*Ahmad Khairudin
Jumat, 30 Mei 2014
Pendahuluan
Untuk menghadapi tantangan masyarakat ekonomi ASEAN, Indonesia masih perlu
berbenah secara serius. Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2013
menyebutkan bahwa postur tenaga kerja Indonesia adalah pekerja lulusan Sekolah Dasar
(SD) ke bawah berjumlah sebesar 52 juta orang (46,93%) atau hampir setengah dari total
pekerja sebesar 110,8 juta orang. Kemudian pekerja lulusan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) sebesar 20,5 juta orang (18,5%), pekerja lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebesar 17,84 juta orang (16,1%). Jumlah paling rendah ditemui pada pekerja lulusan
universitas dengan jumlah 7,57 juta orang (6,83%) dan lulusan diploma sejumlah 2,92 juta
orang (2,63%).
Fakta menunjukan, akhir tahun 2015 akan menjadi batas waktu bagi Indonesia untuk
memasuki masyarakat ekonomi ASEAN yang membuka batas-batas aturan mengenai pajak,
tarif dan bea untuk barang dan jasa di kawasan Asia Tenggara. Hadirnya AEC ini juga akan
berpengaruh pada banyak sektor, tidak hanya pada sektor perdagangan bebas untuk berbagai
produk barang tetapi juga akan berpengaruh terhadap sektor tenaga kerja dan perkembangan
teknologi. Nantinya berbagai negara di ASEAN akan dengan bebas bersaing untuk mengisi
sektor tenaga kerja di seluruh negara ASEAN. Bagi negara yang memiliki tenaga kerja
dengan kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang tinggi, ini akan menjadi peluang untuk
melakukan ekspansi tenaga kerja ke negara ASEAN lainnya. Pertanyaannya adalah
bagaimana dengan Indonesia? apakah sudah merasa cukup dari data hasil BPS tentang
kualitas SDM yang disebutkan ?
AEC
Apakah itu AEC (Asean Economy Community), ASEAN community merupakan
komunitas negara-negara yang bergabung di The Association of Southeast Asian Nation
(ASEAN), yang bekerjasama dibeberapa bidang anatara lain bidang ekonomi, sosial budaya,
dan politik-keamanan. Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) adalah
salah satu keputusan Bali Concord II, yang mensyaratkan sebelum 2015 Asia Tenggara akan
menjadi satu pasar tunggal dan basis produksi. Artinya, sebelum 2015 semua rintangan
perdagangan akan diliberalisasi dan deregulasi. Semua arus perdagangan akan dibebaskan
dari biaya tarif yang selama ini menjadi penghalang perdagangan dan implementasi
proteksionisme.
Satu Visi Satu Identitas Satu Komunitas menjadi visi dan komitmen bersama
yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada tahun 2020. Tetapi mungkinkah cita-cita tersebut
dapat dicapai oleh negara-negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar) dalam waktu kurang
dari satu dasawarsa lagi. Berdasarkan catatan dan laporan dari berbagai sumber menunjukkan
bahwa cita-cita bersama yang terintegrasi dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat
Asean (Asean Community) ini masih harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan
yang terdapat pada masing-masing negara anggota.2[2]
Menurut Data Household Download Index dari Ookla yang terkenal sebagai penyedia
layanan Speedtest.com, dikutip dari Kompas (21/4/2014), dari 190 negara dalam daftar
kecepatan internet, Indonesia ada di urutan ke-148. Dalam data dari 7 Maret hingga awal
April 2014 diketahui, Indonesia adalah salah satu yang paling lambat di Asia Tenggara.
