Anda di halaman 1dari 5

BAB III

MASALAH DAN PROSES PENELITIAN

Identifikasi bidang masalah yang luas melalui proses pengamatan dan fokus pada situasi yang
dibahas dalam Bab 2. Ingat kembali bahwa bidang masalah yang luas mengacu pada (1) seluruh
situasi di mana seseorang melihat sebuah kemungkinan dalam konteks organisasi yang perlu
diselesaikan, (2) bidang yang seorang manajer yakini perlu ditingkatkan dalam organisasi, (3)
persoalan konseptual atau teoretis yang perlu dipersempit bagi peneliti dasar untuk memahami
fenomena tertentu, dan (4) beberapa pertanyaan penelitian yang seorang peneliti dasar ingin
jawab secara empiris.

Contoh bidang masalah luas yang seorang manajer bisa amati di tempat kerja adalah sebagai
berikut:

Program pelatihan mungkin tidak seefektif seperti yang diharapkan.


Volume penjualan sebuah produk tidak juga meningkat.
Anggota kelompok minoritas dalam organisasi tidak meningkat dalam karier mereka.
Penyeimbangan harian dari pencatatan buku besar terus-menerus menjadi masalah.
Sistem informasi yang bam di-install tidak dimanfaatkan oleh para manajer yang menjadi
sasaran utama sistem tersebut.
Penerapan jam kerja fleksibel telah menimbulkan lebih banyak persoalan dibanding yang
dipecahkan dalam banyak organisasi.
Hasil yang diharapkan dari merger Baru-baru ini belum juga tampak.
Pengendalian persediaan tidak efektif.
Instalasi sebuah SIM masih belum berhasil.
Pihak manajemen dari sebuah proyek tim yang kompleks dan multidepartemen
kehilangan kendali atas departemen litbang (RD) dari sebuah perusahaan.

PENGUMPULAN DATA AWAL

Sifat informasi yang diperlukan oleh peneliti untuk tujuan tersebut dapat dikiasifikasikan secara
luas ke dalam tiga bagian:

Informasi latar belakang mengenai organisasiyaitu, faktor kontekstual.


Filosofi manajemen, kebijakan perusahaan, dan aspek struktural lainnya.
Persepsi, sikap, dan respons perilaku dari anggota organisasi dan sistem klien (sejauh
dapat diterapkan).

Aspek-aspek informasi terdahulu akan berguna dalam pembicaraan yang dapat dipelajari oleh
pihak perusahaan selama wawancara dan memunculkan isu tepat yang berkaitan dengan
masalah. Sebagai contoh, masalah arus kas (yang dapat dilihat sepintas dari neraca) mungkin
terkait dengan kualitas buruk dari bahan mentah yang dibeli, yang mengakibatkan tingginya
tingkat pengembalian barang yang dijual oleh perusahaan. Persoalan tersebut dapat dengan

1 | Page
bijaksana diselidiki jika informasi telah diketahui sebelumnya. Atau, sebuah analisis industri
mungkin mengungkapkan bahwa sejumlah masalah yang dihadapi tidak khusus bagi perusahaan
tersebut, tetapi dihadapi seluruh industri, seperti persaingan dari produsen asing, keengganan
konsumen untuk membelanjakan uang, dan seterusnya. Dalam hal tersebut, lebih banyak
pertanyaan dapat difokuskan pada strategi (seperti penjualan dan iklan) yang diterapkan oleh
perusahaan untuk memacu penjualan dalam menghadapi kompetisi di luar negeri.

Menanyakan filosofi manajerial dan perusahaan memberikan gagasan yang sangat baik
mengenai prioritas dan nilai milai perusahaan, misalnya: (1) apakah kualitas produk benar-benar
dianggap penting oleh perusahaan atau hanya sekadar pemanis bibir yang diwujudkan dalam
konsep; (2) apakah perusahaan mempunyai tujuan jangka pendek atau jangka panjang; (3)
apakah kontrol sedemikian ketat sehingga kreativitas pun terhambat, atau sedemikian longgar
sehingga tidak ada yang dicapai, atau apakah situasi kondusif untuk kinerja yang baik; (4)
apakah perusahaan selalu ingin bermain aman atau siap mengambil risiko yang diperhitungkan
dengan baik; dan (5) apakah perusahaan berorientasi orang atau semata-mata berorientasi laba.

