Anda di halaman 1dari 15

Puasa dan Diabetes

Written by Irfan Arief


Monday, 17 September 2007
Penderita diabetes, yang bergantung pada insulin, biasanya dianjurkan untuk tidak berpuasa. Ini untuk menghindari
komplikasi akibat berpuasa dan terapi insulin, seperti hipoglikemia.

MELAKUKAN puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Seseorang akan dibebaskan dari
kewajiban melakukan puasa bila menderita penyakit berat, dan dapat memburuk jika mereka berpuasa. Penderita
diabetes masuk kategori ini. Tenaga medis profesional di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim hampir
selaIu menghadapi kesulitan menasehati pasien berkenaan dengan puasa. Jika pasien memutuskan untuk melakukan
puasa, paling mereka merekomendasikan pola makan dan regimen obat yang harus diikuti.

Penderita diabetes melitus. yang bergantung pada insulin, biasanya dianjurkan untuk tidak berpuasa guna
menghindari komplikasi akibat menahan lapar dan haus dan terapi insulin, seperti hipoglikemia atau diabetik
ketoasidosis (DKA). Toh, beberapa pasien tetap bersikeras melakukan puasa, sekali pun secara medis akan
menempatkan diri mereka dalam bahaya. Pertimbangan boleh atau tidak bolehnya pasien diabetes melitus melakukan
puasa didasarkan untuk menghadirkan kompilkasi yang mungkin terjadi.

Karbohidrat Orang Sehat

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dampak puasa jangka pendek terhadap metabolisme karbohidrat adalah
penurunan glukosa serum menjadi 3,3 mmol sampai 3,Y mmol (60 mg/dI sampai 70 mg/dl) pada orang dewasa
normal beberapa jam setelah puasa dimulai. Penurunan glukosa serum berhenti akibat meningkatnya glukoneogenesis
di liver, itu terjadi karena penurunan konsentrasi insulin, dan meningkatnya glukagun dan aktivitas simpatetik.

Pada anak berumur 1 tahun sampai 9 tahun, berpuasa selama 24 jam telah menyebabkan penurunan glukosa darah
menjadi setengah kadar baseline untuk anak normal pada kelompok umur tersebut.

Glukosa darah pada 32% anak-anak ini telah jatuh menjadi 40 mg/dl. Beberapa penelitian menunjukkan etek puasa
Ramadhan pada glukosa serum. Sebuah penelitian menunjukkan sedikit penurunan glukosa serum pada beberapa hari
pertama Ramadhan. Level glukusa serum terendah pada penelitian ini adalah 63mg/dl. Penelitian lain menunjukkan
peningkatan sedang atau variasi konsentrasi glukosa serum, tetapi semuanya jatuh dalam batas fisiologik. Dan
penelitian sebelumnya, seseorang dapat berasumsi bahwa persediaan glikogen, serta beberapa derajat glukoneo
genesis, menjaga batas normal glukosa serum saat puasa dilakukan setelah makan sahur besar-besaran. Sedikit
peningkatan dalam glukosa serum dapat terjadi pada individu yang bergantung pada kebiasan makan dan perbedaan
individu dalam metabolisme dan regulasi energi.rat selama berpuasa.

Beberapa laporan mengungkapkan terjadi penurunan berat badan pada individu normal sebesar 1.7 kg, 1.8 kg, 2.0
kg, dan 3.8 kg setelah berpuasa penuh pada bulan Ramadhan. Hasi I tersebut tidak sama pada setiap orang. Pada
suatu penelitian dengan melibatkan subyek wanita menunjukkan tidak adanya penurunan berat badan. Ada laporan
mengatakan bahwa orang dongan kelebihan bobot tubuh mengalami penurunan berat lebih besar dibandingkan
mereka yang normal atau kurus.

Suatu tinjauan kepustakaan menunjukkan kontroversi mengenai perubahan berat badan pada pasien diabetes selama
Ramadhan. Satu kelompok menunjukkan tidak adanya perubahan atau penurunan berat badan. Pada sisi lain, banyak
penderita diabetes mengurangi aktivitas selama berpuasa untuk menghindari komplikasi hipoglikemia. Ini tidak akan
mengakibatkan berkurangnya berat badan, tetapi malah bertambah.
Glukosa Darah Posien Diabetes

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan perubahan signifikan dalam kontrol glukosa darah mereka. Pada beberapa
pasien, konsentrasi glukosa serum dapat naik atau turun. Variasi ini dapat diakibatkan oleh jumlah atau tipe
konsumsi makanan, keteraturan minum obat, makan berlebihan saat berbuka, atau berkurangnya aktivitas fisik. Pada
banyak kasus, tidak nampak komplikasi akut terjadi pada pasien yang berada di bawah penanganan medis, dan hanya
beberapa kasus biokimia hipoglikemia yang tanpa disertai bahaya klinis dilaporkan terjadi.

