Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING DAN PUPUK

ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PRE-NURSERY

HASIL PENELITIAN

OLEH

RINO D.C. NAHAMPUN


030301020/Agronomi

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN

Rina D.C. Nahampun : Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Dan Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Di Pre-Nursery, 2009.
UNIVERSTAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Rina D.C. Nahampun : Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Dan Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Di Pre-Nursery, 2009.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KASCING DAN PUPUK
ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PRE-NURSERY

SKRIPSI

OLEH

RINO D.C. NAHAMPUN


030301020/Budidaya Pertanian-Agronomi

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSTAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Nama : RINO D.C. NAHAMPUN
NIM : 030301020
Program Studi : Agronomi
Departemen : Budidaya
Pertanian
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan Pupuk
Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kakao (Theobroma cacao L.) di Pre-Nursery

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing:

(Ir. Charloq, MP) (Ir. Irsal, MP)


Ketua Anggota

Mengetahui :

(Ir. Edison Purba, Ph. D).


Ketua Departemen Budidaya Pertanian
Tanggal Lulus :
ABSTRACT

The objective of the experiment is to know the effect of kascing fertilizer


and liquid organic fertilizer for the growth of cocoa plant. The study conducted
on Faculty of Agriculture in USU Medan and located on the height of 25 m
above the sea level from October 2007 to March 2008. The study adopted a
factorial group randomly design (GRD) with two factors. The first factor kascing
fertilizer with four stages namely : K0 = 0 g/polibag, K1 = 150 g/polibag, K2 =
300 g/polibag, K3 = 450 g/polibag. The second treatment was liquid organic
fertilizer (Super Biotaplus) with four stages namely : S0 = 0 cc/l water, S1 = 1
cc/l water, S2 = 2 cc/l water, S3 = 3 cc/l water. The result of the study showed that
kascing fertilizer treatment significantly increased the wet weight of top, the wet
weight of low and the dry weight of top but not significantly increased the stem
length, the leaf area meter and the dry weight of low parameter. The treatment
liquid organic fertilizer significantly increased the wet weight of top, the wet
weight of low and the dry weight of low parameter. The interaction between both
treatments significantly increased the wet weight of low parameter but not
significantly increased the stem length, the leaf area meter, the wet weight of top,
the dry weight of top and the dry weight of low parameter.

Keywords : kascing fertilizer, liquid organic fertilizer, cocoa.


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk


kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman kakao di pre-
nursery. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Pertanian USU Medan yang berada
pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut dari bulan Februari 2009 sampai
Mei 2009. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan dua perlakuan dengan 3 ulangan. Faktor pertama pupuk kascing
dengan 4 taraf: K0 = 0 g/polibeg, K1 = 150 g/polibeg, K2 = 300 g/polibeg, K3 =
450 g/polibeg. Faktor kedua pupuk organik (Super Biotaplus) dengan 4 taraf :S0 =
0 cc/l air, S1 = 1 cc/l air, S2 = 2 cc/l air, S3 = 3 cc/l air. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap
parameter berat basah bagian atas, berat basah bagian bawah dan berat kering
bagian atas tanaman tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total
luas daun dan berat kering bagian bawah tanaman. Pupuk organik cair
berpengaruh nyata terhadap parameter berat basah bagian atas, berat basah bagian
bawah dan berat kering bagian bawah tanaman. Interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh nyata terhadap parameter berat basah bagian bawah tanaman tetapi
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun, berat basah
bagian atas, berat kering bagian atas dan berat kering bagian bawah tanaman.

Kata kunci : Pupuk Kascing, Pupuk Organik Cair, Kakao


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Rino D.C. Nahampun dilahirkan di Manduamas pada tanggal 27 Juli 1984

dari Ayahanda A. Nahampun dan Ibunda N. br. Hasugian. Penulis merupakan anak

ketiga dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain,

Tahun 1991-1997 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Manduamas,

Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Tahun 1997- 2000 menempuh pendidikan lanjutan di SLTP Negeri 1

Manduamas, Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Tahun 2000-2003 menempuh pendidikan menengah di SMU Negeri 1

Manduamas, Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Tahun 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP, penulis memilih

program studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum

mata kuliah Dasar Agronomi periode 2007-2008. Penulis melaksanakan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) di Perusahaan Daerah Tapanuli Utara (PRUSDA),

Tarutung pada bulan Juni sampai dengan Juli 2007.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karuniaNya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Tulisan ini adalah skripsi yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang

berjudul Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair

Terhadap Pertumbuhan Kakao (Theobroma cacao L.) di Pre-Nursery,

yang merupakan salah syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

Ibu Ir. Charloq, MP selaku ketua dan Bapak Ir. Irsal, MP selaku anggota komisi

pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran kepada

penulis mulai dari persiapan penelitian sampai penyelesaian tulisan ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Staff penanggung

jawab lahan FP USU, Staf penganggung jawab Laboratorium RISTEK FP USU,

Pimpinan dan Staff PT. Tri Harmoni Abadi cabang Medan, dan kepada Staff

dosen Fakultas Pertanian yang telah memberi masukan, motivasi dan dukungan

dalam penulisan tulisan ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya buat

keluargaku tersayang yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada

penulis baik secara moril dan material.


Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dari jurusan

budidaya pertanian terkhususnya kepada saudara Nicolas, Rekki F. Gurning yang,

Adriansyah, Sony Tarigan, Jihot, Susi, Heni, Evi dan Jontar yang telah banyak

membantu baik pikiran dan tenaga sehingga terlaksananya penulisan tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis

berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis

mengucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2009

Penulis
DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT ............................................................................................. i

ABSTRAK................................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii

KATA PENGANTAR.............................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................... 1
Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
Hipotesa Penelitian ........................................................................ 4
Kegunaan Penelitian....................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Tanaman Kakao..................................................... 7
Iklim......................................................................................... 7
Tanah ....................................................................................... 8
Kascing .......................................................................................... 9
Pupuk Organik Cair........................................................................ 12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 17
Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 17
Metode Penelitian........................................................................... 17
Metode Analisa Data ...................................................................... 19

PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyiapan Lahan dan Pembuatan Naungan..................................... 20
Penyiapan Media Tanam ................................................................ 20
Aplikasi Pupuk Kascing ................................................................. 20
Pendederan Benih........................................................................... 20
Penanaman Bibit (Kecambah) ........................................................ 21
Aplikasi Pupuk Organik Cair.......................................................... 21
Pemeliharaan Tanaman .................................................................. 21
Penyiraman......................................................................... 21
Penyulaman ........................................................................ 21
Penyiangan ......................................................................... 22
Pengendalian Hama dan Penyakit ....................................... 22
Parameter Pengamatan ................................................................... 22
Tinggi Bibit (cm) ................................................................ 22
2
Total Luas Daun (cm )........................................................ 22
Berat Basah Bagian Atas Tanaman (g)................................ 23
Berat Basah Bagian Bawah Tanaman (g) ............................ 23
Berat Kering Bagian Atas Tanaman (g)............................... 23
Berat Kering Bagian Bawah Tanaman (g) ........................... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ................................................................................................. 24
Pembahasan ..................................................................................... 42

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ....................................................................................... 47
Saran ................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. Teks Hal

1. Rataan Tinggi Tanaman 4-12 MSPT Pada Berbagai Dosis Pupuk Kascing
dan Pupuk Organik Cair..................................................................................25

2. Rataan Total Luas daun Pada Berbagai Dosis Perlakuan Pupuk Kascing
dan Pupuk Organik Cair..................................................................................28

3. Rataan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Pada Berbagai Dosis Perlakuan
Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair.........................................................29

4. Rataan Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Pada Berbagai Dosis


Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair........................................32

5. Rataan Berat Kering Bagian Atas Tanaman Pada Berbagai Dosis Perlakuan
Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair.........................................................38

6. Rataan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman Pada Berbagai Dosis


Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair........................................40
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Hal

1. Grafik Hubungan Tinggi Tanaman Dengan Berbagai Dosis Pupuk Kascing


Pada Berbagai Umur Tanaman........................................................................26

2. Grafik Hubungan Tinggi Tanaman Dengan Berbagai Dosis Pupuk Organik


Cair Pada Berbagai Umur Tanaman................................................................27

3. Grafik Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Kascing.................................................................................................30

4. Grafik Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Oraganik Cair.......................................................................................31

5. Grafik Hubungan Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Dengan Berbagai


Dosis Pupuk Kascing......................................................................................33

6. Grafik Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai


Dosis Pupuk Oraganik Cair.............................................................................34

7. Grafik Hubungan Antara Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Dengan


Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kascing Pada Berbagai Dosis Pupuk
Organik Cair....................................................................................................35

8. Grafik Hubungan Antara Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Dengan


Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kascing Pada Berbagai Dosis Pupuk
Organik Cair....................................................................................................36

9. Grafik Hubungan Berat Kering Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai


Dosis Pupuk Kascing......................................................................................39

10. Grafik Hubungan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman Dengan


Berbagai Dosis Pupuk Oraganik Cair.............................................................41
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Ha

1. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 4 MSPT (cm)..................................................51

2. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MSPT......................................51

3. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 6 MSPT (cm)..................................................52

4. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MSPT......................................52

5. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 8 MSPT (cm)..................................................53

6. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MSPT......................................53

7. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 10 MSPT (cm)................................................54

8. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MSPT....................................54

9. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 12 MSPT (cm)................................................55

10. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MSPT....................................55


2
11. Tabel Rataan Total Luas Daun Tanaman (cm )...............................................56

12. Tabel Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun Tanaman....................................56

13. Tabel Rataan Berat Basah Bagian Atas Tanaman (g).....................................57

14. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Basah Bagian Atas Tanaman.......................57

15. Tabel Rataan Berat Basah Bagian Bawah Tanaman (g).................................58

16. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Basah Bagian Bawah Tanaman...................58

17. Tabel Rataan Berat Kering Bagian Atas Tanaman (g)....................................59

18. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Bagian Atas Tanaman...............................59

19. Tabel Rataan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman (g)................................60

20. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Kering Bagian Bawah Tanaman.................60
21. Tabel Rangkuman Uji Beda Rataan................................................................61

22. Deskripsi Tanaman Kakao..............................................................................62

23. Bagan Percobaan.............................................................................................63

24. Bagan Tanaman Dalam Plot............................................................................64

25. Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian...................................................................65

26. Hasil Analisa Kascing.....................................................................................66

27. Tabel Kandungan Unsur Hara pupuk Organik Cair Super Biotaplus.............67

28. Gambar Tanaman Penelitian...........................................................................68


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) berasal dari hutan tropis yang

menyebar dari Meksiko Selatan, Brazil sampai ke Bahama, populasi terbanyak

dan diduga sebagai pusatnya adalah wilayah Amazon. Dari daerah ini kemudian

menyebar ke berbagai daerah seperti Venezuela, Ekuador, Peru dan beberapa

Negara di Asia dan Afrika (Felter and Loyd, 2005).

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu dari sekian banyak

tanaman yang mempunyai peluang cukup besar bagi perdagangan, baik di dalam

maupu n di luar negeri. Komoditi kakao pada masa yang akan datang diharapkan

akan dapat menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi karet dan kelapa

sawit. Komoditi kakao mempunyai peluang untuk pasaran ekspor, sehingga dapat

meningkatkan devisa negara. Untuk itu pemerintah berusaha meningkatkan dan

mengembangkannya. Usaha-usaha yang akan dilaksanakan antara lain perluasan

areal, rehabilitasi, intensifikasi dan diversifikasi (Spillane, 1995).

