Anda di halaman 1dari 21

SUPLEMEN BLOK XI

PETUNJUK DAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM


PATOLOGI KLINIK

PEMERIKSAAN FAAL HEMOSTASIS


HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN RETIKULOSIT

Laboratorium Patologi Klinik


Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
2014

1
Pemeriksaan Faal Hemostasis

1. MASA PERDARAHAN (BLEEDING TIME = BT)


a. Cara Duke
Alat :
- Stopwatch
- Kapas Alkohol 70 %
- Kertas saring
- Lancet steril
Cara :
- Letakkan handuk pada pundak
- Bersihkan cuping telinga dengan kapas alcohol
- Peganglah cuping telinga antara ibu jari dan telunjuk
- Tusuklah pinggir cuping telinga dengan lancet sedalam 2 mm
- Ketika titik darah terlihat, hidupkan stopwatch
- Darah yang keluar diisap dengan kertas saring setiap 30 detik, tetapi tidak boleh
menyentuh lukanya
- Kalau darah tidak keluar, stopwatch dihentikan
Harga normal : 1-3 menit

Catatan
Kalau darah tidak keluar mungkin tusukan kurang dalam, maka ulangilah pada telinga yang
lain. Kalau perdarahan lebih dari 5 menit, segera hentikan dengan menekan luka memakai
kapas alkohol 70% dan diplester.

b. Cara Ivy
Alat :
- Stopwatch
- Tensimeter

2
- Kapas alcohol 70%
- Kertas saring
- Lancet steril
Cara :
- Bersihkan bagian voler lengan bawah dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering lagi
- Pasanglah tensimeter dengan tekanan 40 mmHg pada lengan atas dan dipertahankan
selama percobaan berlangsung
- Tegangkan kulit lengan bawah dan tusuklah dengan lancet sedalam 3mm pada temapat
3 jari dibawah lipat siku
- Saat titik darah terlihat, hidupkan stopwatch
- Isaplah tetes darah yang keluar dengan kertas saring setiap 30 detik, jangan menyentuh
lukanya
- Bila darah tidak dapat diisap lagi, hentikan stopwatch
Harga normal : 1-7 menit

Catatan :
Tusukan jangan di atas vena, dan bila perdarahan lebih dari 10 menit, maka perdarahan
segera dihentikan.
Jika hitung trombosit <100x109/L maka jangan melakukan pemeriksaan ini karena akan
terjadi pemanjangan.
Aspirin akan mengintervensi hasil pemeriksaan, maka sebelum pemeriksaan ini dilakukan
hentikan penggunaan aspirin 7 hari sebelum tes.

Penggunaan : merupakan pemeriksaan skrining yang paling baik untuk gangguan platelet
structural atau fungsional congenital. Jika bleeding time normal dan riwayatnya negative
(misalnya tidak ada riwayat perdarahan mayor di masa lalu) maka hasil pemeriksaan ini
akan mengeksklusi gangguan platelet.

Penyebab bleeding time memanjang :

3
- Hitung trombosit rendah
- Defek fungsi trombosit (didapat, mis. penggunaan spirin, paraprotein, MDS)
- von Willebrands disease
- Abnormalitas vaskuler mis. Ehlers-Danlos
- Faktor pembekuan V atau XI
- Afibrinogenemia

2. MASA PEMBEKUAN (CLOTTING TIME = CT)


Prinsip :mengukur waktu pembekuan darah, dimulai saat darah masuk semprit sampai
darah membeku

Alat :
- Tiga buah tabung berdiameter 8 mm
- Stopwatch
- Semprit 5 ml
Cara :
- Sediakan dalam rak 3 tabung berdiameter 8 mm
- Lakukan pungsi vena, dan pada saat darah kelihatan masuk semprit, jalankan stopwatch
dan isaplah 5 ml darah
- Lepaskan jarum dari semprit dan alirkanlah 1 ml darah ke dalam setiap tabung yang
dimiringkan pada waktu diisi darah
- Didiamkan selama 4 menit
- Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah
darah telah membeku
- Setelah darah dalam tabung pertama membeku, periksalah tabung kedua tiap 30 detik
juga terhadap adanya bekuannya
- Catatlah waktunya
- Lakukanlah tindakan yang sama terhadap tabung ketiga, catatlah juga waktunya

4
- Masa pembekuan yang dilaporkan adalah waktu antara saat darah masuk semprit
sampai darah membeku didalam tabung yang ketiga
Harga normal : 5 15 menit