Parameter Lain

Secara umum, nilai HbA1C menunjukan tidak ada perubahan atau bahkan perkembangan selama Ramadhan. Hanya
dua penelitian yang menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin glikated, Meski begitu, suatu laporan memberikan
penekanan nilai yang sama pada pasien berpuasa dan tidak berpuasa, serta pada pasien yang level HbA1C-nya
kembali ke level awal setelah bulan Ramadhan. Jumlah fruktosamin, insulin, C-peptide juga dilaporkan tidak memiliki
perbedaan signifikan sebelum dan selama berpuasa Ramadhan.

Serum Lipid Selama Puasa

Jumlah konsumsi energi (kalori) pada beberapa penelitian dilaporkan mengalami penurunan. Pada beberapa literatur,
kebanyakan penderita Non-insulin dependent diabetes meilitus (MID DM, diabetes tipe 11) dan insulin dependent
diabetes mellitus (IDDM, diabetes tipe 1) tidak memperlihatkan adanya perubahan atau penurunan pada Jumlah total
konsentrasi kolesterol dan trigliserida.

Peningkatan konsentrasi total kolesterol selama Ramadhan jarang terjadi pada orang sehat. Beberapa penelitian
melaporkan peningkatan kolesterol high-density-Iipoprotein (HDL) pada penderita diabetes selama Ramadhan.
Sebuah penelitian melaporkan peningkatan kolesterol low-density-lipoprotein (LDL) dan penurunan kolesterol HDL.
Sampai ada standarisasi pada tiga faktor dasar dalam penelitian diabetes di bulan Ramadhan-tiga regimen obat
segitiga D, kontro! diet, dan aktivitas sehari-hari. Manfaat atau bahaya dan puasa di bulan Ramadan terhadap serum
lipid penderita diabetes masih belum jelas.

Parameter Biologis

Nilai serum kreatinin, asam uria, nitrogen urea darah, protein, albumin, alanine amino-transferase, aspartate amino-
transferase tidak menunjukkan perubahan signifikan selama berpuasa. Sedikit peningkatan tidak penting pada
beberapa parameter biologis mungkin disebabkan oleh dehidrasi dan adaptasi metabolik dan tidak memiliki penanda
klinis.

Panduan puasa penderita diabetes

Selama dua dekade terakhir, pemahaman lebih baik terhadap perubahan patopsikologi selama puasa bulan Ramadhan
pada penderita diabetes telah memberikan beberapa panduan tentang bagaimana menasehati penderita diabetes
yang ingin burpuasa. Dokter yang bekerja dengan penderita diabetes Muslim harus rnenggunakan kriteria berikut
dalam menasehati pasien:

Puasa berbahaya bagi:


Semua penderila diabetes tipe 1 yang rentan

Pasien diabetes tipe I atau 2 yang tidak terkontrol.

Penderita diabetes yang sering melanggar anjuran penggunaan regimen obat diet dan aktivitas harian.

Penderita diabetes dengan komplikasi serius, seperti angina yang tidak stabil atau hipertensi yang tidak
terkontrol.

Pasien dengan sejarah ketoasidodid diabetik.

Penderita diabetes yang sedang hamil.

Penderita diabetes dengan infeksi inter-current.

Penderita diabetes usia lanjut dengan masalah konsentrasi.

Mengalami serangan hipoglisemia dan atau hiperglisemin dua kali atau lebih selama bullanill an Ramadan.

Puasa diperbolehkan bagi:

Pasien yang tidak termasuk dalam kriteria di atas.

Pasien yang menerirna saran medis.

Dasar pertimbangan untuk memperbolehkan seorang penderita diabetes berpuasa, antara lain:

1. Penililian keadaan fisik

2. Penilaian kontrol metabolik

3. Penyesuaian prosedur diet untuk berpuasa di bulan Ramadhan.

4. Penyesuaian regimen obat seperti mengganti obat hipoglisemi aksi panjang menjadi aksi pendek
untuk mencegah hipoglisemia.

5. Anjuran untuk terus melakukan aktivitas fisik yang baik.

6. Pengidentifikasian gejala-gejala penanda dehidrasi, hipoglisemia, dan komplikasi lain yang mungkin
timbul.

Puasa dianjurkan bagi:

Semua pasien NIDDM yang mengalami berat badan berlebihan (kecuali ibu hamil dan menyusui) yang diabetesnya
stabil dengan berat badan 20% di atas berat ideal atau indek massa tubuh (berat badan, kg/tinggi badan, meter
persegi) lebih dari 28.
Rekomendasi selama Ramadhan

1. Nutrisi dan Puasa Ramadhan. Kebiasaan diet buruk sebelum berpuasa dengan makan berlebihan, atau
makan- makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak dapat menimbulkan hiperglisemia, dan
bertambahnya berat badan. Ditekankan bahwa puasa Ramadhan hanya memberikan keuntungan bagi yang
mempertahankan diet yang baik. Untuk mengoptimalkan kontrol, penderita diabetes harus diingatkan agar
menghindari makanan kalori tinggi dan makanan siap saji selama bulan Ramadhan.