Salah satu usaha yang dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas maupun

kuantitas produksi tanaman kakao adalah dengan memperhatikan aspek dari

budidaya dari tanaman kakao itu sendiri. Diantaranya adalah pengolahan tanah,

pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit serta pemberian zat

pengatur tumbuh. Yang juga tidak kalah penting dan harus diperhatikan dalam
budidaya tanaman kakao adalah penyediaan bahan tanam dalam pembibitan,

karena dari pembibitan inilah akan didapatkan bahan tanam yang layak untuk
ditanam di lapang yang nantinya akan menghasilkan bibit tanaman kakao yang

mampu berproduksi secara maksimal (Triwanto, 2000).

Tanaman kakao yang akan diambil bibitnya atau benihnya sebaiknya dari

kebun induk yang mempunyai sifat-sifat: kondisinya sehat, pertumbuhannya

normal dan kokoh, menghasilkan produksi tinggi, antara 70-90

tongkol/pohon/tahun, berumur antara 12-18 tahun (Sunanto, 1992).

Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman selain unsur hara makro,

tanaman juga memerlukan unsur mikro meskipun dalam jumlah yang kecil. Unsur

hara mikro meliputi Fe (Besi), B (boron), Mo (Molibdenium), Cu (Tembaga), Zn

(Seng), Mn (Mangan), dan Cl (Chlor) (Rosmarkan, dan Yuwono, 2002).

Tidak lengkapnya unsur hara makro dan unsur hara mikro dapat

mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta

berpengaruh langsung terhadap produktifitas tanaman. Ketidaklengkapan salah

satu atau beberapa dari unsur hara makro dan mikro dapat diatasi dengan

pemupukan yang berimbang (Sutedjo, 2002).

Kascing merupakan bahan oraganik yang mengandung unsur hara yang

lengkap, baik unsur makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan

tanaman. Kascing ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang

dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan kascing tergantung

pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun, umumnya kascing mengandung

unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral dan vitamin

(Mulat, 2003).
Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk cair

umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut

seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik mengandung karbon, vitamin,

atau metabolit sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung

tulang, atau enzim (Musnamar, 2006).

Meskipun mengandung unsur hara yang rendah, bahan organik penting

dalam: (1) menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg,

dan Si, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta (3) dapat

bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion

logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe

dan Mn dapat dikurangi (Setyorini, 2005).

Dengan memperhitungkan generasi mendatang, maka pemupukan organik

menghasilkan interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan,

manusia, ekosistem dan lingkungan. Dengan demikian pemupukan dengan bahan

organik merupakan suatu gerakan kembali ke alam (Sutanto, 2002).

Berkurangnya tingkat kesuburan tanah diakibatkan oleh penggunaan

pupuk kimia dan bahan kimia (pestisida) yang terus menerus, sehingga merusak

biologi fisik tanah. Untuk meningkatkan produktivitas suatu tanaman diperlukan

alternatif lain, yaitu sesuatu yang digunakan sebagai campuran media atau pupuk

yang dapat memberikan nutrisi bagi tanaman tanpa merusak biologi dan fisik

tanah. Pemupukan organik merupakan salah satu usaha untuk menambah hara

makro dan mikro bagi tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah. Pemupukan

tidak hanya dapat dilakukan melalui akar, tetapi dapat juga melalui daun.
Maka dari itu penulis tertarik melaksanakan penelitian mengenai pengaruh

pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman

kakao di pre-nursery.

Tujuan Penelitian

Untuk dapat mengetahui pengaruh pemberian pupuk kascing dan

pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman kakao (Theobroma cacao L)

di Pre-nursery.

Hipotesa Penelitian

1. Pupuk kascing berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kakao

(Theobroma cacao L) di pre-nursery.

2. Pupuk organik cair berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kakao

(Theobroma cacao L) di pre-nursery.

3. Ada interaksi antara pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair

terhadap pertumbuhan tanaman kakao (Theobroma cacao L) di pre-

nursery.

Kegunaan Penelitian

Sebagai sumber data dalam menyusun skripsi yang merupakan salah satu

syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Sebagai bahan informasi bagi masyarakat maupun pihak pihak yang

membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Syamsulbahri, (1996) sistematika tanaman kakao adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class :

Dicotyledoneae

Ordo : Malvales

Family : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L.

Akar kakao merupakan akar tunggang (radix primari). Akar yang

pertumbuhannya ke arah samping bisa mencapai 8 meter, sedangkan akar yang

pertumbuhannya ke arah bawah bisa mencapai 15 meter. Perkembangan akr

lateral tanaman kakao sebagaian besar berkembang dekat permukaan tanah, yakni

pada jeluk 0 hingga 30 cm. penyebaran akar yakni 56% akar lateral tumbuh pada

bagian 0-10 cm, 26% pada bagian 11-20 cm, 14% pada bagian 21-30 cm dan

hanya 4% yang tumbuh dari bagian lebih dari 30 cm dari permukaan tanah.

Jangakauan jelajah akar lateral tanaman kakao ternyata dapat jauh diluar proyeksi
tajuk. Ujung akar membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya tidak teratur

(intricate) (Soehardjo, dkk, 1999).


Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas

vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop

atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya

kesamping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan). Tanaman kakao

asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan berhenti tumbuh dan

membentuk jorket (jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola

percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao

(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Daun kakao tumbuh dari cabang primer dan sekunder mengikuti dua tipe

kedududkan daun, yaitu pada cabang ortotrop dengan tipe kedudukan daun 3/8

dan pada cabang plagiotrop dengan tipe kedudukan daun 1/2 . Bentuk helaian

daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan

pangkal daun runcing (acutus) dengan panjang 25-35 cm dan lebar 9-12 cm

dan lebar 9-12 cm. Susunan daun menyirip dengan tepi daun rata

(Soehardjo, dkk, 1999).

Tanaman kakao bersifat kauliflori artinya bunga tumbuh dan berkembang

dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut

semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan

bunga (cushion). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G(5). Artinya,

bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota,

10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari
5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang

bersatu (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Buah kakao merupakan buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit

buah mempunyai 10 alur dan tebal kulit buah berkisar antara 1 hingga 2 cm. Pada

saat buah masih muda, biji menempel pada bagian kulit buah, tetapi bila buah

telah matang maka biji terlepas dari kulitnya. Di dalam buah terdiri dari 20 hingga

60 biji, panjang biji 2-4 cm, diameter sekitar 1-2 cm, berbentuk oval atau elips

(Duke, 1998)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman kakao yang masih muda sangat peka terhadap cahaya matahari

yang berlebihan, sehingga diperlukan adanya naungan. Pada awal pertumbuhan

bibit kakao, memerlukan naungan yang rapat dan semakin berkurang setelah

bertambah umur tanaman. Naungan yang baik dapat digunakan dengan

menggunakan lamtoro atau kelapa, yang penting dapat menahan sinar matahari

dan pengaruh angin kencang (Syamsulbahri, 1996).

Faktor-faktor lingkungan seperti : temperatur, sinar matahari, ketersediaan

air dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kakao.

Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush (tunas muda) pada

tanaman kakao muda. Temperatur yang ideal bagi pertumbuhan kakao adalah

0 0
18 C-32 C. Tanaman kakao dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan

pencahayanya penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyinari tanaman


kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relatif

pendek (Siregar, dkk, 1997).

Kakao menghendaki curah hujan rata-rata 1.500-2.000 mm/th. Pada tanah

yang mengandung pasir diperlukan curah hujan yang lebih tinggi dari 2.000

mm/th. Pada daerah yang curah hujan yang lebih rendah dari 1.500 mm/th masih

dapat ditanami kakao bila tersedia air irigasi. Lama bulan kering maksimum 3

bulan (Spillane, 1995).

0
Suhu ideal pertanaman kakao, untuk suhu maksimum berkisar antara 30

0 0 0
32 C dan suhu minimum berkisar antara 18 21 C. Namun pada kondisi dan

0
kultivar tertentu, kakao masih dapat tumbuh baik pada suhu minimum 15 C.

0
Sedangkan rata-rata suhu bulanan 26,6 C merupakan suhu yang cocok untuk

petumbuhan tanaman kakao (Syamsulbahri, 1996).

Tanah

Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik

dan kimia yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi.

Kakao menghendaki tanah yang banyak mengandung bahan organik yang bebas

dari unsur kimia yang mengandung racun (Clark, 2001).

Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran

pH 4,0-8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0-7,5 dimana unsur-unsur hara dalam

tanah cukup tersedia bagi tanaman (Susanto, 1994).


Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir

dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Susunan

demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah.

Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan

air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar

(Siregar, dkk, 1997).

Kascing

Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk

samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok

untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta

mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang

merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya

unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Krishnawati, 2003).

Pupuk kascing merupakan pupuk organik dengan teknologi pola siklus

kehidupan cacing tanah. Kotoran cacing (kascing) mengandung nutrisi yang

dibutuhkan tanaman. Penambahan kascing pada media tanaman akan

mempercepat pertumbuhan, meningkatkan tinggi dan berat tumbuhan. Jumlah

optimal kascing yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil positif hanya 10-20%

dari volume media tanaman (Musnawar, 2006).

Cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat


(CaCO3) atau dolomit pada lapisan di bawah permukaan tanah. Cacing juga dapat
menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam tinggi.Selain perbaikan sifat

kimia dan biologi tanah, pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki

kondisi fisik tanah. Cacing mampu menggali lubang di sekitar permukaan tanah

sampai kedalaman dua meter dan aktivitasnya meningkatkan kadar oksigen tanah

sampai 30 persen, memperbesar pori-pori tanah, memudahkan pergerakan akar

tanaman, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan

air. Zat-zat organik dan fraksi liat yang dihasilkan cacing bisa memperbaiki daya

ikat antar partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses pengikisan/erosi

hingga 40 persen (Kartini, 2007).

Kascing mempunyai struktur remah, sehingga dapat mempertahankan

kestabilan dan aerasi tanah. Kascing mengandung enzim protease, amilase, lipase

dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik (Masnur, 2001).

Pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah -

memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan

untuk menahan air. Di samping itu kascing dapat memperbaiki kimia tanah seperti

meningkatkan kemampuan untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro

dan mikro, meningkatkan PH pada tanah asam dan sebagainya (Nick, 2008).

Kascing mengandung asam humat. Zat-zat humat bersama-sama dengan

tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kompleks baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui

pengaruhnya terhadap sejumlah proses-proses dalam tubuh tanaman. Secara tidak

langsung, zat humat dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan mengubah

kondisi-kondisi fisik, kimia dan biologi tanah (Mulat, 2003).


Cacing tanah mampu mempercepat proses penghancuran bahan organik

sisa menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Cacing tanah mempu menguraikan

sampah organik 2-5 kali lebih cepat dari mikroorganisme pembusuk. Limbah

bahan organik yang diuraikan dapat mengalami penyusutan 40-60 persen. Pupuk

organik yang dihasilkan dari percampuran antara media cacing tanah dengan

kotoran cacing tanah disebut dengan bekas cacing atau kascing. Kascing

merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki kelebihan dari pupuk organik

yang lain karena unsur haranya dapat langsung tersedia, mengandung

mikroorganisme yang lengkap dan juga mengandung hormon tubuh sehingga

dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (Nick, 2008).

Menurut Masnur (2001) keunggulan kascing adalah:

- Kascing mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N,

P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan

yang digunakan. Kascing merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah.

Dengan adanya nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus

berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena

itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, kascing juga dapat membantu

proses penghancuran limbah organik.

- Kascing berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu

menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan

pH tanah.
- Kascing mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena

struktur kascing yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan

menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.

- Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing

tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. Yaitu

dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi

tersebut terdapat di dalam kascing, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman

untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman.

- Setiap bahan yang digunakan sebagai media akan mempengaruhi kualitas

kascing/pupuk yang dihasilkan cacing tersebut.