Catatan
Masa pembekuan ini adalah berguna untuk menilai faktor koagulasi yang melalui jalur
intrinsic, tetapi hasilnya lebih kasar dibandingkan dengan APTT (activated partial
thromboplastin time).
Beberapa kesalahan yang cenderung memperpendek hasilnya adalah :
- Tabung kotor
- Darah tercampur cairan jaringan karena pungsi vena kurang lancar
- Terjadi buih dalam semprit atau tabung
- Terlalu banyak menggoyang tabung
- Diameter tabung terlalu kecil (bila diameter tabung yang dipakai semakin besar, hasilnya
semakin memanjang

5
Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit

Metode untuk menghitung trombosit telah banyak dibuat dan jumlahnya tergantung dari
kenyataan bahwa sukar untuk menghitung sel-sel trombosit yang merupakan partikel kecil dan
mudah aglutinasi maupun mudah pecah. Sukar untuk membedakan dengan kuman. Metode
elektronik mempunyai ketelitian yang baik, tetapi metode visual yang langsung cukup dapat
digunakan utnuk menghitung trombosit yang rendah sampai tinggi. Bila trombosit rendah,
maka metode yang menggunakan plasma cukup bermakna. Metode elektronik tidak akan
diuraikan.Yang akan dibahas dalam halaman ini adalah penghitungan trombosit dengan metode
langsung (Rees-Ecker).

a. Prinsip
Darah diencerkan ke dalam larutan yang mengandung brilliant cresyl blue, sehingga trombosit
tercat biru muda. Trombosit dihitung dengan bilik hitung. Hasil pemeriksaannya diperiksa ulang
dengan sediaan apus.

b. Alat dan Bahan


Darah EDTA atau darah kapiler
larutan pengencer trombosit (Rees-Ecker)
o Natrium Sitrat 3,8 gr
o brillian cresyl blue 0,1 gr
o Formaldehid 40% 0,2 gr
o Aquadest 100 ml
o salinlah sebelum digunakan
pipet eritrosit
bilik hitung
Kaca Obyek
cawan petri
kertas saring / tissue

6
mikroskop

c. Cara Kerja
Membersihkan bilik hitung
Menyiapkan cawan petri bagian dalam, dasar dan tutupnya ditempeli kapas yang
ukurannya sama dan sebelumnya telah dibasahi air
Hisaplah darah dengan pipet erotrosit sampai tanda 0,5 dan encerkan dengan larutan
pengencer sampai tanda 101 (pengenceran 200x). Mulai saat ini trombosit harus selesai
dihitung dalam waktu 30 menit, agar tidak terjadi disintegrasi sel-sel trombosit.
Kocoklah pipet tersebut 3-5 menit
Setelah pipet tersebut dikocok, buanglah 4 tetes pertama dan tetesan ke lima isikan ke
dalam bilik hitung. masukkan bilik hitung tersebut ke dalam cawan petri yang telah
disiapkan tadi. Biarkan selama 15 menit , agar trombosit mengendap dan tidak terjadi
penguapan.
Meletakkan bilik hitung di bawah mikroskop dengan perbesaran 10X obyektif dan
kemudian perbesaran 40 x , trombosit tampak refraktif dan mengkilat berwarna biru
muda / nila, lebih kecil dari eritrosit serta bentuk bulat, lonjong atau tersebar atau
bergerombol.

7
Menghitung semua sel dalam kotak besar di tengah, hasil yang didapat (N) dikalikan
2000 merupakan total jumlah trombosit / mmk.

d. Nilai Normal = 150.000 400.000 / mmk

8
Pemeriksaan Hitung Jumlah Retikulosit

Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya mengandung sejumlah besar sisa-sisa
ribosom dan RNA, dan berasal dari sisa inti dari bentuk penuh pendahulunya. Ribosom
mempunyai kemampuan utnuk bereaksi dengan cat tertentu seperti briliant cresyl blue atau
new methylene blue untuk membentuk endapan grnaula atau filament yang berwarna biru.
Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang masih hidup dan tidak difiksasi. Oleh
karena itu disebut pewarnaan supravital. Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang
mengandung ribosom terbanyak. Sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik
rinosome. Banyak retikulosit dalam darah tepi menggambarkan aktivitas eritropoiesis yang
hampir akurat. Hitung retikulosit dinyatakan sebagai prosentase jumlah retikulosit per 1000
eritrosit. Nilai normalnya 0,5 - 1,5 %.

a. Prinsip
Darah dicampur dengan karutan brilliant cresyl blue atau larutan new methylene blue, lalu
dibuat sediaan apus dan jumlah retikulositnya dihitung di bawah mikroskop. Jumlah retikulosit
dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam %.

b. Alat dan Bahan


Darah EDTA
pewarnaan retikulosit dapat dilakukan dengan salah satu cat berikut:
o larutan new methylene blue :
Natrium Klorida 0,8 gr
Kalium Oxalate 1,4 gr
New methylen blue 0,5 gr
aquadest 100 ml
o larutan brilliant cresyl blue :
brilliant cresyl blue 1,0 gr
Na sitrat 20 ml