2. Aktivitas Fisik. Beberapa penelitian menunjukkan latihan ringan dan sedang selama Ramadhan tidak
berbahaya bagi penderita NIDDM. Penelitian menunjukkan bahwa berpuasa tidak mengganggu toleransi
terhadap latihan fisik. Harus ditekankan pada penderita diabetes bahwa sangat penting untuk melanjutkan
aktivitas fisik rutin mereka, terutama selama masa tidak berpuasa.

3. Regimen Obat Penderita IDDM. Beberapa dokter berpengalaman menyimpulkan bahwa berpuasa di bulan
Ramadhan aman bagi penderita IDDM bila disertai kontrol diri sendiri dan pengawasan oleh ahli yang baik.
Sangat penting menyesuaikan regimen insulin untuk mendapatkan kontrol IDDM yang baik selama puasa
Ramadhan. Ada dua metode terapi insulin yang berhasil diuji: 1) Tiga dosis regimen insulin. Dua dosis
insulin lepas lambat sebelum makan (subuh dan magrib) dan satu dosis insulin lepas sedang pada malam
hari. 2) Dua dosis regimen insulin. Insulin di sore hari dikombinasikan dengan insulin lepas lambat dan lepas
sedang yang setara dengan dosis pagi hari, dan dosis insulin saat sahur menggunakan dosis umum 0,1-0,2
unit/kg. Monitoring gula darah harus dilakukan sebelum berbuka puasa, dan tiga jam sesudahnya. Hal ini
juga harus dilakukan sebelum makan sahur untuk menyesuaikan dosis insulin dan mencegah timbulnya
hipoglisemia dan hiperglisemia post-prandial setelah makan berlebihan. Setelah Ramadan berakhir, regimen
terapi penderita diabetes harus dikembalikan seperti biasa. Penderita juga harus mendapatkan pendidikan
menyeluruh mengenai efek puasa.

4. Regimen Obat Penderita NIDDM. Laporan menunjukkan tidak ditemukan masalah pada penderita
NIDDM, yang berat badan berlebihan untuk menjalani puasa. Dengan perubahan yang sesuai pada dosis
agen hipoglisemik, risiko hipoglisemia dan hiperglisemia tidak tinggi. Para peneliti menyarankan penderita
diabetes NIDDM yang berpuasa mengganti dosis pagi hari dan siang dengan dosis pada saat malam hari.

5. Petunjuk Menuninluin Komplikasi: 1) Memberikan bagaimana penerapan segitiga 3D-penyeslesaian


regimen obat, kontrol diet dan aktivitas harian adalah tiga dasar keberhasilan pelaksanaan puasa di bulan
Ramadan. 2) Memberikan penatalaksanaan penderita diabetes di rumah, antara lain: Monitoring gula darah,
terutama bagi penderila IDDM, seperti disebutkan di atas, Memeriksa urin untuk aseton (penderita IDDM).
Mengukur berat badan harian dan memberitahu dokter bila terjadi penurunan berat badan (dehidrasi,
konsumsi makanan yang sedikit, poliurea) atau penambahan berat badan (konsumsi kalori yang berlebihan)
lebih dari 2 kg. Mencatat konsumsi makanan harian (pencegahan konsumsi energi yang berlebihan atau
kedikitan. 3) Memberikan pendidikan mengenai tanda-tanda dehidrasi, hipoglisemia, dan hiperglisemia. 4)
Memberikan pendidikan mengenai berbuka puasa secepat mungkin timbulnya komplikasi atau kondisi
berbahaya. 5) Memberikan pertolongan medis secepatnya bagi penderita diabetes, yang membutuhkan
hantuan medis, daripada menunggu esok hari. 6) Memberikan perhatian khusus pada puasa di saat musim
panas dan daerah geografis dengan masa berpuasa yang lama.

Anak-onak Penderita IDDM

Tidak disarankan anak-anak penderita IDDM berpuasa. Beberapa penelitian menunjukan bahwa berpuasa aman bagi
penderita diabetes remaja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa puasa di bulan Ramadan dapat dilakukan oleh
anak-anak yang sudah menderila diabetes untuk jangka waktu lama, Dapat disimpulkan bahwa berpuasa tidak
mengubah kontrol metabolis jangka pendek, Dan, berpuasa hanya boleh disarankan pada anak-anak dengan kontrol
glisemik yang baik dan monitoring gula darah rutin di rumah.

Penelitian Penderita Diabetes

Dari sudut metodologi, hanya sedikit penelitian mengenai puasa di bulan Ramadan yang relevan, karena tidak ada
waktu kontrol sebelum dan sesudah Ramadan, tidak adanya pengukuran setiap minggu di bulan Ramadan,
kurangnya perhatian terhadap kebiasaan makan, komposisi makanan, nilai makanan, kontrol kalori, perubahan berat
badan, dan pentingnya jadwal selama masa sirkadian.