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk

Super Biotaplus yang merupakan pupuk organik cair lengkap. Super Biotaplus

digunakan dengan cara disemprotkan pada bagian bawah permukaan daun, ranting

dan batang sampai basah dan merata. Super Biotaplus ini terlihat dampaknya,

dapat meningkatkan produksi hasil panen lebih dari 40% - 100% dengan

menggunakan pupuk tersebut. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair

Super Biotaplus adalah N : 16,64 %, P2O5 : 2,43 %, K20 : 17,51 %, Organik

karbon : 6,87%, C/N : 0,41, SO4 : 2,64 %, Cl : 1,49 %, Fe : 43,03 ppm, Cu : 0,63

ppm, Mg : 0,07 %, Zn : 28,80 ppm, Mo : 0,58 % dan pH : 7,76. Pupuk organik

cair Super Biotaplus berasal dari Makasar, pupuk organik ini dibuat dari minyak

ikan hiu, serai, vitamin dan sejenis umbi-umbian yang ada hanya di daerah

Makasar (PT. Tri Harmoni Abadi.com, 2007).


Manfaat dan kegunaan pupuk organik cair lengkap Super Biotaplus yaitu

meningkatkan produksi panen 40 % - 100 %, mencegah atau mengurangi gugur

bunga dan buah, memperkuat jaringan pada akar dan batang, sebagai katalisator

sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk dasar sampai 50 %, meningkatkan

daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit terutama fungi atau cendawan,

mempercepat panen pada tanaman semusim, memperpanjang masa umur tanaman

yang sedang berproduksi, yang tidak habis satu kali panen, misalnya tomat, cabe,

kacang panjang, mentimun. Sangat baik digunakan pada persemaian, pembibitan

dengan dosis 1 : 1500 atau setiap 10 cc Super Biotaplus dilarutkan dengan 15

liter air.

Penggunaan Pupuk Super Biotaplus untuk tanaman lemah misalnya kol,

seledri dengan dosis 1 : 1000 atau setiap 10 cc Super Biotaplus dilarutkan dengan

10 liter air. Lakukan penyemprotan 3 kali berturut-turut dengan jarak waktu 10

hari sekali. Penyemprotan pertama tanaman berumur 10 hari setelah tanam, dosis

per hektar untuk 1 kali aplikasi 700 cc. Untuk tanaman yang tidak berbatang kayu,

misalnya padi, jagung, cabe, tomat dengan dosis 1 : 700 atau tiap 10 cc Super

Biotaplus dilarutkan dengan 7 liter air. Lakukan penyemprotan 3 kali berturut-

turut dengan jarak waktu penyemprotan 15 hari sekali. Penyemprotan pertama

tanaman berumur 15 s/d 20 hari setelah tanam. Dosis per hektar untuk 1 kali

aplikasi 1 liter Super Biotaplus. Untuk tanaman tinggi atau berbatang kayu,

misalnya kelapa sawit, jeruk, coklat, cengkeh, kopi, dosis anjurannya adalah 1 :

500 atau setiap 10 cc Super Biotaplus dilarutkan dengan 5 liter. Lakukan 3 atau 4

kali penyemprotan , dengan jarak waktu 2 minggu. Untuk tanaman hias, misalnya
mawar, nggrek, melati, dosis anjurannya adalah 1 : 1500 atau setiap 10 cc Super

Biotaplus dilarutkan dengan 15 liter air. Lakukan penyemprotan 2 minggu sekali.

Lakukan penyemprotan pada pagi hari pukul 07.00 WIB - 10.00 WIB atau sore

hari pukul 15.00 WIB - 18.00 WIB (PT. Tri Harmoni Abadi.com, 2007).

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan

atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang

berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan

hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak.

Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik

dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik

dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen (jerami, brangkasan,

tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan

(Setyorini, 2005).

Gambaran umum pupuk kimia dan organik dapat dilihat pada tabel

berikut:

Kimia/Sintetik Organik/Non-sintetik

Bahan sintetik Bahan dari alam

Mengandung hara tertentu Selain N,P,K terdapat juga

beberapa unsur mikro

Tanah menjadi keras Tekstur tanah lebih baik

Daya simpan air rendah Daya simpan air tinggi

Pertumbuhan tanaman terlalu Pertumbuhan tanaman relatif


cepat, sehingga rentan serangan lambat dan lebih tahan serangan

organisme pengganggu tanaman organisme pengganggu tanaman

Unsur hara yang larut mudah Unsur hara tidak mudah tercuci

tercuci air

Bahan dasar mahal, sulit dibuat Bahan dasar murah dan mudah

sehingga harganya mahal dibuat sehingga harganya murah

Dibuat oleh pabrik, cenderung Dapat dibuat sendiri dan aman bagi

kurang aman bagi kesehatan dan kesehatan dan lingkungan

lingkungan

(Sutanto, 2002)

Pupuk organik cair dapat diklasifikasikan atas pupuk kandang cair, biogas,

pupuk cair dari limbah organik, pupuk cair dari limbah kotoran manusia dan

mikroorganisme efektif (Parnata, 2005).

Pemupukan tanaman lewat daun biasanya disebut foliar feeding yaitu

suatu cara pemupukan yang disemprotkan lewat daun dan diharapkan pupuk yang

disemprotkan dapat masuk ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) dan

celah-celah kutikula (Sutanto, 2002).

Daya larut yang menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada di

dalam pupuk untuk diserap tanaman atau hilang karena tercuci. Pupuk daun yang

berkualitas memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam

aplikasi pupuk, terutama tidak perlu terlalu lama. Pupuk berdaya larut tinggi

memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat sampai
dan diserap oleh permukaan daun. Jika ada campuran pupuk dan air masih

terdapat endapan, bahan yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh

tanaman. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara

aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien.

Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan

tanaman, bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan

tanaman (Novizan, 2005).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25 meter di atas

permukaan laut dengan pH tanah 6,16. Penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan Februari 2009 sampai Mei 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao lindak

klon TSH 858 dari Adolina (PTPN II) Lubuk Pakam, pupuk kascing, polibag

ukuran 25 cm x 35 cm, pupuk organik cair (Super Biota plus), top soil, air,

fungisida Antracol 70 WP, insektisida Lannate 25 WP, dan bahan-bahan lain yang

mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,

meteran, timbangan, oven, leaf area meter, handsprayer, tali plastik, ember,

bambu, beaker glass, pisau, pacak sampel, plang nama, kalkulator dan alat-alat

lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3

ulangan, yaitu:
Faktor I : Pupuk kascing (K) dengan 4 taraf perlakuan yaitu :

K0 = 0 g/polybag

K1 = 150

g/polybag K2 =

300 g/polybag K3

= 450 g/polybag

Faktor II : Pupuk organik cair Super Biotaplus (S) dengan 4 taraf perlakuan yaitu :

S0 = 0 cc/l.air

S1 = 1 cc/l.air

S2 = 2 cc/l.air

S3 = 3 cc/l.air

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 16 kombinasi yaitu :

K0S0 K1S0 K2S0 K3S0

K0S1 K1S1 K2S1

K3S1 K0S2 K1S2

K2S2 K3S2 K0S3

K1S3 K2S3

K3S3

Jumlah ulangan = 3 ulangan

Jumlah plot = 48 plot

Jumlah tanaman/plot = 5 tanaman

Jumlah sampel/plot = 3 tanaman


Jumlah seluruh tanaman = 240 tanaman

Jumlah seluruh tanaman sampel = 144 tanaman

Luas plot = 100 cm x 100

cm

Jarak antar plot = 30 cm

Jarak antar blok (ulangan) = 50 cm


Metode Analisa Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier

sebagai berikut :

Yijk = + i + j + k + () jk + ijk

Dimana :

Yijk = hasil pengamatan blok ke-i dengan perlakuan pupuk kascing pada taraf

ke- j dan pupuk organik cair pada taraf ke-k.

= Nilai tengah perlakuan.

i = Pengaruh blok ke- i.

j = Pengaruh pupuk kascing pada taraf ke- j.

k = Pengaruh pupuk organik cair pada taraf ke- k.

()jk = Pengaruh interaksi antara pupuk kascing pada taraf ke-j dan pupuk

organik cair pada taraf ke- k.

ijk = Pengaruh galat percobaan blok ke- i yang mendapat perlakuan pupuk

kascing ke-j dengan pupuk organik cair pada taraf ke-k.

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan

dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan dengan taraf uji 5 %.

Menurut Gomez dan Gomez (1995) apabila terdapat salah satu faktor yang

lebih dominan dari pada faktor lain, maka tidak terdapat interaksi diantara

keduanya.
PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyiapan Lahan dan Pembuatan Naungan

Diukur areal lahan yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang

tumbuh pada lahan. Dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm.

Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan

50 cm. Naungan terbuat dari bambu sebagai tiang dan pelepah sawit sebagai atap

dengan ketinggian 1,5 m arah timur dan 1,25 m arah barat.

Penyiapan Media Tanam

Tanah topsoil dimasukkan ke dalam polibeg kemudian disusun pada plot

penelitian.

Aplikasi Pupuk Kascing

Apliksi pupuk kascing dilakukan 2 minggu sebelum benih ditanam di

polybag dengan dosis sesuai dengan perlakuan masing-masing. Aplikasi

dilakukan dengan cara mengaduk pupuk kascing dengan media (top soil) yang

telah diisi pada polybag.

Pendederan Benih

Pendederan dilakukan dengan cara mendederkan benih di bak

perkecambahan sampai benih berkecambah ditandai dengan munculnya radikula

dan plumula.
Penanaman Kecambah

Penanaman dapat dilakukan dengan menanam 1 benih pada polibeg yang

telah diisi media pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah kemudian lubang

tanam ditutup kembali.

Aplikasi Pupuk Organik Cair

Pupuk Super Biotaplus diaplikasikan melalui daun pada pagi hari

pukul 07.00-10.00WIB atau sore hari pukul 15.00-18.00 WIB dengan

menggunakan handsprayer. Dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan perlakuan

masing-masing. Aplikasi pupuk dilakukan 4 kali, aplikasi pertama saat tanaman

berumur 2 minggu setelah pindah tanam (MSPT) dengan interval 2 minggu.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman

dilakukan pagi atau sore hari dengan menggunakan gembor. Namun jika cuaca

tidak terlalu panas, penyiraman dapat dilakukan sekali sehari yaitu pada sore hari.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati atau

pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan. Penyulaman dilakukan di

dalam polybag setelah tanaman berumur 1 MSPT.


Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang

ada dalam polibek maupun pada plot. Penyiangan dilakukan disesuaikan dengan

kondisi gulma yang ada di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara

menyemprotkan insektisida Lannate 25 WP dengan dosis 1 g/l air dan fungisida

Antracol 70 WP dengan dosis 1- 2 g/l air. Aplikasi ini dilakukan bila terjadi

serangan hama dan penyakit.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari patokan yang ditandai dengan

pacak sampai titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran, pengukuran

dilakukan pada saat umur tanaman 4 MSPT sampai 12 MSPT dengan interval dua

minggu sekali.

2
Total Luas Daun (cm )

Pengamatan luas daun tanaman dilakukan diakhir penelitian dengan

mengunakan alat Leaf Area Meter, pengukuran dilakukan di laboratorium Central

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.


Berat Basah Bagian Atas Tanaman (g)

Bobot basah tanaman diukur dengan cara menimbang tanaman yang telah

telah dipisahkan dari akar tanaman. Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian

dengan menggunakan timbangan analitik.

Berat Basah Bagian Bawah Tanaman (g)

Bobot basah akar dihitung dengan cara menimbang akar yang telah

dipisahkan dari batang dan daun tanaman yang telah bersih dari tanah yang

menempel. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.