9
Natrium Clorida 0,85% 80 ml
saring kedua cat tersebut sebelum digunakan
kaca obyek
tabung reaksi kecil
pipet pasteur atau tabung mikrohematokrit
mikroskop

c. Cara Kerja
meneteskan 2 tetes larutan brilliant cresyl blue dalam natrium citrat atau new
methylene blue dalam tabung reaksi
Menambahkan 4 tetes darah, campurkan baik-baik dan biarkan selama 5 menit agar
pewarnaan sempurna.
inkubasi 37 derajat Celcius selama 15 menit, tabung tersebut kocok sekali lagi dan ambil
setetes dengan pipit pasteur untuk dibuat sediaan darah apus. Keringkan di udara dan
periksalah dengan mikroskop.
periksalah dengan perbesaran obyektif 100 x. Carilah daerah yang cukup tipis di mana
eritrosit tidak membuat reuleaux. Eritrosit biru muda dan retikulasit akan tampak
sebagai sel yang mengandung granula / filament biru. Bila kurang jelas bisa di
counterstain (dicat lagi) dengan cat wright
Menghitung dalam 1000 eritrosit dengan mempersempit lapangan pandang (letakkan
kertas dengan lubang di dalam okuler)

d. Perhitungan
Jumlah retikulosit = jumlah retikulosit per 1000 eritrosit x 100%

e. Nilai Normal Dacie ; 0,5 - 1,5 %

10
Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi Abnormal Non Leukemia

a. Prinsip
Pemeriksaan gambaran darah tepi bertujuan untuk melihat gambaran sel-sel darah tepi baik
ukuran, bentuk, warna, susunan ataupun benda-benda inklusi yang terbentuk dalam sel.
Temuan morfologi yang abnormal, diharapkan dapat membantu menyaring dan
menegakkan diagnosa serta dapat digunakan untuk memantau penatalaksanaan suatu
penyakit.
Sel sel yang harus dinilai dalam gambaran darah tepi adalah :
Sel Darah Merah (Eritrosit) yang meliputi : ukuran, bentuk, warna, susunan dan benda-
benda inklusi.
Sel Darah Putih (Leukosit) yang meliputi : ukuran, bentuk, warna, susunan, granulasi dan
benda-benda inklusi.
Sel Keping Darah (Trombosit) meliputi : ukuran, bentuk, warna dan susunan.

b. Alat dan Bahan


Preparat darah tepi
Mikroskop
Oli emersi
c. Cara Kerja
d. Gambaran Darah Tepi Abnormal

Kelainan morfologi eritrosit

Kelainan Morfologi Keterangan

Makrosit ditemukan pada :


Defisiensi asam folat dan vitamin B 12
Penyakit hati yang berat
Alkoholisme
Hipotiroidisme
Post splenektomi
Kontrasepsi oral
Pansitopenia
Bayi baru lahir 2-3 bulan kehidupan (
Faali )
Anemia hemolitik
Keracunan obat ( anti metabolit, anti
konvulsan )

11
Mikrosit ditemukan pada :
Anemia defisiensi besi
Anemia penyakit kronis
Thallasemia
Anemia karena bahan toksik

Hipokrom ditemukan pada :


Anemia defisiensi besi
Thallasemia
Keracunan timah hitam

Polikromasi ditemukan pada :


Perdarahan akut dan kronis
Hemolisis
Pengobatan dengan zat besi, asam
folat, vitamin B12

Sel target ditemukan pada :


Penyakit hati
Thallasemia
Hemoglobinopati ( penyakit, Hb-C, sel
sikel )
Post splenektomi

12
Sferosit ditemukan pada :
Sferosit herediter
Anemia hemolitik didapat ( AIHA, luka
bakar )
Thallasemia
ABO-HDN
Penghancuran cepat di RES
Kelainan hati
Reaksi transfusi
DIC

Eliptosit / ovalosit ditemukan pada :


Eliptositosis herediter
Anemia defisiensi besi
Thallasemia
Anemia megaloblastik
Kadang pada anemia hemolitik

Stomatosit ditemukan pada :


Sferositosis herediter
Stomatosit herediter
Kelainan hati
Alkoholisme
Kadang pada hemolisis

Sel sikel ditemukan pada :


Sickle cell disorders

13
Akantosit ditemukan pada :
Penyakit hati
Keracunan alkohol
A beta lipoprotein
Defisiensi vitamin E
Defisiensi piruvat kinase
Defisiensi lecitin-kholesterol acyl
transferase
Post splenektomi

