jaringan disebabkan oleh
keadaan low cardiac output.

Prosedur
- Terangkan apa yang terjadi kepada pasien dan minta izin melakukan tindakan
15

- Tentukan oxygen delivery device yang tepat


- Tentukan dosis initial
o Gagal nafas atau gagal jantung : 100 %
o Hipoksemia dengan PaCO2 < 5.3 kPa : 40-60%
o Hipoksemia dengan PaCO2 > 5.3 kPa : 24 % untuk dosis awal
- Tentukan level SaO2 atau PaO2 yang diinginkan lalu sesuaikan pemberian oksigen
- Selalu pantau SaO2 dan atau ulangi pemeriksaan PaO2 dalam 30 menit
- Jika hipoksemia berlanjut, pasien mungkin akan membutuhkan alat bantu pernafasan
baik invasive maupun non invasive
- Hentikan pemberian oksigen jika hipoksia jaringan atau hipoksemia telah teratasi.

Oxygen administration equipment


Metode pemberian akan tergantung pada tipe dan keparahan kegagalan pernafasan,
breathing pattern, frekwensi nafas, resiko terjadi retensi CO2 , serta kebutuhan akan
kepatuhan pasien.

Nasal cannule
Pemberian oksigen langsung melalui nasal prongs
- Dapat digunakan untuk jangka panjang
- Mencegah rebreathing
- Dapat digunakan selama makan dan berbicara
Iritasi lokal, dermatitis dan perdarahan hidung dapat terjadi dan volume pemberian diatas
4l/min tidak boleh diberikan secara rutin.
Low flow oxygen masks
Konsentrasi oksigen yang terhirup tergantung dari kemampuan pernafasan pasien. Dapat
terjadi rebreathing udara yang diekspirasikan( karena tidak keluar secara sempurna dari
sungkupnya)

Fixed performance masks


Dapat memberikan konsentrasi oksigen yang konstan, tidak tergantung pada kemampuan
pernafasan pasien.
16

Partial and non-rebreathe masks


Mempunyai semacam kantong reservoir yang diisi penuh dengan oksigen murni dan yang
mengandalkan system katup sehingga tidak terjadi percampuran antara oksigen dengan
udara yang diekspirasikan.

High-flow oxygen
Sungkup (Mask) atau nasal prong yang mengalirkan oksigen 50-120 L/min menggunakan
high flow regulator untuk memasukkan udara dan oksigen dalam konsentrasi yang
ditentukan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN OKSIGEN

Pengertian :
Kegiatan memberikan kebutuhan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat khusus.

Tujuan :
Memenuhi kebutuhan oksigen pasien yang tidak dapat dipenuhi sendiri
17

A. Persiapan
Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
Persiapan alat
Satu set terapi oksigen lengkap, terdiri dari :
- Tabung oksigen lengkap dengan regulator
- Humidifier berisi aquades lengkap dengan flowmeter dan slang oksigen
- Masker oksigen (sungkup muka)
Plester
Gunting balutan
Lingkungan
Menghindari sumber api dekat dengan oksigen
Mengatur letak tabung oksigen untuk kelancaran kerja

B. Prosedur
Pemberian terapi oksigen dengan nasal kanul
Nasal kanul atau Kanula nasal merupakan peralatan sederhana. Kedua kanula dengan
panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah selang sekali pakai dan diinsersikan ke
dalam hidung.
Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi
Posisi pasien diatur dengan kepala ekstensi
Masukkan nasal kateter ke dalam hidung
Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan
Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan
Memfiksasi nasal kanul kateter di belakang kepala melewati bagian atas telinga
Memberikan oksigen dengan nasal kateter dengan konsentrasi 2-5 liter/menit

Pemberian terapi oksigen dengan memasang sungkup (masker oksigen)

Masker oksigen merupakan peralatan yang digunakan untuk memberikan oksigen,


kelembaban atau kelembaban yang dipanaskan.
Membebaskan jalan napas dengan cara mengisap sekresi
Mengatur posisi pasien
Membuka regik9kk,uulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan
Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan
Memasang masker oksigen pada daerah lubang hidung dan mulut
Mengikat tali sungkup di belakang kepala melewati bagian atas telinga
Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk
mencegah iritasi kulit.
Memberikan terapi oksigen dengan masker oksigen mempunyai efektifitas aliran 5-8
liter/menit dengan konsentrasi oksigen yang didapat 40-60 %.
Pemberian terapi oksigen dengan nasal kateter
Kateter nasal lebih jarang digunakan daripada nasal kanula, tetapi bukan berarti kateter
nasal tidak digunakan. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke
18

dalam hidung sampai nasofaring. Karena fiksasi kateter akan memberikan tekanan pada
nostril, maka kateter harus diganti setiap 8 jam dan di insersi ke dalam nostril lain. Karena
alasan ini, kateter nasal menjadi metode yang kurang diminati karena klien merasakan
nyeri saat kateter melewati nasofaring dan karena mukosa nasal akan mengalami trauma.

