Pembimbing :
2017
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang berada di perut kanan
bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali menimbulkan masalah bagi
kesehatan. Peradangan akut Appendix atau Appendicitis acuta menyebabkan komplikasi yang
Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering ditemukan.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak
sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan Appendicitis acuta mengalami perforasi
setelah dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan
dan antibiotik yang lebih baik, appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak usia
prasekolah masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan. Diagnosis Appendicitis
acuta pada anak kadang-kadang sulit. Hanya 50-70% kasus yang bisa didiagnosis dengan
tepat pada saat penilaian awal. Angka appendectomy negatif pada pasien anak berkisar 10-
50%. Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling
terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila tidak dilakukan
tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan karena
peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan
bahwa Appendicitis acuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di
seluruh dunia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Appendix merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum
dan Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan Appendix terlihat
pada minggu ke-8 kehamilan sebagai suatu tonjolan pada Caecum. Awalnya Appendix
berada pada apeks Caecum, tetapi kemudian berotasi dan terletak lebih medial dekat
Caecum berakhir pada kuadran kanan bawah perut. Appendix selalu berhubungan dengan
Taenia caecalis. Oleh karena itu, lokasi akhir Appendix ditentukan oleh lokasi Caecum.
Appendix berbentuk seperti tabung, panjang rata-rata adalah 9 cm, diameter 3-8 mm, dan
Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat kendor dan jaringan elastic membentuk
jaringan saraf, pembuluh darah dan lymphe, antara mukosa dan submukosa terdapat
lymphonodes.
Oleh karena itu, nyeri visceral pada appendicitis bermula disekitar umbilikus.
Appendix menerima suplai darah dari cabang appendikular arteri ileocolica. Arteri
initerletak posterior dari ileum terminalis, masuk ke mesoapendiks dekat dari basis
appendix.Percabangan arteri kecil terbentuk pada titik tersebut dan meneruskan diri
sebagai arteri caecal. Perdarahan appendix berasal dari arteri appendikularis yang
merupakan arteri tanpa kolateral.Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis
Kompleks neuroendokrin dari appendix yang terdiri dari sel ganglion, sel
Schwann, seratneural, dan sel-sel neurosekretorik terletak tepat dibawah dari kripta-kripta
pada appendix. Serotonin merupakan produk sekretorik utama dan dihubungkan dengan
nyeri yang muncul pada appendix non-inflamasi. Kompleks ini diduga sebagai sumber
dari tumor-tumor karsinoid, dan oleh karenanya appendix dikenal sebagai tempat asal
B. FISIOLOGI
Selama bertahun-tahun, appendix dipandang sebagai organ sisa tanpa fungsi yang
tidak diketahui. Sekarang telah diakui bahwa appendix merupakan organ imunologi yang
Appendix menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir di muara appendix tampaknya
GALT (Gut associated Lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk appendix, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi. Jaringan limfoid pertama muncul pada appendix sekitar 2 minggu
setelah kelahiran. Jumlah kenaikan jaringan limfoid seluruhnya pada usia pubertas, dan
tetap stabil untuk dekade berikutnya, kemudian mulai menurun dengan bertambahnya
usia. Setelah usia 60 tahun, hampir tidak ada jaringan limfoid masih dalam usus buntu,
komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT), fungsinya
tidak penting dan Appendectomy tidak akan menjadi suatu predisposisi sepsis atau
C. DEFINISI
terjadi secara akut. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum
1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya
dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat
mempermudah timbulnya apendisitis (radang pada apendiks). Di dalam apendiks juga
terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di
dalamnya adalah Ig A. Selain itu pada apendiks terdapat arteria apendikularis yang
merupakan end-artery
D. EPIDEMIOLOGI
Acute appendisitis adalah salah satu penyakit bedah terbanyak. Insiden paling
sering terjadi pada usia dekade kedua dan ketiga. Insiden puncaknya pada awal
dewasa (pubertas) dan insiden juga banyak terjadi pada orangtua. Frekuensi angka
kejadian tertinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Rasio wanita : laki-
laki sekitar 2:1 bertahap bergeser setelah usia 25 tahun menuju rasio 1:1.
