Argentometri
Argentometri
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
senyawa baik yang mudah larut dalam air, maupun yang tidak.
metode tertentu sebab sifat dari senyawa yang sukar larut memiliki sifat
tertentu yang tidak dimiliki oleh senyawa yang larut. Salah satu metode
tersebut adalah argentometri. Metode ini hanya ditekankan bagi senyawa yang
mampu menentukan kadar suatu senyawa yang tidak larut dalam air. Oleh
sediaan obat karena dari suatu sediaan obat terdiri dari beberapa komponen
1. Maksud Percobaan
metode tertentu.
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip Percobaan
bikromat dan dititrasi dengan Argenti nitrat 0,1035 N dan titik akhir titrasi
ditandai dengan jadi perubahan warna dari kuning menjadi merah coklat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
nitrat sebagai titran, dimana terbentuk garam perak yang sukar larut.
(Suetila.1990:23)
dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian titran sudah membentuk
endapan.
a. Cara Mohr
dan larutan baku AgNO3 sebagai titran. Pada titik akhir kromat terikat oleh
ion perak membentuk senyawa yang sukar larut berwarna merah bata.
adalah besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat, sampai titik ekivalen
harus terjadi reaksi antara titran dan ion perak membentuk endapan putih :
c. Cara Fajans
adsorbsi adalah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan
antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini adalah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat
digunakan dalam titrasi ion klorida dalam suasanan netral. (Susanti : 89)
d. Metode kekeruhan
menetukan titik akhir titrasi . Seperti pada metode leabing pada sianida ,
metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Gay Lussac 1832 , larutan
baku Natrium klorida dititrasi dengan larutan perak dengan adanya asam
nitrat bebas atau sebaliknya . Dengan persyaratan tertentu , penambahan
titik akhir titrasi belum tercapai. Titrasi dilanjutkan hingga tidak ada
kekeruhan lagi.
Penambahan NaCl terus sampai titik akhir tercapai. Perubahan ini dibuat
(Khopkar.1990:64)
ditentukan dalam titrasi ini adalah ionhalida (Cl-, Br-, I-). (Khopkar.1990)
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan
antara lain :
1. Metode Mohr
analat dengan Ag+ .Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi : Ag+(aq)
sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila terlalu
2. Metode Volhard
ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan
sedang untuk anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada
X-(aq) + AgSCN(aq) . Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan
titrant yang bereaksi dan juga titik akhirnya melemah (warna
berkurang).
zat yang akan dianalisa (Cl- danCNS) dengan larutan baku AgNO 3
kecil sekali. Persamaan Reaksia. Metode Mohr Pada analisa Cl- mula-
Ag2CrO4(s)
b. Metode Volhard Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s)
adalah besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat, sampai titik
ekivalen harus terjadi reaksi antara titran dan ion perak membentuk
endapan putih :
3. Cara Fajans
ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan
pH. Indikator ini adalah asam lemah atau basa lemah organik yang
ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk
Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
menjadi bermuatan negatif. Karena muatan Fl- juga negatif, maka Fl-
kembali karena bereaksi dengan titrant yang ditambah saat itu, sehingga
muatan koloid makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen tidak ada
koloid yang menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik ion Fl- dan
larutan yang tadinya berwarna keruh juga menjadi jernih atau lebih
sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar ketiga macam
kelihatan menggumpal
lagi.
endapan terurai.
(Harjadi,W,1990 : 155-160)
atau penguraian oksidatif dan dititrasi dengan Volhard. (Roth, H.J. 1998
: 253)
tidak mudah larut antara titran dengan analit. Metode argentometri yang
lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi kembali. Perak nitrat
sulfat.
B. Uraian Bahan
RM/BM : H2O/18,02
tidak berasa.
RM/BM : AgNO3/169,87
95 % P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
RM/BM : K2CrO4
RM/BM : C20H21NO4.HCL/375,86
Rumus Bangun :
C20H21NO4.HCL.
gelas piala dan larutkan dengan air suling sebanyak 50 ml, aduk hingga
bilas botol timbang dengan air suling hingga bersihdan air bilasan di
homogenkan.
