PENDAHULUAN
BAB II
METODELOGI
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode merupakan cara kerja untuk dapat
memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Dengan
demikian, maka setiap cabang ilmu pengetahuan biasanya memperkembangkan metodologinya
masing-masing ilmu pengetahuan tadi. Jadi suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan
keserasiannya dengan obyek studi dan bukan sebaliknya.
2.1. Metode
Sesuai dengan tujuan penelitian karya ilmiah ini, maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode observasi. Metode observasi yaitu metode yang bertujuan untuk mendapatkan data
tentang suatu masalah, sehingga diperoleh suatu pemahaman atau sebagai alat re-checkingin
atau pembuktian terhadap suatu informasi/ keterangan dengan melalui questionnaire dan tes.
2.2 . Lokasi
Lokasi penelitian yang dimaksud adalah suatu tempat atau wilayah di mana penelitian
tersebut akan dilaksanakan. Untuk memperoleh informasi yang merupakan data penulisan ini
maka penulis memilih lokasi penelitian di Kantor Polres Pekalongan yang terletak di Desa
Tanjungsari Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.
2.3. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder meliputi :
2.3.1. Data Primer :
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data yang diperoleh
langsung dari lokasi penelitian, data didapat dari berbagai peraturan perundang-undangan, hasil
observasi/pengamatan dan wawancara pada petugas dan pejabat yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti sehingga dapat diperoleh fakta-fakta atau data-data mengenai subyek yang diteliti
sesuai dengan tujuan penelitian.
2.3.2. Data Sekunder :
Data sekunder diperoleh dengan cara menelaah peraturan perundang-undangan, buku-
buku / literatur, laporan hasil penelitian, jurnal ilmiah, serta data yang diambil dari instansi
pemerintah yang berkaitan erat dengan obyek yang diteliti.
2.4. Analisa Data
Analisa dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode analisa kualitatif, dalam
hal ini mengkaji secara mendalam hasil yang ada kemudian digabungkan dengan dengan teori
yang mendukung dan ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahan yang ada.
2.5. Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika Penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini pada dasarnya membahas tentang : Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan,
Manfaat.
BAB II : METODELOGI
Bab ini pada dasarnya membahas tentang : Jenis, Lokasi, Jenis Dan Sumber Data, Analisa Data,
Sistematika Penulisan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini pada dasarnya membahas tentang : Pemahaman Anggota Polres Pekalongan terhadap PP
RI No 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri, Implementasi PP RI No 2 tahun
2003.
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB III
PEMBAHASAN
Dari tabel 2, diperoleh hasil data dari 28 (tiga puluh) responden sebanyak 0% Sangat
Hapal, 21,4% Hapal, 71,4% Cukup Tahu, 7,1% Tahu Sedikit dan 0% Tidak pernah tahu tentang
Peraturan Disiplin Anggota Polri. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, bahwa
indicator yang berpengaruh dalam pemahaman PP No 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
Polri adalah faktor SDM (sumber daya manusia) dan pelaksanaan sosialisasi secara langsung
maupun dengan pembagian buku PP No 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
Jenjang kepangkatan, lama berdinas, serta tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap
pemahaman PP No 2 Tahun 2003, meskipun masih ada faktor lain seperti halnya dari pribadi
masing-masing personil Polri.
3.2. Bentuk Pelanggaran Polri
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003, yang termasuk bentuk-bentuk
pelanggaran Disiplin bagi anggota Polri adalah apabila perbuatan anggota polri telah melanggar
pasal 3, 4, 5, dan pasal 6. Adapun pasal tersebut sebagai berikut :
Pasal 3
Dalam rangka kehidupan bernegara dan bermasyarakat, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia wajib :
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara, dan Pemerintah;
b. mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan serta menghindari
segala sesuatu yang dapat merugikan kepentingan negara;
c. menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah, dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
d. menyimpan rahasia negara dan/atau rahasia jabatan dengan sebaik- baiknya;
e. hormat- menghormati antar pemeluk agama;
f. menjunjung tinggi hak asasi manusia;
g. menaati peraturan perundang- undangan yang berlaku, baik yang berhubungan dengan tugas
kedinasan maupun yang berlaku secara umum;
h. melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan dan/atau
merugikan negara/ pemerintah;
i. bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat;
j. berpakaian rapi dan pantas.