Appendektomi adalah prosedur bedah yang paling sering dilakukan. Risiko Lifetime
1. Obstruksi
merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak
dengan Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix.
Penyebab yang lebih jarang adalah hiperplasia jaringan limfoid di sub mukosa
juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik, seperti measles,
yang mensekresi mukus. Obstruksi Appendix juga dapat terjadi akibat tumor
carcinoid, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal. Selama lebih dari 200
tahun, corpus alienum seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam
Fecalith ditemukan pada 40% kasus Appendicitis acuta sederhana, sekitar 65%
pada kasus Appendicitis gangrenosa tanpa perforasi, dan 90% pada kasus
Obstruksi lumen akibat adanya sumbatan pada bagian proksimal dan sekresi
Appendix normal 0,1 mL. Sekresi sekitar 0,5 mL pada distal sumbatan
akhiran serabut saraf aferen nyeri visceral, mengakibatkan nyeri yang samar-
Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari
kongesti vaskular. Akan tetapi aliran arteriol tidak terhambat. Distensi biasanya
menimbulkan refleks mual, muntah, dan nyeri yang lebih nyata. Proses inflamasi
segera melibatkan serosa Appendix dan peritoneum parietal pada regio ini,
arteriol, daerah dengan suplai darah yang paling sedikit akan mengalami
vaskuler, infark jaringan, terjadi perforasi biasanya pada salah satu daerah infark
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri
dan muntah dalam beberapa jam setelah timbul nyeri perut. Jika mual muntah
terjadi gangguan aliran limfatik sehingga terjadi oedem yang lebih hebat. Hal-hal
dan gangren. Setelah itu, bakteri melakukan invasi ke dinding Appendix; diikuti
iskhemia jaringan. Ketika eksudat inflamasi yang berasal dari dinding Appendix
dan nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi Appendix, khususnya di titik Mc
Burneys. Jarang terjadi nyeri somatik pada kuadran kanan bawah tanpa didahului
pelvis, nyeri somatik biasanya tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai
Nyeri pada Appendix yang berlokasi di retrocaecal dapat timbul di punggung atau
pinggang. Appendix yang berlokasi di pelvis, yang terletak dekat ureter atau
pada testis, atau keduanya. Inflamasi ureter atau Vesica urinaria akibat penyebaran
infeksi Appendicitis dapat menyebabkan nyeri saat berkemih, atau nyeri seperti
leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat
tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala dapat menetap hingga > 48
jam tanpa perforasi. Peritonitis difus lebih sering dijumpai pada bayi karena bayi
tidak memiliki jaringan lemak omentum, sehingga tidak ada jaringan yang
melokalisir penyebaran infeksi akibat perforasi. Perforasi yang terjadi pada anak
yang lebih tua atau remaja, lebih memungkinkan untuk terjadi abscess. Abscess
tersebut dapat diketahui dari adanya massa pada palpasi abdomen pada saat
pemeriksaan fisik.
dijumpai pada anak-anak, yang terjadi dalam jangka waktu yang pendek, akibat
iritasi Ileum terminalis atau caecum. Adanya diare dapat mengindikasikan adanya
abscess pelvis.6
2. Bakteriologi
Flora pada Appendix yang meradang berbeda dengan flora Appendix normal.