Disarankan semua itu dipertimbangkan dan semua variabel yang mengganggu dan membingungkan di kontrol.
Sangat jelas bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam hal puasa di bulan Ramadan untuk menentukan
perubahan psikologi dan patologi dengan menggunakan metode penelitian yang baik.

Berpuasa sepanjang Ramadan biasanya disarankan bagi Muslim yang sehat. Tetapi, banyak penderita diabetes yang
diizinkan untuk berpuasa selama Ramadan. Besarnya efek puasa pada gula darah dan glikagon hepatik tergantung
pada berapa sering berpuasa, dan hal ini harus dipertimbangkan oleh semua aktivitas penelitian berpuasa Ramadan.

Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa berpuasa di bulan Ramadan aman bagi kebanyakan penderita diabetes
bila disertai pengetahuan yang baik dan control diabetes yang baik pula. Kebanyakan penderita NTDDM dapat
berpuasa dengan aman.

Beberapa penderita IDDM yang memaksa berpuasa juga dapat melakukannya dengan aman asal disertai pengawasan
yang ketal. Perhatian ketat pada kontrol diet, aktivitas harian, dan regimen obat sangat penting bagi keberhasilan
berpuasa.

Untuk memperjelas perubahan patopsikologi dalam Ramadan, terutama pada Muslim penderita diabetes, disarankan
untuk mengadakan penelitian klinis terkontrol multisenter internasional untuk meneliti efek perbedaan gender, ras,
aktivitas fisik, kebiasaan makan, pola tidur, dan faktor penting lainnya terhadap kondisi psikologi dan patologi selama
berpuasa. (Ethical Digest, No.8, Thn II, Oktober 2004, Halaman 30).
DIABETES MELITUS DAN PUASA DIABETES
Pendahuluan

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat
menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem
kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk
pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok
umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang
ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem
saraf, hati, mata dan ginjal. DM merupakan salah satu penyakit degeneratif, dimana terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah
(hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria).

Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ
tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.

Definisi

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadarglukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena
tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.

Etiologi

Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah
yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.

Ada 2 macam type DM :


1. DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan
insulin dalam darah yang terjadi karena 90% sel penghasil insulin (sel beta pancreas) mengalami kerusakan
permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara
teratur. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.
Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus,
sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus.

Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
Sebagian besar diabetes mellitus tipe I ini terjadi sebelum usia 30 tahun.

1. DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada
tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin
untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi
hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obesitas dan biasanya diketahui DM setelah usia 30
tahun. DM type II bisa terjadi pada anak-anak.

Pembentukan insulin yang normal Penurunan pembentukan insulin

Kegemukan atau obesitas salah satu faktor penyebab penyakit DM, dalam pengobatan penderita DM, selain
obat-obatan anti diabetes, perlu ditunjang dengan terapi diit untuk menurunkan kadar gula darah serta mencegah
komplikasi-komplikasi yang lain.

Penyebab diabetes lainnya adalah :

Kadar kortikosteroid yang tinggi

Kehamilan (diabetes gestasional)

Obat-obatan

Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

Gejala Klinis

Gejala klinis yang khas pada DM yaitu Trias poli yaitu :

polidipsi (banyak minum),

poli phagia (banyak makan)

poliuri (banyak kencing),

yang sering disertai dengan keluhan sering kesemutan terutama pada jari-jari tangan, badan terasa lemas, gatal-
gatal dan bila ada luka sukar sembuh. Kadang-kadang berat badan (BB) menurun secara drastis.

Untuk mengetahui apakah seorang menderita DM yaitu dengan memeriksakan kadar gula darah. Kadar gula
darah normal adalah :

Pada saat : Puasa (nuchter) : 80 <>

Setelah makan : 110 <>


Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan penderita DM ialah: Untuk mengurangi gejala, menurunkan BB bagi yang kegemukan &
mencegah terjadinya komplikasi.

1. Diit

Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti
diuretik atau insulin, harus mentaati diit terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan
harus diatur. Ketaatan ini sangat diperlukan juga pada saat :

undangan/pesta, melakukan perjalanan, olah raga (OR) dan aktivitas lain .

1. Obat-obatan

Tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun terapi diit tidak boleh dilupakan dan pengobatan penyulit lain
yang menyertai /suntikan insulin.

Terapi insulin

Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti.
Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga
tidak dapat diberikan per-oral (ditelan). Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian.
Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang
berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut.
Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:

1. 1. Insulin kerja cepat.


Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin ini seringkali mulai
menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama
6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan
disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2. 2. Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-
26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat
disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
3. 3. Insulin kerja lama.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.

Obat-obat hipoglikemik per-oral

Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada penderita diabetes
tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.
Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid.
Obat ini menurunkan kadar gula darh dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan
meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi
meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri.

Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.


Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan oleh raga gagal
menurunkan kadar gula darah secara adekuat.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali
pemberian.

Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu diberikan
suntikan insulin.

