Anda di halaman 1dari 37

PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

UNTUK
KANTOR AKUNTAN PUBLIK

BUKU KASUS
KAP PEMERIKSA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
TAHUN 2014
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 3

KASUS PENDAPATAN ..................................................................................................................... 5

KASUS BELANJA MODAL.............................................................................................................. 13

KASUS PEMBIAYAAN .................................................................................................................... 29

1
Halaman ini
sengaja dikosongkan

2
PENDAHULUAN

Tujuan
Tujuan dari latihan ini adalah agar peserta diklat dapat melakukan prosedur pemeriksaan
laporan keuangan untuk dan atas nama BPK.

Petunjuk untuk peserta

1. Baca studi kasus yang disajikan.


2. Sebagian studi kasus akan dibahas dalam diskusi kelas dan sebagian akan dikerjakan
secara individu/kelompok.
3. Menuuliskan hasil analisa.
4. Mendiskusikan hasil analisa dalam kelas.

Alokasi Waktu

Studi kasus akan dibahas pada hari kedua sampai dengan hari keempat.

Selamat Mencoba!

3
Halaman ini sengaja dikosongkan

4
KASUS PENDAPATAN

Pada awal tahun 2014, dibentuk sebuah tim pemeriksa atas laporan keuangan Kementrian
Berdikari. Pemeriksaan laporan keuangan tersebut oleh BPK-RI ditugaskan kepada Kantor
Akuntan Publik Teguh Selalu dan rekan. Penunjukan tersebut atas dasar hasil tim seleksi
yang telah dilakukan oleh Tim Seleksi BPK-RI, dan tentunya KAP TS dan rekan telah
memenuhi persyaratan dan kualifikasi yang telah ditentukan.
Informasi terkait Kementrian Berdikari antara lain sebagai berikut :
1. Kementrian Berdikari adalah kementrian yang menyelenggarakan informasi
geospasial yang andal, terintegrasi dan mudah dimanfaatkan.
2. Dalam fungsinya untuk menyelenggarakan informasi geospasial, Kementrian
Berdikari memiliki jasa antara lain penjualan produk informasi geospasial, jasa
penyewaan peralatan, jasa penyewaan tenaga ahli, jasa pemetaan, jasa pendidikan,
jasa penyewaan gedung dan bangunan.
3. Dalam penyelenggaraan jasa tersebut terdapat biaya variabel yang berkisar 50%-70%
dari pendapatan, antara lain : honor operator (jasa penyewaan peralatan), honor
tenaga ahli, biaya operasional, honor pengajar/narasumber. Biaya tersebut biasanya
telah dianggarkan dalam anggaran belanja kementrian Berdikari.
4. Data anggaran dan realisasi pendapatan 5 tahun terakhir adalah sbb:

5
KEMENTRIAN BERDIKARI
REALISASI PENDAPATAN

Tahun Pendapatan Anggaran Realisasi Prosentase

( dalam ribuan rupiah) ( dalam ribuan rupiah)

2011 PNBP 8750000 14712500 168%


Pendapatan atas penjualan produk informasi 1250000 2187500 175%
Pendapatan atas penyewaan peralataan 1000000 1800000 180%
Pendapatan atas penyewaan tenaga ahli 1000000 1100000 110%
Pendapatan atas jasa pemetaan 2500000 4625000 185%
Pendapatan atas jasa pendidikan 2000000 3000000 150%
Pendapatan atas jasa penyewaan gedung dan
bangunan 1000000 2000000 200%

2012 PNBP 9625000 14767500 153%


Pendapatan atas penjualan produk informasi 1375000 2062500 150%
Pendapatan atas penyewaan peralataan 1100000 1210000 110%
Pendapatan atas penyewaan tenaga ahli 1100000 1265000 115%
Pendapatan atas jasa pemetaan 2750000 4400000 160%
Pendapatan atas jasa pendidikan 2200000 3850000 175%
Pendapatan atas jasa penyewaan gedung dan
bangunan 1100000 1980000 180%

6
Tahun Pendapatan Anggaran Realisasi Prosentase

( dalam ribuan rupiah) ( dalam ribuan rupiah)

2013 PNBP 10587500 17061000 161%


Pendapatan atas penjualan produk informasi 1512500 2117500 140%
Pendapatan atas penyewaan peralataan 1210000 1270500 105%
Pendapatan atas penyewaan tenaga ahli 1210000 1452000 120%
Pendapatan atas jasa pemetaan 3025000 6050000 200%
Pendapatan atas jasa pendidikan 2420000 4114000 170%
Pendapatan atas jasa penyewaan gedung dan
bangunan 1210000 2057000 170%

2014 PNBP 11646250 17775505 153%


Pendapatan atas penjualan produk informasi 1663750 2495625 150%
Pendapatan atas penyewaan peralataan 1331000 1370930 103%
Pendapatan atas penyewaan tenaga ahli 1331000 1996500 150%
Pendapatan atas jasa pemetaan 3327500 5656750 170%
Pendapatan atas jasa pendidikan 2662000 3993000 150%
Pendapatan atas jasa penyewaan gedung dan
bangunan 1331000 2262700 170%

7
Setelah dilakukan pemahaman entitas dan proses bisnis diketahui bahwa :
a. Kebanyakan produk informasi geospasial tersebut disimpan dalam bentuk file
elektronik, dimana akses terhadap file tersebut dapat dilakukan bagi para
pejabat berwenang dan para tenaga ahli.
Para tenaga ahli diperkenankan melakukan pekerjaan sesuai dengan
profesinya secara individu (bukan kedinasan) dengan mengambil cuti diluar
tanggungan negara dan atau di hari libur.
b. Untuk jasa pendidikan, jasa yang dipungut adalah kontribusi pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan di Pusdiklat Kementrian Berdikari.
c. Atas pendapatan yang diterima terdapat beberapa komponen belanja yang
mengikuti kegiatan tersebut antara lain belanja pegawai dan belanja barang
dan jasa, yang diperkenankan sampai dengan 80% penerimaan atas kegiatan
tersebut, namun tetap harus teranggarkan.
d. Atas pencapaian PNBP, terdapat anggaran belanja pegawai berupa bonus.
e. Secara proses bisnis, kegiatan yang menghasilkan PNBP tersebut adalah calon
pemakai jasa/pelanggan mengajukan permohonan sesuai jasa yang
dibutuhkan kepada kepala satker terkait, oleh kepala satker berdasarkan
pertimbangan teknis kepala bagian dan atau staf ahli/teknis terkait
menyetujui atau menolak, apabila terdapat persetujuan maka bendahara
penerimaan mengirimkan invoice terlebih dahulu, setelah calon pemakai jasa
membayar tagihan tersebut, diterbitkan tanda terima, berdasarkan tanda
terima tersebut calon pemakai jasa/pelanggan berhak mendapatkan
jasa/produk yang diinginkan.