C. Indikasi

Pasien hipoksia
Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
Oksigenasi cukup dengan paru normal sedangkan sirkulasi tidak normal
Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang pasti
Pasien dengan tekanan parsial karbondioksida (CO2) rendah

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah pemberian oksigen


Aliran yang sudah ditentukan dan tekanan oksigen dan lamanya pemberian harus
tepat dan benar sesuai dengan program pengobatan
Humidifier harus selalu terisi aquades sebatas garis bertulisan batas aqua dan harus
diganti/dibersihkan setiap hari
Setiap pemberian oksigen harus selalu memakai humidifier yang berisi aquades
untuk mencegah kekeringan mukosa pada saluran pernapasan.
Perhatikan kemungkinan adanya tanda-tanda sianosis pada bibir, ujung jari-jari
tangan dan ujung jari-jari kaki.

Pada pasien yang sadar, anjurkan untuk tidak banyak bicara selama pemberian
oksigen
19

Konsep Dasar
Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efketif

1. Pengertian Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif

Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.
Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat reaktif terhadap masuknya benda asing
dalam saluran pernapasan. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme
alamiah terutama untuk melindungi paru paru.
Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk
menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah penyakit.
Itulah yang dimaksud pengertian batuk efektif.
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun
dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap masuknya benda
asing dalam saluran pernapasan, batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana
atau dilatihkan terlebih dahulu. Dengan batuk efektif, maka berbagai penghalang yang
menghambat atau menutup saluran pernapasan dapat dihilangkan .
Latihan nafas dalam adalah suatu cara yang dilakukan melatih pernafasan untuk
menggunakan otot-otot pernafasan dengan baik.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


a. Hidung = Naso = Nasal
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang ( cavum
nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang
hidung.
Bagian luar dinding terdiri dari kulit
20

Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.


Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah:
a) konka nasalis inferior ( karang hidung bagian bawah)
b) konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
c) konka nasalis superior(karang hidung bagian atas).
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah dan meatus inferior
(lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan,
sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung
berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus
maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus
sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka
nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di
bagianb atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor
dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit
terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan
telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata
disebut tuba lakminaris.
Fungsi hidung, terdiri dari
v bekerja sebagai saluran udara pernafasan
v sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
v dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
v membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang
terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.
b. Tekak = Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan
dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat
dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus.
21

Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat
folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya
terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.

Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:


bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring.

c. Pangkal Tenggorokan (Laring)


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang
disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita
menelan makanan menutupi laring.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
1. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.
2. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
3. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4. Kartilago epiglotis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
oleh sel epiteliumnberlapis. Proses pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara
rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan suara seseorang
tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal daripada
pita suara wanita.

d. Batang Tenggorokan ( Trakea)


Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri
dan kanan disebut karina.
22

e. Cabang Tenggorokan ( Bronkus)


Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan
bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalisini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung
kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus
untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.

Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis( yang mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.

f. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding alveoli
Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan nensekresikan surfaktan
( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)ahanan
Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan.

g. Paru paru
23

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau
toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar
dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya.

3. Tujuan
a. Tujuan Latihan Nafas Dalam
Meningkatkan kapasitas paru
Mencegah atelektasis
b. Tujuan Batuk Efektif
Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboraturium
Mengurangi sesak nafas karena akumulasi secret

4. Indikasi

a. Latihan Nafas Dalam dilakukan pada :


Pasien dengan gangguan paru obstruktif maupun restriktif
Pasien pada tahap penyembuhan dari pembedahan thorax
Untuk metode relaxasi
b. Batuk Efektif dilakukan pada :
Pasien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret
Pasien yang akan di lakukan pemeriksaan diagnostik sputum
Pasien setelah menggunakan bronkodilator

5. Dasar Pemikiran
Latihan nafas dalam adalah suatu cara untuk melatih pernafasan untuk menggunakan
otot-otot pernafasan dengan baik, sedangkan latihan batuk efektif adalah suatu metode atau
cara untuk mengeluarkan sputum yang ada di dalam saluran pernafasan.

