HASIL PENELITIAN
OLEH
Rina D.C. Nahampun : Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Dan Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Di Pre-Nursery, 2009.
UNIVERSTAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Rina D.C. Nahampun : Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Dan Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Di Pre-Nursery, 2009.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING DAN PUPUK
ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PRE-NURSERY
SKRIPSI
OLEH
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing:
Mengetahui :
dari Ayahanda A. Nahampun dan Ibunda N. br. Hasugian. Penulis merupakan anak
Tahun 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP, penulis memilih
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karuniaNya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada
Tulisan ini adalah skripsi yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang
yang merupakan salah syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di
Ibu Ir. Charloq, MP selaku ketua dan Bapak Ir. Irsal, MP selaku anggota komisi
Pimpinan dan Staff PT. Tri Harmoni Abadi cabang Medan, dan kepada Staff
dosen Fakultas Pertanian yang telah memberi masukan, motivasi dan dukungan
Adriansyah, Sony Tarigan, Jihot, Susi, Heni, Evi dan Jontar yang telah banyak
membantu baik pikiran dan tenaga sehingga terlaksananya penulisan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis
berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ............................................................................................. i
ABSTRAK................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................... 1
Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
Hipotesa Penelitian ........................................................................ 4
Kegunaan Penelitian....................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Tanaman Kakao..................................................... 7
Iklim......................................................................................... 7
Tanah ....................................................................................... 8
Kascing .......................................................................................... 9
Pupuk Organik Cair........................................................................ 12
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyiapan Lahan dan Pembuatan Naungan..................................... 20
Penyiapan Media Tanam ................................................................ 20
Aplikasi Pupuk Kascing ................................................................. 20
Pendederan Benih........................................................................... 20
Penanaman Bibit (Kecambah) ........................................................ 21
Aplikasi Pupuk Organik Cair.......................................................... 21
Pemeliharaan Tanaman .................................................................. 21
Penyiraman......................................................................... 21
Penyulaman ........................................................................ 21
Penyiangan ......................................................................... 22
Pengendalian Hama dan Penyakit ....................................... 22
Parameter Pengamatan ................................................................... 22
Tinggi Bibit (cm) ................................................................ 22
2
Total Luas Daun (cm )........................................................ 22
Berat Basah Bagian Atas Tanaman (g)................................ 23
Berat Basah Bagian Bawah Tanaman (g) ............................ 23
Berat Kering Bagian Atas Tanaman (g)............................... 23
Berat Kering Bagian Bawah Tanaman (g) ........................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Rataan Tinggi Tanaman 4-12 MSPT Pada Berbagai Dosis Pupuk Kascing
dan Pupuk Organik Cair..................................................................................25
2. Rataan Total Luas daun Pada Berbagai Dosis Perlakuan Pupuk Kascing
dan Pupuk Organik Cair..................................................................................28
3. Rataan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Pada Berbagai Dosis Perlakuan
Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair.........................................................29
5. Rataan Berat Kering Bagian Atas Tanaman Pada Berbagai Dosis Perlakuan
Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair.........................................................38
3. Grafik Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Kascing.................................................................................................30
4. Grafik Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Oraganik Cair.......................................................................................31
No. Lampiran Ha
14. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Basah Bagian Atas Tanaman.......................57
16. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Basah Bagian Bawah Tanaman...................58
20. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Kering Bagian Bawah Tanaman.................60
21. Tabel Rangkuman Uji Beda Rataan................................................................61
27. Tabel Kandungan Unsur Hara pupuk Organik Cair Super Biotaplus.............67
Latar Belakang
dan diduga sebagai pusatnya adalah wilayah Amazon. Dari daerah ini kemudian
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu dari sekian banyak
tanaman yang mempunyai peluang cukup besar bagi perdagangan, baik di dalam
maupu n di luar negeri. Komoditi kakao pada masa yang akan datang diharapkan
akan dapat menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi karet dan kelapa
sawit. Komoditi kakao mempunyai peluang untuk pasaran ekspor, sehingga dapat
Salah satu usaha yang dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas maupun
budidaya dari tanaman kakao itu sendiri. Diantaranya adalah pengolahan tanah,
pengatur tumbuh. Yang juga tidak kalah penting dan harus diperhatikan dalam
budidaya tanaman kakao adalah penyediaan bahan tanam dalam pembibitan,
karena dari pembibitan inilah akan didapatkan bahan tanam yang layak untuk
ditanam di lapang yang nantinya akan menghasilkan bibit tanaman kakao yang
Tanaman kakao yang akan diambil bibitnya atau benihnya sebaiknya dari
tanaman juga memerlukan unsur mikro meskipun dalam jumlah yang kecil. Unsur
Tidak lengkapnya unsur hara makro dan unsur hara mikro dapat
satu atau beberapa dari unsur hara makro dan mikro dapat diatasi dengan
lengkap, baik unsur makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan
tanaman. Kascing ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang
pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun, umumnya kascing mengandung
unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral dan vitamin
(Mulat, 2003).
Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk cair
umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut
seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik mengandung karbon, vitamin,
atau metabolit sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung
dalam: (1) menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg,
dan Si, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta (3) dapat
bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion
logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe
pupuk kimia dan bahan kimia (pestisida) yang terus menerus, sehingga merusak
alternatif lain, yaitu sesuatu yang digunakan sebagai campuran media atau pupuk
yang dapat memberikan nutrisi bagi tanaman tanpa merusak biologi dan fisik
tanah. Pemupukan organik merupakan salah satu usaha untuk menambah hara
makro dan mikro bagi tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah. Pemupukan
tidak hanya dapat dilakukan melalui akar, tetapi dapat juga melalui daun.
Maka dari itu penulis tertarik melaksanakan penelitian mengenai pengaruh
pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman
kakao di pre-nursery.
Tujuan Penelitian
di Pre-nursery.
Hipotesa Penelitian
3. Ada interaksi antara pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair
nursery.
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber data dalam menyusun skripsi yang merupakan salah satu
membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class :
Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
lateral tanaman kakao sebagaian besar berkembang dekat permukaan tanah, yakni
pada jeluk 0 hingga 30 cm. penyebaran akar yakni 56% akar lateral tumbuh pada
bagian 0-10 cm, 26% pada bagian 11-20 cm, 14% pada bagian 21-30 cm dan
hanya 4% yang tumbuh dari bagian lebih dari 30 cm dari permukaan tanah.
