Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERJALANAN SPIRITUAL

OLEH :

Nama : Andhika Budi Setiawan


NIM : 08505244009
Kelas : B1
Semester : II

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
PERJALANAN SPIRITUAL

Nama saya Andhika Budi Setiawan lahir 18 tahun yang lalu dari seorang ayah dan
ibu dengan setatus muslim. Sejak dalam kandungan saya sudah seorang muslim karena
sudah melakukan perjanjian semenjak ditiupkan roh kedalam rahim ibu saya yang disitu
terdapat badan fisik saya. Kemudian setelah saya lahir walaupun Cuma dalam 7 bulan
bukan sembilan bulan saya melihat dunia luar dan sangat bersyukur karena orang tua saya
beragama islam sehingga saya bisa menunaikan janji saya sebelum saya lahir dan
mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Tetapi tidak selamanya lancar dalam
menunikan janji saya terhadap kewajiban kewajiban dalam agama Islam, karena
pendalaman agama yang masih kurang oleh orang tua saya oleh sebab itu ketika saya
berumur 3 tahun masih belum tahu apa apa tentang agama saya karena orang tua tidak
pernah memberi pengertian sebelumnya. Sebenarnya saya maklum karena ibu saya
seorang Mualaf yang dulunya beragama Katolik dan ayah saya walaupun dia seorang
muslim dari lahir tapi kurang mendalami agama dan kewajiban kewajiban seorang
muslim bahkan sholat saja dia tidak bisa!!, sungguh sedikit kurang beruntungnya Andika
kecil. Walaupun demikian ternyata orang tua saya masih memiliki kesadaran betapa
pentingnya pendidikan agama sejak dini, oleh karena itu saya diikutkan TPA bersama
tetangga tetangga saya dirumah seorang ustadzah dikampung saya waktu itu umurku
masih 4 tahun sehingga saya baru bisa duduk dan melihat saja serta mendengarkan.
Walau sudah sedikit sedikit membaca iqro tetapi masih dituntun oleh guru TPA saya
masih sulit untuk membaca hingga saya berumur 5 tahun, saat umur 5 tahun saya sudah
cukup bisa menyebutkan huruf huruf yang ada dalam iqra tetapi keadaan tidak
mendukung karena ustadzah tersebut mengalami musibah yang saya tidak tahu sehingga
terpaksa kegiatan belajar mengaji ditutup.
Setelah hampir satu tahun kegiatan mengaji ditutup akhirnya ketika umur saya
menginjak 6 tahun waktu itu saya sudah masuk SD kelas satu, ada pemuda dikampung
saya yang sukarela mau menjadi pengajar TPA dikampung saya, saya tidak tahu kenapa
belia mau dengan sukarela mengajar kami, tapi kami sangat bersyukur adanya
pembimbing yang baik itu. Sejak saat itu telah terjadi perubahan dari yang dulunya setiap
sore banyak anak anak kecil dijalan atau dilapangan kampung sekarang menjadi sepi
karena banyak yang kembali mengaji dimasjid kampung. Waktu itu aku sangat merasakan
betapa tertib dan menyenangkan dalam pembelajaran mengenal agama yang kami alami
karena tidak hanya belajar membaca Al Quran yang kami lakukan tetapi juga
menghafalkan doa doa sehari hari atau bacaan dalam sholat serta setiap 6 bulan sekali
kami diajak jalan jalan ketempat wisata tentunya tidak jauh dari kampung, tentunya
diselingi dengan pemahaman kewajiban kewajiban sebagai umat muslim karena
disampaikan dengan santai dan sabar sehingga mudah bagi saya dan teman teman untuk
menerima pelajaran tersebut. Semagat yang dilakukan oleh pemuda itu yang bernama
mas Badarudin membuat pemuda/i dikampung yang telah lancar membaca Al Quran
menjadi berniat membantu dan meramaikan taman belajar kami, walaupun dengan
fasilitas seadanya tapi cukup menunjang bagi kami karena mendapat banyak bantuan dari
pihak takmir dan para dermawan dikampung saya. Tidak hanya belajar mengaji setiap
sore tetapi mulai diramaikan juga dengan pengajian Al Barjanji setiap malam jumat 2
minggu sekali, membuat kampung kami terasa ramai lagi dengan bacaan bacaan
Sholawat serta salam. Perubahan ini tidak hanya merubah keadaan kampung saya tetapi