Dengan pemahaman atas proses bisnis di atas, tim pemeriksaan melaksanakan


berbagai prosedur audit dengan menemukan beberapa hal di bawah ini :
a. Belanja pegawai berupa bonus dapat direalisasikan pada bulan Juni di tahun
berjalan.
b. Terdapat beberapa setoran pendapatan yang dicatat tidak sesuai dengan SPJ
kegiatannya dengan rincian pada tabel berikut :
Terdapat setoran dari Bendahara Penerimaan ke kas negara di bulan Januari
sebesar Rp 80.000.000,00 untuk jasa pendidikan, Rp 50.000.000,00 untuk jasa
pemetaan, dan Rp 60.000.000,00 untuk jasa tenaga ahli. Berdasarkan
pemeriksaan lebih lanjut atas realisasi anggaran pada bulan januari tidak

8
terdapat pengeluaran beruapa pendidikan untuk eksternal, ataupun honor
ahli. Konfirmasi terhadap bendahara penerimaan, menyebutkan bahwa
kegiatan telah dilakukan pada bulan desember tahun sebelumnya, dimana
dalam kegiatan tersebut mengeluarkan biaya sebesar Rp 35.000.000,00 untuk
penyelenggaraan diklat, Rp 20.000.000,00 untuk honor ahli dan Rp
15.000.000,00 untuk operasional termasuk honor pemetaan. Dimana biaya
tersebut menggunakan langsung penerimaan dari pelanggan.
c. Terdapat setoran untuk jasa informasi produk informasi sebesar Rp
50.000.000,00 pada bulan juni, setelah memeriksa realisasi kegiatan diklat
eksternal di pusdiklat Kementrian Berdikari pada bulan Juni tersebut terdapat
6 kegiatan diklat eksternal, setelah melakukan cek atas penerimaan jasa
pendidikan di bulan tersebut terdapat setoran 5 kali dengan nilai Rp
275.000.000,00.
d. Berdasarkan daftar surat permohonan pelaksanaan diklat yang diterima
dibulan oktober sampai dengan desember terdapat lebih dari 10 permohonan
yang ditolak, 5 diantaranya dialihkan untuk pengiriman nara sumber dengan
biaya yang ditanggung oleh instansi pemohon. Hal ini dikarenakan anggaran
pelaksanaan diklat yang telah habis.
e. Di bulan desember terdapat 12 surat permohonan tenaga ahli yang tidak
ditindaklanjuti dengan surat balasan. Pengecekan lebih lanjut pada data
kepegawaian menunjukkan bahwa pada akhir tahun tersebut banyak tenaga
ahli yang memanfaatkan cuti ataupun ijin tidak masuk kerja termasuk
beberapa diantaranya yang tidak masuk kerja tanpa adanya alasan.
f. Untuk penggunaan sarana peralatan yang terdapat di beberapa lokasi
terpencar, dimana kementerian berdikari memiliki beberapa fasilitas di lokasi
terpencil di beberapa pantai dan pegunungan tertentu dan lokasi terpencil
lainnya. Adapun di lokasi tersebut biasanya ditempatkan beberapa staf ahli
dengan 2-5 orang staf pendukung lokal. Untuk penyewaan peralatan yang
terdapat di lokasi tersebut, proses penyewaan dimulai dari pelanggan yang
mengajukan permohonan penyewaan peralatan melalui satker terkait yang
berkantor di Jakarta, setelah disetujui dan membayar maka berdasarkan surat
pengantar pelanggan yang bersangkutan menuju lokasi fasilitas terkait dan
menggunakan peralatan dengan pendampingan ahli di lokasi. Karena letak
yang terpencil dan tersebar di beberapa lokasi, untuk melaksanakan beberapa

9
prosedur pemeriksaan di lokasi tersebut dengan mengirimkan staf yang baru
masuk ke kantor KAP (junior auditor Dan staf magang), berdasarkan
informasi dilapangan diketahui bahwa dalam daftar tamu selama 3 tahun
terakhir lumayan banyak pengunjung, dimana terdapat beberapa pengunjung
spesifik tertentu yang berkunjung setiap hari secara berurutan dalam jangka
waktu 5 hari sampai dengan 10 hari. keterangan yang didapat bahwa tamu
tersebut memang berkunjung untuk melaksanakan studi kerja atas fasilitas
kementrian tersebut. Data kepegawaian menunjukkan bahwa staf /ahli yang
bertugas ditempat-tempat tersebut rata-rata sudah lebih dari 3 tahun bertugas
disana.
g. Pendapatan atas penyewaan gedung negara menunjukkan data sebagai
berikut :

Bulan Pendapatan Sewa Biaya listrik dan Air Gedung


Gedung Kantor Pusat Serbaguna Kantor Pusat
Januari 10.500.000,00 2.575.000,00
Februari 23.500.000,00 3.254.000,00
Maret 40.000.000,00 3.816.000,00
April 43.000.000,00 3.911.000,00
Mei 67.500.000,00 4.234.000,00
Juni 74.000.000,00 4.863.000,00
Juli 73.000.000,00 4.768.000,00
Agustus 78.000.000,00 4.903.000,00
September 67.500.000,00 4.231.000,00
Oktober 15.000.000,00 4.893.000,00
November 12.500.000,00 4.912.000,00
Desember 17.500.000,00 4.825.000,00

Reviu atas pengeluaran atas biaya listrik dan air atas gedung yang disewakan tersebut
justru meningkat tagihannya di bulan-bulan yang pendapatannya justru menurun.
Konfirmasi terhadap petugas yang bertanggungjwab mengelola gedung tersebut
menjelaskan bahwa gedung tersebut di bulan-bulan yang dimaksud banyak
digunakan kegiatan internal, namun untuk kegiatan internal tidakk ada bukti atau
administrasi yang menjelaskan hal tersebut. pemeriksaan atas dokumen belanja justru
menunjukkan bahwa banyak terdapat kegiatan konsinyasi dan rapat di luar kantor
yang dilakukan kementrian berdikari di bulan yang dimaksud.