Dengan kecepatan rata-rata 4,1 Mbps, dari 10 negara anggota ASEAN, koneksi internet
Indonesia ternyata hanya lebih cepat dari Filipina dan Laos. Negara seperti Malaysia,
Vietnam, Myanmar, dan Kamboja tercatat memiliki kecepatan internet yang jauh melampui
Indonesia. Posisi juara ditempati Singapura dengan kecepatan 61 Mbps, dan Thailand di
urutan kedua dengan 17,7 Mbps. Setyanto P Santosa, Ketua Umum Masyarakat
Telekomunikasi Indonesia seperti diberitakan Tempo tahun lalu mengatakan layanan
telekomunikasi Indonesia 95 persennya masih mengandalkan jaringan nirkabel, yaitu sistem
seluler dan satelit. Padahal, kualitas prasarana telekomunikasi ini lebih rendah kualitasnya
dan kecepatan sinyalnya lebih lambat dibandingkan kabel serat optik.3[3]
Dalam hal ini kendala sistem telekomunikasi dan krisis listrik yang terjadi di
indonesia menjadi dua masalah yang menjadi point penting dalam pengembangan teknologi
yang terjadi di indonesia dalam mempersiapkan AEC selain dari persiapan sektor pendidikan
yang matang untuk menyiapkan sdm yang mampu bersaing dengan bangsa ASEAN lainnya
nanti. Jika hal ini tidak di persiapkan secara baik, bisa sangat merugikan bagi perkembangan
laju ekonomi dan persaingan antar negera ASEAN, namun jika sektor perbaikan sdm dan
pemerintah menangani secara khusus masalah krisis energi serta perbaikan struktur dan
infrastruktur sistem telekomunikasi ini bisa menjadi kendali dalam menstabilkan kondisi
negara dan bahkan mampu meningkatkan kualitas indonesia untuk menghadapi AEC.
1. Pertama, terkait infrastruktur. Upaya yang sedang dan akan terus dilakukan adalah
memanfaatkan pelabuhan dan bandara berstatus internasional serta PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (PII) untuk meningkatkan promosi investasi di bidang infrastruktur.
Selain itu, meningkatkan kerjasama infrastruktur dengan sektor swasta, meningkatkan
anggaran dalam pembangunan infrastruktur dan pembangunan konektivitas antar provinsi,
meningkatkan kerjasama subregional agar pembangunan infrastruktur tidak terkonsentrasi di
Semenanjung Malaya dan Indochina. Juga, meningkatkan pasokan energi dan listrik agar
dapat bersaing dengan negara yang memiliki infrastruktur yang lebih baik.
Indonesia merupakan Negara Kepulauan Yang Terdiri dari 17.508 pulau besar dan
kecil dengan garis pantai sepanjang 810.000 km dan luas 3.1 juta km2. Dengan jumlah desa
lebih dari 65.000 desa yang tersebar luas dibelasan ribu pulau tersebut, hanya kurang dari
setengahnya yang telah menikmati jaringan listrik negara seperti didaerah-daerah lain masih
jauh dari harapan, sebagian besar dari mereka masih menggunakan lampu minyak
tanah/patromak untuk penerangan. Untuk memperoleh informasi dari Radio mereka
menggunakan batu batere, sedangkan untuk televisi adakalanya mereka menggunakan
accu/aki yang charge didaerah yang ada listrik generator dengan berjalan yang cukup jauh.
Seperti banyak negara berkembang lainnya, Indonesia belum dianggap sebagai negara
yang terkemuka di dunia dalam perkembangan sains dan teknologi. Namun, sepanjang
sejarahnya, ada prestasi penting dan kontribusi yang dibuat oleh Indonesia untuk sains dan
teknologi. Teknologi konstruki, Teknologi kedirgantaraan, Teknologi transportasi, Teknologi
informasi dan komunikasi dan teknologi robotika, hal ini tidak menutup kemungkinan
revolusi dan perbaikan infrastruktur yang disiapkan pemerintah dalam mempersiapkan AEC
2015 akan menjadikan indonesia siap dengan persaingan global. Semoga dengan
diberlakukannya AEC, pemerintah beserta masyarakat indonesia bisa lebih sadar tentang
pemanfaatan dan perkembangan teknologi untuk kesejahteraan bersama. (AK)
*|Ahmad Khairudin |
Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika FT UNJ |
ahmad.khairudin5@gmail.com | @A_khairudin | 763F4422 |
ahmadkhairudin5.blogspot.com |
4[4] http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/12/indonesia-asean-economic-community-2015-
607350.html , di akses 30 Mei 2014 pukul 04.00 WIB