Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas

perkenan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa

pertolongan-Nya penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang riset

operasi, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini di

susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri

penyusun maupun yang datang dari luar.

Makalah ini memuat tentang PERSEDIAAN. Hal yang dibahas adalah


mengenai fungsi persediaan serta salah satu metode dalam pengelolaan
persediaan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penyusun mohon

untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat
penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah
terbesar dalam pos aktiva lancer. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak
dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan,
dan mungkin mempunyai opportunity cost yang lebih besar. Demikian pula, bila
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat
mengakibatkan biaya biaya terjadinya kekurangan bahan.
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari
sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan
mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi ( Handoko, 1997: hal
333)
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak
perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan.
Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajemen
persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di satu pihak, suatu perusahaan
dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat persediaan di tangan.
Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya
habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara
investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan
pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus
menentukan apakah akan membeli atau membuat sendiri produk mereka.
Setelah hal ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan permintaan.
Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan untuk
melayani permintaan tersebut. Pada makalah ini, akan dibahas fungsi, jenis, dan
pengelolaan persediaan. Kemudian akan dibicarakan mengenai metode
Economic Order Quantity serta Analisis ABC yang digunakan dalam manajemen
persediaan.

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Riset Operasi.
Tujuan yang diharapkan adalah agar mahasiswa mengetahui bagaimana
mengelola persediaan dengan mengunakan metode metode manajemen
persediaan yang ada.

C. Manfaat
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya berupa ilmu mengenai pengelolaan
persediaan pada perusahaan. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
referensi bagi pihak yang ingin mempelajari hal yang berkaitan dengan
persediaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. FUNGSI DAN JENIS PERSEDIAAN

Istilah persediaan ( Inventory ) adalah suatu istilah umum yang


menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan
akan sumber daya mungkin internal ataupun eksternal. Ini meliputi persediaan
bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan
pembantu atau pelengkap, dan komponen lain yang menjadi keluaran produk
perusahaan (Handoko, 1997, hal: 333).
Sedangkan menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan adalah bahan
atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan
tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali,
dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat
berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi,
ataupun suku cadang.
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk menjamin
kelangsungan hidup usahanya. Untuk mengadakan persediaan, dibutuhkan
sejumlah uang yang diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu,
setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan
optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan
dalam jumlah dan mutu yang tepat dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Untuk mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum, maka
diperlukan suatu sistem pengawasan persediaan. Tujuan dari pengawasan
persediaan ini adalah (Assauri, 1998):
a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan yang mengakibatkan
terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar pembentukan persediaan tidak terlalu besar atau berlebih,
sehingga biaya yang timbul oleh persediaan tidak terlalu besar.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena
mengakibatkan meningkatnya biaya pemesanan.

Jenis Persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang
tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu (Assauri, 1998):
a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses
produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari
supplier yang menghasilkan barang tersebut.
b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa
melalui proses produksi.
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi
untuk membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang
jadi.
d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih
diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan
siap untuk disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke
pelanggan.

Fungsi fungsi Persediaan


Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena
berbagai fungsi penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan
adalah sekumpulan produk fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari
bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Fungsi
fungsi dari persediaan antara lain:
1. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi operasi
perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan
decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa
terganggu supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan
sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu
pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen
departemen dan proses proses individual perusahaan terjaga kebebasannya.
Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang
tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan
disebut fluctuation stock.

2. Fungsi Economic Lot Sizing


Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan
membeli sumber daya sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi
biaya per unit. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan penghematan
dalam hal pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah karena
perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,
dibandingkan dengan biaya biaya yang timbul karena besarnya persediaan
( biaya sewa gedung, investasi, resiko dan sebagainya ).
3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data data masa lalu,
yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan
persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian
jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang selama periode
permintaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang
sering disebut persediaan pengaman. Pada kenyataannya, persediaan
pengaman merupakan pelengkap fungsi decoupling yang telah diuraikan
diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak
terganggu.

Hal Hal Yang Perlu Dipertimbangkan


1. Struktur biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
- Biaya pengiriman pemesanan
- Biaya transportasi
- Biaya penerimaan (Receiving cost)
- Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat
menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai
persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).
- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage).
Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration
and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
2. Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.