juga kedua orang tua saya, yang dulu ayah saya tidak pernah sholat sedikit demi sedikit
mulai belajar tata cara sholat dan mulai menjalani kewajiban sebagai seorang muslim ini
sungguh membuat saya semakin bahagia karena melihat ayah saya yang semula tidak
pernak sholat dan hanya bekerja dan terus bekerja dan melupakan kewajiban sebagai
muslim menjadikannya sadar dan berubah, begitu pula dengan ibu saya yang awalnya
benar benar tidak tahu menahu tentang islam sudah melakukan perubahan dengan
mengikuti pengajian ibu ibu dan belajar baca Al Quran oleh mbah kaum dikampung
saya.
Setelah berjalan kurang lebih 4 tahun semua menjadi berubah lagi sejak mas Badar
telah pergi meninggalkan kami, karena keadaan ekonomi yang serba pas pasan akhirnya
mas Badar meninggalkan kampung untuk menjadi TKI diKorea. Kami sangat
merindukan dan merasa kehilangan akan sosok pemuda itu. Tapi walaupun tanpa dia TPA
masjid Al Hikmah harus berlangsung yang sekarang diasuh oleh kakak kakak yang
sudah mempunyai cukup ilmu untuk mengajari anak anak yang masih kecil, itu tidak
bertahan lama setelah beberapa bulan kami diasuh oleh seorang ustadzah lagi beliau juga
warga kampung desa kami yang sejak awal menaruh perhatian dengan TPA kami. Terapi
karena beliau mengajar ngaji dikampung lain maka tidak dapat ikut mengasuh TPA
kampung kami. Tetapi semenjak mas Badar pergi beliau jadi merasa harus melanjutkan
perjuangaan sebelumnya untuk menegakkan ajaran Islam dan memberikan pelajaran bagi
yang buta huruf arab. Setiap orang memiliki perbedaan satu sama lain berbeda fisik, sifat,
dan pikiran. Begitu pula dengan ustadzah kami yaitu Ukhti Karim atau sering kami
panggil dengan mbak Ratmi yang memiliki cara mengajar ngaji yang berbeda dengan
mas Badar. Mbak Ratmi cenderung disiplin dan agak keras dalam mengajar saya
merasakan benar benar berbeda dan menjadikan kita selalu serius tapi takut. Tetapi
semua terus berjalan hingga benar benar berubah dari waktu kewaktu yang semula
gratis tanpa biaya sekarang menjadi bayar tiap bulannya dan ada kegiatan menabung tiap
minggunya, serta pembuatan baju seragam untuk setiap anak. Perubahan perubahan itu
tidak sepenuhnya negatif tetapi ada yang positif saat ada lomaba antar kampung kita
selalu ikut dan tak jarang memenangkannya. Tetapi namanya perubahan tetap saja ada
yang bisa menerima dan tidak dari teman teman saya banyak yang keluar dan tidak mau
mengaji lagi alasannya bermacam macam ada yang takut, malu karena tidak bisa beli
seragam, atau jenuh karena cara mengajar yang monoton dll. Lama kelamaan hampir
tinggal sepuluh anak yang masih aktif mengaji padahal dulu sampai 70 anak yang
mengaji, begitupula dengan saya setelah lulus SD tahun 2002 saya melanjutkan SMP
tetapi karena banyak organisasi dan kegiatan extrakurikuler yang saya ikuti membuat
saya sulit membagi waktu dengan jadwal mengaji yang setipa sore serta kebutuhan
istirahat dan bermain dengan teman teman membuat saya juga ikut keluar dari TPA
karena hampir semua teman teman saya keluar sehingga kalau saya meneruskan
mengaji saya tidak ada temannya dan hanya tinggal anak perempuan saja yang mengaji
saat itu, itupun jumlahnya kurang dari 10 orang. Hingga pada akhirnya tidak lama
kemudian mbak Ratmi juga mengikuti mas Badar menjadi TKI tetapi di Malaysia dan
kebetulan baru saja pulang lebaran 2008 kemarin.
Pada saat saya SMP telah dicoba mendirikan lagi TPA Al Hikmah oleh kakak
-kakak tetapi karena respons yang kurang dari masyarakat dan anak anak membuat
tidak bertahan lama hingga saya kelas 2 SMP mencoba didirikan lagi oleh kakak kakak
dengan metode yang berbeda tidak setiaphari tetapi Cuma 1 minggu 2 kali karena kakak
kakak masih sekolah juga tetapi pada saat itu saya juga ikut berpartisipasi menjadi
murid karena sadar kalau ilmu saya masih belum seberapa karena yang ikut cuma saya