10
Tugas:
Berdasarkan data dan informasi di atas, pemeriksa diminta untuk:
1. Menganalisis data dan informasi di atas dilengkapi asumsi dan penjelasannya.
2. Membuat prosedur pemeriksaan lanjutan yang masih dibutuhkan berdasarkan
analisis data dan informasi di atas.
3. Membuat jurnal koreksi atas dasar informasi di atas.
4. Membuat temuan pemeriksaan berdasarkan informasi di atas apabila ada.

11
Halaman ini sengaja
dikosongkan

12
KASUS BELANJA MODAL

Kasus I
Kementerian Cokodot adalah instansi pemerintah yang mempunyai kegiatan utama
dalam penyusunan dan penetapan kebijakan pemerintah di bidang perumahan dan
pemukiman. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Kementerian Cokodot sangat terkait
dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang menjadi subyek kebijakan tersebut.
Tuntutan masyarakat terhadap campur tangan pemerintah dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas perumahan/permukiman bagi masyarakat terutama yang
berpenghasilan rendah, mendorong Kementerian Cokodot melakukan berbagai
tindakan yang diharapkan dapat menjadi stimulus bagi berkembangnya sektor
perumahan/permukiman.
Organisasi Kemeterian Cokodot memiliki 5 (lima) unit Eselon I, 6 satuan kerja dan 1
BLU sebagai berikut:
1. Sekretariat Kementerian
2. Pusat Pengembangan Perumahan
3. Pembiayaan Perumahan
4. Pengelolaan Kawasan
5. Pemberdayaan Perumahan Swadaya
6. Pengembangan Perumahan Formal
7. Badan Layanan Umum Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

Dalam operasionalnya kementerian Cokodot memiliki risiko-risiko terkait Tupoksi,


Organisasi, Stakeholders, Faktor Ekonomi dan Sosial, dan Peraturan Terkait yang
Dapat secara Signifikan Mempengaruhi Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan
Entitas.

Risiko yang dapat mempengaruhi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan


Kementerian Cokodot antara lain:
a. Belum terbentuk sinergi antara Kementerian Cokodot dan Pemda dalam
pengelolaan Rusunawa yang berakibat pada pengakuan hasil pengelolaan aset
tersebut dalam lapora keuangan Kementerian Cokodot.
b. Adanya birokrasi pemberian ijin dalam hibah atas aset yang hendak dialihkan
kepada pihak lain sebagai pengelola aset Rusunawa tersebut.

13
c. Dalam proses pengadaan Barang dan Jasa pada Kementerian Cokodot telah
membentuk Unit Pelayanan Terpadu. Namun atas kebijakan pimpinan jumlah
paket yang dilelang pada ULP terpadu tersebut belum seluruhnya karena masih
dibolehkan beberapa satker untuk tetap melelang paket pada ULP masing-
masing dan untuk beberapa paket yang nilai besar dan kompleks ULP
Kementerian Cokodot meminta ULP Kementerian PU untuk melelang paket
tersebut.

Pada Bulan Januari 2012 Tim Pemeriksa Badan Pemerika Keuangan Republik
Indonesia (BPK RI) melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian
Cokodot (LKKL) TA 2011. Pmeriksaan ini dilakukan dengan Surat Tugas No
22/ST/V-XVI/01/2012. Struktur tim terdiri dari Penanggung jawab, Wakil
Penanggungjawab, Pengendali Teknis, 1 orang Ketua Tim yang memiliki
sertifikasi peran pemeriksa sebagai Ketua Tim Senior (KTS) dan 4 orang anggota
Tim yang masing-masing memiliki sertifikasi peran yaitu 3 orang sebagai
Anggota Tim Senior (ATS) dan 1 orang Auditor BPK yang bekerja pada Unit
kerja Pusdiklat BPK RI yang diperbantukan untuk melakukan pemeriksaan dan
saat ini jabatan fungsional pemeriksanya sedang dibebaskan karena bertugas di
unit kerja non pemeriksa. Surat Tugas atas pemeriksaan tersebut telah
ditandatangani oleh Plt. Tugas Anggota III BPK RI.

Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), dalam pemeriksaan atas


Laporan Keuangan Kementerian Cokodot tersebut diatas, BPK telah melakukan
pengujian atas sistem pengendalian intern Kementerian Cokodot untuk
menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan. Berdasarkan pengujian atas SPI Kementerian Cokodot,
BPK RI memukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem
pengendalian intern dan operasinya.

Sehubungan dengan pengujian tersebut khususnya pada realisasi belanja modal


diketahui bahwa Pada Tahun Anggaran 2011 Realisasi Belanja Modal
Kementerian Cokodot sebesar Rp1.360.447.460.591,00 atau 70,83 % dari anggaran
sebesar Rp1.920.752.629.000,00.

14
Sedangkan perbandingan rincian realisasi Belanja Modal Tahun 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut:
Rincian Perbandingan Realisasi Belanja Modal
Tahun 2011 dan Tahun 2010

Kenaikan/
Tahun 2011 Tahun 2010
Uraian (Penurunan) naik/ (turun)
Rp Rp
Rp
Belanja Modal Peralatan dan
10,476,950,235 1,426,422,000 9,050,528,235 634.49 %
Mesin
Belanja Modal Gedung dan
632,203,697,194 242,587,042,739 389,616,654,455 160.61 %
Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan
715,145,480,462 76,200,730,473 638,944,749,989 838.50 %
Jaringan

Belanja Modal BLU 2,621,332,700 0 2,621,332,700 100.00 %

Jumlah 1,360,447,460,591 320,214,195,212 1,040,233,265,379 324.86 %

Berdasarkan penelusuran lebih lanjut terhadap Belanja Modal yang menjadi


fokus dari pemeriksaan setelah mempertimbangkan resiko yang tinggi pada akun
tersebut, diketahui bahwa realisasi belanja modal khususnya Belanja modal
peralatan dan mesin pada TA 2011 berimplikasi terhadap penambahan nilai Aset
Peralatan dan Mesin Tahun 2011 sebesar Rp38.138.696.743,00 bila dibandingkan
dengan nilai aset Peralatan dan Mesin Tahun 2010 sebesar Rp25.497.137.108,00,
terdapat kenaikan sebesar Rp12.641.559.635,00 atau 49,58%.

