Anda di halaman 1dari 3

HASIL PUBLIC EXPOSE

PT BUDI STARCH & SWEETENER Tbk


11 NOVEMBER 2016

Public Expose PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BSSW) dimulai oleh Ibu Mawarti Wongso pada
pukul 15.00 WIB yang dihadiri oleh:

Peserta : - Bapak Sudarmo Tasmin (Wakil Presiden Direktur)


- Bapak Oey Albert (Direktur)
- Ibu Mawarti Wongso (Direktur)
- Ibu Alice Yuliana (Corporate Secretary)
- Serta para wartawan, analis, investor dan masyarakat.

Acara Public Expose PT Budi Starch & Sweetener Tbk bertempat di Ruang Seminar 3 Lantai 1
Tower 2 terdiri dari 2 sesi, yaitu:

Sesi Pertama : Presentasi

Presentasi dibawakan oleh Ibu Mawarti Wongso, diawali dengan pemaparan tentang kinerja
keuangan PT Budi Starch & Sweetener Tbk, untuk periode yang berakhir pada kuartal III
tahun 2016 dan 2015. Rincian presentasinya adalah sebagai berikut:

1. Penjualan konsolidasi selama Januari-September 2016 sebesar Rp 1.906,8 miliar, lebih tinggi
13,13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp 1.685,5 miliar, hal
ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan tepung tapioka. Peningkatan
volume penjualan disebabkan oleh peningkatan volume produksi.

2. Komposisi penjualan lokal dan ekspor sebagaimana dengan tahun lalu sama yaitu

s/d September16 s/d September15


- Penjualan Lokal 98 % 98 %
- Penjualan Ekspor 2% 2%

3. Margin laba kotor sampai dengan September 2016 yakni sebesar 11,0%, sedangkan periode
yang sama tahun 2015 yakni sebesar 9,9%. Peningkatan margin laba kotor sebesar 1,1%
tersebut terutama dikontribusi oleh peningkatan margin laba kotor produk sweeteners.
Seiring dengan hal tersebut maka laba kotor juga meningkat dari Rp 166,8 miliar sampai
dengan September 2015 menjadi Rp 210,4 miliar periode yang sama tahun 2016 atau
meningkat sebesar Rp 43,6 miliar.

Seiring dengan peningkatan laba kotor, maka laba usaha juga meningkat dari Rp 84,1 miliar
sampai dengan September 2015 menjadi Rp 129,7 miliar pada periode yang sama tahun 2016.
Demikian halnya dengan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
meningkat dari Rp 15,2 miliar sampai dengan September 2015 menjadi Rp 30,1 miliar pada
periode yang sama tahun 2016.

Pada bulan Desember 2015, Perusahaan melakukan revaluasi aset tetap berupa mesin. Surplus
revaluasi setelah diperhitungkan pajak final sebesar Rp 124,993 miliar. Hal ini memberikan
dampak pada penurunan rasio utang bersih terhadap ekuitas dari 171,3% pada periode sampai
dengan September 2015 menjadi 110,9% pada periode yang sama tahun 2016.

1
4. Berikut adalah rencana ekspansi yang akan direalisasi (dalam tahap pembangunan) sebagai
berikut:

- Ekspansi pabrik maltodextrin yang berlokasi di Lampung sebesar 18.000 ton.


- Ekspansi pabrik fruktosa yang berlokasi di Krian Jawa Timur sebesar 36.000 ton.

5. Dengan telah berjalannya 9 PLTBG yang berlokasi di pabrik Tapioka, maka Perusahaan telah
berhasil mengurangi pemakaian dan ketergantungan listrik dari PLN maupun solar. Listrik
yang dihasilkan dari PLTBG sudah dapat memenuhi sebagian besar dari total listrik yang
dibutuhkan untuk memproduksi tapioka.

Sejak pertama kali CER diperoleh yaitu tahun 2013 sampai dengan Agustus 2015,
Perusahaan telah membukukan pendapatan CER sebesar Rp 157,017 miliar.

Sesi Kedua : Tanya Jawab

1. Pertanyaan :
Apa saja perusahaan-perusahaan sejenis yang bergerak dalam bidang yang sama dan termasuk
perusahaan go public?

Jawaban :
Perusahaan sejenis yang sudah go public adalah PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (Sorini)
yang saat ini sudah dimiliki oleh pihak asing yaitu Cargill. Hal menarik yang terjadi adalah
PT Budi Starch & Sweetener Tbk yang merupakan Perusahaan Nasional pada tahun 2016 telah
membeli salah satu pabrik tapioka dari Sorini yang berlokasi di Ponorogo, Jawa Timur.

2. Pertanyaan :
Mengenai rencana ekspansi Perusahaan di Lampung dan Krian, berapa nilai investasi yang
dikeluarkan dan bagaimana penjelasan mengenai produksi yang akan di ekspansi? Dan berapa
anggaran belanja modal di tahun depan?

Jawaban :
Rencana ekspansi pabrik maltodextrin yang berlokasi di Lampung sebesar 18.000 ton
diperkiraan capex sebesar Rp 60 miliar, sedangkan ekspansi pabrik fruktosa yang berlokasi di
Krian sebesar 36.000 ton diperkiraan capex sebesar Rp 40 miliar.

Kedua produk ini merupakan produk lanjutan dari produk glukosa Perusahaan, sehingga capex
yang diperlukan tidak terlalu besar. Perusahaan memproyeksikan capex pada tahun 2017 adalah
sebesar Rp 200 miliar.

3. Pertanyaan :
Penggunaan limbah tapioka dalam Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG), apakah ada
campuran lain atau murni limbah tapioka? Berapa megawatt listrik yang dihasilkan? dan
apakah proyek PLTBG bisa ditingkatkan ke skala nasional?

2
Jawaban :
Pengolahan limbah dalam PLTBG murni dari limbah tapioka. Kandungan
Chemical On Demand (COD) yang terdapat di limbah tapioka sangat tinggi yaitu
+19.000-20.000 mg/L. Limbah tapioka ditampung di reactor tank, diberi bakteri yang akan
memakan COD dan menghasilkan gas metana yang dapat digunakan dalam PLTBG untuk
menghasilkan listrik.

Total listrik yang dihasilkan Perusahaan sebesar 25 MW. Perusahaan berencana untuk menjual
listrik kepada PLN dari salah satu PLTBG Perusahaan yang berlokasi di Way Abung, Lampung
sebesar +4-5 MW.

Anda mungkin juga menyukai