1. Olah Raga

Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik, sehingga insulin yang ada walaupun
relatif kurang, dapat dipakai dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari
selama 1 jam perhari minimal 3 kali/minggu.

Penderita DM sebaiknya konsultasi gizi kepada dokter atau nutritionis (ahli gizi) setiap 6 bulan sekali untuk
mengatur pola diit dan makan guna mengakomodasikan pertumbuhan dan perubahan BB sesuai pola hidup.

Penatalaksanaan Gizi pada penderita DM

1) Penilaian kondisi pasien.

1. Status gizi :

penilaian status gizi dengan menghitung Indek Masa Tubuh (IMT) = BB(kilogram)/TB2(meter) untuk
melihat apakah penderita DM mengalami kegemukan/obesitas, normal atau kurang gizi. IMT normal pada orang
dewasa antara 18,5-25.

1. Toleransi glukosa

Dengan memberikan kadar gula darah (glukosa) apakah dalam batas batas toleransi normal (terkontrol).
Biasanya diperiksa gula darah puasa dan 2 jam setelah makan, gula darah sewaktu dan HbAc. Selain itu juga
diperiksa kadar gula dalam urin.

1. Komplikasi lain

Pemeriksaan klinis dan laboratorium lebih lanjut perlu dilakukan bila untuk mengetahui apakah sudah ada
komplikasi baik akut atau kronik seperti kadar gula darah selalu rendah atau bahkan selalu tinggi, komplikasi ke
penyakit jantung, ginjal, hati, pembuluh darah, saraf atau mata.

2) Perencanaan Diit dan mendidik pasien DM

Mendidik pasien DM bertujuan agar pasien tersebut dapat mengontrol gula darah, mengurangi komplikasi dan
meningkatkan kemampuan untuk merawat diri sendiri. Perencanaan diit bertujuan agar cukup asupan kalori,
protein, lemak, asam mineral dan serat serta air dengan frekuensi makan sepanjang hari disesuaikan dengan
pemberian obat anti diabetes atau injeksi insulin. Selain itu kebutuhan kalori dan serat gizi lain disesuaikan
dengan status gizi dan kondisi kesehatan penderita DM (misalnya bila disertai hipertensi atau tekanan darah
tinggi, harus mengikuti diit rendah garam). Perencanaan diit dapat menggunakan daftar penukar bahan
makanan, sehingga penderita DM dapat menggunakan daftar itu sendiri.

3) Olah Raga

Penderita DM dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur 3-4 kali/minggu, setidaknya 20-30 menit
(misalnya jalan kaki cepat, senam). Untuk memperbaiki aktivitas insulin. Selain itu olahraga membantu
penurunan BB pada penderita gemuk atau obesitas. Bila melakukan olahraga berat sebaiknya sebelum, selama
dan sesudah olahraga memonitor kadar gula darah, khususnya untuk DM type I, guna menentukan kebutuhan
insulin dan asupan makanan harus disesuaikan. Bila melakukan olahraga ringan, tidak perlu mengatur
kebutuhan insulin, cukup snack kecil sebelum olahraga pada gula darah <>

Komplikasi

Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan jiwa maupun mempengaruhi
kualitas hidup seseorang.

Komplikasi akut

1. Komplikasi akut yang paling berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah sangat
rendah), karena dapat mengakibatkan koma (tidak sadar) bahkan kematian bila tidak cepat ditolong. Keadaan
hipoglikemia ini biasanya dipicu karena penderita tidak patuh dengan jadwal makanan (diit) yang telah
ditetapkan, sedangkan penderita tetap minum obat anti diabetika atau mendapatkan infeksi insulin. Gejala-gejala
terjadinya hipoglikemia adalah rasa lapar, lemas, gemetar, sakit kepala, keringat dingin dan bahkan sampai
kejang-kejang.
2. Koma pada penderita DM juga dapat disebabkan karena tingginya kadar gula dalam darah, yang
biasanya dipicu adanya penyakit infeksi atau karena penderita DM tidak minum obat/mendapatkan insulin
sesuai dosis yang dianjurkan. Gejala dari hiperglikemia adalah rasa haus, kulit hangat dan kering, mual dan
muntah, nyeri abdomen, pusing dan poliuria.

Karena sulit untuk membedakan komplikasi karena hipo atau hiperglikemia, maka dianjurkan kalau ada gejala-
gejala seperti diatas pada penderita DM, lebih baik segera ditolong dengan diberikan air gula atau permen,
kemudian penderita segera dikirim ke Rumah Sakit.

Komplikasi Kronis

Bila sudah terjadi komplikasi yang mengakibatkan tingginya kadar gula darah`dalam waktu lama seperti
gangguan pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (dapat terjadi kebutaan/retinopati
diabetikum), pembuluh darah ginjal (Gagal Ginjal Kronik (GGK) sehingga harus dilakukan hemodialisa), selain
upaya menurunkan kadar gula darah dengan obat antibiotik/insulin dan terapi diit, perlu pengobatan untuk
komplikasinya. Diit juga ditujukan untuk mengurangi/menyembuhkan komplikasi tersebut (misalnya kadar
kolesterol juga tinggi, diit diarahkan juga untuk menurunkan kadar kolesterol tersebut).