6. Persiapan Alat
1. Sarung tangan
2. Bengkok
24

3. Antiseptik (jika perlu)


4. Sputum pot
5. Tisu habis pakai
7. Mekanisme Kerja

N Prosedur Kerja Rasional


o
1. Fase Prainteraksi
A. Mengecek status pasien A. Untuk mengetahui status penyakit pasien
B. Mencuci tangan B. Mencegah infeksi nasokomial
C. Menyiapkan alat C. Persiapan melakukan tindakan

2. Fase Orientasi
A. Memberikan salam dan sapa nama A. Menjalin keakraban antara perawat dengan
pasien pasien
B. Menjelaskan tujuan dan prosedur B. Agar pasien memahami tujuan tindakan yang
pelaksanaan di lakukan
C. Menanyakan persetujuan/kesiapan C. Adanya kerja sama antara perawat dengan
pasien pasien

3. Fase Kerja
A. Menjaga privacy pasien A. Agar pasien merasa privacinya di hargai
B. Mempersiapkan pasien B. Untuk memulai suatu tindakan
C. Meminta pasien meletakkan satu C. Pasien merasakan gerakan inhalasi dan
tangan di dada dan satu tangan di ekshalasi abodomen
D. Untuk melatih kontraksi otot abdomen
abdomen
E. Untuk melancarkan proses ekspirasi
D. Melatih pasien melakukan nafas perut
(menarik nafas dalam melalui hidung F. Relaksasi otot abdomen
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
G. Agar mengatur nafas saat ekshalasi
tertutup)
E. Meminta pasien merasakan H. Mempermudah pasien untuk mengeluarkan
mengembangnya abdomen (cegah sputum
lengkung pada punggung)
I. Untuk mengeluarkan secret pada area jalan
F. Meminta pasien menahan nafas hingga
nafas
25

3 hitungan J. Untuk menghindari bakteri terkontaminasi


G. Meminta menghembuskan nafas
dengan pasien dan perawat lain .
perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut,K. Mengakhiri sebuah tindakan
bibir seperti meniup)

H. Memasang perlak/alas dan bengkok (di


pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
I. Meminta pasien untuk melakukan
nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi,
tahan nafas dan batukkan dengan kuat
J. Menampung lendir dalam sputum pot
K. Merapikan pasien

4. Fase Terminasi A. Pasien dapat memahami tindakan yang


A. Melakukan evaluasi tindakan
dilakukan
B. Berpamitan dengan klien
B. Agar pasien merasa dihargai
C. Mencuci tangan
C. Mencegah infeksi nasokomial
D. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
D. Pendokumentasian
keperawatan

8. Format Evaluasi

No Prosedur Kerja

1. Fase Prainteraksi
A. Mengecek status pasien
B. Mencuci tangan
C. Menyiapkan alat

2. Fase Orientasi
A. Memberikan salam dan sapa nama pasien
B. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
C. Menanyakan persetujuan/kesiapan
pasien
26

3. Fase Kerja
A. Menjaga privacy pasien
B. Mempersiapkan pasien
C. Meminta pasien meletakkan satu tangan
di dada dan satu tangan di abdomen
D. Melatih pasien melakukan nafas perut
(menarik nafas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
tertutup)
E. Meminta pasien merasakan
mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
F. Meminta pasien menahan nafas hingga 3
hitungan
G. Meminta menghembuskan nafas
perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut,
bibir seperti meniup)
H. Memasang perlak/alas dan bengkok (di
pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
I. Meminta pasien untuk melakukan nafas
dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan
nafas dan batukkan dengan kuat
J. Menampung lendir dalam sputum pot
K. Merapikan pasien

4. Fase Terminasi
A. Melakukan evaluasi tindakan
B. Berpamitan dengan klien
C. Mencuci tangan
D. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
27

Prosedur Pengambilan Spesimen

A.Jenis Jenis Specimen

1. URIN

Tujuan :
28

menetukan apakah terdapat kelainan urin yang di urai secara


makroskopis ( fisik ), sedimen / endapan ( makroskopis mikroskopis,
unsure organic non organic ), kimiawi, bakterialogis, maupun
imunologis.tergantung pada sampel atau jenis urin yang diperiksa.