Berat Kering Bagian Atas Tanaman (g)

Tanaman yang telah ditimbang bobot basahnya, selanjutnya dimasukkan

kedalam amplop. Kemudian amplop yang berisi tanaman diovenkan dengan suhu

0
70 C sampai berat kering konstan. Setelah itu tanaman dikeluarkan dari amplop

dan dihitung bobot kering tanaman dengan menggunakan timbangan analitik.

Berat Kering Bawah Tanaman (g)

Akar tanaman yang telah ditimbang bobot basahnya, selanjutnya

dimasukkan kedalam amplop. Kemudian amplop yang berisi tanaman diovenkan

0
dengan suhu 70 C sampai berat kering konstan. Setelah itu tanaman dikeluarkan

dari amplop dan dihitung bobot kering tanaman dengan menggunakan timbangan

analitik.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan tinggi tanaman 4-12 MSPT dapat dilihat pada tabel

lampiran 1, 3, 5, 7 dan 9, sedangkan daftar sidik ragam dapat dilihat pada tabel

lampiran 2, 4, 6, 8 dan 10. Dari tabel lampiran dapat dilihat bahwa tinggi tanaman

untuk semua perlakuan mulai dari umur tanaman 4-12 MSPT menunjukkan

peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman.

Pada tabel lampiran 2, 4, 6, 8 dan 10 dapat dilihat bahwa sidik ragam

tinggi tanaman 4-12 MSPT menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk

kascing dan pupuk organik cair serta interaksinya berpengaruh tidak nyata

terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman 4-12 MSPT pada berbagai dosis perlakuan pupuk

kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 1.


Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman 4-12 MSPT Pada Berbagai Dosis Pupuk
Kascing dan Pupuk Organik Cair
Tinggi Tanaman
Perlakuan
4 MSPT 6 MSPT 8 MSPT 10 MSPT 12 MSPT
Pupuk Kascing cm.
K0 19,075 21,075 22,45 25,29 27,867
K1 19,3167 21,2333 23,53 25,25 28,764
K2 20,1056 21,95 23,53 26,24 29,361
K3 19,7392 21,7833 23,75 26,23 29,556
Pupuk Organk Cair
S0 19,4167 21,2361 22,8 25,28 27,808
S1 19,7972 21,8444 23,5 25,96 28,986
S2 19,2214 21,35 23,37 25,88 29,331
S3 19,8011 21,6111 23,59 25,87 29,422
Interaksi (K x S)
K0S0 18,38 19,81 21,30 23,31 25,56
K0S1 19,38 21,81 23,04 26,73 28,38
K0S2 18,37 20,89 22,12 24,68 28,38
K0S3 20,18 21,79 23,33 26,43 29,16
K1S0 19,76 21,74 23,58 25,43 28,30
K1S1 19,48 21,57 23,61 25,59 28,36
K1S2 18,80 20,03 22,86 24,28 28,10
K1S3 19,23 21,59 24,06 25,69 30,30
K2S0 20,33 22,08 23,27 26,64 28,61
K2S1 21,01 22,50 23,81 25,79 29,44
K2S2 19,46 21,92 23,86 27,19 30,27
K2S3 19,62 21,30 23,20 25,32 29,12
K3S0 19,20 21,31 23,07 25,73 28,77
K3S1 19,32 21,50 23,53 25,74 29,77
K3S2 20,26 22,56 24,63 27,39 30,58
K3S3 20,17 21,77 23,78 26,04 29,11

Pada tabel 1 rataan tinggi tanaman 4-12 MSPT memperlihatkan bahwa

pada umur 12 MSPT perlakuan kascing K3 (450 g/polibag) memberikan tinggi

tanaman tertinggi yaitu 29,56 cm dan yang terendah pada K 0 (0 g/polibag) yaitu

27,87 cm. Pada perlakuan pupuk organik cair S3 (3 cc/l air) memberikan tinggi

tanaman tertinggi yaitu 29, 42 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan

S0 (0 cc/l air) yaitu 27,81 cm. Sedangkan interaksi perlakuan K3S2 memberikan
tinggi tanaman tertinggi sebesar 30,58 cm dan yang terendah terdapat pada

perlakuan K0S0 (0 cc/l air) yaitu 25,56 cm.

Hubungan pupuk kascing dengan pola pertumbuhan tinggi tanaman 4-12

MSPT dapat dilihat pada gambar 1.

35,00
Tinggi Tanaman (cm

30,00

25,00
K0
20,00 K1
K2
15,00 K3

10,00

5,00

0,00
4 MSPT 6 MSPT 8 MSPT 10 MSPT 12 MSPT
Umur Tanaman

Gambar 1. Hubungan Tinggi Tanaman Dengan Berbagai Dosis Pupuk Kascing


Pada Berbagai Umur Tanaman

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan tinggi tanaman

meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.

Hubungan pupuk organik cair dengan pola pertumbuhan tinggi tanaman 4-

12 MSPT dapat dilihat pada gambar 2.


Tinggi Tanaman (cm
35,00

30,00

25,00 S
0
20,00 S
1
15,00
S
10,00

5,00

0,00
4 MSPT 6 MSPT 8 MSPT 10 MSPT 12 MSPT

Umur Tanaman

Gambar 2. Hubungan Tinggi Tanaman Dengan Berbagai Dosis Pupuk Organik


Cair Pada Berbagai Umur Tanaman

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan tinggi tanaman

meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.

2
Total Luas Daun (cm )

Data pengamatan total luas daun dapat dilihat pada tabel lampiran 11

sedangkan daftar sidik ragam total luas daun dapat dilihat pada tabel lampiran 12.

Pada tabel lampiran 12 dapat dilihat bahwa sidik ragam menunjukkan

perlakuan pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair berpengaruh tidak

nyata terhadap total luas daun.

Rataan total luas daun pada berbagai dosis perlakuan pupuk kascing dan

pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 2.


Tabel 2. Rataan Total Luas daun Pada Berbagai Dosis Perlakuan Pupuk Kascing
dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
2
.. cm ..
S0 640.07 751.10 640.29 802.72 708.54
S1 788.51 832.10 827.22 880.53 832.09
S2 739.94 663.86 880.35 842.37 781.63
S3 790.73 828.23 728.29 818.77 791.51
Rataan 739.81 768.82 769.04 836.10 778.44

Pada tabel 2 rataan total luas luas daun memperlihatkan bahwa perlakuan

pemberian pupuk kascing K3 (450 g/polibag) memberikan total luas daun terbesar

2 2
(836.10 cm ) dan yang terkecil terdapat pada K0 (0 g/polibag) yaitu 739.81 cm .

Untuk perlakuan pemberian pupuk organik cair diperoleh total luas daun terbesar

2
pada perlakuan S1 (1 cc/l air) yaitu 832.09 cm dan yang terkecil S0 (0 cc/l air)
2
yaitu 708.54 cm . Pada interaksi kedua perlakuan diperoleh total luas daun
2 2
terbesar pada K3S1 (880.53 cm ) dan yang terkecil pada K0 S0 (640.07 cm ).

Berat Basah Bagian Atas Tanaman (g)

Data pengamatan berat basah bagian atas tanaman dapat dilihat pada tabel

lampiran 13 sedangkan daftar sidik ragam berat basah bagian atas tanaman dapat

dilihat pada tabel lampiran 14.

Pada tabel lampiran 14 dapat dilihat bahwa sidik ragam menunjukkan

untuk perlakuan pupuk kascing dan pupuk organik cair berpengaruh nyata

terhadap berat basah bagian atas tanaman sedangkan interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah bagian atas tanaman.


Rataan berat basah bagian atas tanaman pada berbagai dosis perlakuan

pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Pada Berbagai Dosis
Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
. g
S0 9.76 11.29 13.01 12.99 11.76b
S1 10.80 13.81 14.10 14.80 13.38a
S2 11.90 13.36 15.88 14.44 13.89a
S3 11.74 13.70 16.44 13.09 13.74a
Rataan 11.05c 13.04b 14.86a 13.83ab 13.19
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji
5 %.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa berat basah bagian atas tanaman tertinggi

terdapat pada perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 14,,86 g dan yang terendah

terdapat pada perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 11,05 g. Sedangkan untuk

perlakuan pupuk organik cair, berat basah bagian atas tanaman tertinggi terdapat

pada perlakuan S2 (2 cc/ air) yaitu 13,89 g dan yang terendah terdapat pada

perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 11,76 g.

Dari hasil uji beda rataan didapat bahwa perlakuan K2 berbeda nyata

dengan perlakuan K1 dan K0 tetapi tidak berbeda nyata dengan K3. Pada perlakuan

K3 dan K1 juga berbeda nyata dengan perlakuan K0. Sedangkan pada perlakuan

pupuk organik cair dapat dilihat bahwa perlakuan S 1 tidak berbeda nyata dengan

S2 dan S3 akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S0. Perlakuan S2 tidak
berbeda nyata dengan S3 akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S0. Untuk

perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan S0.

Hubungan berat basah bagian atas tanaman dengan berbagai dosis pupuk
Berat Basah Bagian Atas (g)

kascing dapat dilihat pada gambar 3.

16,00 14,86 13,83


14,00
13,04
12,00
10,00 11,05 2
= -0.00003x + 0.0219x + 10.916
8,00 r = 0.954
6,00
4,00
2,00
0,00

K0 K1 K2 K3
Pupuk Kascing (g)

Gambar 3. Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Kascing

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa berat basah bagian atas tertinggi

terdapat pada perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 14, 86 g dan yang terendah

terdapat pada perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 11,05 g. Pada gambar 3

memperlihatkan ada hubungan kuadratik positif antara berat basah bagian atas

tanaman dengan perlakuan pemberian dosis pupuk kascing dimana berat basah

bagian atas akan meningkat sampai pada pemberian dosis optimum pupuk kascing

dan akan menurun jika melebihi dosis optimum pupuk kascing. Nilai optimum
pemberian pupuk kascing tersebut adalah 365 g/polibag dengan berat basah

bagian atas tanaman adalah 15,87 g.


Hubungan berat basah bagian atas tanaman dengan berbagai dosis pupuk

Berat Basah Bagian Atas (g)


oraganik cair dapat dilihat pada gambar 4.

16,00 13.89 13.74


13.38
14,00 11.76
12,00
10,00 = 0,6467x + 12,224
8,00 r = 0,7259
6,00
4,00
2,00
0,00
S0 S1 S2 S3
Pupuk Organik Cair (cc/l air)

Gambar 4. Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Oraganik Cair

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa berat basah bagian atas tertinggi

terdapat pada perlakuan S2 (2 cc/l air) yaitu 13,89 g dan yang terendah terdapat

pada perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 11,76 g. Pada gambar 4 memperlihatkan ada

hubungan linier positif antara perlakuan pemberian pupuk organik cair terhadap

berat basah bagian atas tanaman dimana semakin besar pemberian dosis pupuk

organik cair maka akan semakin besar berat basah bagian atas tanaman.

Berat Basah Bagian Bawah Tanaman (g)

Data pengamatan berat basah bagian bawah tanaman dapat dilihat pada

tabel lampiran 15 sedangkan daftar sidik ragam berat basah bagian bawah

tanaman dapat dilihat pada tabel lampiran 16.


Pada tabel lampiran 16 dapat dilihat bahwa sidik ragam menunjukkan

untuk perlakuan pupuk kascing, pupuk organik cair dan interaksi kedua pupuk

berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian bawah tanaman.