Sekitar 60% cairan aspirasi yang didapatkan dari Appendicitis didapatkan bakteri
jenis anaerob, dibandingkan yang didapatkan dari 25% cairan aspirasi Appendix
mukosa ketika pertahanan mukosa terganggu oleh peningkatan tekanan lumen dan
iskemik dinding lumen. Flora normal Colon memainkan peranan penting pada
perforata.
didapatkan lebih dari 14 jenis bakteri yang berbeda dikultur pada pasien yang
mengalami perforasi. Flora normal pada Appendix sama dengan bakteri pada
Colon normal. Flora pada Appendix akan tetap konstan seumur hidup kecuali
Porphyomonas gingivalis. Bakteri ini hanya terlihat pada orang dewasa. Bakteri
perforasi adalah Eschericia coli dan Bacteriodes fragilis. Namun berbagai variasi
dan non perforata masih dipertanyakan kegunaannya. Saat hasil kultur selesai,
seringkali pasien telah mengalami perbaikan. Apalagi, organisme yang dikultur dan
imunosupresi, sebagai akibat dari obat-obatan atau penyakit lain, dan pasien yang
jam pada kasus Appendicitis non perforata. Pada Appendicitis perforata, antibiotik
diberikan 7-10 hari secara intravena hingga leukosit normal atau pasien tidak demam
dalam 24 jam. Penggunaan irigasi antibiotik pada drainage rongga peritoneal dan
Di awal tahun 1970an, Burkitt mengemukakan bahwa diet orang Barat dengan
kandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan berhubungan
carcinoma Colorectal lebih sering pada orang dengan diet seperti di atas dan lebih
jarang diantara orang yang memakan makanan dengan kandungan serta lebih
tinggi. Burkitt mengemukakan bahwa diet rendah serat berperan pada perubahan
F. DIAGNOSIS
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri
Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada
umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas
letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan
adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa
memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah
terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat
dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas
dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut
kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan,
bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya
berulang-ulang (diare).
dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit
dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya,
sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan
1. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak
tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi
muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan
gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh
3. Pada wanita
Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya
serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi,
menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil
dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan
muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia
kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih
Pemeriksaan Fisik
perut.
b. Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri.
Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan
kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda
dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut
dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau
fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila
gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
Pemeriksaan Penunjang
opaque (5% pasien) didapatkan pada kuadran kanan bawah (terutama pada
USG dengan adanya appendix yang membesar atau berdinding tebal. USG
dengan keberadaan fecalith (Gambar 1 dan 2). Nilai presisi dari CT-Scan
appendix normal pada 98% kasus. Udara bebas peritoneum jarang terlihat,
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor <6 dan skor >6. Selanjutnya
G. DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding dari Appendicitis acuta pada dasarnya adalah diagnosis dari
akut abdomen. Hal ini karena manifestasi klinik yang tidak spesifik untuk suatu penyakit
tetapi spesifik untuk suatu gangguan fisiologi atau gangguan fungsi. Jadi pada dasarnya
gambaran klinis yang identik dapat diperoleh dari berbagai proses akut di dalam atau di
sekitar cavum peritoneum yang mengakibatkan perubahan yang sama seperti Appendicitis
acuta.
sebagian besar juga merupakan masalah pembedahan atau tidak akan menjadi lebih buruk
dari inflamasi Appendix, tingkatan dari proses dari yang simple sampai yang perforasi,
anak-anak. Hampir selalu ditemukan infeksi saluran pernafasan atas, tetapi sekarang
ini telah menurun. Nyeri biasanya kurang atau bisa lebih difus dan rasa sakit tidak
dapat ditentukan lokasinya secara tepat seperti pada Appendicitis. Observasi selama
beberapa jam bila ada kemungkinan diagnosis Adenitis mesenterica, karena Adenitis
mesenterica adalah penyakit yang self limited. Namun jika meragukan, satu-satunya
2. Gastroenteritis akut
Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan
dengan Appendicitis. Gastroentritis karena virus merupakan salah satu infeksi akut
self limited dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan adanya diare, mual, dan
nyeri epigastrik dapat muncul sebagai gejala lokal pada awal penyakit ini, Vesikulitis
seminalis dapat juga menyerupai Appendicitis namun dapat dibedakan dengan adanya
pembesaran dan nyeri Vesikula seminalis pada waktu pemeriksaan Rectal toucher.