1.1 URIN BERSIH (clean voided urine specimen)


Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin

1.2 URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)


Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan
kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi saluran kemih. Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari
bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan
kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme khusus
agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.

1.3 URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)


Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang
dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam
24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau
diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan
bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.Biasanya urin
ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan
yang lebih besar.

1.4 SPESIMEN URIN ACAK


Pengambilan urin secara acak tanpa memperhatikan waktu dan
kandungan urin

1.5 SPESIMEN KATETER INDWELLING


29

Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter
yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum
suntik.Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh
urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL
untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan
agar tidak terkontaminasi.

2. PEMERIKSAAN SPESIMEN: FESES


Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh
perawat atau klien sendiri.Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes
Guaiac. analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses
mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada
masalah dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar
empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung
empedu.mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini
dilakukan tiga hari berturut-turut.
mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah
feses sedikit untuk dikultur.Pengambilan perlu hati-hati agar tidak
terkontaminasi.Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik yang
telah dikonsumsi.

3. PEMERIKSAAN SPESIMEN: SPUTUM


Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus
dan trakea.Individu yang sehat tidak memproduksi sputum.Klien perlu
batuk untuk memdorong sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea ke
mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap
obat untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan
patologi sel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru
dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari sputum
yang diambil di pagi hari.
30

pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-


turut di pagi hari, untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman
tuberkulosis. Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah penampung
khusus untuk pemeriksaan ini.

4. PEMERIKSAAN SPESIMEN DARAH


Tujuan mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan
imunoserologi.

B. Persiapan Alat Dan Pasien

Pada Specimen :
1. URIN
1.1 URIN BERSIH
ALAT & BAHAN : Alat penampung Urin
Pasien : Tidak ada kebutuhan khusus . Klien dapat
mengambil urinya sendiri , kecuali klien yang lemah dan tidak dapat
bergerak.

1.2 URIN TENGAH


Alat & Bahan : persiapkan peralatan
a. sabun,lap basah,dan handuk
Di gunakan untuk membersihkan,membilas,dan mengeringkan
perineum
b.peralatan komersial untuk mengambil irine dengan cara
bersih,gulungan kapas steril atau bantalan kasa ukuran 2x2
c. larutan anti septik
d. air steril
e. wadah spesimen steril
f. sarung tangan steril dan non steril
31

g. pispot
h. label spesimen yang lengkap
i. Membilas larutan antiseptic

Pasien : jelaskan prosedur


a. alasan dibutuhkannya spesimen midstrem
b. cara agar klien dan keluarga dapat membantu
c. cara mengambil spesimen yang bebas dari feses
d. Mengurangi ansietas
e. Membantu klien mengumpulkan spesimen urin secara mandiri
f. Feses dapat merubah karakteristik urin dan dapat menyebabkan nilai
pengukuran menjadi salah
g. apabila klien tidak merasakan keinginan berkemih yang mendesak,
berikan air minum 30 menit sebelum pengambilan urin .

1.3 URIN TAMPUNG


Alat & Bahan : Beberapa wadah Spesimen khusus dari laboratorium
Pasien : perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih
sebelum defekasi

1.4 URIN ACAK


Alat & Bahan : Kantong Pengumpul urin / Wadah Penampung Urin
Pasien : Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur
dilakukan,dan hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
yang akurat

1.5 KATETER INDWELLING


Alat & Bahan : a. Pengambilan Spesimen
1) Wadah Spesimen
a) Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
b) Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
c) Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
32

d) Wadah berwarna terang.

2) Bahan Pengawet
a) Formalin 37%.
b) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).

Pasien : Klien Menggunakan Kateter

2. FESES
Alat & Bahan : Sarung Tangan Steril , Kantung / Wadah Penampung
Feses
Pasien :defekasi pada bedpan yang bersih bila memungkinkan,
spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah
menstruasi jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah
defekasi karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

3. SPUTUM
Alat & Bahan : Kantung Penampung Sputum
Pasien : Saat Pengambilan Klien di minta untuk menarik nafas
dalam lalu batuk dan mengeluarkan sputum

4. DARAH
Alat & Bahan :
1. a) Spuit/disposible syringe
b) Blood lancet
c) Karet pengikat lengan/torniquet
d) Kapas
e) Alkohol 70%

2. Wadah Spesimen
a) Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap
di dalam spuit.
33

b) Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.


c) Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.