Rataan berat basah bagian bawah tanaman pada berbagai dosis perlakuan

pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Pada Berbagai Dosis
Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
g ..
S0 2,19 e 2,64 cde 3,10 bcde 3,21 bcd 2,79 c
S1 2,82 cde 3,39 bcd 3,19 bcd 3,96 ab 3,34 bc
S2 3,31 bcd 3,64 abc 4,40 a 3,70 abc 3,76 a
S3 3,72 abc 3,63 abc 4,50 a 3,04 bcde 3,73 ab
Rataan 3,01 c 3,33 bc 3,80 a 3,48 ab 3,40
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf
uji 5 %.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa berat basah bagian bawah tanaman

tertinggi pada perlakuan kascing terdapat pada K2 (300 g/polibag) yaitu 3,80 g dan

berat basah bagian bawah tanaman yang terendah terdapat pada perlakuan

K0 (0 g/polibag) yaitu 3,01 g sedangkan untuk perlakuan pupuk organik cair, berat

basah bagian bawah tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan S 2 (2 cc/l air) yaitu

3,76 g dan berat basah bagian bawah tanaman yang terendah terdapat pada

perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 2,79 g. Untuk interaksi kedua perlakuan diperoleh

hasil bahwa berat basah bagian bawah tertinggi terdapat pada perlakuan K 2S3

yaitu 4,50 g sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K0S0 yaitu 2,19 g.
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dengan pengujian uji jarak duncan,

perlakuan K2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3, akan tetapi berbeda nyata

dengan perlakuan K0 dan K1. Pada perlakuan K3 tidak berbeda nyata dengan K1

tetapi berbeda nyata dengan K0. Sedangkan K1 tidak berbeda nyata dengan

perlakuan K0. Untuk perlakuan pupuk organik cair S2 tidak berbeda nyata dengan

perlakuan S3, akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S0 dan S1. Pada

perlakuan S3 tidak berbeda nyata dengan S1 tetapi berbeda nyata dengan S0.

Sedangkan S1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0.

Hubungan berat basah bagian bawah tanaman dengan berbagai dosis


Berat Basah Bagian Bawah (g)

pupuk kascing dapat dilihat pada gambar 5.

4,00
3,80
3,50 3,33 3,48
3,00 3,01

2,50
2,00 = -0,000007x2 + 0,0044x + 2,964
r = 0,8616
1,50
1,00
0,50
0,00

K0 K1 K2 K3
Pupuk kascing (g)

Gambar 5. Hubungan Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Dengan Berbagai


Dosis Pupuk Kascing
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa berat basah bagian bawah tertinggi

terdapat pada perlakuan K2 (300 g/polibag) yaitu 3,80 g dan yang terendah

terdapat pada perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 3,01 g. Pada gambar 5


memperlihatkan ada hubungan kuadratik positif antara berat basah bagian bawah

tanaman dengan perlakuan pemberian dosis pupuk kascing dimana berat basah

bagian bawah akan meningkat sampai pada pemberian dosis optimum pupuk

kascing dan akan menurun jika melebihi dosis optimum pupuk kascing. Nilai

optimum pemberian pupuk kascing tersebut adalah 314,29 g/polibag dengan berat

basah bagian bawah tanaman adalah 3,66 g.

Hubungan berat basah bagian atas tanaman dengan berbagai dosis pupuk
Berat Basah Bagian Bawah (g)

oraganik cair dapat dilihat pada gambar 6.

4,50
4,00
3,50 3,76 3,73
3,00 3,34
2,79
2,50
= 0,3242x + 2,9172
2,00
r = 0,8494
1,50
1,00
0,50
0,00

S0 S1 S2 S3
Pupuk Organik Cair (cc/l air)

Gambar 6. Hubungan Berat Basah Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Oraganik Cair

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa berat basah bagian bawah tertinggi

terdapat pada perlakuan S2 (2 cc/l air) yaitu 3,76 g dan yang terendah terdapat

pada perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 2,79 g. Pada gambar 6 memperlihatkan ada

hubungan linier positif antara perlakuan pemberian pupuk organik cair terhadap
berat basah bagian bawah tanaman dimana semakin besar pemberian dosis pupuk

organik cair maka akan semakin besar berat basah bagian bawah tanaman.
Interaksi pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap berat

basah bagian bawah tanaman dapat dilihat pada gambar 7.


Berat Basah Bagian Bawah (g)

5,00
4,50
S1 S
4,00 S2 0
3,50 S0 S
S3 1
3,00
S
2,50 3 2
S3 = -2E-07x + 9E-05x - 0,0111x + 3,7222; r = 1 2

2,00
S2 = -9E-08x3 + 5E-05x2 - 0,0034x + 3,3111; r = 1
1,50
S1 = 9E-08x3 - 6E-05x2 + 0,0102x + 2,8222; r = 1
1,00 S0 = -4E-06x2 + 0,0041x + 2,1717; r = 0,991
0,50
0,00 K0 K1 K2 K3
Pupuk Kascing (g)

Gambar 7. Hubungan Antara Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Dengan


Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kascing Pada Berbagai Dosis
Pupuk Organik Cair

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair 0 cc/l air

dengan berbagai dosis pupuk kascing membentuk grafik kuadratik positif terhadap

berat basah bagian bawah, dimana berat basah bagian bawah akan meningkat

dengan pemberian pupuk kascing sampai pada dosis optimum dan pupuk organik

cair pada S0 (0 cc/l air). Dosis optimum pupuk kascing 513 g/polibag dengan

berat basah bagian bawah 3,22 g pada S0 (0 cc/l air). Pada pemberian 1 cc/l air
dengan berbagai dosis pupuk kascing membentuk grafik bersifat kubik, dimana

diperoleh berat basah bagian bawah maksimum 3,96 g pada dosis pupuk kascing
K3 (450 g/polibag) dan berat basah bagian bawah minimum sebesar 2,82 g pada

dosis pupuk kascing K0 (0 g/polibag). Pada pemberian 2 cc/l air dengan berbagai

dosis pupuk kascing membentuk grafik bersifat kubik, dimana diperoleh berat

basah bagian bawah maksimum 4,39 g pada dosis pupuk kascing K2 (300

g/polibag) dan berat basah bagian bawah minimum sebesar 3,31 g pada dosis

pupuk kascing K0 (0 g/polibag). Pada pemberian 3 cc/l air dengan berbagai dosis

pupuk kascing membentuk grafik bersifat kubik, dimana diperoleh berat basah

bagian bawah maksimum 4,50 g pada dosis pupuk kascing K 2 (300 g/polibag) dan

berat basah bagian bawah minimum sebesar 3,04 g pada dosis pupuk kascing K 3

(450 g/polibag).

Interaksi pemberian pupuk organik cair dan pupuk kascing terhadap berat
Berat Basah Bagian Bawah (g)

basah bagian bawah tanaman dapat dilihat pada gambar 8.

5,00 K2
4,50 K0
4,00 K1
K0
3,50 K3 K1
K2
3,00 + 0,9744x + 3,2411; r = 0,9665
2,50 2
K3 = -0,35x
2,00
K3
1,50 3 2
K2 = -0,3722x + 1,6778x - 1,2167x + 3,1; r = 1
1,00 2
K1 = -0,1889x + 0,8889x + 2,6556; r = 0,9963
0,50 K0 = 0,5089x + 2,2478; r = 0,9904
0,00
S0 S1 S2 S3

Pupuk Organik Cair (cc/l air)


Gambar 8. Hubungan Antara Berat Basah Bagian Bawah Tanaman Dengan
Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kascing Pada Berbagai Dosis
Pupuk Organik Cair
Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kascing K0

(0 g/polibag) dengan berbagai dosis pupuk organik cair membentuk grafik linier

positif terhadap berat basah bagian bawah artinya semakin besar pemberian dosis

pupuk organik cair pada K0 (0 g/polibag) maka semakin besar berat basah bagian

bawah tanaman. Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa pengaruh dosis perlakuan

kascing 150 g/polibag dengan pupuk organik cair membentuk grafik bersifat

kuadratik positif dimana berat basah bagian bawah akan meningkat dengan

pemberian pupuk organik cair sampai pada dosis optimum dan pupuk kascing

pada K1 (150 g/polibag). Dosis optimum pupuk organik cair 2,35 cc/l air dengan

berat basah bawah sebesar 3,71 g pada K1 (150 g/polibag). Pemberian pupuk

kascing K2 (300 g/polibag) dengan pupuk organik cair membentuk grafik bersifat

kubik dimana diperoleh berat basah bawah maksimum sebesar 4,50 g pada dosis

pupuk organik cair S3 (3 cc/l air) dan berat basah bagian bawah minimum sebesar

3,1 g pada dosis pupuk organik cair S0 (0 cc/l air). Pemberian pupuk kascing

K3 (450 g/polibag) dengan pupuk organik cair membentuk grafik bersifat

kuadratik positif dimana berat basah bagian bawah akan meningkat dengan

pemberian pupuk organik cair sampai pada dosis optimum dan pupuk kascing

pada K3 (450 g/polibag). Dosis optimum pupuk organik cair 2,59 cc/l air dengan

berat basah bawah sebesar 3,34 g pada K3 (450 g/polibag).

Berat Kering Bagian Atas Tanaman (g)

Data pengamatan berat kering bagian atas tanaman dapat dilihat pada tabel

lampiran 17 sedangkan daftar sidik ragam berat kering bagian atas tanaman dapat

dilihat pada tabel lampiran 18.


Pada tabel lampiran 18 dapat dilihat bahwa sidik ragam menunjukkan

untuk perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat kering bagian

atas tanaman sedangkan pupuk organik cair dan interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering bagian atas tanaman.

Rataan berat kering bagian atas tanaman pada berbagai dosis perlakuan

pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan Berat Kering Bagian Atas Tanaman Pada Berbagai Dosis
Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
g
S0 4.99 6.14 6.36 8.59 6.52
S1 5.83 7.34 7.61 8.13 7.23
S2 6.83 7.83 8.82 7.91 7.85
S3 6.13 7.51 9.02 7.68 7.59
Rataan 5.95b 7.21a 7.95a 8.08a 7.30
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf
uji 5 %.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa berat kering bagian atas tanaman tertinggi

terdapat pada perlakuan K3 (450 g/polibag) yaitu 8,08 g dan yang terendah

terdapat pada perlakuan K0 (0 g/polibag) yaitu 5,95 g.

Dari hasi uji beda rataan didapat bahwa perlakuan K1 berbeda nyata

dengan K0 akan tetapi tidak berbeda nyata dengan K2 dan K3. Perlakuan K2

berbeda nyata dengan K0 tetapi tidak berbeda nyata dengan K 3. Sedangkan

perlakuan K3 berbeda nyata dengan perlakuan K0.


Hubungan berat kering bagian atas tanaman dengan berbagai dosis pupuk
Berat Kering Bagian Atas (g)
kascing dapat dilihat pada gambar 9.

10,00

8,00 7,95 8,08


7,21
6,00 5,95
= 0,0048x + 6,226
4,00 r = 0,8874

2,00

0,00 K0 K1 K2 K3
Pupuk Kascing (g)

Gambar 9. Hubungan Berat Kering Bagian Atas Tanaman Dengan Berbagai Dosis
Pupuk Kascing

Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa parameter berat kering bagian atas

tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (450 g/polibag) yaitu 8,08 g dan yang

terendah terdapat pada K0 (0 g/polibag) yaitu 5,96 g. Pada gambar 9

memperlihatkan ada hubungan linier positif antara perlakuan pemberian pupuk

kascing terhadap berat kering bagian atas tanaman dimana semakin besar

pemberian dosis pupuk kascing maka akan semakin besar berat kering bagian atas

tanaman.

Berat Kering Bagian Bawah Tanaman (g)


Data pengamatan berat kering bagian bawah tanaman dapat dilihat pada

tabel lampiran 19 sedangkan daftar sidik ragam berat kering bagian bawah

tanaman dapat dilihat pada tabel lampiran 20.


Pada tabel lampiran 20 dapat dilihat bahwa sidik ragam menunjukkan

untuk perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap berat kering

bagian bawah tanaman sedangkan pupuk kascing dan interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering bagian bawah tanaman.