Sangat sering, aspek-aspek struktur juga memengaruhi persoalan dan perlu untuk diselidiki. Di
bawah ini adalah,beberapa faktor struktural.

Peran dan posisi dalam organisasi dan jumlah karyawan pada setiap level pekerjaan.
Tingkat spesialisasi.
Saluran komunikasi.
Sistem kendali.
Koordinasi dan rentang kendali.
Sistem penghargaan.
Sistem arus kerja dan semacamnya.

Adalah mungkin bahwa persepsi responden mengenai variabel-variabel struktural tidak sama
dengan kebijakan dan prosedur struktural resmi organisasi. Bila hal tersebut terjadi, adalah
relevan untuk melakukan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur yang lebih lanjut dengan
berbagai level karyawan dalam organisasi.

Persepsi, Sikap dan Respons Perilaku

Persepsi karyawan terhadap pekerjaan, lingkungan kerja, sikap, dan respons perilaku mereka
diketahui dengan cara berbicara, mengamati, dan menanyakan respons mereka melalui
kuesioner. Gagasan umum tentang persepsi orang mengenai pekerjaan, iklim organisasi, dan
aspek minat peneliti lainnya dapat diperoleh melalui wawancara terstruktur data tidak terstruktur
dengan responden. Faktor-faktor sikap terdiri atas keyakinan orang mengenai dan reaksi terhadap
hal berikut:

Sifat pekerjaan.
Saling ketergantungan antar kerja.

2 | Page
Superioritas dalam organisasi.
Partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Sistem klien.
Rekan kerja.
Penghargaan yang diberikan oieh perusahaan, seperti kenaikan gaji dan tunjangan kerja.
Kesempatan karier dalam organisasi.
Sikap organisasi terkait taicggudag jawab karyawan terhadap keluarga.
Keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, kepentingan umum, dan kelompok sosial
lainnya.
Toleransi perusahaan terhadap karyawan yang cuti kerja.

Faktor perilaku mencakup kebiasaan kerja aktual seperti ketekunan, tingkat absensi, kinerja, dan
sebagainya. Responden dapat didorong pada tahap wawancara untuk berbicara mengenai
pekerjaan mereka, faktor terkait kerja dan tidak terkait kerja lainnya, serta sikap, nilai, persepsi,
dan perilaku mereka, yang sebagian di antaranya mungkin memengaruhi kinerja.di tempat kerja.
Berbicara dengan beberapa orang dari berbagi level dalam organisasi akan memberi
pewawancara gagasan yang baik mengenai dinamika yang berlaku dalam system.

Setelah wawancara dilakukan, langkah selanjutnya bagi peneliti adalah menabulasi berbagai
jenis informasi yang telah diperoleh selama wawancara dan menentukan bila ada pola dalam
resporis yang dapat dilixhat. Misalnya, dari kualitatif data mungkin ditemukan bahwa sejumlah
masalah sering kali disebut oleh karyawan dari beberapa level dalam organisasi. Faktor tertentu,
seperti penerangan yang kurang, personel yang tidak terlatih, atau peralatan yang kurang
memadai mungkin muncul sangat kuat dalam wawancara dengan beberapa pekerja.

Jika tabulasi menunjukkan variabel tersebut sangat sering mengemuka, hal tersebut memberi
peneliti sejumlah gagasan yang baik mengenai bagaimana meneruskan langkah berikutnya, yaitu
melakukan survei literatur untuk melihat bagaimana orang lain menangani faktor serupa di dalam
konteks pekerjaan lain dan mendefinisikan masalah, sebelum tiba pada kesimpulan. Karena
survei literatur merupakan satu cara untuk meringkaskan data sekunder dan adalah langkah
penting dalam proses penelitian untuk mendefinisikan masalah penelitian, kita sekarang akan
membahasnya secara rinci sebagai salah satu alat pengumpulan data awal.