Sel burr ditemukan pada :


Penderita uremia
Penyakit hati
Kanker lambung
Perdarahan ulkus peptikum
Pengobatan dengan heparin
Hipotiroidism

Skistosit ditemukan pada :


Anemia hemolitik mikroangiopati
DIC
Operasi katub jantung
Sindrom uremik hemolitik
Trombotik trombositopeni purpura
Luka bakar luas

Tear drop ditemukan pada :


Paling sering pada mielofibrosis
Sindrom thallasemia
Anemia defisiensi besi
Eritrosit yang mengandung benda inklusi

14
Roluks ditemukan pada :
Mieloma multipel
Waldenstorm makroglobulinemia
Chronic inflamatory disorders
Beberapa limfoma

Howell jolly bodies ditemukan pada


keadaan eritropoeisis yang cepat:
Post splenektomi
Sindrom thallasemia
Anemia hemolitik
Anemia megaloblastik
Hiposplenisme

Basophilic stippling ditemukan pada :


Keracunan timah hitam
Sindrom thallasemia
Anemia perniciosa berat
Anemia hemolitik

Granula siderotik ditemukan pada :


Anemia sideroblastik
Hemokromatosis
Anemia hemolitik
Hiposplenisme
Post splenektomi

15
Heinz bodies ditemukan pada :
Denaturasi Hb
Defisiensi G6PD
Unstable Hb Syndrome

Cincin cabot ditemukan pada :


Anemia megaloblastik
Post splenektomi
Keracunan timah hitam
Anemia hemolitik

Kelainan Morfologi Leukosit

Kelainan Morfologi Keterangan

Mikrosit ditemukan pada :


Anemia defisiensi besi
Anemia penyakit kronis
Thallasemia
Anemia karena bahan toksik

16
Hipokrom ditemukan pada :
Anemia defisiensi besi
Thallasemia
Keracunan timah hitam

Polikromasi ditemukan pada :


Perdarahan akut dan kronis
Hemolisis
Pengobatan dengan zat besi, asam
folat, vitamin B12

Sel target ditemukan pada :


Penyakit hati
Thallasemia
Hemoglobinopati ( penyakit, Hb-C, sel
sikel )
Post splenektomi

Sferosit ditemukan pada :


Sferosit herediter
Anemia hemolitik didapat ( AIHA, luka
bakar )
Thallasemia
ABO-HDN
Penghancuran cepat di RES
Kelainan hati
Reaksi transfusi
DIC

17
Eliptosit / ovalosit ditemukan pada :
Eliptositosis herediter
Anemia defisiensi besi
Thallasemia
Anemia megaloblastik
Kadang pada anemia hemolitik

Stomatosit ditemukan pada :


Sferositosis herediter
Stomatosit herediter
Kelainan hati
Alkoholisme
Kadang pada hemolisis

Sel sikel ditemukan pada :


Sickle cell disorders

Akantosit ditemukan pada :


Penyakit hati
Keracunan alkohol
A beta lipoprotein
Defisiensi vitamin E
Defisiensi piruvat kinase
Defisiensi lecitin-kholesterol acyl
transferase
Post splenektomi

18
Sel burr ditemukan pada :
Penderita uremia
Penyakit hati
Kanker lambung
Perdarahan ulkus peptikum
Pengobatan dengan heparin
Hipotiroidism

Skistosit ditemukan pada :


Anemia hemolitik mikroangiopati
DIC
Operasi katub jantung
Sindrom uremik hemolitik
Trombotik trombositopeni purpura
Luka bakar luas

Tear drop ditemukan pada :


Paling sering pada mielofibrosis
Sindrom thallasemia
Anemia defisiensi besi
Eritrosit yang mengandung benda inklusi

Roluks ditemukan pada :


Mieloma multipel
Waldenstorm makroglobulinemia
Chronic inflamatory disorders
Beberapa limfoma

19
Howell jolly bodies ditemukan pada
keadaan eritropoeisis yang cepat:
Post splenektomi
Sindrom thallasemia
Anemia hemolitik
Anemia megaloblastik
Hiposplenisme

Basophilic stippling ditemukan pada :


Keracunan timah hitam
Sindrom thallasemia
Anemia perniciosa berat
Anemia hemolitik

Granula siderotik ditemukan pada :


Anemia sideroblastik
Hemokromatosis
Anemia hemolitik
Hiposplenisme
Post splenektomi

Heinz bodies ditemukan pada :


Denaturasi Hb
Defisiensi G6PD
Unstable Hb Syndrome

20
Cincin cabot ditemukan pada :
Anemia megaloblastik
Post splenektomi
Keracunan timah hitam
Anemia hemolitik

21

Anda mungkin juga menyukai