4. Diverticulitis Meckel
acuta. Perbedaan preoperatif hanyalah secara teoritis dan tidak penting karena
5. Intususseption
Umur pasien sangat penting, Appendicitis sangat jarang dibawah umur 2 tahun,
Pasien biasanya mengeluarkan tinja yang berdarah dan berlendir. Massa berbentuk
sosis dapat teraba di RLQ. Terapi yang dipilih pada intususseption bila tidak ada
6. Chrons enteritis
leukositosis sering dikelirukan sebagai Appendicitis. Selain itu, terdapat diare dan
anorexia. Mual dan muntah yang jarang, dapat mengarahkan diagnosis kepada
8. Epiploic appendagitis
torsi Colon. Gejala dapat minimal atau terjadi gejala abdomen yang dapat berlangsung
hingga beberapa hari. Pasien tidak tampak sakit, jarang terjadi mual dan muntah, dan
nafsu makan tidak berubah. Terdapat nyeri tekan pada daerah yang terkena. Pada 25%
kasus, nyeri berlangsung terus menerus hingga epiploic appendage yang mengalami
infark dioperasi.
Appendicitis acuta letak retroileal. Rasa dingin, nyeri costo vertebra kanan, dan
Appendicitis retrocaecal. Nyeri alih ke daerah labia, scrotum atau penis, hematuria,
dan atau tanpa demam atau leukositosis mendukung adanya batu. Pyelografi dapat
memperkuat diagnosis.
ditemukan gambaran yang sangat mirip dengan peritonitis difus sekunder yang
Bila ditemukan bakteri coccus pada pewarnaan Gram, peritonitis tersebut adalah
peritonitis primer dan terapinya adalah obatobatan. Bila ditemukan bermacam
Sindrom ini biasanya terjadi 2-3 minggu setelah infeksi Streptococcus. Nyeri
abdomen merupakan gejala yang paling menonjol, namun nyeri sendi, purpura dan
13. Yersiniosis
ringan dan self limited, namun pada beberapa dapat terjadi sepsis sistemik yang
umumnnya sangat fatal bila tidak diobati. Kecurigaan pada diagnosis preoperatif tidak
boleh menunda operasi, karena secara klinis Appendicitis yang disebabkan oleh
Yersinia tidak dapat dibedakan dengan Appendicitis oleh sebab lainnya. Sekitar 5%
yang dilakukan pada Appendix normal yang pernah dilaporkan adalah 32%45% pada
wanita usia 1545 tahun. Penyakitpenyakit organ reproduksi pada wanita sering
dikelirukan sebagai Appendicitis, dengan urutan yang tersering adalah PID, ruptur
folikel de Graaf, kista atau tumor ovarium, endometriosis dan ruptur kehamilan
dapat menyerupai Appendicitis. Mual dan muntah hampir selalu terjadi pada
Ovulasi sering mengakibatkan keluarnya darah dan cairan folikuler serta nyeri
yang ringan pada abdomen bagian bawah. Bila cairan sangat banyak dan berasal
dari ovarium kanan, dapat dikelirukan dengan Appendicitis. Nyeri dan nyeri tekan
agak difus. Leucositosis dan demam minimal atau tidak ada. Karena nyeri ini
Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling
tepat adalah segera dilakukan apendiktomi. Apendektomi dapat dilakukan dalam dua
cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru diketahui
setelah terbentuk massa periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus
ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Setelah gejala
membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah apendektomi dapat dilakukan. Jika gejala
drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan apendisektomi. Namun, apabila
ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan pemeriksaan klinis serta
bedah.