Pasal 4
Dalam pelaksanaan tugas, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib :
a. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada
masyarakat;
b. memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik- baiknya laporan dan/atau pengaduan
masyarakat;
c. menaati sumpah atau janji anggota Kepolisian Negara Republik Indonesiaserta sumpah atau janji
jabatan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku;
d. melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab;
e. memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
f. menaati segala peraturan perundang- undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;
g. bertindak dan bersikap tegas sertaberlaku adil dan bijaksana terhadap bawahannya;
h. membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas;
i. memberikan contoh dan teladan yang baik terhadap bawahannya;
j. mendorong semangat bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerja;
k. memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan karier;
l. menaati perintah kedinasan yang sah dari atasan yang berwenang;
m. menaati ketentuan jam kerja;
n. menggunakan dan memelihara barang milik dinas dengan sebaik- baiknya;
o. menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.
Pasal 5
Dalam rangka memelihara kehidupan bernegara dan bermasyarakat, anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia dilarang:
a. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat negara, pemerintah, atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. melakukan kegiatan politik praktis;
c. mengikuti aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa;
d. bekerjasama dengan orang lain di dalam atau di luar lingkungan kerja dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan pribadi , golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan kepentingan negara;
e. bertindak selaku perantara bagi pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau
pesanan dari kantor/instansi Kepolisian Negara Republik Indonesia demi kepentingan pribadi ;
f. memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup
kekuasaannya;
g. bertindak sebagai pelindung di tempat perjudian, prostitusi, dan tempat hiburan;
h. menjadi penagih piutang atau menjadi pelindu ng orang yang punya utang;
i. menjadi perantara/makelar perkara;
j. menelantarkan keluarga.
Pasal 6
Dalam pelaksanaan tugas, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dilarang:
a. membocorkan rahasia operasi kepolisian;
b. meninggalkan wilayah tugas tanpa izin pimpinan;
c. menghindarkan tanggung jawab dinas;
d. menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi;
e. menguasai barang milik dinas yang bukan diperuntukkan baginya;
f. mengontrakkan/menyewakan rumah dinas;
g. menguasai rumah dinas lebih dari 1 (satu) unit;
h. mengalihkan rumah dinas kepada yang tidak berhak;
i. menggunakan barang bukti untuk kepentingan pribadi;
j. berpihak dalam perkara pidana yang sedang ditangani;
k. memanipulasi perkara;
l. membuat opini negatif tentang rekan sekerja, pimpinan, dan/atau kesatuan;
m. mengurusi, mensponsori, dan/atau mempengaruhi petugas dengan pangkat dan jabatannya dalam
penerimaan calon anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;
n. mempengaruhi proses penyidikan untuk kepentingan pribadi sehingga mengubah arah kebenaran
materil perkara;
o. melakukan upaya paksa penyidikan yang bukan kewenangannya;
p. melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan, menghalangi, atau mempersulit salah satu pihak
yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;
q. menyalahgunakan wewenang;
r. menghambat kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan;
s. bertindak sewenang- wenang terhadap bawahan;
t. menyalahgunakan barang, uang, atau surat berharga milik dinas;
u. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, meminjamkan, atau menghilangkan
barang, dokumen, atau surat berharga milik dinas secara tidak sah;
v. memasuki tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia, kecuali karena tugasnya;
w. melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apa pun untuk kepentingan pribadi, golongan, atau
pihak lain;
x. memakai perhiasan secara berlebihan pada saat berpakaian dinas Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
3.3. Bentuk Pelanggaran Disiplin di Polres Pekalongan
Data yang didapat dari Sipropam Polres Pekalongan bahwa pelanggaran disiplin
personel Polres Pekalongan pada kurun waktu 3 (tiga) tahun sebanyak 248 kasus, berhasil
diselesaikan 100 persen dengan cara diselesaikan melalui tindakan disiplin sebanyak 222 kasus
dan 26 kasus melalui penjatuhan hukuman disiplin. Dengan melihat dari kondisi tersebut maka
perlu disiasati dengan tepat sehingga penyelesaian pelanggaran disiplin dapat berjalan dalam
suasana yang kondusif, lancar tanpa hambatan, mampu menjadi sarana kontrol, pencegahan
perilaku menyimpang dan menumbuh-kembangkan perilaku disiplin anggota Polri guna
mewujudkan dan memantapkan citra Polri.