Kenaikan sebesar Rp12.641.559.635,00 atau 49,58% diperoleh dari realisasi Belanja


Modal Peralatan dan mesin pada Tahun 2011 dengan rincian sebagai berikut:

Penambahan Aset
Realisasi Belanja
MA Uraian Peralatan dan Selisih
Modal
Mesin
BM Peralatan dan
532111 10.476.950.235 10.107.764.935 369.185.300
Mesin
BM Peralatan dan
Mesin BLU Pusat
537112 2.621.332.700 2.533.794.700 87.538.000
Pembiayaan
Perumahan
Jumlah Belanja 13.098.282.935 12.641.559.635 456.723.300

Selisih sebesar Rp.456.723.300,00 pada akun Peralatan dan Mesin disebabkan


karena:

Pengadaan inventaris kantor yang nilai harga satuannya telah memenuhi


kapitalisasi namun tidak dicatat pada neraca sebesar Rp77.320.800,00;

15
Terjadi kesalahan perekaman pada aplikasi bendahara Satuan Kerja BLU
Pusat Pembiayaan Perumahan yang seharusnya berada pada belanja barang
dan belanja gaji dan tunjangan, tetapi terekam kedalam belanja modal
sebesar Rp87.270.000,00;

Pengadaan software komputer dicatat sebagai aset tak berwujud sebesar


Rp317.350.000,00;

Adanya pengadaan peralatan kantor pada Satuan Kerja Dekonsentrasi


Propinsi Kalimantan Selatan yang berasal dari belanja barang, yang
seharusnya dicatatat sebagai persediaan tetapi dicatat sebagai peralatan dan
mesin sebesar Rp25.217.500,00.

Kementerian Perumahan Cokodot pada Tahun Anggaran 2011 melaksanakan


kegiatan Dana Dekonsentrasi dengan nilai anggaran sebesar Rp50.000.000.000,00
dan realisasi anggaran sebesar Rp42.904.672.458,00 yang diberikan ke 33 provinsi,
497 kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi Kalimantan Selatan
mendapatkan anggaran sebesar Rp1.471.703.000,00 dan realisasi anggaran sebesar
Rp957.862.637,00 dengan rincian sebagai berikut:

Rincian Realisasi Anggaran Dana Dekonsentrasi SKPD Provinsi Kalimantan


Selatan.

% Re al i sasi
Urai an An ggaran Re al i sasi
An ggaran
Honor T erkait
37.935.000,00 37.330.000,00 98,41%
Operasional Sat uan
Belanja Bahan 45.000.000,00 44.999.800,00 100,00%
Belanja Barang Non
813.238.000,00 549.457.050,00 67,56%
Operasional Lainnya
Belanja Langganan daya 3.000.000,00 1.887.137,00 62,90%
Belanja Sewa 27.715.000,00 25.955.000,00 93,65%
Belanja Jasa P rofesi 156.375.000,00 97.250.000,00 62,19%
Belanja Biaya
P emeliharaan P eralat an 28.155.000,00 25.217.500,00 89,57%
dan Mesin
Belanja P erjalanan
360.285.000,00 175.766.150,00 48,79%
Lainnya
Ju m l ah 1.471.703.000,00 957.862.637,00 65,09%

Sumber: Laporan Keuangan SKPD Provinsi Kalimantan Selatan

16
Dari total realisasi belanja sebesar Rp957.862.637,00 terdapat belanja pemeliharaan
peralatan dan mesin sebesar Rp25.217.500,00. Namun berdasarkan pemeriksaan
dokumen pendukung SP2D No.144569V tanggal 24 Oktober 2011 dan SPM
No.00027/150015/ KEMENTERIAN COKODOT/2011 tanggal 19 Oktober 2011
diketahui bahwa belanja pemeliharaan peralatan mesin tersebut digunakan oleh
SKPD untuk pengadaan peralatan mebeulair yang seharusnya menggunakan belanja
modal dengan rincian sebagai berikut:

Harga Jumlah
No. Jenis Barang Satuan Kuantitas
Satuan (Rp) Harga (Rp)

1. Brankast Unit 1 12.750.000,00 12.750.000,00

2. Meja kerja 1 biro 2 1.035.000,00 2.070.000,00


Unit
3. Meja kerja biro 6 580.000,00 3.480.000,00
Unit
4. Kursi staf 6 585.000,00 3.510.000,00
Unit
5. Kursi Pejabat 1 1.115.000,00 1.115.000,00
Unit

Jumlah 22.925.000,00

PPN 10% 2.292.500,00

Jumlah Harga 25.217.500,00

Sumber: SPK No. 050/049/SPK/KEMENTERIAN COKODOT/2011 tanggal 16 September 2011

Tugas :
1. Berdasarkan informasi diatas anda diminta :
a. Identifikasi informasi diatas, jika anda memandang bahwa perlu dilakukan
koreksi terhadap akun belanja modal dan akun peralatan dan mesin, buatlah
jurnal koreksi sesuai yang diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Jika anda memandang bahwa tidak mungkin dilakukan koreksi, apa alasan
anda dan apa dasarnya
b. Jika koreksi tidak bisa dilakukan dan anda memutuskan untuk dibuatkan
temuan pemeriksaan. Buatlah temuan pemeriksaan terkait realisasi belanja
modal dan aset peralatan dan mesin tersebut. Dan apakah temuan tersebut
dapat mempengaruhi kewajaran penyajian Laporan Keuangan?
17
2. Berdasarkan informasi diatas anda diminta mengidentifikasi apakah proses
pemeriksaan tersebut telah dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) ?
3. Berdasarkan informasi diatas identifikasi apakah organisasi pengadaan barang
dan jasa yang ada pada kementerian cokodot telah sesuai Perpres No 70/2012.