Kaitan gizi dengan Diabetes Mellitus

DM adalah gangguan metabolisme karbohidrat yang merupakan salah satu unsur zat gizi makro. Gangguan
metabolisme ini juga menyebabkan gangguan metabolisme zat gizi lain yaitu protein, lemak, vitamin, dan
mineral yang mana proses metabolisme tubuh itu saling berinteraksi antar semua unsur zat gizi. Oleh karena itu,
DM adalah merupakan salah satu dari Nutrition Related Disease dimana gangguan salah satu metabolisme zat
gizi dapat menimbulkan penyakit. Terapi diit adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada penderita DM.
Tanpa pengaturan jadwal dan jumlah makanan serta kualitas makanan sepanjang hari, sulit mengontrol kadar
gula darah agar tetap dalam batas normal.

Bila dibiarkan dalam jangka waktu lama, akan mengakibatkan komplikasi baik akut atau kronis, yang pada
akhirnya dapat membahayakan keselamatan penderita DM sendiri atau mempengaruhi produktivitas kerja.
(contoh: pada penderita DM yang mengalami luka gangren yang harus diamputasi karena kadar gulanya selalu
tinggi sehingga lukanya tidak dapat sembuh).

Pencegahan

DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin yaitu dengan mempertahankan pola makan
sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan konsumsi sayuran, buah dan serat, membatasi
makanan yang tinggi karbohidrat, protein dan lemak, mempertahankan BB yang normal sesuai dengan umur dan
tinggi badan (TB) serta olah raga (OR) teratur sesuai umur & kemampuan.

Puasa pada Penderita Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Melitius (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang
tepat dan serius. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan tapi dengan penanganannya yang baik, DM bisa diatasi.
Penderitanya pun dapat hidup normal dan melakukan aktifitas sehari-hari termasuk melakukan aktifitas ibadah
berupa puasa pada bulan Ramadhan.

Manfaat Berpuasa

Puasa dapat mengistirahatkan sistim pencernaan. Lambung yang biasanya harus bekerja 18 jam nonstop tanpa
henti. Dengan berpuasa, lambung dapat beristirahat sekitar 12-14 jam. Puasa juga mengaktifkan sistim
pengendalian kadar gula darah, cadangan gula (glikogen) mulai digunakan, agar gula darah tidak turun.
Penurunan kadar gula darah terutama dialami oleh diabetisi yang gemuk. Dengan berpuasa terjadi penurunan
lemak trigliserida dan kolesterol terutama tekanan darah pada penderita hipertensi. Puasa juga bisa menurunkan
berat badan pada penderita kegemukan (obesitas), bila buka dan sahur tidak makan berlebihan.

Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa

Tidak semua penderita DM aman utk berpuasa. Ada pun mereka yang diperbolehkan untuk puasa adalah bila
kadar gula dalam darah <200>

Diet DM merupakan diet yang seimbang antara karbohidrat, protein dan lemak, ditambah dengan sayur dan
buah. Karbohidrat dalam bentuk kompleks sumbernya KH murni dibatasi hanya untuk bumbu, dapat digunakan
gula pengganti. Masukkan olahraga dalam kegiatan sehari-hari, untuk membantu menurunkan kadar gula darah.
Minum obat DM dan penyuntikan insulin pada waktu yg tepat. Bila waktu puasa timbul gejala hipoglikemi,
harus segera buka puasa. Penderita yang kadar gulanya terkendali dengan diet DM dan olah raga, tidak ada
masalah. Namun bila terjadi gejala hipoglikemi (kadar gula darah turun di bawah normal) harus segera buka.
Gejala hipoglikemi biasanya ditandai dengan keluar keringat dingin, gemetar, pusing, rasa peril di ulu hati
seperti orang kelaparan, mata berkunang-kunang.

Pedoman puasa untuk penderita DM tipe II.

( Berdasarkan Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia Thn. 2002)

1. Pasien yang terkendali dengan pengaturan makan saja, tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa.
Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati adanya perubahan jadwal, jumlah dan komposisi asupan makanan.
2. Pasien diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa, oleh karena itu
dianjurkan minum yang cukup.
3. Perlu peningkatan kewaspadaan pasien diabetes terhadap gejala-gejal hipoglikemia. Dianjurkan untuk
jadwal makan sahur mendekati waktu imsak/subuh, kurangi aktivitas fisik disiang hari dan bila berolahraga
dianjurkan pada sore hari.
4. Pasien yang cukup terkendali dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dosis tunggal juga tidak
mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan pada saat berbuka puasa. Hati-hati terhadap terjadinya
hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO dengan dosis maksimal.
5. Untuk pasien yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat diberikan sedemikian
sehingga dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur.
6. Untuk pasien diabetes Tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin kerja menengah yang
diberikan saat berbuka puasa.
7. Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap hipoglikemia pada pasien pengguna insulin. Perlu
pemantauan yang lebih ketat disertai penyesuaian dosis dan jadwal suntikan insulin. Bila terjadi hipoglikemia,
puasa dihentikan.
8. Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam
bulan Ramadhan.
9. Sebaiknya momentum puasa Ramadhan ini digunakan untuk lebih meningkatkan pengetahuan
pengetahuan dan ketaatan berobat pasien DM. Dengan berpuasa Ramadhan diharapkan adanya perubahan
psikologis yang menciptakan rasa lebih sehat bagi pasien diabetes.