Tabel 3. Data Pelanggaran Disiplin Yang Dijatuhi Tindakan Disiplin Anggota/PNS Polri di
Polres Pekalongan ( 3 tahun terakhir )
Tahun
No Jenis Pelanggaran
2010 2011 2012
I. Jenis Pelanggaran
1 Surat Nyata Diri 32 27 20
2 Sikap Tampang 21 24 8
3 Msk Daerah Terlarang 0 2 0
4 Gampol 34 31 23
5 Gar Lantas 0 0 0
Jumlah 87 84 51
II. Golongan Pelanggar
1 Pamen 0 0 0
2 Pama 8 4 0
3 Bintara 77 78 48
4 PNS 2 2 3
Jumlah 87 84 51
Tabel 4. Data Pelanggaran Disiplin Yang Dijatuhi Hukuman Disiplin Anggota/PNS Polri Di
Polres Pekalongan ( 3 tahun terakhir )
Tahun
No Jenis Pelanggaran
2010 2011 2012
I. Jenis Pelanggaran
1. Tidak menaati peraturan 7 1 1
kedinasan yang berlaku.
2. Meninggalkan wilayah tugas 3 2 1
tanpa izin pimpinan.
3. Melakukan pungutan tidak 3 0 0
sah.
4. Menyalahgunakan wewenang 0 1
5. Menurunkan harkat dan 2 1 2
martabat Polri.
6. Tidak memperhatikan dan 1 0 0
menyelesaikan dengan
sebaik-baiknya laporan dan /
atau pengaduan masyarakat.
7. Tidak bersikap dan bertingkah 0 1 0
laku sopan santun terhadap
masyarakat
Jumlah 16 5 5
II. Golongan Pelanggar
1 Pamen 0 0 0
2 Pama 0 0 1
3 Bintara 16 5 4
4 PNS 0 0 0
Jumlah 16 5 5
3.4. Implementasi PP RI No 2 Tahun 2003 di Polres Pekalongan
Pelanggaran disiplin terhadap PP RI No 2 Tahun 2003 di Polres Pekalongan dikategorikan
menjadi 2 (dua) pelanggaran yaitu :
3.4.1. Pelanggaran Disiplin yang diberi sanksi Tindakan Disiplin
Tabel 5. Pelanggaran Disiplin anggota Polres Pekalongan yang diberi sanksi Tindakan Disiplin
selama kurun waktu tahun 2010, 2011 dan 2012 yaitu :
Jenis Tahun
No
Tindakan Disiplin 2010 2011 2012
1 Teguran lisan 56 49 34
2 Tindakan fisik 31 35 17
Jumlah 87 84 51
3.4.2. Pelanggaran Disiplin yang diberi sanksi hukuman Disiplin
Tabel 6. Pelanggaran Disiplin anggota Polres Pekalongan yang diberi sanksi Hukuman Disiplin :
Jenis Tahun
No
Hukuman Disiplin 2010 2011 2012
1. Teguran tertulis. 0 1 2
2. Penundaan mengikuti 0 0 0
pendidikan paling lama 1
(satu) tahun.
3. Penundaan kenaikan gaji 2 0 0
berkala.
4. Penundaan kenaikan 6 1 1
pangkat.
5. Mutasi yang bersifat 2 1 0
demosi.
6. Pembebasan jabatan. 0 0 0
7. Penempatan dalam tempat 18 3 3
khusus.
Jumlah 28 6 6
Berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa sanksi hukuman disiplin yang paling banyak diberikan
kepada anggota Polres Pekalongan yang melakukan pelanggaran disiplin dalam kurun waktu 3
tahun terakhir (tahun 2010, 2011 dan 2012) yaitu hanya berupa Penempatan dalam tempat
khusus. Dalam menjatuhkan hukuman disiplin sangat subyektif karena memang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 ini hanya memuat jenis-jenis sanksi namun tidak menjelaskan
secara rinci jenis sanksi yang dijatuhkan untuk suatu jenis pelanggaran tertentu sehingga hal ini
memberikan kebebasan kepada seorang Ankum/Atasan Ankum dalam menjatuhkan hukuman
disiplin sesuai dengan sudut pandang mereka. Tujuan penjatuhan hukuman disiplin itu sendiri
bertujuan untuk terwujudnya keadilan dan mampu menimbulkan efek jera bagi anggota Polri
yang melakukan pelanggaran disiplin atau anggota yang lain agar tidak melakukannya dan dalam
penjatuhan sanksi hukuman disiplin juga tetap menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
4.1.1. Bahwa PP RI No 2 Tahun 2003 adalah landasan hukum fungsi Propam Polres Pekalongan sebagai
upaya penegakan disiplin anggota Polri di Polres Pekalongan dan dalam pelaksanaannya telah
dibuat aturan teknis berupa Keputusan Kapolri antara lain : Keputusan Kapolri No.Pol.:
KEP/42/IX/2004 tentang atasan yang berhak menjatuhkan hukuman disiplin dilingkungan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Keputusan Kapolri No.Pol.: KEP/43/IX/2004 tentang tata
cara penyelesaian pelanggaran disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Keputusan Kapolri No.Pol.: KEP/44/IX/2004 tentang tata cara sidang disilpin bagi anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Peraturan Kapolri No.Pol.: 7 tahun 2006 tentang Kode
etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Kapolri No.Pol.: 8 tahun 2006
tentang organisasi dan tata kerja komisi kode etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
4.1.2. Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin bagi anggota Polri adalah apabila perbuatan anggota Polri
tersebut telah melanggar pasal 3, 4, 5, dan pasal 6 PP RI No 2 Tahun 2003.