Jangakauan jelajah akar lateral tanaman kakao ternyata dapat jauh diluar proyeksi
tajuk. Ujung akar membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya tidak teratur
vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop
atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya
kesamping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan). Tanaman kakao
asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan berhenti tumbuh dan
Daun kakao tumbuh dari cabang primer dan sekunder mengikuti dua tipe
kedududkan daun, yaitu pada cabang ortotrop dengan tipe kedudukan daun 3/8
dan pada cabang plagiotrop dengan tipe kedudukan daun 1/2 . Bentuk helaian
pangkal daun runcing (acutus) dengan panjang 25-35 cm dan lebar 9-12 cm
dan lebar 9-12 cm. Susunan daun menyirip dengan tepi daun rata
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan
bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota,
10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari
5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang
Buah kakao merupakan buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit
buah mempunyai 10 alur dan tebal kulit buah berkisar antara 1 hingga 2 cm. Pada
saat buah masih muda, biji menempel pada bagian kulit buah, tetapi bila buah
telah matang maka biji terlepas dari kulitnya. Di dalam buah terdiri dari 20 hingga
60 biji, panjang biji 2-4 cm, diameter sekitar 1-2 cm, berbentuk oval atau elips
(Duke, 1998)
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kakao yang masih muda sangat peka terhadap cahaya matahari
bibit kakao, memerlukan naungan yang rapat dan semakin berkurang setelah
menggunakan lamtoro atau kelapa, yang penting dapat menahan sinar matahari
tanaman kakao muda. Temperatur yang ideal bagi pertumbuhan kakao adalah
0 0
18 C-32 C. Tanaman kakao dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan
yang mengandung pasir diperlukan curah hujan yang lebih tinggi dari 2.000
mm/th. Pada daerah yang curah hujan yang lebih rendah dari 1.500 mm/th masih
dapat ditanami kakao bila tersedia air irigasi. Lama bulan kering maksimum 3
0
Suhu ideal pertanaman kakao, untuk suhu maksimum berkisar antara 30
0 0 0
32 C dan suhu minimum berkisar antara 18 21 C. Namun pada kondisi dan
0
kultivar tertentu, kakao masih dapat tumbuh baik pada suhu minimum 15 C.
0
Sedangkan rata-rata suhu bulanan 26,6 C merupakan suhu yang cocok untuk
Tanah
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik
dan kimia yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi.
Kakao menghendaki tanah yang banyak mengandung bahan organik yang bebas
pH 4,0-8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0-7,5 dimana unsur-unsur hara dalam
dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Susunan
demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah.
Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan
Kascing
samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok
tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta
optimal kascing yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil positif hanya 10-20%
kimia dan biologi tanah, pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki
kondisi fisik tanah. Cacing mampu menggali lubang di sekitar permukaan tanah
sampai kedalaman dua meter dan aktivitasnya meningkatkan kadar oksigen tanah
air. Zat-zat organik dan fraksi liat yang dihasilkan cacing bisa memperbaiki daya
kestabilan dan aerasi tanah. Kascing mengandung enzim protease, amilase, lipase
dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik (Masnur, 2001).
untuk menahan air. Di samping itu kascing dapat memperbaiki kimia tanah seperti
dan mikro, meningkatkan PH pada tanah asam dan sebagainya (Nick, 2008).
tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kompleks baik secara langsung
sisa menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Cacing tanah mempu menguraikan
sampah organik 2-5 kali lebih cepat dari mikroorganisme pembusuk. Limbah
bahan organik yang diuraikan dapat mengalami penyusutan 40-60 persen. Pupuk
organik yang dihasilkan dari percampuran antara media cacing tanah dengan
kotoran cacing tanah disebut dengan bekas cacing atau kascing. Kascing
merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki kelebihan dari pupuk organik
P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan
Dengan adanya nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus
berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena
itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, kascing juga dapat membantu
pH tanah.
- Kascing mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena
tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. Yaitu
tersebut terdapat di dalam kascing, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman
Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk
Super Biotaplus yang merupakan pupuk organik cair lengkap. Super Biotaplus
digunakan dengan cara disemprotkan pada bagian bawah permukaan daun, ranting
dan batang sampai basah dan merata. Super Biotaplus ini terlihat dampaknya,
dapat meningkatkan produksi hasil panen lebih dari 40% - 100% dengan
menggunakan pupuk tersebut. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair
karbon : 6,87%, C/N : 0,41, SO4 : 2,64 %, Cl : 1,49 %, Fe : 43,03 ppm, Cu : 0,63
cair Super Biotaplus berasal dari Makasar, pupuk organik ini dibuat dari minyak
ikan hiu, serai, vitamin dan sejenis umbi-umbian yang ada hanya di daerah
bunga dan buah, memperkuat jaringan pada akar dan batang, sebagai katalisator
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit terutama fungi atau cendawan,
yang sedang berproduksi, yang tidak habis satu kali panen, misalnya tomat, cabe,
liter air.
seledri dengan dosis 1 : 1000 atau setiap 10 cc Super Biotaplus dilarutkan dengan
hari sekali. Penyemprotan pertama tanaman berumur 10 hari setelah tanam, dosis
per hektar untuk 1 kali aplikasi 700 cc. Untuk tanaman yang tidak berbatang kayu,
misalnya padi, jagung, cabe, tomat dengan dosis 1 : 700 atau tiap 10 cc Super
tanaman berumur 15 s/d 20 hari setelah tanam. Dosis per hektar untuk 1 kali
aplikasi 1 liter Super Biotaplus. Untuk tanaman tinggi atau berbatang kayu,
misalnya kelapa sawit, jeruk, coklat, cengkeh, kopi, dosis anjurannya adalah 1 :
500 atau setiap 10 cc Super Biotaplus dilarutkan dengan 5 liter. Lakukan 3 atau 4
kali penyemprotan , dengan jarak waktu 2 minggu. Untuk tanaman hias, misalnya
mawar, nggrek, melati, dosis anjurannya adalah 1 : 1500 atau setiap 10 cc Super
Lakukan penyemprotan pada pagi hari pukul 07.00 WIB - 10.00 WIB atau sore
hari pukul 15.00 WIB - 18.00 WIB (PT. Tri Harmoni Abadi.com, 2007).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan
atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang
berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan
hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak.
Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik
dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik
dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen (jerami, brangkasan,
tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan
(Setyorini, 2005).
Gambaran umum pupuk kimia dan organik dapat dilihat pada tabel
berikut:
Kimia/Sintetik Organik/Non-sintetik
Unsur hara yang larut mudah Unsur hara tidak mudah tercuci
tercuci air
Bahan dasar mahal, sulit dibuat Bahan dasar murah dan mudah
Dibuat oleh pabrik, cenderung Dapat dibuat sendiri dan aman bagi
lingkungan
(Sutanto, 2002)
Pupuk organik cair dapat diklasifikasikan atas pupuk kandang cair, biogas,
pupuk cair dari limbah organik, pupuk cair dari limbah kotoran manusia dan
suatu cara pemupukan yang disemprotkan lewat daun dan diharapkan pupuk yang
disemprotkan dapat masuk ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) dan
Daya larut yang menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada di
dalam pupuk untuk diserap tanaman atau hilang karena tercuci. Pupuk daun yang
berkualitas memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam
aplikasi pupuk, terutama tidak perlu terlalu lama. Pupuk berdaya larut tinggi
memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat sampai
dan diserap oleh permukaan daun. Jika ada campuran pupuk dan air masih
terdapat endapan, bahan yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh
tanaman. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara
aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien.