Cara Pembagian Makan

Adapun pembagian makan yang baik bagi diabetesi selama puasa, para diabetesi sebaiknya mengkonsumsi
makanan dengan menu seimbang. Komposisi menu seimbang terdiri dari karbohidrat (50-60%), protein (15-
20%), lemak (20-25%), ditambah sayur dan buah untuk sumber vitamin dan mineral.

Untuk memperlancar buang air besar , cukup mengkonsumsi tinggi serat. Sedangkan komposisi dan waktunya
terdiri dari 30 persen saat berbuka puasa, 20 persen sesudah tarawih dan 10% lainnya sebelum tidur dengan
ditambah makanan ringan (snack). Sisanya 30 persen untuk sahur dan 10 persen lagi sebelum imsak, dengan
menambahkan snack serta vitamin. Yang paling penting adalah cukup banyak minum 8 gelas perhari. Lima
gelas waktu buka dan tiga gelas waktu sahur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Waspadji S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2001
2. Peranan Diit dalam Penanggulangan Diabetes, Available at www.depkes.com/makalah/pekanDm/pdf.
3. Diabetes Mellitus, Available atwww.medicastore.com/diabetesmellitus
4. Puasa pada Penderita DM tipeII, Available atwww.FKunpad.htm
5. Diagnosis DM, Available atwww.EijkmanInstitute.htm
6. Kiat Sehat Diabetesi yang Berpuasa, Available atwww.CyberMANHEALTH.htm
PUASA SEHAT BAGI PENDERITA DM.
Agustus 1, 2011

Arumsekartaji Kesehatan haus, insulin, kacamata, kelenjar pankreas, kencing,malam


hari, mata kabur, minum obat, penyakit dm, puasa sehat Tinggalkan Komentar

Bulan puasa 1432 Hijriah sudah dimulai Senin pagi ini bertepatan dengan 1 Agustus 2011.Sehat
dengan berpuasa terlebih dulu mengucapkan selamat menjalankan ibadah agung di bulan penuh
berkah, rahmat, ampunan kepada rekan-rekan semua pengunjung blog ini yang sedang menjalankan
puasa. Semoga dengan Anda yang tengah berpuasa,Tuhan YME senantiasa memberikan barokah
dalam hidup ini dan tentunya nanti menyandang predikat sebagai orang bertaqwa. Amin

Dialog interaktif puasa sehat bagi penyandang diabetes melitus telah berlangsung Sabtu siang 30/7
bertempat di RS Premier Jatinegara Jakarta Timur. Itu lah tema seminar kali ini yang membahas
seputar penyakit diabetes melitus yang ada kaitannya dengan kewajiban berpuasa bagi si penderita
diabetes melitus. Tema ini cukup menarik jika kita melihat saat ini penyakit diabetes melitus sebagai
sebuah penyakit yang memerlukan penanganan serius dan berkelanjutan, sehingga si penderita yang
telah divonis mengidap DM dapat terus hidup berdampingan dengan diabetes, tanpa merasa minder
bahkan tetap bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya, lingkungan tempat bekerja dan terus aktip
mencari penyembuhan sehingga kadar gulanya terus dapat dikendalikan dengan baik menuju kadar
normal gula darah.

( 1 ) Apakah diabetus melitus itu ?

Diabetus Melitus atau disingkat DM adalah penyakit yang ditimbulkan akibat kerusakan pankreas,
salah satu kelenjar dalam tubuh manusia yang memproduksi insulin, suatu hormon yang mengatur
metabolisme gula dari makanan. Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah
( hiperglikemia ) karena gula tidak dapat masuk ke dalam sel tubuh sehingga menghasilkan energi.

Gejala yang sering muncul adalah poliuria yaitu sering kencing di malam hari, polifagia yaitu sering
makan tetapi berat badan tidak bertambah, bahkan sering bertambah kurus dan polidipsia yaitu
sering minum karena haus. Gejala lain yang sering dikeluhkan penderita DM adalah kesemutan,
gatal, mata kabur sehingga cepat ganti kacamata, kurang perkasa ( laki-laki ) dan gatal-gatal pada
kemaluan wanita.
( 2 ) Apakah puasa diperbolehkan bagi penyandang diabetes?