Rataan berat kering bagian bawah tanaman pada berbagai dosis perlakuan

pupuk kascing dan pupuk organik cair dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 6. Rataan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman Pada Berbagai Dosis
Perlakuan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair
Pupuk Kascing
Pupuk Organik Cair (g/polibag) Rataan
(cc/l air)
K0 K1 K2 K3
. g
S0 1.12 1.24 1.32 1.31 1.25b
S1 1.19 1.51 1.79 1.96 1.61a
S2 1.48 1.77 2.16 1.67 1.77a
S3 1.80 1.74 1.77 1.33 1.66a
Rataan 1.40 1.57 1.76 1.57 1.57
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji
5 %.

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa berat kering bagian bawah tanaman

tertinggi terdapat pada perlakuan S2 (2 cc/l air) yaitu 1.77 g dan yang terendah

terdapat pada perlakuan S0 (0 cc/lair) yaitu 1,25 g.

Dari hasi uji beda rataan didapat bahwa perlakuan S 2 berbeda nyata dengan

S0 akan tetapi tidak berbeda nyata dengan S 1 dan S3. Perlakuan S1 berbeda nyata

dengan S0 tetapi tidak berbeda nyata dengan S3. Sedangkan perlakuan S3 berbeda

nyata dengan perlakuan S0.


Hubungan berat kering bagian bawah tanaman dengan berbagai dosis

Berat Kering Bagian Atas (g)


pupuk oraganik cair dapat dilihat pada gambar 10.

2,00
1,77
1,66
1,50 1,61

1,25 = 0,1389x + 1,3639


1,00 r = 0,6385

0,50

0,00
S0 S1 S2 S3
Pupuk Organik Cair (cc/l air)
Gambar 10. Hubungan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman Dengan Berbagai
Dosis Pupuk Oraganik Cair

Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa parameter berat kering bagian bawah

tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan S2 (2 cc/l air) yaitu 1,77 g dan yang

terendah terdapat pada perlakuan S0 (0 cc/l air) yaitu 1,25 g. Pada gambar 10

memperlihatkan ada hubungan linier positif antara perlakuan pemberian pupuk

organik cair terhadap berat kering bagian bawah tanaman dimana semakin besar

pemberian dosis pupuk organik cair maka akan semakin besar berat kering bagian

bawah tanaman.
Pembahasan

Pengaruh Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan

pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian atas tanaman dan

berat kering bagian atas tanaman dan berat basah bagian bawah tetapi

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun, dan berat kering

bagian bawah tanaman.

Perlakuan pupuk kascing meningkatkan berat basah bagian atas, berat

basah bagian bawah dan berat kering bagian atas tanaman. Hal ini diduga karena

penambahan kascing ke dalam media tanam dapat meningkatkan ketersediaan

nutrisi bagi tanaman, sehingga mendukung pertumbuhan dan perkembangan

tanaman seperti pertambahan berat basah bagian atas, berat basah bagian bawah

dan berat kering bagian atas tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Musnawar

(2006) yang menyatakan bahwa kotoran cacing (kascing) mengandung nutrisi

yang dibutuhkan tanaman. Penambahan kascing pada media tanaman akan

mempercepat pertumbuhan dan berat tanaman.

Perlakuan pupuk kascing meningkatkan berat basah bagian atas dan berat

kering bagian atas tanaman. Hal ini diduga selain unsur hara dalam kascing juga

terdapat bahan-bahan pendukung yang berperan dalam meningkatkan berat basah

bagian atas dan berat kering bagian atas tanaman serta adanya kandungan hormon

pada kascing yang dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif seperti

pembentukan tunas dan daun baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Krishnawati
(2003) yang menyatakan bahwa kascing mengandung berbagai bahan yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin,

sitokinin dan auxin, serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta

Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan

membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dosis pupuk kascing yang

terbaik untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas, berat basah bagian

bawah dan berat kering atas tanaman ialah dengan memberikan dosis pupuk

kascing 300 g/polibag. Hal ini disebabkan karena pupuk kascing memberikan

peranan dalam penyediaan unsur hara pada media, selain itu juga memberikan

peranan dalam menyimpan air pada media dan memperbaiki struktur tanah

sehingga jaringan akar dengan leluasa menyerap air dan nutrisi makanan yang ada

pada media untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Musnawar (2006) yang menyatakan bahwa kotoran cacing (kascing)

mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Penambahan kascing pada media

tanaman akan mempercepat pertumbuhan dan berat tanaman. Masnur juga

mengatakan bahwa kascing berperan memperbaiki kemampuan menahan air,

membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan

menetralkan pH tanah.

Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan

pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian atas, berat

basah bagian bawah, berat kering bagian bawah dan tetapi berpengaruh tidak
nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun dan berat kering bagian atas

tanaman.

Perlakuan pupuk organik cair meningkatkan berat basah bagian atas, berat

basah bagian bawah, berat kering bagian bawah. Hal ini diduga karena tingginya

kandungan unsur hara N dan K pada pupuk organik cair (Super Biotaplus), selain

itu juga mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup lengkap sehingga

meningkatkan pertumbuhan tajuk tanaman dan memperkuat jaringan-jaringan

akar dan batang tanaman. Hal ini sesuai dengan PT. Tri Harmoni Abadi.com

(2007) yang menyatakan bahwa pupuk organik cair Super Biotaplus memiliki

unsur hara makro dan mikro lengkap yang dapat berperan dalam memperkuat

jaringan-jaringan akar dan batang serta meningkatkan produksi 40-100%. Hal ini

juga diduga terjadi karena pupuk organik cair tersebut diaplikasikan melalui daun,

sehingga memudahkan tanaman menyerap unsur hara yang diberikan melalui

mulut daun (stomata) dan celah-celah kutikula. Hal ini sesuai dengan Sutanto

(2002) yang menyatakan bahwa pupuk yang diberikan lewat daun diharapkan

dapat diserap melalui mulut daun (stomata) dan celah-celah kutikula, sehingga

lebih cepat tersedia dan digunakan oleh tanaman untuk kebutuhan

pertumbuhannya.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dosis pupuk organik cair yang

terbaik untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas, berat basah bagian

bawah dan berat kering bawah tanaman ialah dengan memberikan dosis 2 cc/l air.

Hal ini disebakan karena pupuk organik cair mengandung unsur hara makro dan

mikro yang lengkap sehingga unsur hara yang dibutuhkan unruk pertumbuhan
tanaman tersedia. Hal ini sesuai dengan PT. Tri Harmoni Abadi.com (2007) yang

menyatakan bahwa pupuk organik cair Super Biotaplus memiliki unsur hara

makro dan mikro lengkap yang dapat berperan dalam memperkuat jaringan-

jaringan akar dan batang.

Interaksi Antara Pemberian Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair


Terhadap Pertumbuhan Bibit kakao

Dari hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara

pemberian pupuk kascing dengan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap

,berat basah bagian bawah tanaman tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

tanaman, total luas daun, berat basah bagian atas, berat kering bagian atas dan

berat kering bagian bawah tanaman.

Terjadinya peningkatan berat basah bagian bawah akibat interaksi pupuk

kascing dan pupuk organik cair, diduga karena pemberian pupuk kascing dapat

meningkatkan bahan organik pada media tanam yang penting dalam menyediakan

hara makro dan mikro, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah serta

dapat bereaksi dengan ion logam untuk membbentuk senyawa kompleks. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Setyorini (2005) yang menyatakan bahwa bahan

organik penting dalam menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo,

Co, Ca, Mg, dan Si, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah serta dapat

bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion

logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe

dan Mn dapat dikurangi.


Selain itu pemberian pupuk organik cair melalui daun yang memiliki unsur

hara makro dan mikro. Tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro dapat

mengakibatkan hambatan agi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta

berpengaruh langsung terhadap produktifitas tanaman. Hal ini sesuai dengan

Rosmarkan dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa dalam pertumbuhan dan

perkembangan tanaman selain unsur hara makro, tanaman juga memerlukan unsur

mikro meskipun dalam jumlah yang kecil. Unsur hara mikro yang dibutuhkan

meliputi Fe (Besi), B (boron), Mo (Molibdenium), Cu (Tembaga), Zn (Seng), Mn

(Mangan), dan Cl (Chlor). Sutedjo (2002) juga mengatakan tidak lengkapnya

unsur hara makro dan unsur hara mikro dapat mengakibatkan hambatan bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta berpengaruh langsung terhadap

produktifitas tanaman. Ketidaklengkapan salah satu atau beberapa dari unsur hara

makro dan mikro dapat diatasi dengan pemupukan yang berimbang.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian atas

tanaman, berat basah bagian bawah tanaman dan berat kering bagian atas

tanaman tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total luas

daun dan berat kering bagian bawah tanaman.

2. Perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian

atas tanaman, berat basah bagian bawah tanaman dan berat kering bagian

bawah tanaman tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total

luas daun dan berat kering bagian atas.

3. Interaksi antara pemberian pupuk kascing dengan pupuk organik cair

berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian bawah tanaman tetapi

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun, berat basah

bagian atas, berat kering atas dan berat kering bagian bawah tanaman.

4. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dosis pupuk kascing yang terbaik

untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas, berat basah bagian

bawah dan berat kering atas tanaman ialah dengan memberikan dosis pupuk

kascing 300 g/polibag.

5. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dosis pupuk organik cair yang

terbaik untuk meningkatkan parameter berat basah bagian atas, berat basah

bagian bawah dan berat kering bawah tanaman ialah dengan memberikan

dosis 2 cc/l air.


Saran

Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan

dianjurkan menggunakan pupuk kascing dengan dosis 300 g/polibag dan pupuk

organic cair (Super Biotaplus) dengan dosis 2 cc/l air.


DAFTAR PUSTAKA

Clark, T., 2001. Cacao (Theobroma cacao). http://www.eol.org/pages/484592

Duke, J.A., 1998. Theobroma cacao L. Chocolate, Cacao, Cocoa.


http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/theobroma_cacao.html

Felter, H.W., and J.U. Loyd, 1998. Theobroma cacao L.


http://www.henriettesherbal.com

Gomez, K. A., dan A. A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian


Pertanian Edisi Kedua. UI-Press, Jakarta.