tanaman, bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan
permukaan laut dengan pH tanah 6,16. Penelitian ini akan dilaksanakan pada
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao lindak
klon TSH 858 dari Adolina (PTPN II) Lubuk Pakam, pupuk kascing, polibag
ukuran 25 cm x 35 cm, pupuk organik cair (Super Biota plus), top soil, air,
fungisida Antracol 70 WP, insektisida Lannate 25 WP, dan bahan-bahan lain yang
meteran, timbangan, oven, leaf area meter, handsprayer, tali plastik, ember,
bambu, beaker glass, pisau, pacak sampel, plang nama, kalkulator dan alat-alat
Metode Penelitian
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3
ulangan, yaitu:
Faktor I : Pupuk kascing (K) dengan 4 taraf perlakuan yaitu :
K0 = 0 g/polybag
K1 = 150
g/polybag K2 =
300 g/polybag K3
= 450 g/polybag
Faktor II : Pupuk organik cair Super Biotaplus (S) dengan 4 taraf perlakuan yaitu :
S0 = 0 cc/l.air
S1 = 1 cc/l.air
S2 = 2 cc/l.air
S3 = 3 cc/l.air
K1S3 K2S3
K3S3
cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier
sebagai berikut :
Yijk = + i + j + k + () jk + ijk
Dimana :
Yijk = hasil pengamatan blok ke-i dengan perlakuan pupuk kascing pada taraf
()jk = Pengaruh interaksi antara pupuk kascing pada taraf ke-j dan pupuk
ijk = Pengaruh galat percobaan blok ke- i yang mendapat perlakuan pupuk
dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan dengan taraf uji 5 %.
Menurut Gomez dan Gomez (1995) apabila terdapat salah satu faktor yang
lebih dominan dari pada faktor lain, maka tidak terdapat interaksi diantara
keduanya.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Diukur areal lahan yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang
tumbuh pada lahan. Dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm.
Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan
50 cm. Naungan terbuat dari bambu sebagai tiang dan pelepah sawit sebagai atap
penelitian.
dilakukan dengan cara mengaduk pupuk kascing dengan media (top soil) yang
Pendederan Benih
dan plumula.
Penanaman Kecambah
telah diisi media pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah kemudian lubang
Pemeliharaan
Penyiraman
dilakukan pagi atau sore hari dengan menggunakan gembor. Namun jika cuaca
tidak terlalu panas, penyiraman dapat dilakukan sekali sehari yaitu pada sore hari.
Penyulaman
ada dalam polibek maupun pada plot. Penyiangan dilakukan disesuaikan dengan
Antracol 70 WP dengan dosis 1- 2 g/l air. Aplikasi ini dilakukan bila terjadi
Pengamatan Parameter
dilakukan pada saat umur tanaman 4 MSPT sampai 12 MSPT dengan interval dua
minggu sekali.
2
Total Luas Daun (cm )
Bobot basah tanaman diukur dengan cara menimbang tanaman yang telah
telah dipisahkan dari akar tanaman. Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian
Bobot basah akar dihitung dengan cara menimbang akar yang telah
dipisahkan dari batang dan daun tanaman yang telah bersih dari tanah yang
kedalam amplop. Kemudian amplop yang berisi tanaman diovenkan dengan suhu
0
70 C sampai berat kering konstan. Setelah itu tanaman dikeluarkan dari amplop
0
dengan suhu 70 C sampai berat kering konstan. Setelah itu tanaman dikeluarkan
dari amplop dan dihitung bobot kering tanaman dengan menggunakan timbangan
analitik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan tinggi tanaman 4-12 MSPT dapat dilihat pada tabel
lampiran 1, 3, 5, 7 dan 9, sedangkan daftar sidik ragam dapat dilihat pada tabel
lampiran 2, 4, 6, 8 dan 10. Dari tabel lampiran dapat dilihat bahwa tinggi tanaman
untuk semua perlakuan mulai dari umur tanaman 4-12 MSPT menunjukkan
kascing dan pupuk organik cair serta interaksinya berpengaruh tidak nyata
Rataan tinggi tanaman 4-12 MSPT pada berbagai dosis perlakuan pupuk
tanaman tertinggi yaitu 29,56 cm dan yang terendah pada K 0 (0 g/polibag) yaitu
27,87 cm. Pada perlakuan pupuk organik cair S3 (3 cc/l air) memberikan tinggi
tanaman tertinggi yaitu 29, 42 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan
S0 (0 cc/l air) yaitu 27,81 cm. Sedangkan interaksi perlakuan K3S2 memberikan
tinggi tanaman tertinggi sebesar 30,58 cm dan yang terendah terdapat pada
35,00
Tinggi Tanaman (cm
30,00
25,00
K0
20,00 K1
K2
15,00 K3
10,00
5,00
0,00
4 MSPT 6 MSPT 8 MSPT 10 MSPT 12 MSPT
Umur Tanaman
30,00
25,00 S
0
20,00 S
1
15,00
S
10,00
5,00
0,00
4 MSPT 6 MSPT 8 MSPT 10 MSPT 12 MSPT
Umur Tanaman
2
Total Luas Daun (cm )
Data pengamatan total luas daun dapat dilihat pada tabel lampiran 11
sedangkan daftar sidik ragam total luas daun dapat dilihat pada tabel lampiran 12.
perlakuan pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair berpengaruh tidak
Rataan total luas daun pada berbagai dosis perlakuan pupuk kascing dan
Pada tabel 2 rataan total luas luas daun memperlihatkan bahwa perlakuan
pemberian pupuk kascing K3 (450 g/polibag) memberikan total luas daun terbesar
2 2
(836.10 cm ) dan yang terkecil terdapat pada K0 (0 g/polibag) yaitu 739.81 cm .
Untuk perlakuan pemberian pupuk organik cair diperoleh total luas daun terbesar
2
pada perlakuan S1 (1 cc/l air) yaitu 832.09 cm dan yang terkecil S0 (0 cc/l air)
2
yaitu 708.54 cm . Pada interaksi kedua perlakuan diperoleh total luas daun
2 2
terbesar pada K3S1 (880.53 cm ) dan yang terkecil pada K0 S0 (640.07 cm ).