Penyandang diabetes tetap dapat menjalankan ibadah puasa. Berpuasa bagi penderita diabetes
adalah sehat dan aman. Namun ada sebagian kecil penderita DM yang tidak boleh berpuasa. Hal ini
menyangkut resiko terjadinya hipoglikemia ( kadar gula darah di bawah normal ) akibat tidak adanya
asupan makanan selama puasa. Atau resiko hiperglikemia ( kadar gula darah berlebihan ) karena
makan berlebihan setelah berbuka puasa.

( 3 ) Gejala apa saja yang biasanya sering timbul bagi penyandang diabetes yang sedang
berpuasa?

Pada saat berpuasa jika penyandang DM mengalami hipoglikemia akan muncul gejala-gejala
berkeringat dingin, gemetar, jantung berdebar-debar, kesemutan pada lidah atau bibir, mengalami
penglihatan ganda, bingung dan gelisah. Bagi Anda penderita diabetes lanjut, Anda harus segera
membatalkan puasa apabila terjadi gejala-gejala seperti di atas.

( 4 ) Bagaimana puasa yang aman bagi penderita diabetes melitus?

Sebelum Anda berpuasa sebaiknya memeriksakan diri ke dokter lebih dulu untuk menentukan jadwal
minum obat serta mengatur menu makanan sehari-hari selama bulan puasa. Obat-obat diabetes yang
biasa diminum di pagi hari diubah menjadi waktu berbuka puasa, sedangkan dosis sore dipindahkan
ke waktu makan saur. Hal ini bertujuan menghindari keadaan gula darah yang terlalu rendah
( hipoglikemia ).

( 5 ) Apa yang dimaksud dengan kadar gula darah terkendali saat berpuasa?

Kadar gula darah terkendali baik adalah apabila kadar gula darah < 110 mg/dl, saat masih berpuasa
dan 140 mg/dl setelah 2 jam berbuka puasa.

( 6 ) Pola makan seperti apa yang baik bagi penderita diabetes yang sedang berpuasa?

Anda harus mengendalikan dan menjaga asupan makanan pada saat makan saur dan berbuka.
Disiplin diri untuk tidak mengkonsumsi makanan manis dalam jumlah berlebihan merupakan kunci
bagi penderita DM yang ingin berpuasa. Selain itu, pola makan yang tepat, olahraga yang cukup serta
diet rendah karbohidrat juga harus diperhatikan penderita DM.

( 7 ) Olahraga apa yang baik dilakukan bagi penderita diabetes melitus?

Waktu terbaik untuk melakukan olahraga adalah tidak menjelang waktu berbuka, dengan asumsi
bahwa kondisi gula darah mungkin mendekati ambang di bawah 80 mg/dl ( sangat rendah ). Saat
yang baik dan paling tepat dan lebih rasional untuk berolahraga adalah selesai salat tarawih. Jenis
olahraga pun sebaiknya dipilih yang ringan-ringan saja, seperti jalan kecil dan peregangan otot.

( 8 ) Apa yang harus Anda perhatikan selama berpuasa Ramadhan?

Bila Anda penyandang DM maka perhatikan pemantauan kadar gula darah. Konsultasikan dengan
dokter untuk pengaturan menu dan pemakaian obat-obatan.Semua itu dilakukan dengan seimbang,
baik makan, olahraga, minum obat dan beraktifitas tidak boleh berlebihan maupun berkekurangan.
Terdapat pada bagian belakang lambung didepan vertebrata lumbalis I dan II terdiri dari sel-sel
alpha dan beta. Sel alpha mengthasilkan hormon glukagon sedangkan sel- sel beta menghasilkan
hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan diabetes, insulin merupakan sebuah
protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencernaan protein.

Jika Anda merasa saat ini sebagai penderita DM jangan merasa putus asa dengan kondisi ini. Tetap
semangat menghadapi hal ini seraya mengusahakan penyembuhan medis kedokteran dengan tetap
taat pada nasihat dokter yang merawat Anda. Selain itu pula bagi Anda yang sudah menjadi praktisi
reiki diharapkan terus melakukan upaya penyembuhan diri sendiri dengan rajin terus melakukan self
healing yang bertujuan untuk fokus memperbaiki sel pankreas sebagai penghasil insulin.

Caranya saat Anda sedang melakukan self healing, tempelkan kedua telapak tangan Anda ke chakra
solar pleksus depan dan belakang. Niatkan energi reiki bekerja memperbaiki kelenjar pankreas
seraya menurunkan atau menormalkan kadar gula darah Anda. Arahkan pula kedua telapak tangan
ke chakra seks ( bagi pria ) agar organ reproduksi kembali normal seperti sediakala. Yang utama dari
self healing bagi penderita DM adalah menghidupkan kembali sel pankreas untuk menghasilkan
insulin. Salam sehat dengan berpuasa.

Sumber : Brosur Seminar Ramsay RS Premier Jatinegara.

Anda mungkin juga menyukai