18
Kasus II
Kementerian Cokodot pada Tahun Anggaran 2011 menyelenggarakan kegiatan
bantuan stimulant Pembagunan Prasarana Umum (PSU) dengan anggaran sebesar
Rp642.870.006.350,00 dan realisasi sebesar Rp611.519.230.123,00. Tujuan bantuan
stimulan PSU adalah untuk memfasilitasi penyediaan PSU lingkungan perumahan
agar rumah dan lingkungan perumahan menjadi layak huni serta harga rumah dapat
lebih rendah dan terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah, mendorong
pembangunan serta pengembangan perumahan dan permukiman berbasis kawasan,
dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman yang sudah
terbangun. Untuk melakukan pemeriksaan terhadap realisasi belanja tersebut, tim
pemeriksa telah melakukan uji petik terhadap pembangunan PSU di beberapa
daerah. Uji petik ke beberapa daerah tersebut dilakukan oleh Tim dengan didampingi
oleh PPK, Rekanan dan konsultan pengawas, untuk memudahkan menjangkau lokasi
uji petik yang tersebar PPK telah merancang lokasi uji petik beserta kelengkapan
akomodasi yang kemudian disetujui oleh Tim. Untuk membantu tim melakukan
pengujian tim didampingi oleh seorang konsultan teknik yang sangat ahli dan
ditugaskan untuk melakukan pengukuran dan perhitungan terhadap volume
pekerjaan dan melakukan komunikasi langsung dengan PPK dan rekanan. Dari
hasil pemeriksaan diketahui adanya kelebihan pembayaran sebesar Rp138.254.228,00
dengan rincian sebagai berikut:

1. Pekerjaan Pembangunan PSU yang berlokasi di Perumahan Bumi Oso Permai dan
Perumahan Alak yang dilakukan oleh PT. Tea Kirana dengan nilai kontrak sebesar
Rp 4.724.760.000,00 berdasarkan Surat Perjanjian Kerja No. KU.08.08/PK-
PK/P2P/PKPSU11-163/202 tanggal 2 November 2011 terdapat kelebihan
pembayaran kepada pihak rekanan sebesar Rp41.577.712,00 terinci:

No Jenis Pekerjaan Menurut Hasil Cek Selisih Harga Nilai


Kontrak Fisik Satuan (Rp)
(Rp)
1 Penghamparan lapisan
beton di Perumahan 1101,97 m3 1070,35 m3 31,62 m3 787.240 24.893.189
Bumi Oso Permai
2 Penghamparan lapisan
beton di Perumahan 1936,68 m3 1915,49 m3 21,19 m3 787.240 16.684.523
Alak
Jumlah 41.577.712

19
2. Pekerjaan Pembangunan PSU yang berlokasi di perumahan Griya Nagari, Bumi
Banjararum Asri, Citra Raya Pakisaji dan Griya Kebon Agung Indah dilakukan
oleh PT. Widia Karya Dharma dengan nilai kontrak sebesar Rp 3.242.270.000,00
berdasarkan Surat Perjanjian Kerja No. KU.08.08/PK-PK/P2P/PPPSU11-141/171
tanggal 28 Oktober 2011 terdapat kelebihan pembayaran kepada pihak rekanan
untuk perumahan Citra Raya Pakisaji sebesar Rp5.749.492,00. Dikarenakan kondisi
pada saat pemeriksaan terjadi hujan lebat perhitungan atas kelebihan pembayaran
ini dilakukan berdasarkan data as built drawing yang telah disepakati dengan
rekanan, PPK dan konsultan pengawas. Kesepkatan tersebut telah dituangkan
dalam Berita Acara dan masing-masing pihak telah menandatanganinya, hitungan
terinci sbb:

No Jenis Pekerjaan Menurut Hasil Selisih Harga Nilai


Kontrak Cek Fisik Satuan (Rp)
(Rp)
1 Pemasangan batu 68,51 58,248 10,262 560.270,1 5.749.392
belah untuk saluran
Jumlah 5.749.392

3. Pekerjaan Pembangunan PSU yang berlokasi di Perumahan Jetis Permai dan Indra
Prasta Village dilakukan oleh PT. Saburnaya dengan nilai kontrak sebesar Rp
2.777.590.000,00 berdasarkan Surat Perjanjian Kerja No. KU.08.08/PK-
PK/P2P/PKPSU11-132/179 tanggal 28 Oktober 2011. Dalam pemeriksaan rekanan
tidak hadir, yang ada hanya PPK dan Konsultan Pengawas, dari hasil pemeriksaan
diketahui terdapat kelebihan pembayaran kepada pihak rekanan untuk pekerjaan
di Perumahan Jetis Permai sebesar Rp6.998.900,00 terinci:

No Jenis Pekerjaan Menurut Hasil Cek Selisih Harga Nilai


Kontrak Fisik Satuan (Rp)
(Rp)
1 Pasangan batu kali 352 m2 332,45 m2 19,55 m2 358.000 6.998.900
Jumlah 6.998.900

4. Pekerjaan Pembangunan PSU yang berlokasi di Kota Pematang Siantar III


dilakukan oleh PT. Bandar Guru Lestari dengan nilai kontrak sebesar Rp
3.533.535.000,00berdasarkan Surat Perjanjian Kerja No. KU.08.08/PK-

20
PK/P2P/PKPSU11-15/238 tanggal 7 November 2011, terdapat kelebihan
pembayaran kepada pihak rekanan sebesar Rp10.191.435,00 terinci:
No Jenis Pekerjaan Menurut Hasil Cek Selisih Harga Nilai
Kontrak Fisik Satuan (Rp)
(Rp)
1 Penghamparan lapisan 980,78 m3 967,57 m3 13,21 m3 771.493,95 10.191.435
beton
Jumlah 10.191.435

5. Pekerjaan PSU yang berlokasi di Perumahan Garden View, Kabupaten Subang II


dilakukan oleh CV.Nata Jaya dengan nilai kontrak sebesar Rp1.567.777.000,00
berdasarkan Surat Perjanjian Kerja No. KU.08.08/PK-PK/P2P/PKPSU11-93/263
tanggal 7 November 2011, terdapat kelebihan pembayaran kepada pihak rekanan
sebesar Rp25.129.704,00 terinci:

No Jenis Menurut Hasil Cek Selisih Harga Nilai


Pekerjaan Kontrak Fisik Satuan (Rp)
(Rp)
1 Pasangan 579,47 m3 526,19 m3 53,28 m3 471.653,6 25.129.704
batu kali
Jumlah 25.129.704

6. Pekerjaan PSU yang berlokasi di Perumahan Subang Asri, Kabupaten Subang I


dilakukan oleh CV.Antappada dengan nilai kontrak sebesar Rp1.683.196.000,00
berdasarkan Surat Perjanjian Kerja No. KU.08.08/PK-PK/P2P/PKPSU11-92/262
tanggal 7 November 2011, terdapat kelebihan pembayaran kepada pihak rekanan
sebesar Rp47.485.402,00 terinci:
No Jenis Pekerjaan Menurut Hasil Cek Selisih Harga Nilai
Kontrak Fisik Satuan (Rp)
(Rp)
1 Penghamparan lapisan
910.88 m3 859,56 m3 51,32 m3 925.320 47.485.402
beton
Jumlah 47.485.402