dan keponakan dan mbak saya atau semuanya ternyata yang ikut malah cuma keluarga
keluarga saya itupun tidak bertahan lama karena kesibukan kakak kakak dan kurangnya
respon dari anak anak lain selain keluarga besar saya menjadikan ditutup lagi. Tetapi
alkhamdulilah kegiatan pembacaan Sholawat Al Barjajnji masih rutin dilaksanakan tiap
2 minggunya serta pengajian ibu- ibu sampai sekarang.
Setelah saya masuk STM saya jarang lagi mengikuti kegiatan tersebut karena tugas
tugas dan jarak sekolah yang jauh membuat saya selalu bangun pagi dan berangkat pagi
pagi sekali. Selain itu karena lagi kegiatan yang saya ikuti cukup banyak sehingga saya
sulit membagi waktu dan cukup menguras tenaga membuat saya malas untuk mengikuti
kegiatan pengajian tersebut selain itu juga karena tidak ada teman sebaya saya membuat
saya gengsi untuk mengikutinya ternyata itu semua membuat saya lupa diri dan terlalu
fokus dengan hal dunia saja yaitu masalah sekolah dan mengenal pacaran, membuat saya
jarang sholat bahkan sering melupakan kewajiban tersebut entah apa yang membuat saya
semakin jauh dan tak berusaha untuk dekat lagi dengan Tuhan hanya pada saat saya
tertimpa masalah saya ingat dengan Allah tetapi pada saat saya senang kadang melupakan
begitu saja tetapi saya tidak mau terjerumus dalam kesesatan saya tidak merokok dan
minum munuman keras apalagi zina sering teman teman saya mengatakan hal yang
tidak baik pada saya karena saya dianggap tidak gentle sebagai laki laki tetapi
pendidikan agam saat saya masih kecil membuat saya bisa membatasi diri dan sedikit
demi sedikit mulai kembali kejalan yang benar jalan yang diridhoi oleh Allah, setelah
lama menjauh setelah lama saya lupa saya kembali diingatkan dengan berbagai teguran
yang halus atau kasar hingga dari hal hal kecil hingga hal yang parah ketika saya
mengalami sakit dan harus dioperasi setelah kejadian kejadian itu membuat aku
menjadi membuka mata bahwa kita hidup didunia ini semata mata karena Allah untuk
Allah dan demi Allah, saya mulai merubah perilaku saya ketika sudah kelas 3 mulai rajin
menjalankan sholat 5 waktu, tahajud dan mulai belajar membagi waktu auntuk kegiatan
kegiatan agama dan non agama. Ini berlanjut hinnga saya kuliah dan hampir saja
terjerumus lagi karena sudah sejak lulus SMP mendambakan suatu barang yang menurut
saya penting untuk mempermudah saya mencapai jarak yang jauh, ketika saya lulus SMP
dan masuk STM ayah saya menjanjikan akan membelikan barang tersebut tetapi hingga
saya lulus belum juga dibelikan padahal saya sudah bersabar dan berdoa untuk diberikan
yang terbaik buat saya tetapi saat itu semua hanya mimpi dan saya merasa Allah tidak
mengabulkan doa saya yang selalu panjatkan setelah saya sholat, bahkan sampai banya
musibah yang menimpa keluarga kami dan membuat saya bingung dan mencoba berpikir
dewasa menghadapai semua ini jangan sampai memberontak karena keinginan saya tidak
terpenuhi, akhirnya saya meyakinkan diri untuk mengesampingkan kendaraan yang saya
inginkan dari STM saya mencoba berpikir jauh kedepan dan menjaga hati unutk selalu
dijalan Allah dan tidak pernah meragukannya lagi karena saya tahu mungkin Allah tidak
mengabulkannya karena Dia punya rencana lain. Setelah lama saya perlahan lebih fokus
dengan kuliah dan permasalahan keluarga tanpa mengesampingkan doa untuk diberikan
yang terbaik untuk hidup ini.
Akhirnya doa saya terjawab juga setelah mengalami keraguan dan membiarkan
setan setan menjamah pikiran dan hati saya serta permasalahan keluarga yang kami
hadapi Subhanallah semua telah melihat titik terang kita menjadi lebih ikhlas setelah
musibah yang kami hadapi baru baru ini serta Allah memberikan rejeki yang tak
terduga sebelumnya hingga saya bisa diberikan kendaraan yang lebih dari yang saya
impikan selama ini saya sangat bersyukur dan semakin meningkatkan keimanan saya.

Anda mungkin juga menyukai