SURVEI LITERATUR

Survei literatur merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan
nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus bagi peneliti. Perpustakaan
merupakan pusat penyimpanan yang kaya bagi data sekunder, dan peneliti biasanya
menghabiskan beberapa minggu dan terkadang bulan untuk menelusuri buku, jumal, surat kabar,
majalah, laporan konferensi, disertasi doktoral, tesis master, publikasi pemerintah, laporan
keuangan, pemasaran, dan lainnya, untuk menemukan informasi yang terkait dengan topik
penelitian mereka. Dengan basis data komputerisasi yang kini tersedia dan dapat diakses,

3 | Page
pencarian literatur pun menjadi sangat cepat dan mudah, dan bisa dilakukan tanpa harus
memasuki pintu gerbang sebuah gedung perpustakaan.

Survei literatur tidak saja menolong peneliti untuk menyertakan semua variabel yang relevan ke
dalam proyek penelitian, tapi juga memfasilitasi penggabungan kreatif dari informasi yang
diperoleh melalui wawancara terstruktur dan tidak terstruktur dengan apa yang ditemukan dalam
studi sebelumnya..Dengan kata lain, hal tersebut memberikan kerangka dasar yang baik untuk
diproses lebih lanjut dengan investigasi. Survei literatur yang baik dengan demikian
menyediakan dasar untuk menyusun kerangka teoretis yang komprehensif di mana hipotesis
dapat dibuat untuk diuji. Penyusunan kerangka teoretis dan hipotesis akan dibahas dalam bab
selanjutnya.

Dengan demikian, survei literatur merriastikan bahwa:

Variabel penting yang kemungkinan besar memengaruhi situasi masalah tidak


terlewatkan dalam studi.
Gagasan yang lebih jelas akan muncul, misalnya variabel apa yang paling penting untuk
dipertimbangkan (sifat hemat), mengapa variabel tersebut dianggap penting, dan
bagaimana variabel diinvestigasi untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, survei
literatur membantu penyusunan kerangka teoretis dan hipotesis untuk pengujian.
Pemyataan masalah dapat dibuat dengan tepat dan jelas.
Sifat dapat diuji dan dapat ditiru dari temuan penelitian saat ini meningkat.
Peneliti tidak mengalami risiko "menemukan kembali roda" yang memboroskan usaha
dengan mencoba menemukan kembali sesuatu yang sudah diketahui.
Masalah yang diselidiki diterima oleh komunitas ilmiah sebagai relevan dan penting.
Pada dasamya, ada tiga basis data yang dapat digunakan ketika meninjau literatur, seperti
ditunjukkan di bawah ini.
Basis data bibliografi (bibliographic data bases), yang hanya menampilkan kutipan
bibliografi, yaitu nama penulis, judul artikel (atau buku), sumber publikasi, tahun, jilid,
dan jumlah halaman. Hal tersebut memuat informasi yang sama seperti, yang ditemukan
dalam Indeks Bibliografi buku-buku di perpustakaan, yang secara periodik diperbarui,
dan mencakup artikel yang diterbitkan dalam majalah, surat kabar, buku, dan sebagainya.
Basis data abstrak (abstract database), yang sebagai tambahan memuat abstrak atau
ikhtisar artikel.
Basis data teks-lengkap (full-text database), yang menyediakan teks lengkap artikel.
Basis data juga tersedia untuk memperoleh statistikpemasaran, keuangan, dan
seterusnyadan direktori disusun menurut subjek, judul, lokasi geografis, kesempatan
perdagangan, pedagang luar negeri, bangunan industri, dan lain-lain.

PERILAKU MENGAMBIL RISIKO DAN KINERJA ORGANISASI

4 | Page
Manajer menangani risiko dan menghadapi ketidakpastian dalam banyak hal. Sebagian dari gaya
tersebut adalah fungsional dan lainnya secara merugikan berdampak pada kinerja perusahaA.
Kidup dalam zaman perubahan organisasi yang dramatis (merger, misalnya), dan deiigan
performa perusahaan yang berubah sangat cepat dalam lingkungan yang bergolak adalah penting
untuk menyelidiki perilaku mengambil risiko manajer dan kinerja organisasi.

5 | Page

Anda mungkin juga menyukai