3. Bahan Anti Koagulan


a) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam bentuk
padat dengan perbandingan 1 : 1.
b) Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.

4. Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen


Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
a) Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil
darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
b) Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil
darah dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.
Pasien : Tekanan Darah Klien tidak Boleh rendah .

C. Prosedur Pengambilan Specimen


1. URIN
1.1 URIN BERSIH
Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama
cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan
memiliki pH lebih rendah. Jumlah minimal 10mL
Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri,
dengan menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien
yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.

Spesimen harus bebas dari feses Diperlukan urin segar (pengambilan


kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan segera, urin harus
dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu ruangan untuk
periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan
lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
34

1.2 URIN TENGAH


Prosedur mengumpulkan urin midstream
Langkah Rasional

1. ikuti kebijakan lembaga dalam pengambilan specimen

Kebijakan lembaga dapat berbeda beda dalam metode pengambilan


kaji status klien

a. pada saat terakhir kali klien berkemih


b. tingkat kesadaran atau tahap perkembangan
c. mobilisasi ,keseimbangan , dan keterbatasan fisik

d. Dapat mengindikasikan penuhnya kandung kemih


e. Menunjukan kemampuan klien dalam bekerja sama selama prosedur
f. Menentukan tingkat bantuan
g. kaji tingkat pengetahuan klien terhadap pemeriksaan
h. Informasi memungkinkan dapat mengklarifikasi kesalahpahaman dan
meningktkan kerjasa sama dari klien

Memungkinkan klien bersifat rileks


berikan sabun,lap basah , dan handuk untuk membersihkan daerah
perineum
Pakai sarung tangan non steril dan bantu perawatan perineum pada
klien yang tidak dapat berjalan
Mencegah penularan mikroorganisme
ganti sarung tangan
Mengurangi transfer infeksi
buka peralatan steril atau persiapkan peralatan steril
tuang antiseptik diatas bola kapas
Bola kapas digunakan untuk membersihkan perineum
35

- buka wadah steril

Bantu dan biarkan klien membersihkan perineum dan mengumpulkan


spesimen urin nya secara mandiri

a. pria

pegang penis dengan satu tangan dan bersihkan ujung penis dengan
gerakan memutar dari arah tengah keluar dan menggunakan swab
antiseptik
bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola
kapas
setelah klien mulai mengeluarkan aliran urin ,letakan wadah pengumpul
dibawah aliran urin dan kumpulkan 30 60 ml
b. wanita

buka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang tidak
dominan
bersihkan daerah tersebut dengan bola kapas ,dari bagian depan ke
belakang
bantu klien membersihkan daerah perineum dan mengumpilkan secara
mandiri
bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola
kapas
dengan tetap memisahkan labia, klien harus mulai mengeluarkan urin ,
dan setelah aliran keluar letakan wadah spesimen dibawah aliran urin
dan kumpulkan 30 60 ml

- Mengurangi jumlah bakteri


Mencegah kontaminasi spesimen dengan larutan antiseptik
36

Urin yang pertama keluar membuang mikroorganisme yang dalam


kondisi normal terakumulasi di meatus urinarius dan mencegah bakteri
terkumpul di dalam spesimen
Memungkinkan akses kemeatus uretra
Mencegah kontaminasi spesimen dengan larutan antiseptik
Urin yang pertama keluar membuang mikroorganisme yangt dalam
kondisi normal terakumulasi di meatus urinarius dan mencegah bakteri
terkumpul di dalam spesimen

-pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin terhenti dan sebelum


melepaskan labia atau penis.klien meyelesaikan berkemih dalam
bedpend tau toilet mencegah spesimen terkontaminasi oleh flora kulit.
-tutup wadah spesimen dengan aman dan kuat. mempertahankan
sterilitas bagian dalam wadah
-bersihkan urin yang mengenai bagian luar wadah,dan letakan
dikantung plastikan specimen Mencegah transfer mikroorganisme
dengan orang lain.
-pindahkan bedpen dan bantu klien untuk dapat posisi yang nyaman
meningkatkan lingkungan yang rileks
-berikan label pada daftar specimen mencegah identifikasi yang tidak
akurat
-lepaskan sarung tangan dan cuci tangan mencegah transfer
mikroorgani9sme dengan orang lain
-kirim spesimen ke labort dalam 15 menit atau m,asukan dalam lemari
es bakteri dapat berkembang biak dalam urin
-catat tanggal dan waktu pengambilan spesimen dalam catatan
keperawatan mendokumentasikan implementasi yang diprogramkan
dokter.