Pendekatan yang berbeda dilakukan jika massa dapat terpalpasi pada 3-5 hari
dari onset gejala. Penemuan ini biasanya menandakan adanya phlegmon atau abses
dan komplikasi dari exisi bedah sering terjadi. Pasien seperti ini diatasi dengan
antibiotik spektrum luas, drainase abses >3cm, cairan parenteral, dan istirahat usus
dilakukan secara aman pada 6-12 minggu kemudian. Penelitian klinis acak telah
akut dan tidak terperforasi pada 86% pasien pria. Namun pemberian antibiotik saja
terkait dengan jumlah rekurensi yang tinggi dibandingkan dengan intervensi bedah.
Jika massa membesar dan pasien terlihat menjadi lebih toksik, abses sebaiknya
dini. Angka mortalitas untuk appendicitis tidak terperforasi 0,1%, lebih kecil
a. Open Appendectomy
Horizontal Oblique
a. Pararectal/ Paramedian
Sayatan/ incisi pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan ke
medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis karena
fascianya ada 2 agar tidak tertinggal pada waktu penjahitan. Bila yang terjahit
ditarik ke medial
2 lapis
medial bawah.
Keterangan gambar:
Satu incisi kulit yang rapi dibuat dengan perut mata pisau. Incisi kedua
externus.
Dari tepi sarung rektus, fascia tipis M. obliquus internus diincisi searah
Keterangan gambar:
Pada saat menarik M. obliquus internus hendaklah berhati-hati agar tak terjadi
obliquus externus dan internus. Tarikan yang terlalu keras akan merobek
4. Peritoneum dibuka.
Keterangan gambar:
Kasa Laparatomi dipasang pada semua jaringan subkutan yang terpapar. Peritoneum
peritoneum angkat dengan pinset. Yang nampak di sini ialah pinset jaringan De
Bakey. Asisten juga mengangkat dengan cara yang sama pada sisi di sebelah dokter
bedah. Dokter bedah melepaskan pinset, memasang lagi sampai dia yakin bahwa
5. Caecum dicari kemudian dikeluarkan kemudian taenia libera ditelusuri untuk mencari
Mesoappenddix ditembus dengan sonde kocher dan pada kedua sisinya, diklem,
Keterangan gambar:
Appendix dengan hati-hati diangkat agar mesenteriumnya teregang. Klem Babcock
melingkari appenddix dan satu klem dimasukkan lewat mesenterium seperti pada
gambar. Cara lainnya ialah dengan mengklem ujung bebas mesenterium di bawah
ujung appenddix. Appendix tak boleh terlalu banyak diraba dan dipegang agar tidak
menyebarkan kontaminasi.
6. Appendix di klem pada basis (supaya terbentuk alur sehingga ikatan jadi lebih kuat
dipindahkan sedikit ke distal, lalu bekas klem yang pertama diikat dengan benang
yang diabsorbsi (supaya bisa lepas sehingga tidak terbentuk rongga dan bila terbentuk
a. Dibuat jahitan tabak sak pada Caecum, puntung Appendix diinversikan ke dalam
b. Puntung dijahit saja dengan benang yang tidak diabsorbsi. Resiko kontaminasi
dan adhesi.
c. Bila prosedur a+b tidak dapat dilaksanakan, misalnya bila puntung rapuh, dapat
9. Bila no.7 tidak dapat dilakukan, maka Appendix dipotong dulu, baru dilepaskan dan
mesenteriolumnya (retrograde).
I. PROGNOSIS
Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per 100.000
pada tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor- faktor yang
diagnosis dan terapi, antibiotika, cairan i.v., yang semakin baik, ketersediaan darah
dan plasma, serta meningkatnya persentase pasien yang mendapat terapi tepat
PENUTUP
A. KESIMPULAN
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Obstruksi lumen merupakan
penanganan apendisitis.
DAFTAR PUSTAKA
Isselbacter, dkk. 2000. Harrison Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
Jaffe BM, Berger DH. The Appendix. In: Schwartzs Principles of Surgery Volume 2.
8th edition.Ed: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG,
R. Putz & R. Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Ed. 22 Jilid 2. Jakarta : EGC
Repository.usu.ac.id/apendisitis.