4.1.3. Pelanggaran Disiplin yang dilakukan oleh anggota Polres Pekalongan secara umum antara lain
Pelanggaran Hartib (kelengkapan gampol, sikap tampang dan kelengkapan surat-surat nyata diri),
menurunkan harkat dan martabat Polri, tidak menaati peraturan kedinasan yang berlaku,
meninggalkan wilayah tugas tanpa izin pimpinan, melakukan pungutan tidak sah,
menyalahgunakan wewenang, tidak memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya
laporan dan / atau pengaduan masyarakat, tidak bersikap dan bertingkah laku sopan santun
terhadap masyarakat dengan rincian kurun waktu tahun 2010, 2011 dan 2012 sebanyak 248
kasus, berhasil diselesaikan 100 persen dengan cara diselesaikan melalui tindakan disiplin
sebanyak 222 kasus dan 26 kasus melalui penjatuhan hukuman disiplin.
4.1.2. Pemahaman personil Polres Pekalongan terhadap PP RI No 2 Tahun 2003 adalah sebanyak 0%
Sangat Hapal, 21,4% Hapal, 71,4% Cukup Tahu, 7,1% Tahu Sedikit dan 0% Tidak pernah tahu,
dari dampak tersebut timbul pelanggaran disiplin pada kurun waktu 3 (tiga) tahun sebanyak 248
kasus, dimana berhasil diselesaikan 100 persen dengan cara melalui tindakan disiplin sebanyak
222 kasus dan 26 kasus melalui penjatuhan hukuman disiplin, hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor SDM (sumber daya manusia) berupa latar belakang pendidikan, lama berdinas di Polri,
jenjang kepangkatan, kurangnya pelaksanaan sosialisasi serta aspek pribadi masing-masing
personil Polri.
4.2. SARAN
4.2.1. Upaya penegakan disiplin anggota Kepolisian sangat dibutuhkan guna terwujudnya pelaksanaan
tugas yang dibebankan dan tercapainya profesionalisme Polri, sangat tidak mungkin penegakan
hukum dapat berjalan dengan baik, apabila penegak hukumnya sendiri (Polri) tidak disiplin dan
tidak profesional karena hal tersebut akan sangat berdampak dalam hal penegakan hukum atau
pengungkapan kejahatan yang terjadi di masyarakat.
4.2.2. Peningkatan disiplin anggota Polri harus dikaitkan dengan ilmu pengetahuan masing-masing
individu anggota Polri, hal tersebut perlu ditetapkan dengan suatu regulasi yang mewajibkan
seluruh anggota Polri wajib berpendidikan akhir strata satu.
4.2.3. Perlu disahkan secepatnya Rancangan Peraturan Kapolri tentang Peraturan Hukum Disiplin
Anggota Polri karena secara substansi jauh lebih jelas terutama dalam hal rumusan jenis-jenis
pelanggaran, sanksi bahkan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan hukum disiplin.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Kapolri No.Pol.: KEP/42/IX/2004 tentang atasan yang berhak menjatuhkan hukuman
disiplin dilingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Keputusan Kapolri No.Pol.: KEP/43/IX/2004 tentang tata cara penyelesaian pelanggaran
disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Keputusan Kapolri No.Pol.: KEP/44/IX/2004 tentang tata cara sidang disilpin bagi anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Kapolri No.Pol.: 7 tahun 2006 tentang Kode etik profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Peraturan Kapolri No.Pol.: 8 tahun 2006 tentang organisasi dan tata kerja komisi kode etik
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah RI No. 2 Tahun 2003
Polres Pekalongan, Seksi Propam (2010, 2011, 2012). Laporan Bulanan Sipropam Polres
Pekalongan.