Data pengamatan berat basah bagian atas tanaman dapat dilihat pada tabel
lampiran 13 sedangkan daftar sidik ragam berat basah bagian atas tanaman dapat
untuk perlakuan pupuk kascing dan pupuk organik cair berpengaruh nyata
terhadap berat basah bagian atas tanaman sedangkan interaksi kedua perlakuan
pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Pada Berbagai Dosis
Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
. g
S0 9.76 11.29 13.01 12.99 11.76b
S1 10.80 13.81 14.10 14.80 13.38a
S2 11.90 13.36 15.88 14.44 13.89a
S3 11.74 13.70 16.44 13.09 13.74a
Rataan 11.05c 13.04b 14.86a 13.83ab 13.19
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji
5 %.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa berat basah bagian atas tanaman tertinggi
terdapat pada perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 14,,86 g dan yang terendah
perlakuan pupuk organik cair, berat basah bagian atas tanaman tertinggi terdapat
pada perlakuan S2 (2 cc/ air) yaitu 13,89 g dan yang terendah terdapat pada
Dari hasil uji beda rataan didapat bahwa perlakuan K2 berbeda nyata
dengan perlakuan K1 dan K0 tetapi tidak berbeda nyata dengan K3. Pada perlakuan
K3 dan K1 juga berbeda nyata dengan perlakuan K0. Sedangkan pada perlakuan
pupuk organik cair dapat dilihat bahwa perlakuan S 1 tidak berbeda nyata dengan
S2 dan S3 akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S0. Perlakuan S2 tidak
berbeda nyata dengan S3 akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S0. Untuk
Hubungan berat basah bagian atas tanaman dengan berbagai dosis pupuk
Berat Basah Bagian Atas (g)
K0 K1 K2 K3
Pupuk Kascing (g)
Gambar 3. Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Kascing
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa berat basah bagian atas tertinggi
terdapat pada perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 14, 86 g dan yang terendah
memperlihatkan ada hubungan kuadratik positif antara berat basah bagian atas
tanaman dengan perlakuan pemberian dosis pupuk kascing dimana berat basah
bagian atas akan meningkat sampai pada pemberian dosis optimum pupuk kascing
dan akan menurun jika melebihi dosis optimum pupuk kascing. Nilai optimum
pemberian pupuk kascing tersebut adalah 365 g/polibag dengan berat basah
Gambar 4. Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Oraganik Cair
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa berat basah bagian atas tertinggi
terdapat pada perlakuan S2 (2 cc/l air) yaitu 13,89 g dan yang terendah terdapat
pada perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 11,76 g. Pada gambar 4 memperlihatkan ada
hubungan linier positif antara perlakuan pemberian pupuk organik cair terhadap
berat basah bagian atas tanaman dimana semakin besar pemberian dosis pupuk
organik cair maka akan semakin besar berat basah bagian atas tanaman.
Data pengamatan berat basah bagian bawah tanaman dapat dilihat pada
tabel lampiran 15 sedangkan daftar sidik ragam berat basah bagian bawah
untuk perlakuan pupuk kascing, pupuk organik cair dan interaksi kedua pupuk
Rataan berat basah bagian bawah tanaman pada berbagai dosis perlakuan
pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rataan Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Pada Berbagai Dosis
Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
g ..
S0 2,19 e 2,64 cde 3,10 bcde 3,21 bcd 2,79 c
S1 2,82 cde 3,39 bcd 3,19 bcd 3,96 ab 3,34 bc
S2 3,31 bcd 3,64 abc 4,40 a 3,70 abc 3,76 a
S3 3,72 abc 3,63 abc 4,50 a 3,04 bcde 3,73 ab
Rataan 3,01 c 3,33 bc 3,80 a 3,48 ab 3,40
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf
uji 5 %.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa berat basah bagian bawah tanaman
tertinggi pada perlakuan kascing terdapat pada K2 (300 g/polibag) yaitu 3,80 g dan
berat basah bagian bawah tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan
K0 (0 g/polibag) yaitu 3,01 g sedangkan untuk perlakuan pupuk organik cair, berat
basah bagian bawah tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan S 2 (2 cc/l air) yaitu
3,76 g dan berat basah bagian bawah tanaman yang terendah terdapat pada
perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 2,79 g. Untuk interaksi kedua perlakuan diperoleh
hasil bahwa berat basah bagian bawah tertinggi terdapat pada perlakuan K 2S3
yaitu 4,50 g sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K0S0 yaitu 2,19 g.
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dengan pengujian uji jarak duncan,
perlakuan K2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3, akan tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan K0 dan K1. Pada perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan K1
tetapi berbeda nyata dengan K0. Sedangkan K1 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan K0. Untuk perlakuan pupuk organik cair S2 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan S3, akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S0 dan S1. Pada
perlakuan S3 tidak berbeda nyata dengan S1 tetapi berbeda nyata dengan S0.
4,00
3,80
3,50 3,33 3,48
3,00 3,01
2,50
2,00 = -0,000007x2 + 0,0044x + 2,964
r = 0,8616
1,50
1,00
0,50
0,00
K0 K1 K2 K3
Pupuk kascing (g)
terdapat pada perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 3,80 g dan yang terendah
tanaman dengan perlakuan pemberian dosis pupuk kascing dimana berat basah
bagian bawah akan meningkat sampai pada pemberian dosis optimum pupuk
kascing dan akan menurun jika melebihi dosis optimum pupuk kascing. Nilai
optimum pemberian pupuk kascing tersebut adalah 314,29 g/polibag dengan berat
Hubungan berat basah bagian atas tanaman dengan berbagai dosis pupuk
Berat Basah Bagian Bawah (g)
4,50
4,00
3,50 3,76 3,73
3,00 3,34
2,79
2,50
= 0,3242x + 2,9172
2,00
r = 0,8494
1,50
1,00
0,50
0,00
S0 S1 S2 S3
Pupuk Organik Cair (cc/l air)
Gambar 6. Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Oraganik Cair
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa berat basah bagian bawah tertinggi
terdapat pada perlakuan S2 (2 cc/l air) yaitu 3,76 g dan yang terendah terdapat
pada perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 2,79 g. Pada gambar 6 memperlihatkan ada
hubungan linier positif antara perlakuan pemberian pupuk organik cair terhadap
berat basah bagian bawah tanaman dimana semakin besar pemberian dosis pupuk
organik cair maka akan semakin besar berat basah bagian bawah tanaman.
Interaksi pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap berat
5,00
4,50
S1 S
4,00 S2 0
3,50 S0 S
S3 1
3,00
S
2,50 3 2
S3 = -2E-07x + 9E-05x - 0,0111x + 3,7222; r = 1 2
2,00
S2 = -9E-08x3 + 5E-05x2 - 0,0034x + 3,3111; r = 1
1,50
S1 = 9E-08x3 - 6E-05x2 + 0,0102x + 2,8222; r = 1
1,00 S0 = -4E-06x2 + 0,0041x + 2,1717; r = 0,991
0,50
0,00 K0 K1 K2 K3
Pupuk Kascing (g)
Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair 0 cc/l air
dengan berbagai dosis pupuk kascing membentuk grafik kuadratik positif terhadap
berat basah bagian bawah, dimana berat basah bagian bawah akan meningkat
dengan pemberian pupuk kascing sampai pada dosis optimum dan pupuk organik
cair pada S0 (0 cc/l air). Dosis optimum pupuk kascing 513 g/polibag dengan
berat basah bagian bawah 3,22 g pada S0 (0 cc/l air). Pada pemberian 1 cc/l air
dengan berbagai dosis pupuk kascing membentuk grafik bersifat kubik, dimana
diperoleh berat basah bagian bawah maksimum 3,96 g pada dosis pupuk kascing
K3 (450 g/polibag) dan berat basah bagian bawah minimum sebesar 2,82 g pada
dosis pupuk kascing K0 (0 g/polibag). Pada pemberian 2 cc/l air dengan berbagai
dosis pupuk kascing membentuk grafik bersifat kubik, dimana diperoleh berat
basah bagian bawah maksimum 4,39 g pada dosis pupuk kascing K2 (300
g/polibag) dan berat basah bagian bawah minimum sebesar 3,31 g pada dosis
pupuk kascing K0 (0 g/polibag). Pada pemberian 3 cc/l air dengan berbagai dosis
pupuk kascing membentuk grafik bersifat kubik, dimana diperoleh berat basah
bagian bawah maksimum 4,50 g pada dosis pupuk kascing K 2 (300 g/polibag) dan
berat basah bagian bawah minimum sebesar 3,04 g pada dosis pupuk kascing K 3
(450 g/polibag).