21
7. Pekerjaan PSU yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat (Perumahan Griya
Pataruman) dilakukan oleh CV. Artha Adhi Guna dengan nilai kontrak sebesar
Rp1.700.146.000,00 berdasarkan Surat Perjanjian Kerja No. KU.08.08/PK-
PK/P2P/PKPSU11-91/134 tanggal 24 Oktober 2011, terdapat kelebihan
pembayaran kepada pihak rekanan sebesar Rp1.121.683,00 terinci:
No Jenis Pekerjaan Menurut Hasil Cek Selisih Harga Nilai
Kontrak Fisik Satuan (Rp)
(Rp)
1 Pekerjaan
penghamparan 1.239,96 m2 1.225,29 m2 14,67 m2 76.461 1.121.683

paving block
Jumlah 1.121.683

Atas temuan tersebut ketika masih dilapangan tim menyampaikan kepada rekanan
bahwa kelebihan pembayaran tersebut harus disetor segera ke kas negara.
Menanggapi kondisi tersebut rekanan meminta agar kelebihan pembayaran tersebut
dapat dikompensasikan dalam bentuk perbaikan atas kekurangan pekerjaan yang
masih belum mencapai ketentuan spek, rekanan beralasan akan lebih bermanfaat jika
kelebihan pembayaran tersebut dikompensasi pada volume pekerjaan karena dapat
menambah kualitas dan umur ekonomis proyek. Karena alasan yang disampaikan
oleh rekanan sangat logis maka Tim Pemeriksa setuju dengan permintaan rekanan
tersebut.

Tugas :
Saudara diminta untuk mengidentifikasi apakah terdapat pelanggaran kode etik oleh
Tim pemeriksa pada kasus diatas, jika terdapat pelanggaran, dalam hal apa dan pasal
berapa dalam Kode Etik BPK?

22
Kasus III
Satker Pusat Pembiayaan Perumahan di Kementerian Cokodot ditetapkan sebagai
BLU pada 15 Juli 2010 sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
290/KMK.05/2010 tentang penetapan pusat pembiayaan perumahan pada
Kementerian Cokodot sebagai instansi pemerintah yang menerapkan pengelolaan
keuangan badan layanan umum.

BLU Kementerian Cokodot telah merealisasikan anggaran sejak Januari 2011


sedangkan BLU Kementerian Cokodot baru mendapatkan DIPA Pengesahan pada
tanggal 11 November 2011 dan Rincian Bisnis dan Anggaran (RBA) BLU yang
menjadi acuan dalam menyusun dokumen pelaksanaan anggaran ditandatangani
oleh pemimpin BLU pada bulan Agustus 2011 dan sampai dengan pemeriksaan
berakhir tim tidak mendapatkan surat pengesahan dari Menteri Keuangan. PP no. 23
tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan layanan umum pada pasal 11
menyebutkan bahwa BLU mengajukan RBA kepada Menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-KL, RBA yang
disetujui oleh Menteri/pimpinan lembaga/ kepala SKPD diajukan kepada Menteri
Keuangan dan BLU menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar
penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA definitif. Pada pasal 12 disebutkan RBA
BLU digunakan sebagai acuan dalam menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
BLU dan Menteri Keuangan sesuai dengan kewewenangannya mengesahkan
dokumen pelaksanaan anggaran BLU paling lambat tanggal 31 Desember menjelang
awal tahun anggaran.

Pada Tahun 2011, BLU di Kementerian Cokodot mendapatkan anggaran belanja


melalui DIPA Pengesahan pada tanggal 11 November 2011 sebesar
Rp148.177.521.000,00 dengan total realisasi belanja sebesar Rp22.285.219.185,00 terdiri
dari Belanja barang sebesar Rp19.663.886.485,00 dan belanja modal sebesar
Rp49.807.949.000,00.

23
Total realisasi belanja barang BLU sebesar Rp19.663.886.485,00 dapat rincian sebagai
berikut:
Keterangan Realisasi

Belanja Gaji Dan Tunjangan BLU 8.932.936.434

Belanja Barang BLU 5.204.153.706

Belanja Jasa BLU 315.600.000

Belanja Pemeliharaan 214.817.858

Belanja Perjalanan Blu 2.676.916.076

Belanja Penyediaan Barang Dan Jasa BLU 2.319.492.411


Lainnya

Jumlah 19.663.886.485

Dari total belanja gaji dan tunjangan BLU sebesar Rp8.932.936.434,00 terdapat belanja
tunjangan sebesar Rp.4.845.811.929, belanja lembur sebesar Rp3.727.050.000,00, belanja
honor tim sebesar Rp52.500.000,00, belanja jamuan tamu sebesar Rp20.913.039,00,
belanja makan sebesar Rp278.322.628,00 dan belanja lain-lain 8.338.838,00.

Pada realiasi Belanja tunjangan terdapat tunjangan kinerja, tunjangan transport,


tunjangan bulan ke 13 dan tunjangan hari raya pada BLU dikeluarkan dengan
menggunakan dasar Surat Edaran No. 2 tentang peraturan proporsi transport, surat
edaran no. 3 tentang tunjangan kinerja pada tanggal 29 April 2011, Surat Edaran No. 6
tentang pemberian tunjangan bulan ketiga belas dan Surat Edaran No. 7 tentang
tunjangan hari raya di lingkungan badan layanan umum pusat pembiayaan
perumahan Kementerian Cokodot yang di tanda tangani oleh pemimpin BLU.

Dokumen pertanggungjawaban untuk belanja barang atas belanja tunjangan kinerja,


tunjangan transport, tunjangan ke 13 dan tunjangan hari raya di Badan Layanan
Umum FLPP Kementerian Cokodot (belanja tunjangan dari bulan April 2011 sampai
dengan Desember 2011) telah dipertanggungjawabkan dalam SP3B no.0001/BLU-
PPP/2011 tanggal 30 Desember 2011 dan tunjangan tersebut dipertanggungjawabkan
dengan dasar surat edaran yang ditetapkan oleh pemimpin BLU.