B. METODA MANAJEMEN PERSEDIAAN


Metode yang digunakan dalam pengelolaan persediaan adalah seperti
yang tercantum dibawah ini. Namun yang menjadi pembahasan dalam makalah
ini adalah metode Economic Order Quantity ( EOQ ) dan Analisis ABC.
1. METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
2. METODA SISTEM PEMERIKSAAN TERUS MENERUS (CONTINUOUS
REVIEW SYSTEM)
3. METODA SISTEM PEMERIKSAAN PERIODIK (PERIODIC REVIEW
SYSTEM)
4. METODA HYBRID
5. METODA ABC

1. METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)


Metoda Economic Order Quantity (EOQ) adalah metoda yang dapat
dipergunakan baik untuk barang barang yang dibeli maupun yang diproduksi
sendiri. Model EOQ adalah nama yang biasa digunakan untuk barang barang
yang dibeli, sedangkan ELS ( Economic Lot Size ) digunakan untuk barang
barang yang diproduksi secara internal. Perbedaan pokoknya adalah bahwa,
untuk ELS, biaya pemesanan ( ordering cost ) meliputi biaya penyiapan pesanan
untuk dikrimkan ke pabrik dan biaya penyiapan mesin mesin ( setup cost )
yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan.
Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan
yang meminimumkan biaya langsung penyimpanann persediaan dan biaya
kebalikannya ( inverse cost ) pemesanan persediaan.

Model manajemen persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:


EOQ ( Economic Order Quantity )

ELS ( Economic Lot Size )

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:


D : Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.
S : Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per
pesanan
C : Biaya per unit dalam rupiah per unit
i : Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan
per tahun.
Q : Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
TC : Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun.
v Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
OC = S (D/Q)
v Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
CC = ic (Q/2)

v Maka, total biaya persediaan:


TC = S (D/Q) + ic (Q/2)

Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan anggapan berikut


ini dipenuhi:
Permintaan akan produk konstan, seragam, dan diketahui (deterministik)
Harga/unit produk konstan
Biaya simpan/unit/th konstan
Biaya pesan/order konstan
Wakttu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead time/L) konstan
Tidak terjadi kekurangan barang/back order

2. METODA ABC / ANALISIS ABC


Analisis ABC membagi persediaan yang ada ke dalam tiga kelompok
berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC merupakan
penerapan persediaan dari Prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa
ada "beberapa yang penting dan banyak yang sepele". Pemikiran yang
mendasari prinsip ini adalah bagaimana memfokuskan sumber daya pada
bagian persediaan penting yang sedikit itu dan bukan pada bagian persediaan
yang banyak namun sepele.
Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC,
dilakukan pengukuran permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan
dengan biaya per unit. Butir persediaan kelas A adalah persediaan-persediaan
yang jumlah nilai uang per tahunnya tinggi. Butir-butir persediaan semacam ini
mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari butir-butir persediaan total, tetapi
mewakili 70% sampai 80% dari total biaya persediaan. Butir persediaan kelas B
adalah butir-butir persediaan yang volume tahunannya (dalam nilai uang)
sedang. Butir-butir persediaan ini mungkin hanya mewakili 30% dari keseluruhan
persediaan dan 15% sampai 25% dari nilainya. Butir - butir persediaan yang
volume tahunannya kecil, dinamakan kelas C, yang mewakili hanya 5% dari
keseluruhan volume tahunan tetapi sekitar 55% dari keseluruhan persediaan.
Kriteria selain volume tahunan dalam nilai uang dapat menentukan
klasifikasi butir persediaan. Misalnya, perubahan teknis yang diantisipasi,
masalah-masalah pengiriman, masalah-masalah mutu, atau biaya per unit yang
tinggi dapat membawa butir persediaan yang menaik ke dalam klasifikasi yang
lebih tinggi. Keuntungan pembagian butir-butir persediaan ke dalam kelas-kelas
memungkinkan ditetapkannya kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelas
yang ada. Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC sebagai berikut:
1. Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok
harus
lebih tinggi untuk butir persediaan A dibandingkan butir persediaan C.
2. Butir persediaan A, berlainan dengan butir persediaan B dan C. harus
dikendalikan secara lebih ketat; mungkin karena butir persediaan A ini
ditempatkan di wilayah yang lebih tertutup dan mungkin karena keakuratan
catatan persediaannya harus lebih sering diverifikasi.
3. Meramalkan butir persediaan A mungkin harus lebih berhati-hati daripada
meramalkan butir (kelas) persediaan yang lain.
4. Peramalan yang lebih baik, pengendalian fisik, keandalan pemasok, dan
pengurangan besar stok pengaman dapat dihasilkan oleh semua teknik
manajemen persediaan semacam analisis ABC.