Kartini, N.L., 2007. Cacing Tanah,Indikator Kesuburan Tanah.


http://salam.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=211154&a_id=211
&a_seq=0 -

Krishnawati, D., 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap


Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kentang (Solanum tuberosum).
www.fmipa.its.ac.id/isi%20mipa/jurnal/jurnal/KAPPA%20(2003)%20Vol.
204,%20No.1,%209-12.doc

Masnur, 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah). Istalasi Penelitian dan


Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram.
http://kascing.com/article/mashur/vermikompos-kompos-cacing-tanah

Mulat, T., 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik


Berkualitas. Agromedia Pustaka, Jakarta

Musnawar, E.I., 2006. Pupuk Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nick, 2008. Pupuk Kascing Mencegah Pencemaran.


http://keset.wordpress.com/2008/08/22/pupuk-kascing-mencegah-
pencemaran/

Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Agro Media Pustaka, Jakarta

Parnata, A.S., 2005. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya, Agro Media
Pustaka, Jakarta
PT. Tri Harmoni Abadi, 2007. Pupuk Organik Cair Lengkap Super Biotaplus,
http://www.triharmoniabadi.com

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Budidaya Kakao. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Rosmarkan, A dan N.W.Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah, Kanisius,
Yogyakarta

Setyorini, D., 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian,


http://www.pustaka-deptan.go.id

Siregar, T.H.S., S. Riyadi., dan L. Nuraeni., 1997. Budidaya, Pengolahan dan


Pemasaran Hasil. Penebar Swadaya, Jakarta

Soehardjo, H., H.H. Harahap dan N.D. Hasibuan, 1999. Vademecum Tanaman
Kakao, PT. Perkebunan Nusantara IV, Sumatera Utara

Spillane, J.J., 1995. Komoditi Kakao. Peranannya Dalam Perekonomian


Indonesia, Kanisius, Yogyakarta

Sunanto, H., 1992. Cokelat Pengelolaan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisus,
Yogyakarta

Susanto, F.X., 1994. Tanaman Kakao Budidaya Pengolahan Hasilnya. Kanisius,


Yogyakarta

Sutanto, D., 2002. Pertanian Organik (Menuju Pertanian Alternatif dan


Berkelanjutan), Kanisius, Jakarta

Sutanto, D., 2002. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan


Pengembangannya), Kanisius, Jakarta

Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta

Triwanto, J., 2000. Pengaruh Konsentrasi Larutan Zat Pengatur Tumbuh Plant
Stimuland dan Interval Pemberian Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.).
http://digilib.sith.itb.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-res-2000-joko-forestry

www.deptan.go.id, 2008. Varietas Unggul Kakao


Lampiran 1. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 4 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 19.63 17.63 17.87 55.13 18.38
K0S1 21.40 17.77 18.97 58.13 19.38
K0S2 18.60 17.33 19.17 55.10 18.37
K0S3 18.73 20.00 21.80 60.53 20.18
K1S0 19.73 18.83 20.70 59.27 19.76
K1S1 18.73 18.53 21.17 58.43 19.48
K1S2 19.07 18.17 19.17 56.40 18.80
K1S3 19.00 20.20 18.50 57.70 19.23
K2S0 19.73 20.67 20.60 61.00 20.33
K2S1 22.17 19.97 20.90 63.03 21.01
K2S2 19.23 19.33 19.80 58.37 19.46
K2S3 19.87 20.93 18.07 58.87 19.62
K3S0 18.37 19.90 19.33 57.60 19.20
K3S1 19.67 18.83 19.47 57.97 19.32
K3S2 20.63 19.83 20.32 60.79 20.26
K3S3 18.30 21.40 20.81 60.51 20.17
Total 312.87 309.33 316.64 938.84
Rataan 19.55 19.33 19.79 19.56

Lampiran 2. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MSPT


SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 1.67 0.83 0.68 tn 3.33
Perlakuan 15 23.22 1.55 1.26 tn 2.02
K 3 7.49 2.50 2.03 tn 2.92
K-Linear 1 4.64 4.64 3.77 tn 4.17
K-Kuadratik 1 1.11 1.11 0.90 tn 4.17
K-Kubik 1 1.74 1.74 1.41 tn 4.17
S 3 3.00 1.00 0.81 tn 2.92
S-Linear 1 0.20 0.20 0.16 tn 4.17
S-Kuadratik 1 0.12 0.12 0.10 tn 4.17
S-Kubik 1 2.68 2.68 2.17 tn 4.17
KxS 9 12.73 1.41 1.15 tn 2.21
Galat 30 36.96 1.23
Total 47 61.84

FK = 18362.8
KK = 5.67%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 3. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 6 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 20.73 19.03 19.67 59.43 19.81
K0S1 24.07 20.33 21.03 65.43 21.81
K0S2 20.87 19.13 22.67 62.67 20.89
K0S3 20.63 21.57 23.17 65.37 21.79
K1S0 21.23 21.63 22.37 65.23 21.74
K1S1 20.13 21.60 22.97 64.70 21.57
K1S2 20.47 19.77 19.87 60.10 20.03
K1S3 22.03 21.97 20.77 64.77 21.59
K2S0 22.03 21.70 22.50 66.23 22.08
K2S1 23.27 21.60 22.63 67.50 22.50
K2S2 21.60 22.27 21.90 65.77 21.92
K2S3 21.67 22.67 19.57 63.90 21.30
K3S0 20.27 21.13 22.53 63.93 21.31
K3S1 22.23 20.30 21.97 64.50 21.50
K3S2 23.20 22.33 22.13 67.67 22.56
K3S3 20.43 22.47 22.40 65.30 21.77
Total 344.87 339.50 348.13 1032.50
Rataan 21.55 21.22 21.76 21.51

Lampiran 4. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MSPT


SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 2.38 1.19 0.95 tn 3.33
Perlakuan 15 25.20 1.68 1.34 tn 2.02
K 3 6.41 2.14 1.71 tn 2.92
K-Linear 1 4.85 4.85 3.87 tn 4.17
K-Kuadratik 1 0.32 0.32 0.25 tn 4.17
K-Kubik 1 1.25 1.25 1.00 tn 4.17
S 3 2.67 0.89 0.71 tn 2.92
S-Linear 1 0.24 0.24 0.19 tn 4.17
S-Kuadratik 1 0.36 0.36 0.29 tn 4.17
S-Kubik 1 2.07 2.07 1.65 tn 4.17
KxS 9 16.12 1.79 1.43 tn 2.21
Galat 30 37.57 1.25
Total 47 65.15

FK = 22209.5
KK = 5.20%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 5. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 8 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 22.40 20.60 20.90 63.90 21.30
K0S1 25.60 21.43 22.10 69.13 23.04
K0S2 21.83 20.27 24.27 66.37 22.12
K0S3 23.03 22.27 24.70 70.00 23.33
K1S0 23.00 23.77 23.97 70.73 23.58
K1S1 22.37 23.27 25.20 70.83 23.61
K1S2 24.63 20.93 23.00 68.57 22.86
K1S3 24.20 25.47 22.50 72.17 24.06
K2S0 22.77 22.90 24.13 69.80 23.27
K2S1 24.50 22.83 24.10 71.43 23.81
K2S2 24.47 24.43 22.67 71.57 23.86
K2S3 23.03 25.77 20.80 69.60 23.20
K3S0 22.33 23.10 23.77 69.20 23.07
K3S1 24.70 23.07 22.83 70.60 23.53
K3S2 24.00 25.30 24.60 73.90 24.63
K3S3 21.83 25.40 24.10 71.33 23.78
Total 374.70 370.80 373.63 1119.13
Rataan 23.42 23.18 23.35 23.32

Lampiran 6. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MSPT


SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 0.51 0.25 0.12 tn 3.33
Perlakuan 15 27.26 1.82 0.82 tn 2.02
K 3 12.38 4.13 1.87 tn 2.92
K-Linear 1 9.20 9.20 4.17 tn 4.17
K-Kuadratik 1 2.20 2.20 0.99 tn 4.17
K-Kubik 1 0.98 0.98 0.44 tn 4.17
S 3 4.51 1.50 0.68 tn 2.92
S-Linear 1 2.99 2.99 1.36 tn 4.17
S-Kuadratik 1 0.67 0.67 0.30 tn 4.17
S-Kubik 1 0.85 0.85 0.38 tn 4.17
KxS 9 10.37 1.15 0.52 tn 2.21
Galat 30 66.22 2.21
Total 47 93.99

FK = 26092.9
KK = 6.37%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 7. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 10 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 24.33 22.65 22.93 69.92 23.31
K0S1 28.60 24.90 26.70 80.20 26.73
K0S2 24.27 22.63 27.13 74.03 24.68
K0S3 27.20 24.43 27.67 79.30 26.43
K1S0 25.10 25.37 25.83 76.30 25.43
K1S1 24.40 24.47 27.90 76.77 25.59
K1S2 26.20 22.30 24.33 72.83 24.28
K1S3 25.97 26.43 24.67 77.07 25.69
K2S0 25.93 28.43 25.57 79.93 26.64
K2S1 26.27 23.80 27.30 77.37 25.79
K2S2 28.07 28.33 25.17 81.57 27.19
K2S3 25.60 27.43 22.93 75.97 25.32
K3S0 24.60 26.13 26.47 77.20 25.73
K3S1 26.83 25.83 24.57 77.23 25.74
K3S2 27.00 27.13 28.03 82.17 27.39
K3S3 23.93 28.40 25.80 78.13 26.04
Total 414.30 408.68 413.00 1235.98
Rataan 25.89 25.54 25.81 25.75

Lampiran 8. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MSPT


SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 1.08 0.54 0.19 tn 3.33
Perlakuan 15 50.05 3.34 1.19 tn 2.02
K 3 11.18 3.73 1.32 tn 2.92
K-Linear 1 8.71 8.71 3.09 tn 4.17
K-Kuadratik 1 0.00 0.00 0.00 tn 4.17
K-Kubik 1 2.46 2.46 0.88 tn 4.17
S 3 3.60 1.20 0.43 tn 2.92
S-Linear 1 1.73 1.73 0.61 tn 4.17
S-Kuadratik 1 1.45 1.45 0.52 tn 4.17
S-Kubik 1 0.42 0.42 0.15 tn 4.17
KxS 9 35.28 3.92 1.39 tn 2.21
Galat 30 84.46 2.82
Total 47 135.59

FK = 31826.1
KK = 6.52%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 9. Tabel Rataan Tinggi Tanaman 12 MSPT (cm)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 26.90 24.83 24.93 76.67 25.56
K0S1 29.90 27.43 27.80 85.13 28.38
K0S2 28.40 26.20 30.53 85.13 28.38
K0S3 29.97 26.40 31.10 87.47 29.16
K1S0 26.77 29.83 28.30 84.90 28.30
K1S1 27.57 27.57 29.93 85.07 28.36
K1S2 29.77 26.67 27.87 84.30 28.10
K1S3 29.50 30.00 31.40 90.90 30.30
K2S0 26.93 30.47 28.43 85.83 28.61
K2S1 28.53 27.17 32.63 88.33 29.44
K2S2 31.97 32.23 26.60 90.80 30.27
K2S3 28.10 33.93 25.33 87.37 29.12
K3S0 27.17 29.13 30.00 86.30 28.77
K3S1 30.20 31.40 27.70 89.30 29.77
K3S2 29.30 31.43 31.00 91.73 30.58
K3S3 28.83 30.73 27.77 87.33 29.11
Total 459.80 465.43 461.33 1386.57
Rataan 28.74 29.09 28.83 28.89

Lampiran 10. Tabel Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MSPT


SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 1.06 0.53 0.11 tn 3.33
Perlakuan 15 62.93 4.20 0.89 tn 2.02
K 3 20.74 6.91 1.47 tn 2.92
K-Linear 1 19.25 19.25 4.08 tn 4.17
K-Kuadratik 1 1.48 1.48 0.31 tn 4.17
K-Kubik 1 0.01 0.01 0.00 tn 4.17
S 3 19.88 6.63 1.40 tn 2.92
S-Linear 1 16.14 16.14 3.42 tn 4.17
S-Kuadratik 1 3.54 3.54 0.75 tn 4.17
S-Kubik 1 0.20 0.20 0.04 tn 4.17
KxS 9 22.31 2.48 0.53 tn 2.21
Galat 30 141.51 4.72
Total 47 205.50

FK = 40053.5
KK = 7.52%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
2
Lampiran 11. Tabel Rataan Total Luas Daun Tanaman (cm )
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 606.94 590.08 723.18 1920.20 640.07
K0S1 743.47 835.61 786.44 2365.52 788.51
K0S2 673.55 668.34 877.93 2219.82 739.94
K0S3 743.17 657.15 971.88 2372.20 790.73
K1S0 517.40 963.76 772.14 2253.29 751.10
K1S1 891.59 598.90 1005.80 2496.29 832.10
K1S2 611.22 580.50 799.87 1991.59 663.86
K1S3 845.96 870.54 768.19 2484.69 828.23
K2S0 690.18 642.07 588.62 1920.87 640.29
K2S1 539.28 1097.35 845.02 2481.66 827.22
K2S2 856.54 1026.68 757.83 2641.05 880.35
K2S3 700.73 617.40 866.74 2184.87 728.29
K3S0 768.24 865.20 774.72 2408.16 802.72
K3S1 868.65 842.69 930.24 2641.58 880.53
K3S2 791.45 947.98 787.68 2527.10 842.37
K3S3 867.68 735.58 853.06 2456.32 818.77
Total 11716.04 12539.82 13109.34 37365.20
Rataan 732.25 783.74 819.33 778.44