24
Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen surat edaran mengenai
tunjangan diketahui permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Surat Edaran No. 3 tentang tunjangan kinerja BLU Kementerian Cokodot diketahui
bahwa salah satu dasar hukum pemberian tunjangan kinerja adalah Peraturan
Menteri Keuangan No.73/PMK/05/2007 tentang perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan No. 10/PMK.02/2006 Tahun 2006 tentang pedoman penetapan
remunerasi bagi pejabat pengelola, dewan pengawas dan pegawai badan layanan
umum. Selain itu pejabat dan pegawai BLU mendapatkan tunjangan transport
tunjangan transport, tunjangan bulan ke 13 dan tunjangan hari raya dasar
pemberian tunjangan tersebut adalah Surat Edaran No. 2 tentang peraturan
proporsi transport, surat edaran no. 3 tentang tunjangan kinerja pada tanggal 29
April 2011, Surat Edaran No. 6 tentang pemberian tunjangan bulan ketiga belas
dan Surat Edaran No. 7 tentang tunjangan hari raya di lingkungan badan layanan
umum pusat pembiayaan perumahan Kementerian Cokodot yang di tanda tangani
oleh pemimpin BLU.
Tunjangan kinerja, tunjangan transport, tunjangan ke 13 dan tunjangan hari raya
tersebut dapat diartikan dengan pemberian remunerasi bagi pejabat pengelola,
dewan pengawas dan pegawai BLU karena isi Permenkeu 73/PMK/05/2007
mengatur masalah pedoman penetapan remunerasi bagi BLU khususnya pada
pasal 2 ayat 2 yang menyebutkan bahwa remunerasi merupakan imbalan kerja
yang dapat berupa gaji, honorarium, tunjangan tetap, insentif, bonus atas
prestasi, pesangon, dan/atau pensiun. Sedangkan pada pasal 9 ayat 1 dan 2
menyatakan bahwa besaran remunerasi pejabat pengelola, dewan pengawas,
sekretaris dewan pengawas dan pegawai BLU pada masing-masing BLU diusulkan
oleh Menteri/pemimpin lembaga kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal
Anggaran dan Perimbangan keuangan dan kemudian Menteri Keuangan
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan mengenai besaran remunerasi tersebut.
Dengan demikian dasar pengeluaran Surat Edaran No 3 tentang tunjangan kinerja
BLU Kementerian Cokodot, Surat Edaran No. 2 tentang peraturan proporsi
transport, Surat Edaran No. 6 tentang pemberian tunjangan bulan ketiga belas dan
Surat Edaran No. 7 tentang tunjangan hari raya di lingkungan badan layanan
umum pusat pembiayaan perumahan Kementerian Cokodot menjadi tidak sah
karena pemberian Tunjangan kinerja, tunjangan transport, tunjangan ke 13 dan
tunjangan hari raya bagi pejabat pengelola, dewan pengawas dan pegawai BLU

25
tidak mendapatkan ijin dari Menteri Negara Perumahan Cokodot dan belum
mendapatkan pengesahan dari Menteri Keuangan cq. Dirjen Anggaran dan
Perimbangan Keuangan (pemberian tunjangan kinerja dan transport pada BLU
FLPP Kementerian Cokodot yang hanya berdasarkan Surat Edaran dari Pemimpin
BLU tidak dapat diberikan kepada pejabat pengelola, dewan pengawas, sekretaris
dewan pengawas dan pegawai BLU).

2. Surat edaran No. 6 tahun 2011 tentang pemberian tunjangan bulan ketiga belas
mengacu pada Peraturan Pemerintah no. 33 tahun 2011 tentang pemberian
gaji/pensiun/tunjangan bulan ketiga belas dalam tahun anggaran 2011 kepada
pegawai negeri, pejabat negara dan penerima pensiun/tunjangan. Pada pasal 2 PP
No.33 tahun 2011 disebutkan bahwa pegawai negeri yang dimaksud adalah
pegawai negeri yang ditempatkan atau ditugaskan di luar negeri, pegawai negeri
yang dipekerjakan di luar instansi pemerintah yang gajinya dibayar oleh instansi
induknya, pegawai negeri yang diberhentikan sementara, pegawai negeri
penerima uang tunggu dan calon pegawai negeri. Pada BLU Kementerian Cokodot
diketahui bahwa tidak semua pegawai BLU adalah pegawai negeri maka yang
berhak mendapatkan tunjangan bulan ketiga belas adalah pegawai negeri dan
calon pegawai negeri yang bekerja di BLU. Selain itu PNS Kementerian Cokodot
yang berada di BLU Kementerian Cokodot telah mendapatkan gaji dan tunjangan
ke 13 dari Kementerian Cokodot.

3. Surat edaran No. 7 tahun 2011 tentang tunjangan hari raya di lingkungan BLU
pusat pembiayaan perumahan mengacu pada peraturan menteri tenaga kerja
Republik Indonesia No. PER-04/MEN/1994 tentang tunjangan hari raya
keagamaan bagi pekerja di perusahaan dimana pada pasal 1 disebutkan definisi
perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan
tujuan mencari keuntungan atau tidak baik milik swasta maupun milik
Pemerintah. Sedangkan pada Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan badan layanan umum pada pasal 1 menyatakan bahwa
definisi badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efesiensi dan
produktifitas. Jika dilihat dari definisi perusahan dan BLU pada peraturan diatas

26
maka BLU bukan termasuk perusahaan yang dapat memberikan tunjangan hari
raya kepada pegawainya.

4. Tim pemeriksa sampai dengan pemeriksaan berakhir tidak mendapatkan dokumen


mengenai persetujuan Dewas atas surat-surat edaran mengenai tunjangan-
tunjangan tersebut.

Tugas :
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, menurut anda bagaimana
seharusnya pola pengelolaan keuangan pada BLU Kementerian Cokodot tersebut baik
dari sisi penganggaran belanjanya maupun pola pelaporan keuangannya kepada
satker induk kementerian cokodot dalam konteks sistem pengelolaan keuangan
pemerintah pusat yang sesuai dengan regulasi?

27
Halaman ini sengaja
dikosongkan

28
KASUS PEMBIAYAAN

Gambaran Umum Kasus


PP No. 71 Tahun 2010 Lampiran II tentang Standar Akuntansi Laporan
Keuangan (Kas Menuju Akrual Basis) pada Paragraf 58 Kerangka Konseptual poin (f)
dan Paragraf 8 PSAP 02 menyatakan definisi Pembiayaan sebagai berikut:
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Paragraf 50 PSAP 02 PP No. 71 Lampiran II menjelaskan lebih detail dengan
menyatakan bahwa Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara,
pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah.
Dari definisi tersebut, pembiayaan dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok akun, yaitu:
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan
obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi
permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam
periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.