Pipet sebanyak 25 ml kemudian pindahkan ke dalam Erlenmeyer ,
melalui buret hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi coklat
K2CrO4 0,005 M dan titrasi dengan AgNO3 0,1 N . Titik akhir titrasi
METODE KERJA
a. Buret 25 ml
b. Erlemeyer 250 ml
c. Gelas ukur 25 ml
d. Pipet Volume 10 ml
e. Statif + klem
f. Timbangan analitik
a. Air suling
b. Papaverin HCL
d. Larutan K2CrO4 5 %
e. Kertas timbang
D. Cara Kerja
merah.
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
I 0,2525 gram 14 ml
B. Reaksi
+ AgNO3
+ HNO3
Merah bata
C. Perhitungan
Penetapan kadar Papaverin HCl
mg = N x V
BE
mg = 0,1035 x 14
375,86
mg = 0,1035 x 14 x 375,86
= 544,621 mg
= 0.544621 gr
Berat Teori
= 0.5446 x 100 %
0.2525
= 215,68 %
BAB IV
PEMBAHASAN
yang diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang hendak dititrasi. Titik akhir
sebagai larutan baku dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Garam
perak ini akan mengendap, karena hasil kali kelarutannya yang sangat kecil.
Beberapa garam-garam perak yang sukar larut adalah perak klorida, perak
bromida, perak iodida dan lain sebagainya. KSp dari garam perak klorida adalah
sekitar 10-11, sedangkan hasil kali kelarutan Ag2CrO4 adalah 2,4 x 10-12.
Pada titrasi argentometri, terjadi dua tahapan reaksi yaitu (1) reaksi antara
AgNO3 dengan sampel, dan (2) reaksi antara AgNO 3 dengan K2CrO4. Reaksi
antara AgNO3 dengan sampel terjadi lebih dahulu karena Ksp garam perak, seperti
perak klorida lebih kecil daripada Ksp Ag2CrO4, sehingga konsentrasi ion klorida
lebih tinggi.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar serbuk Papaverin HCl dengan
yang digunakan adalah larutan AgNO3 0,1 N dan indikator yang digunakan adalah
anlitik agar dipeoleh berat yang lebih tepat, kemudian di masukkan ke dalam
Erlenmeyer agar pada saat pengocokkan larutan lebih mudah homogen secara
dengan perubahan warna. Lalu larutan di titrasi dengan AgNO3 0,1 N melalui
buret yang bertujuan agar diketahui skalanya dan dapat diatur kecepatan titrasi
hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah coklat. Kemudian di
Dalam percobaan ini, bahan yang digunakan yaitu papaverin HCl sebagai
sampel karena papaverin HCl termasuk dalam senyawa garam garam klorida.
Digunakan aquadest sebagai pelarut karena papaverin mudah larut dalam air yaitu
metode Mohr dan lebih mudah membentuk endapan dengan AgNO 3 sehingga
lebih mudah diamati dan dilihat titik akhir titrasinya. AgNO 3 digunakan sebagai
Mekanisme perubahan warna, pada awal penambahan, ion Cl- dan HCl
yang tergantung pada larutan bereaksi dengan ion Ag + yang ditambah sehingga
membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Sedangkan, larutan pada awalnya
ekuivalen yaitu saat ion Cl- tepat bereaksi dengan ion Ag+ yang bereaksi ion Cl-
AgNO3, ion H+ dari papaverin HCl dan ion NO 3- dari larutan baku AgNO3 saling
bereaksi membentuk HNO3 sedangkan ion Ag+ dari larutan baku AgNO3 dan ion
Pada percobaan ini didapatkan hasil kadar Papaverin HCL 215,68 %. Hal
ini tidak asesuai dengan literatur , sebagaimana yang tertulis dalam literatur (FI
ini adalah :
1. Larutan baku yang digunakan telah mengalami reaksi redoks menjadi Ag,
Dalam dunia farmasi , metode ini dapat digunakan dalam penetapan kadar
PENUTUP
A. Kesimpulan
HCL 215,68 %. Hal ini tidak sesuai dengan literatur , sebagaimana yang
tertulis dalam literatur (FI III) yaitu kadar Papaverin Asam klorida tidak
kurang dari 99 %.
B . Saran
1. Laboratorium
2. Asisten
Jakarta
+ 10 ml Aquadest
+ 1 ml K2CrO4 5 %