Lampiran 12. Tabel Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 61339.15 30669.58 1.75 tn 3.33
Perlakuan 15 273618.67 18241.24 1.04 tn 2.02
K 3 59970.48 19990.16 1.14 tn 2.92
K-Linear 1 50138.61 50138.61 2.87 tn 4.17
K-Kuadratik 1 4343.79 4343.79 0.25 tn 4.17
K-Kubik 1 5488.08 5488.08 0.31 tn 4.17
S 3 95333.75 31777.92 1.82 tn 2.92
S-Linear 1 23625.21 23625.21 1.35 tn 4.17
S-Kuadratik 1 38760.33 38760.33 2.22 tn 4.17
S-Kubik 1 32948.20 32948.20 1.88 tn 4.17
KxS 9 118314.45 13146.05 0.75 tn 2.21
Galat 30 524934.76 17497.83
Total 47 859892.58

FK = 29086629
KK = 16.99%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 13. Tabel Rataan Berat Basah Bagian Atas Tanaman (g)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 10.37 9.33 9.57 29.27 9.76
K0S1 11.03 10.50 10.87 32.40 10.80
K0S2 11.13 9.37 15.20 35.70 11.90
K0S3 10.90 11.23 13.10 35.23 11.74
K1S0 10.30 9.00 14.57 33.87 11.29
K1S1 12.67 9.97 18.80 41.43 13.81
K1S2 10.97 10.57 18.53 40.07 13.36
K1S3 12.77 14.67 13.67 41.10 13.70
K2S0 12.60 13.87 12.57 39.03 13.01
K2S1 12.40 15.43 14.47 42.30 14.10
K2S2 13.53 17.93 16.17 47.63 15.88
K2S3 15.57 16.70 17.07 49.33 16.44
K3S0 13.77 12.60 12.60 38.97 12.99
K3S1 15.67 13.53 15.20 44.40 14.80
K3S2 14.03 13.80 15.50 43.33 14.44
K3S3 14.33 12.27 12.67 39.27 13.09
Total 202.03 200.77 230.53 633.33
Rataan 12.63 12.55 14.41 13.19

Lampiran 14. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Basah Bagian Atas Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 35.41 17.71 4.81 * 3.33
Perlakuan 15 145.32 9.69 2.63 * 2.02
K 3 93.55 31.18 8.46 * 2.92
K-Linear 1 61.95 61.95 16.82 * 4.17
K-Kuadratik 1 27.30 27.30 7.41 * 4.17
K-Kubik 1 4.30 4.30 1.17 tn 4.17
S 3 34.57 11.52 3.13 * 2.92
S-Linear 1 25.09 25.09 6.81 * 4.17
S-Kuadratik 1 9.36 9.36 2.54 tn 4.17
S-Kubik 1 0.11 0.11 0.03 tn 4.17
KxS 9 17.20 1.91 0.52 tn 2.21
Galat 30 110.52 3.68
Total 47 291.26

FK = 8356.48
KK = 14.55%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 15. Tabel Rataan Berat Basah Bagian Bawah Tanaman (g)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 2.27 2.47 1.83 6.57 2.19
K0S1 1.97 3.33 3.17 8.47 2.82
K0S2 2.97 2.73 4.23 9.93 3.31
K0S3 3.13 3.90 4.13 11.17 3.72
K1S0 2.63 2.87 2.43 7.93 2.64
K1S1 3.07 3.40 3.70 10.17 3.39
K1S2 3.70 3.13 4.10 10.93 3.64
K1S3 3.23 3.50 4.17 10.90 3.63
K2S0 2.70 2.60 4.00 9.30 3.10
K2S1 3.43 2.83 3.30 9.57 3.19
K2S2 4.30 4.13 4.77 13.20 4.40
K2S3 4.43 5.03 4.03 13.50 4.50
K3S0 2.70 3.93 3.00 9.63 3.21
K3S1 4.80 3.60 3.47 11.87 3.96
K3S2 3.57 3.40 4.13 11.10 3.70
K3S3 3.10 2.83 3.20 9.13 3.04
Total 52.00 53.70 57.67 163.37
Rataan 3.25 3.36 3.60 3.40

Lampiran 16. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Basah Bawah Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 1.06 0.53 2.04 tn 3.33
Perlakuan 15 16.51 1.10 4.26 * 2.02
K 3 3.84 1.28 4.95 * 2.92
K-Linear 1 2.10 2.10 8.11 * 4.17
K-Kuadratik 1 1.21 1.21 4.69 * 4.17
K-Kubik 1 0.53 0.53 2.06 tn 4.17
S 3 7.42 2.47 9.57 * 2.92
S-Linear 1 6.31 6.31 24.38 * 4.17
S-Kuadratik 1 1.05 1.05 4.06 tn 4.17
S-Kubik 1 0.07 0.07 0.26 tn 4.17
KxS 9 5.24 0.58 2.25 * 2.21
Galat 30 7.76 0.26
Total 47 25.32

FK = 556.014
KK = 14.94%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 17. Tabel Rataan Berat Kering Bagian Atas Tanaman (g)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 6.10 4.50 4.37 14.97 4.99
K0S1 5.37 5.47 6.67 17.50 5.83
K0S2 5.60 5.27 9.63 20.50 6.83
K0S3 5.40 5.80 7.20 18.40 6.13
K1S0 6.10 5.13 7.20 18.43 6.14
K1S1 7.30 5.83 8.90 22.03 7.34
K1S2 6.13 6.33 11.03 23.50 7.83
K1S3 6.50 8.07 7.97 22.53 7.51
K2S0 5.53 6.67 6.87 19.07 6.36
K2S1 6.67 9.57 6.60 22.83 7.61
K2S2 8.60 10.53 7.33 26.47 8.82
K2S3 8.17 9.57 9.33 27.07 9.02
K3S0 11.30 6.37 8.10 25.77 8.59
K3S1 7.60 8.30 8.50 24.40 8.13
K3S2 7.50 7.10 9.13 23.73 7.91
K3S3 9.43 7.17 6.43 23.03 7.68
Total 113.30 111.67 125.27 350.23
Rataan 7.08 6.98 7.83 7.30

Lampiran 18. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Kering Atas Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 6.89 3.45 1.55 tn 3.33
Perlakuan 15 59.64 3.98 1.79 tn 2.02
K 3 34.43 11.48 5.17 * 2.92
K-Linear 1 30.55 30.55 13.75 * 4.17
K-Kuadratik 1 3.87 3.87 1.74 tn 4.17
K-Kubik 1 0.01 0.01 0.00 tn 4.17
S 3 11.98 3.99 1.80 tn 2.92
S-Linear 1 8.75 8.75 3.94 tn 4.17
S-Kuadratik 1 2.85 2.85 1.28 tn 4.17
S-Kubik 1 0.38 0.38 0.17 tn 4.17
KxS 9 13.23 1.47 0.66 tn 2.21
Galat 30 66.66 2.22
Total 47 133.19

FK = 2555.49
KK = 20.43%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 19. Tabel Rataan Berat Kering Bagian Bawah Tanaman (g)
Blok
Perlakuan Total Rataan
I II III
K0S0 1.30 1.13 0.93 3.37 1.12
K0S1 0.50 1.50 1.57 3.57 1.19
K0S2 1.43 1.17 1.83 4.43 1.48
K0S3 1.33 2.30 1.77 5.40 1.80
K1S0 1.27 1.33 1.13 3.73 1.24
K1S1 1.47 1.27 1.80 4.53 1.51
K1S2 1.87 1.50 1.93 5.30 1.77
K1S3 1.47 1.73 2.03 5.23 1.74
K2S0 0.93 1.17 1.87 3.97 1.32
K2S1 1.47 2.57 1.33 5.37 1.79
K2S2 2.27 1.97 2.23 6.47 2.16
K2S3 2.40 1.33 1.57 5.30 1.77
K3S0 1.00 1.87 1.07 3.93 1.31
K3S1 2.47 1.80 1.60 5.87 1.96
K3S2 1.57 1.63 1.80 5.00 1.67
K3S3 1.17 1.33 1.50 4.00 1.33
Total 23.90 25.60 25.97 75.47
Rataan 1.49 1.60 1.62 1.57

Lampiran 20. Tabel Daftar Sidik Ragam Berat Kering Bawah Tanaman
SK db JK KT Fh F0.5
Blok 2 0.15 0.08 0.48 tn 3.33
Perlakuan 15 4.07 0.27 1.70 tn 2.02
K 3 0.78 0.26 1.64 tn 2.92
K-Linear 1 0.29 0.29 1.84 tn 4.17
K-Kuadratik 1 0.39 0.39 2.45 tn 4.17
K-Kubik 1 0.10 0.10 0.62 tn 4.17
S 3 1.81 0.60 3.78 * 2.92
S-Linear 1 1.16 1.16 7.25 * 4.17
S-Kuadratik 1 0.65 0.65 4.09 tn 4.17
S-Kubik 1 0.00 0.00 0.01 tn 4.17
KxS 9 1.48 0.16 1.03 tn 2.21
Galat 30 4.79 0.16
Total 47 9.02

FK = 118.65
KK = 25.42%
Keterangan
tn = Tidak Nyata
* = Nyata
Lampiran 22. Deskripsi Kakao Klon TSH 858

Tajuk berukuran sedang dan merata

Buah muda berwarna merah tidak merata dan saat tua berwarna jingga

kemerahan

Produktivitas tinggi, mencapai 1.766 kg/ha/tahun

Bobot rata-rata biji kering 1,15 g

Kadar lemak biji 56%

Moderat terhadap penyakit busuk buah

Sumber: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember (Jawa Tengah) ( 2008)
Lampiran 23: Bagan Plot Penelitian

Ulangan
III I II
A K0S1 A K3S3 K0S3

Ket: B
A= 50 cm K0S2 K2S1
K2S2
B= 30 cm

K1S0 K2S1 K0S0

K3S2 K1S0 K2S2

K0S3 K2S2 K3S3

K1S1 K3S1 K0S1

T K2S0 K1S3 K3S2

S K1S2 K0S1 K1S1

K2S1 K3S0 K3S0


21,5 m
K0S0 K2S3 K1S3

K3S3 K1S2 K2S0


K3S2
K0S2 K2S0
K1S2

K3S1
K2S3

K2S3 K0S0 K3S1

K3S0 K1S1 K0S2

K1S3 K0S3 K1S0


5m
Lampiran 24. Bagan Tanaman Dalam Plot

1m
1 1111111111

1m
Lampiran 26. Tabel Analisa Kascing

Kandungan/senyawa Persentase Kriteria


C-organik 9.65% Sangat Tinggi
N total 0.52% Tinggi
C/N 18.56 Tinggi
P-avl Bray II 116.18 ppm Sangat Tinggi
K-exch 2.14 me/100g Sangat Tinggi
pH 7.12 Netral
Keterangan : Dianalisis di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian USU, Medan
Lampiran 27. Tabel Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair
Super Biotaplus

Kandungan/senyawa Persentase
N 16,64 %
P2O5 2,43 %
K20 17,51 %
Organik karbon 6,87%
C/N 0,41
SO4 2,64 %
Cl 1,49 %
Fe 43,03 ppm
Cu 0,63 ppm
Mg 0,07 %
Zn 28,80 ppm
Mo 0,58 %
pH 7,76
Keterangan : PT. Tri Harmoni Abadi 2007

Anda mungkin juga menyukai