Interaksi pemberian pupuk organik cair dan pupuk kascing terhadap berat
Berat Basah Bagian Bawah (g)
5,00 K2
4,50 K0
4,00 K1
K0
3,50 K3 K1
K2
3,00 + 0,9744x + 3,2411; r = 0,9665
2,50 2
K3 = -0,35x
2,00
K3
1,50 3 2
K2 = -0,3722x + 1,6778x - 1,2167x + 3,1; r = 1
1,00 2
K1 = -0,1889x + 0,8889x + 2,6556; r = 0,9963
0,50 K0 = 0,5089x + 2,2478; r = 0,9904
0,00
S0 S1 S2 S3
(0 g/polibag) dengan berbagai dosis pupuk organik cair membentuk grafik linier
positif terhadap berat basah bagian bawah artinya semakin besar pemberian dosis
pupuk organik cair pada K0 (0 g/polibag) maka semakin besar berat basah bagian
bawah tanaman. Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa pengaruh dosis perlakuan
kascing 150 g/polibag dengan pupuk organik cair membentuk grafik bersifat
kuadratik positif dimana berat basah bagian bawah akan meningkat dengan
pemberian pupuk organik cair sampai pada dosis optimum dan pupuk kascing
pada K1 (150 g/polibag). Dosis optimum pupuk organik cair 2,35 cc/l air dengan
berat basah bawah sebesar 3,71 g pada K1 (150 g/polibag). Pemberian pupuk
kascing K2 (300 g/polibag) dengan pupuk organik cair membentuk grafik bersifat
kubik dimana diperoleh berat basah bawah maksimum sebesar 4,50 g pada dosis
pupuk organik cair S3 (3 cc/l air) dan berat basah bagian bawah minimum sebesar
3,1 g pada dosis pupuk organik cair S0 (0 cc/l air). Pemberian pupuk kascing
kuadratik positif dimana berat basah bagian bawah akan meningkat dengan
pemberian pupuk organik cair sampai pada dosis optimum dan pupuk kascing
pada K3 (450 g/polibag). Dosis optimum pupuk organik cair 2,59 cc/l air dengan
Data pengamatan berat kering bagian atas tanaman dapat dilihat pada tabel
lampiran 17 sedangkan daftar sidik ragam berat kering bagian atas tanaman dapat
untuk perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat kering bagian
atas tanaman sedangkan pupuk organik cair dan interaksi kedua perlakuan
Rataan berat kering bagian atas tanaman pada berbagai dosis perlakuan
pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan Berat Kering Bagian Atas Tanaman Pada Berbagai Dosis
Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
g
S0 4.99 6.14 6.36 8.59 6.52
S1 5.83 7.34 7.61 8.13 7.23
S2 6.83 7.83 8.82 7.91 7.85
S3 6.13 7.51 9.02 7.68 7.59
Rataan 5.95b 7.21a 7.95a 8.08a 7.30
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf
uji 5 %.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa berat kering bagian atas tanaman tertinggi
terdapat pada perlakuan K3 (450 g/polibag) yaitu 8,08 g dan yang terendah
Dari hasi uji beda rataan didapat bahwa perlakuan K1 berbeda nyata
dengan K0 akan tetapi tidak berbeda nyata dengan K2 dan K3. Perlakuan K2
10,00
2,00
0,00 K0 K1 K2 K3
Pupuk Kascing (g)
Gambar 9. Hubungan Berat Kering Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Kascing
Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa parameter berat kering bagian atas
tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (450 g/polibag) yaitu 8,08 g dan yang
kascing terhadap berat kering bagian atas tanaman dimana semakin besar
pemberian dosis pupuk kascing maka akan semakin besar berat kering bagian atas
tanaman.
tabel lampiran 19 sedangkan daftar sidik ragam berat kering bagian bawah
untuk perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap berat kering
bagian bawah tanaman sedangkan pupuk kascing dan interaksi kedua perlakuan
Rataan berat kering bagian bawah tanaman pada berbagai dosis perlakuan
pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 6. Rataan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman Pada Berbagai Dosis
Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
. g
S0 1.12 1.24 1.32 1.31 1.25b
S1 1.19 1.51 1.79 1.96 1.61a
S2 1.48 1.77 2.16 1.67 1.77a
S3 1.80 1.74 1.77 1.33 1.66a
Rataan 1.40 1.57 1.76 1.57 1.57
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji
5 %.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa berat kering bagian bawah tanaman
tertinggi terdapat pada perlakuan S2 (2 cc/l air) yaitu 1.77 g dan yang terendah
Dari hasi uji beda rataan didapat bahwa perlakuan S 2 berbeda nyata dengan
S0 akan tetapi tidak berbeda nyata dengan S 1 dan S3. Perlakuan S1 berbeda nyata
dengan S0 tetapi tidak berbeda nyata dengan S3. Sedangkan perlakuan S3 berbeda
2,00
1,77
1,66
1,50 1,61
0,50
0,00
S0 S1 S2 S3
Pupuk Organik Cair (cc/l air)
Gambar 10. Hubungan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman Dengan Berbagai
Dosis Pupuk Oraganik Cair
Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa parameter berat kering bagian bawah
tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan S2 (2 cc/l air) yaitu 1,77 g dan yang
terendah terdapat pada perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 1,25 g. Pada gambar 10
organik cair terhadap berat kering bagian bawah tanaman dimana semakin besar
pemberian dosis pupuk organik cair maka akan semakin besar berat kering bagian
bawah tanaman.