1.3 URIN TAMPUNG

Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih


37

beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium


setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih
lalu segera masukan dalam wadah yang lebih besar
setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES

1.4 URIN ACAK


Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpulkan dari
urin klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley atau
kantong pengumpul urin yang mengalami diversi urinarius
Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan
hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat
padsa wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar
mengenai bagian wadah,meletakan wadah pada kantong plastik,dan
kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.

1.5 Kateter Indwelling


Cara Pengambilan Spesimen
a) Urine ditampung selama 24 jam
b) Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 100 ml, kemudian
tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian
kocok hingga homogen.

Identitas Spesimen.
diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada
buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur,
jenis kelamin, jenis pemeriksaan,

b. Pengiriman Spesimen
38

1) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol


kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar
dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah
terbalik atau tumpah.
3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak
lebih dari 3 hari).
c. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar
Timah hitam dalam urine, antara lain metoda Dithizone dan metoda
Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan
sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun
peralatan.

d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI)
atau nilai index untuk pajanan biologi.Kadar Timah hitam dalam darah
50 mg/100ml. Kadar Timah hitam dalam urine 150mg/ml creatinine.
Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos) 250
mg/100 ml erythrocytes atau 100mg/100 ml darah

e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.

2. FESES
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah
feses tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau
15-30mL untuk cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu
dimasukkan dalam kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk
segera diperiksa.
3. Cara pengambilan
39

umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum


yang diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat batuk,
kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah sebagai berikut:

lakukan perawatan mulut


minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak
15-30mL
lakukan kembali perawatan mulut.

Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan
mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur
dilakukan untuk melihat mikoorganisme penyebab penyakit.Dalam
melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu ambil
bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan
berwarna kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag, untuk
mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan minta klien
membuka mulut seraya berkata ah lalu kerjakan tindakan dengan
cepat.

4. DARAH

Cara Pengambilan Spesimen


a). Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga
untuk mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil
dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki.Tempat yang dipilih tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah.

Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :


(1) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol 70%
dan biarkan sampai kering.
40

(2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
(3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan
dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh
sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun telinga
tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
(4) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas
beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.

b) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada
bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis
superior. Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
(1) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet,
kemudian tangan dikepalkan.
(2) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas
berakohol 70%.
(3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan
lengan.
(4) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi
30o dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga
volume yang diinginkan.
(5) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian
tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel dikulit
kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
(6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan
ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
(7) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti
koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan agar
bercampur.
(8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap
kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti koagulan.
41

6.Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat
dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama
responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.

b. Pengiriman Spesimen Darah


1) Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil,
kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan
diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah
terbalik atau tumpah.
3) Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi :
tanggal pengiriman, jenis dan jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang
diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.
4) Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan,
Balai Laboratorium Kesehatan atau laboratorium lainnya.
5) Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke
laboratorium, pengiriman spesimen maksimum 3 hari.

c. Pemeriksaan Spesimen Darah


Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar
Timah hitam dalam darah, antara lain metoda Dithizone dan metoda
Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan
sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun
peralatan.

d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI)
atau nilai index untuk pajanan biologi.Menurut WHO (tahun 1977) nilai
pada orang dewasa normal adalah 10 s/d 25 g per desiliter.
42

e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang

Prosedur Pemeriksaan Diagnostik


Jenis Jenis Pemeriksaan Diagnostik

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK UNTUK SALURAN PENCERNAAN

DEFINISI

Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:


# Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
# Rontgen
# Ultrasonografi (USG)
# Perunut radioaktif
# Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan


lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga
pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan
pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik.
Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami
kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan
dan menimbulkan gejala-gejalanya.

Pemeriksaan Kerongkongan

1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi
(teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya
penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.

Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa
ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.

Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa
menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.
43

2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan
dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.

3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.

4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).


Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah
selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi
kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan
kerongkongan (esofagitis).
Intubasi

Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke
dalam lambung atau usus halus.

Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.


Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini
(apakah untuk diagnosik atau pengobatan).

1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah
lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang
selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.

Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:


- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi


lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas
dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus
melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi
(mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa
aktivitas enzim).

Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak
menimbulkan nyeri.
44

Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik
yang disebut endoskop.

Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:


- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Laparoskopi

Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop

Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.


Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar.
Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.

Rontgen

1. Foto polos perut.


Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan
khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan
membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan
usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises
kerongkongan.

Parasentesis

Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.

USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga
bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM RESPIRASI

Analisa Gas Darah (AGD);


Laboratorium Darah Rutin;
Mantoux Test;
Pemeriksaan Sputum.
45

ANALISA GAS DARAH (AGD)


AGD memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas alveoli dan
keseimbangan asam dan basa. AGD dilakukan dengan pengambilan sampel darah yang berasal
dari arteri radialis, brachialis atau femoralis dengan sudut kemiringan jarum 90 derajat. Pada
pemeriksaan AGD spuit yang digunakan untuk mengambil sampel darah harus diberi heparin
terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembekuan darah.

Sebelum mengambil darah arteri, maka harus dilakukan tes Allens terlebih dahulu, yaitu
pengkajian cepat sirkulasi kolateral pada tangan. Tes ini penting dilakukan sebelum mengambil
darah arteri radialis.

MANTOUX TEST / TUBERKULIN TEST


Digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembangnya myocobacterium tuberculosa dengan
menyuntikkan Purified Protein Derivate (PPD) secara intradermal (subcutan).

PEMERIKSAAN SPUTUM/DAHAK
Dilakukan jika diduga terdapat penyakt paru-paru seperti bronchitis kronis, TBC. Pada saat terjadi
infeksi dan inflamasi pada saluran pernafasan maka membran mukosa saluran pernafasan akan
berespon dengan mengeluarkan sekresinya yang sering mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.
Persiapan Alat Dan Pasien

Alat untuk Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Darah
Bentuk pemeriksaan
1) Jenis/golongan darah
2) HB
3) Gula darah
4) Malaria
5) Filaria dll
Persiapan alat
1) Lanset darah atau jarum khusus
2) Kapas alkohol
3) Kapas kering
4) Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
5) Bengkok
6) Hand scoon
7) Perlak dan pengalas

Pemeriksaan Urine
Jenis pemeriksaan
1) Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
2) Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3) Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah
makan)
4) Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam
46

Persiapan alat
1) Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
2) Wadah urine dengan tutupnya
3) Hand scoon
4) Kertas etiket
5) Bengkok
6) Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Faeces
Persiapan alat
1) Hand scoon bersih
2) Vasseline
3) Botol bersih dengan penutup
4) Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5) Bengkok
6) Perlak pengalas
7) Tissue
8) Tempat bahan pemeriksaan
9) Sampiran

Pengambilan sputum
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan ludah
atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Persiapan alat
1) Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
2) Botol bersih dengan penutup
3) Hand scoon
4) Formulir dan etiket
5) Perlak pengalas
6) Bengkok
7) Tissue

Pengambilan spesimen cairan vagina/hapusan genetalia


Persiapan alat
1) Kapas lidi steril
2) Objek gelas
3) Bengkok
4) Sarung tangan
5) Spekulum
6) Kain kassa, kapas sublimat
7) Bengkok
8) Perlak

A. PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1. Pra instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini
karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan
47

laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :


a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan
ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak
penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien.
Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama,
alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan
kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari
tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang
mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
b. Persiapan penderita
1) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume
plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume
plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah
sel darah.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat,
Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang
adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan
mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus
darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil
pemeriksaan hemostasis.
3) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien
rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari
sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi
khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu
berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi
serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan.
Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih
40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan
lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula sebaliknya.
Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa
yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau
keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
a) Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
b) Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket)
semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel.
Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung
pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos
atau mengandung antikoagulan.
c) Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat
dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-
kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
d) Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang
penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir
termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
48

c. Cara pengambilan sampel


Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan
pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan
dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien
yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit
pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah
adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi
pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah
dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang
dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral. Darah arteri
dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri
radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah
atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau
sisi lateral tumit kaki.
d. Penanganan awal sampel dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini.
Yang harus dilakukan :
1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya
memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas)
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas
darah, harus menggunakan suhu 4-8 C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi
hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium.
Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa,
peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin
yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan
bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai
dengan waktu.
49

Anda mungkin juga menyukai