C. CONTOH KASUS
Model Economic Order Quantity
1) Contoh Kasus 1
Diketahui sebuah perusahaan memiliki kebutuhan bahan baku sebesar 10.000
unit per tahun. Biaya pemesanan untuk pengadaan bahan tersebut adalah
sebesar Rp 150,-/order. Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/u/tahun. Hari
kerja per tahun adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk pengiriman
bahan tersebut selama 10 hari
Pertanyaan:
Hitunglah EOQ
Berapa total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan bahan
tersebut
Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1 tahun
Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan
Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali)
Bagan persediaan perusahaan

Jawab

EOQ = 2x150x10.000 = 2000 unit

0.75

TC = HxQ/2 + S.D/Q = (0.75 x 2000/2) + (150 x 10000/2000)

= Rp 750,- + Rp 750,- = Rp 1500,-

Jumlah pemesanan/th = D/Q

= 10000/2000 = 5 kali

Durasi habisnya EOQ = 350/5 = 70 hari

Reorder point = L. D/hari kerja setahun

= 10 x (10000/350) = 285. 7 hari

2) Contoh Kasus 2
Suatu perusahaan memiliki kebutuhan material sebesar 100.000 unit per tahun.
Biaya pesan $35/order. Biaya simpan sebesar 20% dari harga beli material.
Pihak supplier menawarkan suatu penawaran khusus untuk pengadaan material
tersebut dalam bentuk harga potongan. Adapun syaratnya adalah sbb:
Kuantitas pembelian Harga
4000 7999 unit $1.80
Lebih dari 8000 unit $1.70
Pertanyaan:
Di unit berapakah sebaiknya perusahaan melakukan pembelian.

Kuantitas pembelian paling sedikit 8000 unit

Harga beli (C) = $1.70


H = $1.70 x 0.2 = $0.34
EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4537.43 unit (tidak feasible)
0.34
TC = 100000 x $1.70 + 0.34 x (8000/2) + 35 x (100000/8000)
= $ 171,795.5

Kuantitas pembelian 4000 7999 unit

harga beli = $180


H = $1.80 x 0.2 = $0.36
EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4409.59 = 4409.59 unit
0.36
TC = 100000 x $1.80 + 0.36 x (4409.59/2) + 35 x (100000/4409.59)
= $181,587.5
Jadi yang dipilih adalah kuantitas pembelian 8000 unit karena memiliki total
biaya terkecil
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari
sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan
mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi

2. Jenis jenis Persediaan


a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
e. bahan Persediaan Barang Jadi (Finished Good)

3. Fungsi Persediaan antara lain:


a. Sebagai penyangga proses produksi sehingga proses operasi dapat berjalan
terus
b. Menetapkan banyaknya barang yang harus disimpan sebagai sumber daya
agar tetap ada
c. Sebagai pengganggu inflasi
d. Menghindari kekurangan/kelebihan

3. Metode metode dalam Manajemen Persediaan


a. Metoda EOQ ( Economic Order Quantity )
b. Metoda Sistim Pemeriksaan Terus Menerus
c. Metoda Sistim Pemeriksaan Periodik
d. Metode
e. Metode ABC
4. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang
meminimumkan biaya langsung penyimpanann persediaan dan biaya
kebalikannya ( inverse cost ) pemesanan persediaan.
5. Analisis ABC membagi persediaan yang ada ke dalam tiga kelompok
berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Kelas A merupakan barang
barang dalam jumlah unit berkisar 15 sampai 20%, kelas B merupakan barang
barang dengan jumlah fisik 30 sampai 40% dan kelas C merupakan barang
barang dengan jumlah fisik 40 sampai 60%.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. Tjutju, Operations Research Model model Pengambilan Keputusan, Sinar


Baru Algensindo, Bandung, 2003.
Handoko, Dasar dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. BPFE, Yogyakarta, 1997.
Hamdy Taha, Operation Research An Introduction, Edisi 4, Macmillan, New York

Richard Bronson, Theory and Problem of Operation Research , McGraw-Hill, Singapore.

Subagyo Pangestu, Marwan Asri, dan T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Operation


Research, Yogyakarta: PT. BPFE-Yogyakarta, 2000.

Aminudin, Prinsip-Prinsip Riset Operasi, Erlangga, 2005

Yulian Zamit, Manajemen Kuantitatif, BPFE, Yogyakarta


Eddy Herjanto, 2003. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua Grasindo. Jakarta
Indrio Gitosudarmo, 2002. Manajemen Operasi. BPFE-Yogyakarta
Heizer. J & Render B, 2004. Operations Management, Seventh Edition (IE) Prentice Hall.
USA.
Munjiati Munawaraoh, dkk,. 2004. Manajemen Operasi. Unit Penerbiatan Fakultas
Ekonomi. (UPFE-UMY) Yogyakarta.
DAFTAR ISI

Kata
pengantar......................................................................................................... i

DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1

A. LATAR BELAKANG ..............................................................................


1
B. TUJUAN PENULISAN...
2
C. MANFAAT.
2

BAB II PEMBAHASAN.
3

A. FUNGSI DAN JENIS PERSEDIAAN.


3
B. METODE MANAJEMEN PERSEDIAAN...
6
C. CONTOH KASUS..
9

BAB III PENUTUP.


14

A. KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
15

Anda mungkin juga menyukai