Pembahasan
pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian atas tanaman dan
berat kering bagian atas tanaman dan berat basah bagian bawah tetapi
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun, dan berat kering
basah bagian bawah dan berat kering bagian atas tanaman. Hal ini diduga karena
tanaman seperti pertambahan berat basah bagian atas, berat basah bagian bawah
dan berat kering bagian atas tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Musnawar
Perlakuan pupuk kascing meningkatkan berat basah bagian atas dan berat
kering bagian atas tanaman. Hal ini diduga selain unsur hara dalam kascing juga
bagian atas dan berat kering bagian atas tanaman serta adanya kandungan hormon
pembentukan tunas dan daun baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Krishnawati
(2003) yang menyatakan bahwa kascing mengandung berbagai bahan yang
sitokinin dan auxin, serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dosis pupuk kascing yang
terbaik untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas, berat basah bagian
bawah dan berat kering atas tanaman ialah dengan memberikan dosis pupuk
kascing 300 g/polibag. Hal ini disebabkan karena pupuk kascing memberikan
peranan dalam penyediaan unsur hara pada media, selain itu juga memberikan
peranan dalam menyimpan air pada media dan memperbaiki struktur tanah
sehingga jaringan akar dengan leluasa menyerap air dan nutrisi makanan yang ada
pada media untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan
menetralkan pH tanah.
pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian atas, berat
basah bagian bawah, berat kering bagian bawah dan tetapi berpengaruh tidak
nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun dan berat kering bagian atas
tanaman.
Perlakuan pupuk organik cair meningkatkan berat basah bagian atas, berat
basah bagian bawah, berat kering bagian bawah. Hal ini diduga karena tingginya
kandungan unsur hara N dan K pada pupuk organik cair (Super Biotaplus), selain
itu juga mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup lengkap sehingga
akar dan batang tanaman. Hal ini sesuai dengan PT. Tri Harmoni Abadi.com
(2007) yang menyatakan bahwa pupuk organik cair Super Biotaplus memiliki
unsur hara makro dan mikro lengkap yang dapat berperan dalam memperkuat
jaringan-jaringan akar dan batang serta meningkatkan produksi 40-100%. Hal ini
juga diduga terjadi karena pupuk organik cair tersebut diaplikasikan melalui daun,
mulut daun (stomata) dan celah-celah kutikula. Hal ini sesuai dengan Sutanto
(2002) yang menyatakan bahwa pupuk yang diberikan lewat daun diharapkan
dapat diserap melalui mulut daun (stomata) dan celah-celah kutikula, sehingga
pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dosis pupuk organik cair yang
terbaik untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas, berat basah bagian
bawah dan berat kering bawah tanaman ialah dengan memberikan dosis 2 cc/l air.
Hal ini disebakan karena pupuk organik cair mengandung unsur hara makro dan
mikro yang lengkap sehingga unsur hara yang dibutuhkan unruk pertumbuhan
tanaman tersedia. Hal ini sesuai dengan PT. Tri Harmoni Abadi.com (2007) yang
menyatakan bahwa pupuk organik cair Super Biotaplus memiliki unsur hara
makro dan mikro lengkap yang dapat berperan dalam memperkuat jaringan-
Dari hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara
pemberian pupuk kascing dengan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap
,berat basah bagian bawah tanaman tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman, total luas daun, berat basah bagian atas, berat kering bagian atas dan
kascing dan pupuk organik cair, diduga karena pemberian pupuk kascing dapat
meningkatkan bahan organik pada media tanam yang penting dalam menyediakan
hara makro dan mikro, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah serta
dapat bereaksi dengan ion logam untuk membbentuk senyawa kompleks. Hal ini
organik penting dalam menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo,
Co, Ca, Mg, dan Si, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah serta dapat
bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion
logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe
hara makro dan mikro. Tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro dapat
Rosmarkan dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman selain unsur hara makro, tanaman juga memerlukan unsur
mikro meskipun dalam jumlah yang kecil. Unsur hara mikro yang dibutuhkan
unsur hara makro dan unsur hara mikro dapat mengakibatkan hambatan bagi
produktifitas tanaman. Ketidaklengkapan salah satu atau beberapa dari unsur hara
Kesimpulan
1. Perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian atas
tanaman, berat basah bagian bawah tanaman dan berat kering bagian atas
tanaman tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total luas
2. Perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian
atas tanaman, berat basah bagian bawah tanaman dan berat kering bagian
bawah tanaman tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun, berat basah
bagian atas, berat kering atas dan berat kering bagian bawah tanaman.
4. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dosis pupuk kascing yang terbaik
untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas, berat basah bagian
bawah dan berat kering atas tanaman ialah dengan memberikan dosis pupuk
5. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dosis pupuk organik cair yang
terbaik untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas, berat basah
bagian bawah dan berat kering bawah tanaman ialah dengan memberikan
dianjurkan menggunakan pupuk kascing dengan dosis 300 g/polibag dan pupuk
Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Agro Media Pustaka, Jakarta
Parnata, A.S., 2005. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya, Agro Media
Pustaka, Jakarta
PT. Tri Harmoni Abadi, 2007. Pupuk Organik Cair Lengkap Super Biotaplus,
http://www.triharmoniabadi.com
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Budidaya Kakao. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Rosmarkan, A dan N.W.Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah, Kanisius,
Yogyakarta
Soehardjo, H., H.H. Harahap dan N.D. Hasibuan, 1999. Vademecum Tanaman
Kakao, PT. Perkebunan Nusantara IV, Sumatera Utara
Sunanto, H., 1992. Cokelat Pengelolaan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisus,
Yogyakarta
Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta
Triwanto, J., 2000. Pengaruh Konsentrasi Larutan Zat Pengatur Tumbuh Plant
Stimuland dan Interval Pemberian Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.).