29
Ilustrasi Pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran

30
Akuntansi Pembiayaan
1. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pencairan Dana
Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan.

2. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang
bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di
pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat
sebagai pendapatan dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.

3. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi


pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih
lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran6 pembiayaan selama satu
periode pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan Neto.

4. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara


realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.

5. Hal lain yang harus diperhatikan terkait dengan akuntansi pembiayaan antara lain
tertuang dalam pragraf 20 PSAP 02 PP No. 71 Lampiran II, yaitu mengenai
transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbentuk barang dan jasa.
Paragraf tersebut menyatakan bahwa transaksi pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam bentuk barang dan jasa harus dilaporkan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dengan cara menaksir nilai barang dan jasa tersebut pada
tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan
sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat
memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan yang diterima. Contoh transaksi berwujud barang dan
jasa adalah hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.

31
Kasus I Anggaran Pembiayaan
Pada Tahun Anggaran 2014 Pemerintah menganggarkan pembiayaan sebagai berikut:
Penggunaan SAL Rp23.400.000.000.000,00
Pembayaran Pokok Pinjaman dari IMF Rp34.500.000.000.000,00
Penyertaan Modal (Investasi) pada BUMN Rp456.000.000.000,00
Penjualan Obligasi (ORI/SUN) Rp56.780.000.000.000,00
Penerimaan Pinjaman dari Negara Lain Rp67.800.000.000.000,00
Pembentukan Dana Cadangan untuk pembangunan sarana olah raga Asian
Games 2018 Rp2.300.000.000.000,00
Penjualan saham atas Penyertaan Modal Pemerintah pada Bank yang
direkapitalisasi Rp8.700.000.000.000,00.

Tugas:
1. Susun bagian anggaran Pembiayaan penerimaan dan pengeluaran yang
dianggarkan oleh pemerintah TA. 2014.
2. Jika Anggaran pendapatan dan belanja TA. 2014 masing-masing sebesar
Rp1.234.000.000.000.000,00 dan Rp 1.345.000.000.000.000,00, tentukan nilai
SILPA/SIKPA Anggaran Pemerintah Tahun 2014.

32
Kasus II Realisasi Anggaran Pembiayaan
Realisasi atas pembiayaan TA. 2014 Pemerintah adalah sebagai berikut:
Penggunaan SAL Rp23.400.000.000.000,00
Pembayaran Pokok Pinjaman dari IMF Rp34.000.000.000.000,00
Penyertaan Modal (Investasi) pada BUMN Rp450.000.000.000,00
Penjualan Obligasi (ORI/SUN) Rp56.780.000.000.000,00
Penerimaan Pinjaman dari Negara Lain Rp65.000.000.000.000,00
Pembentukan Dana Cadangan untuk pembangunan sarana olah raga Asian
Games 2018 Rp2.300.000.000.000,00
Penjualan saham atas Penyertaan Modal Pemerintah pada Bank yang
direkapitalisasi Rp7.800.000.000.000,00.

Tugas:
1. Buat jurnal transaksi setiap realisasi pembiayaan TA. 2014
2. Susun LRA bagian Pembiayaan penerimaan dan pengeluaran pemerintah TA.
2014.
3. Jika Realisasi pendapatan dan belanja TA. 2014 masing-masing sebesar
Rp1.123.000.000.000.000,00 dan Rp1.235.000.000.000.000,00, tentukan nilai
SILPA/SIKPA LRA Pemerintah Tahun 2014.

33
Kasus III Realisasi Anggaran Pembiayaan
Pemeriksaan atas laporan realisasi anggaran TA. 2014 ditemukan hal-hal sebagai
berikut:
Sisa Pinjaman IMF yang jatuh tempo dan belum dibayar sebesar
Rp500.000.000.000,00 menurut perjanjian kredit dikenakan bunga 2% dan
denda 0,12% yang harus dikapitalisasi dalam pokok pinjaman. Pemerintah
belum mencatat kewajiban bunga dan denda tersebut.
Tahun 2104 BUMN yang 100% sahamnya dimiliki pemerintah (Investasi
dengan metode ekuitas) dalam LK audited BUMN tersebut mencatatkan laba
sebesar Rp16.270.380.000.000,00. Sebagian dari BUMN tersebut membagikan
dividen tunai pada bulan Desember kepada pemerintah sebesar
Rp1.600.000.000.000,00. Pemerintah belum memperhitungkan laba BUMN dan
dividen yang dibagikan kepada pemerintah dalam Investasi BUMN.
Dari realisasi belanja pemerintah sebesar Rp 1.123.000.000.000,00 diketahui
bahwa terdapat beberapa kegiatan dan kewajiban pemerintah yang belum
dibayar sampai dengan akhir tahun, yaitu:
o Tagihan Listrik PLN akhir tahun Rp21.000.000.000,00
o Pekerjaan pembangunan gedung dan bangunan yang telah selesai
100% dan ditagihkan pembayarannya dengan nilai
Rp3.200.000.000.000,00.
o Pekerjaan pembangunan jalan dan jembatan yang telah selesai 100%
dan ditagihkan pembayarannya senilai Rp7.300.000.000.000,00.
Atas aset-aset yang diperoleh dari belanja modal telah dicatat dalam neraca
per 31 Desember 2014.
Sebagian Dana Cadangan yang dibentuk sebelum tahun 2014 untuk
peningkatan Jalan Pantura dicairkan sebesar Rp350.000.000.000,00 langsung
dicatat sebagai Belanja Modal tanpa melalui mekanisme pencairan dana
cadangan.
Pembangunan saluran distribusi air bersih pada BUMN Air Jaya senilai
Rp6.000.000.000,00 dicatatkan sebagai Belanja Modal seharusnya menjadi
penyertaan modal BUMN.

34
Tugas:
1. Buat usulan jurnal koreksi yang dibutuhkan atas permasalahan yang
ditemukan auditor.
2. Susun LRA audited bagian Pembiayaan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah TA. 2014.
3. Hitung SILPA/SIKPA akibat koreksi audit tersebut.

35

Anda mungkin juga menyukai