http://digilib.sith.itb.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-res-2000-joko-forestry
FK = 18362.8
KK = 5.67%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 3. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 6 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 20.73 19.03 19.67 59.43 19.81
K0S1 24.07 20.33 21.03 65.43 21.81
K0S2 20.87 19.13 22.67 62.67 20.89
K0S3 20.63 21.57 23.17 65.37 21.79
K1S0 21.23 21.63 22.37 65.23 21.74
K1S1 20.13 21.60 22.97 64.70 21.57
K1S2 20.47 19.77 19.87 60.10 20.03
K1S3 22.03 21.97 20.77 64.77 21.59
K2S0 22.03 21.70 22.50 66.23 22.08
K2S1 23.27 21.60 22.63 67.50 22.50
K2S2 21.60 22.27 21.90 65.77 21.92
K2S3 21.67 22.67 19.57 63.90 21.30
K3S0 20.27 21.13 22.53 63.93 21.31
K3S1 22.23 20.30 21.97 64.50 21.50
K3S2 23.20 22.33 22.13 67.67 22.56
K3S3 20.43 22.47 22.40 65.30 21.77
Total 344.87 339.50 348.13 1032.50
Rataan 21.55 21.22 21.76 21.51
FK = 22209.5
KK = 5.20%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 5. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 8 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 22.40 20.60 20.90 63.90 21.30
K0S1 25.60 21.43 22.10 69.13 23.04
K0S2 21.83 20.27 24.27 66.37 22.12
K0S3 23.03 22.27 24.70 70.00 23.33
K1S0 23.00 23.77 23.97 70.73 23.58
K1S1 22.37 23.27 25.20 70.83 23.61
K1S2 24.63 20.93 23.00 68.57 22.86
K1S3 24.20 25.47 22.50 72.17 24.06
K2S0 22.77 22.90 24.13 69.80 23.27
K2S1 24.50 22.83 24.10 71.43 23.81
K2S2 24.47 24.43 22.67 71.57 23.86
K2S3 23.03 25.77 20.80 69.60 23.20
K3S0 22.33 23.10 23.77 69.20 23.07
K3S1 24.70 23.07 22.83 70.60 23.53
K3S2 24.00 25.30 24.60 73.90 24.63
K3S3 21.83 25.40 24.10 71.33 23.78
Total 374.70 370.80 373.63 1119.13
Rataan 23.42 23.18 23.35 23.32
FK = 26092.9
KK = 6.37%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 7. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 10 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 24.33 22.65 22.93 69.92 23.31
K0S1 28.60 24.90 26.70 80.20 26.73
K0S2 24.27 22.63 27.13 74.03 24.68
K0S3 27.20 24.43 27.67 79.30 26.43
K1S0 25.10 25.37 25.83 76.30 25.43
K1S1 24.40 24.47 27.90 76.77 25.59
K1S2 26.20 22.30 24.33 72.83 24.28
K1S3 25.97 26.43 24.67 77.07 25.69
K2S0 25.93 28.43 25.57 79.93 26.64
K2S1 26.27 23.80 27.30 77.37 25.79
K2S2 28.07 28.33 25.17 81.57 27.19
K2S3 25.60 27.43 22.93 75.97 25.32
K3S0 24.60 26.13 26.47 77.20 25.73
K3S1 26.83 25.83 24.57 77.23 25.74
K3S2 27.00 27.13 28.03 82.17 27.39
K3S3 23.93 28.40 25.80 78.13 26.04
Total 414.30 408.68 413.00 1235.98
Rataan 25.89 25.54 25.81 25.75
FK = 31826.1
KK = 6.52%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 9. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 12 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 26.90 24.83 24.93 76.67 25.56
K0S1 29.90 27.43 27.80 85.13 28.38
K0S2 28.40 26.20 30.53 85.13 28.38
K0S3 29.97 26.40 31.10 87.47 29.16
K1S0 26.77 29.83 28.30 84.90 28.30
K1S1 27.57 27.57 29.93 85.07 28.36
K1S2 29.77 26.67 27.87 84.30 28.10
K1S3 29.50 30.00 31.40 90.90 30.30
K2S0 26.93 30.47 28.43 85.83 28.61
K2S1 28.53 27.17 32.63 88.33 29.44
K2S2 31.97 32.23 26.60 90.80 30.27
K2S3 28.10 33.93 25.33 87.37 29.12
K3S0 27.17 29.13 30.00 86.30 28.77
K3S1 30.20 31.40 27.70 89.30 29.77
K3S2 29.30 31.43 31.00 91.73 30.58
K3S3 28.83 30.73 27.77 87.33 29.11
Total 459.80 465.43 461.33 1386.57
Rataan 28.74 29.09 28.83 28.89
FK = 40053.5
KK = 7.52%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
2
Lampiran 11. Tabel Rataan Total Luas Daun Tanaman (cm )
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 606.94 590.08 723.18 1920.20 640.07
K0S1 743.47 835.61 786.44 2365.52 788.51
K0S2 673.55 668.34 877.93 2219.82 739.94
K0S3 743.17 657.15 971.88 2372.20 790.73
K1S0 517.40 963.76 772.14 2253.29 751.10
K1S1 891.59 598.90 1005.80 2496.29 832.10
K1S2 611.22 580.50 799.87 1991.59 663.86
K1S3 845.96 870.54 768.19 2484.69 828.23
K2S0 690.18 642.07 588.62 1920.87 640.29
K2S1 539.28 1097.35 845.02 2481.66 827.22
K2S2 856.54 1026.68 757.83 2641.05 880.35
K2S3 700.73 617.40 866.74 2184.87 728.29
K3S0 768.24 865.20 774.72 2408.16 802.72
K3S1 868.65 842.69 930.24 2641.58 880.53
K3S2 791.45 947.98 787.68 2527.10 842.37
K3S3 867.68 735.58 853.06 2456.32 818.77
Total 11716.04 12539.82 13109.34 37365.20
Rataan 732.25 783.74 819.33 778.44
Lampiran 12. Tabel Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 61339.15 30669.58 1.75 tn 3.33
Perlakuan 15 273618.67 18241.24 1.04 tn 2.02
K 3 59970.48 19990.16 1.14 tn 2.92
K-Linear 1 50138.61 50138.61 2.87 tn 4.17
K-Kuadratik 1 4343.79 4343.79 0.25 tn 4.17
K-Kubik 1 5488.08 5488.08 0.31 tn 4.17
S 3 95333.75 31777.92 1.82 tn 2.92
S-Linear 1 23625.21 23625.21 1.35 tn 4.17
S-Kuadratik 1 38760.33 38760.33 2.22 tn 4.17
S-Kubik 1 32948.20 32948.20 1.88 tn 4.17
KxS 9 118314.45 13146.05 0.75 tn 2.21
Galat 30 524934.76 17497.83
Total 47 859892.58
FK = 29086629
KK = 16.99%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 13. Tabel Rataan Berat Basah Bagian Atas Tanaman (g)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 10.37 9.33 9.57 29.27 9.76
K0S1 11.03 10.50 10.87 32.40 10.80
K0S2 11.13 9.37 15.20 35.70 11.90
K0S3 10.90 11.23 13.10 35.23 11.74
K1S0 10.30 9.00 14.57 33.87 11.29
K1S1 12.67 9.97 18.80 41.43 13.81
K1S2 10.97 10.57 18.53 40.07 13.36
K1S3 12.77 14.67 13.67 41.10 13.70
K2S0 12.60 13.87 12.57 39.03 13.01
K2S1 12.40 15.43 14.47 42.30 14.10
K2S2 13.53 17.93 16.17 47.63 15.88
K2S3 15.57 16.70 17.07 49.33 16.44
K3S0 13.77 12.60 12.60 38.97 12.99
K3S1 15.67 13.53 15.20 44.40 14.80
K3S2 14.03 13.80 15.50 43.33 14.44
K3S3 14.33 12.27 12.67 39.27 13.09
Total 202.03 200.77 230.53 633.33
Rataan 12.63 12.55 14.41 13.19
Lampiran 14. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Basah Bagian Atas Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 35.41 17.71 4.81 * 3.33
Perlakuan 15 145.32 9.69 2.63 * 2.02
K 3 93.55 31.18 8.46 * 2.92
K-Linear 1 61.95 61.95 16.82 * 4.17
K-Kuadratik 1 27.30 27.30 7.41 * 4.17
K-Kubik 1 4.30 4.30 1.17 tn 4.17
S 3 34.57 11.52 3.13 * 2.92
S-Linear 1 25.09 25.09 6.81 * 4.17
S-Kuadratik 1 9.36 9.36 2.54 tn 4.17
S-Kubik 1 0.11 0.11 0.03 tn 4.17
KxS 9 17.20 1.91 0.52 tn 2.21
Galat 30 110.52 3.68
Total 47 291.26
FK = 8356.48
KK = 14.55%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 15. Tabel Rataan Berat Basah Bagian Bawah Tanaman (g)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 2.27 2.47 1.83 6.57 2.19
K0S1 1.97 3.33 3.17 8.47 2.82
K0S2 2.97 2.73 4.23 9.93 3.31
K0S3 3.13 3.90 4.13 11.17 3.72
K1S0 2.63 2.87 2.43 7.93 2.64
K1S1 3.07 3.40 3.70 10.17 3.39
K1S2 3.70 3.13 4.10 10.93 3.64
K1S3 3.23 3.50 4.17 10.90 3.63
K2S0 2.70 2.60 4.00 9.30 3.10
K2S1 3.43 2.83 3.30 9.57 3.19
K2S2 4.30 4.13 4.77 13.20 4.40
K2S3 4.43 5.03 4.03 13.50 4.50
K3S0 2.70 3.93 3.00 9.63 3.21
K3S1 4.80 3.60 3.47 11.87 3.96
K3S2 3.57 3.40 4.13 11.10 3.70
K3S3 3.10 2.83 3.20 9.13 3.04
Total 52.00 53.70 57.67 163.37
Rataan 3.25 3.36 3.60 3.40
Lampiran 16. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Basah Bawah Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 1.06 0.53 2.04 tn 3.33
Perlakuan 15 16.51 1.10 4.26 * 2.02
K 3 3.84 1.28 4.95 * 2.92
K-Linear 1 2.10 2.10 8.11 * 4.17
K-Kuadratik 1 1.21 1.21 4.69 * 4.17
K-Kubik 1 0.53 0.53 2.06 tn 4.17
S 3 7.42 2.47 9.57 * 2.92
S-Linear 1 6.31 6.31 24.38 * 4.17
S-Kuadratik 1 1.05 1.05 4.06 tn 4.17
S-Kubik 1 0.07 0.07 0.26 tn 4.17
KxS 9 5.24 0.58 2.25 * 2.21
Galat 30 7.76 0.26
Total 47 25.32
FK = 556.014
KK = 14.94%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 17. Tabel Rataan Berat Kering Bagian Atas Tanaman (g)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 6.10 4.50 4.37 14.97 4.99
K0S1 5.37 5.47 6.67 17.50 5.83
K0S2 5.60 5.27 9.63 20.50 6.83
K0S3 5.40 5.80 7.20 18.40 6.13
K1S0 6.10 5.13 7.20 18.43 6.14
K1S1 7.30 5.83 8.90 22.03 7.34
K1S2 6.13 6.33 11.03 23.50 7.83
K1S3 6.50 8.07 7.97 22.53 7.51
K2S0 5.53 6.67 6.87 19.07 6.36
K2S1 6.67 9.57 6.60 22.83 7.61
K2S2 8.60 10.53 7.33 26.47 8.82
K2S3 8.17 9.57 9.33 27.07 9.02
K3S0 11.30 6.37 8.10 25.77 8.59
K3S1 7.60 8.30 8.50 24.40 8.13
K3S2 7.50 7.10 9.13 23.73 7.91
K3S3 9.43 7.17 6.43 23.03 7.68
Total 113.30 111.67 125.27 350.23
Rataan 7.08 6.98 7.83 7.30
Lampiran 18. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Kering Atas Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 6.89 3.45 1.55 tn 3.33
Perlakuan 15 59.64 3.98 1.79 tn 2.02
K 3 34.43 11.48 5.17 * 2.92
K-Linear 1 30.55 30.55 13.75 * 4.17
K-Kuadratik 1 3.87 3.87 1.74 tn 4.17
K-Kubik 1 0.01 0.01 0.00 tn 4.17
S 3 11.98 3.99 1.80 tn 2.92
S-Linear 1 8.75 8.75 3.94 tn 4.17
S-Kuadratik 1 2.85 2.85 1.28 tn 4.17
S-Kubik 1 0.38 0.38 0.17 tn 4.17
KxS 9 13.23 1.47 0.66 tn 2.21
Galat 30 66.66 2.22
Total 47 133.19
FK = 2555.49
KK = 20.43%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 19. Tabel Rataan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman (g)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 1.30 1.13 0.93 3.37 1.12
K0S1 0.50 1.50 1.57 3.57 1.19
K0S2 1.43 1.17 1.83 4.43 1.48
K0S3 1.33 2.30 1.77 5.40 1.80
K1S0 1.27 1.33 1.13 3.73 1.24
K1S1 1.47 1.27 1.80 4.53 1.51
K1S2 1.87 1.50 1.93 5.30 1.77
K1S3 1.47 1.73 2.03 5.23 1.74
K2S0 0.93 1.17 1.87 3.97 1.32
K2S1 1.47 2.57 1.33 5.37 1.79
K2S2 2.27 1.97 2.23 6.47 2.16
K2S3 2.40 1.33 1.57 5.30 1.77
K3S0 1.00 1.87 1.07 3.93 1.31
K3S1 2.47 1.80 1.60 5.87 1.96
K3S2 1.57 1.63 1.80 5.00 1.67
K3S3 1.17 1.33 1.50 4.00 1.33
Total 23.90 25.60 25.97 75.47
Rataan 1.49 1.60 1.62 1.57
Lampiran 20. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Kering Bawah Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 0.15 0.08 0.48 tn 3.33
Perlakuan 15 4.07 0.27 1.70 tn 2.02
K 3 0.78 0.26 1.64 tn 2.92
K-Linear 1 0.29 0.29 1.84 tn 4.17
K-Kuadratik 1 0.39 0.39 2.45 tn 4.17
K-Kubik 1 0.10 0.10 0.62 tn 4.17
S 3 1.81 0.60 3.78 * 2.92
S-Linear 1 1.16 1.16 7.25 * 4.17
S-Kuadratik 1 0.65 0.65 4.09 tn 4.17
S-Kubik 1 0.00 0.00 0.01 tn 4.17
KxS 9 1.48 0.16 1.03 tn 2.21
Galat 30 4.79 0.16
Total 47 9.02
FK = 118.65
KK = 25.42%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 22. Deskripsi Kakao Klon TSH 858
Buah muda berwarna merah tidak merata dan saat tua berwarna jingga
kemerahan
Sumber: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember (Jawa Tengah) ( 2008)
Lampiran 23: Bagan Plot Penelitian
Ulangan
III I II
A K0S1 A K3S3 K0S3
Ket: B
A= 50 cm K0S2 K2S1
K2S2
B= 30 cm
K3S1
K2S3
1m
1 1111111111
1m
Lampiran 26. Tabel Analisa Kascing
Kandungan/senyawa Persentase
N 16,64 %
P2O5 2,43 %
K20 17,51 %
Organik karbon 6,87%
C/N 0,41
SO4 2,64 %
Cl 1,49 %
Fe 43,03 ppm
Cu 0,63 ppm
Mg 0,07 %
Zn 28,80 ppm
Mo 0,58 %
pH 7,76
Keterangan : PT. Tri Harmoni Abadi 2007