Setelah mempelajari isi menyelesaikan tugas-tugas dalam bab ini, diharapkan mampu :
Kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh setiap guru, selalu bermula dari dan
bermuara pada komponen-komponen pembelajaran yang tersurat dalam kurikulum. Pernyataan
ini, didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru
merupakan bagian utama dari pendidikan formal yang syarat mutlaknya adalah adanya
kurikulum sebagai pedoman. Dengan demikian guru dalam merancang program pembelajaran
maupun melaksanakan proses pembelajaran akan selalu berpedoman pada kurikulum.
1. Pengertian Kurikulum
Apabila dianjurkan pertanyaan: Apa kurikulum itu ? Setiap orang yang ditanya akan
menjawab sama atau berbeda satu dengan yang lain. Adanya jawaban yang bervariasi terhadap
pertanyaan tersebut sesuai dengan pendapat para ahli yang juga bervariasi mengenai pengertian
kurikulum ini.
Kata kurikulum berasal dari satu kata bahasa Latin yang berarti jalur pacu, dan
secara tradisional, kurikulum sekolah disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang
(Zais, 1976:6). Lebih lanjut Zais (1976) mengemukakan berbagai pengertian kurikulum, yakni :
(i) kurikulum sebagai program pelajaran, (ii) kurikulum sebagai isi pelajaran, (iii) kurikulum
sebagai pengalaman belajar yang direncanakan, (iv) kurikulum sebagai pengalaman di bawah
tanggung jawab sekolah, dan (v) kurikulum sebagai suatu rencana (tertulis) untuk dilaksanakan.
Sedangkan Tanner dan Tanner (1980) mengungkapkan konsep-konsep: (i) kurikulum sebagai
pengetahuan yang diorganisasikan, (ii) kurikulum sebagai modus mengajar, (iii) kurikulum
sebagai arena pengalaman, (iv) kurikulum sebagai pengalaman, (v) kurikulum sebagai
pengalaman belajar terbimbing, (vi) kurikulum sebagai kehidupan terbimbing, (vii) kurikulum
sebagai suatu rencana pembelajaran, (viii) kurikulum sebagai sistem produksi secara teknologis,
dan (ix) kurikulum sebagai tujuan untuk memudahkan dan menyederhanakan pembahasan,
berikut merupakan penyimpulan dari konsep-konsep kurikulum yang terdiri dari: (i) kurikulum
sebagai jalan meraih ijazah, (ii) kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran, (iii) kurikulum sebagai
rencana kegiatan pembelajaran, (iv) kurikulum sebagai hasil belajar, dan (v) kurikulum sebagai
pengalaman belajar.
a. Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah. Seperti kita ketahui bersama, kurikulum merupakan
syarat mutlak dalam pendidikan formal. Boleh dikata, tidak ada pendidikan formal tanpa ada
kurikulum. Pada pendidikan formal terdapat jenjang-jenjang pendidikanyang selalu berakhir
dengan ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Seseorang yang telah menyelesaikan
satu jenjang pendidikan, dalam kenyataannya telah melalui suatu jalur pacuan yang terdiri dan
berbagai mata pelajaran/bidang studi beserta isi pelajarannya dan berakhir pada ijazah. Para
pendidik profesionalbjuga memandang curriculumas the relatively standardized groud
covered by student in their race toward the finish line (a diploma) (Zais. 1976:6).
Berdasarkan uraian uraian sebelumnya dapat kirana disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan jalan yang berisi sejumlah mata pelajaran/bidang studi isi pelajaran yang harus
dilalui untuk meraih ijazah.
b. Kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran. Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah
mengisyaratkan adanya sejumlah mata pelajaran/bidang studi dan isi pelajaran yang harus
diselesaika oleh siswa. Selain itu, jika ada orang bertanya: Apa kurikulumnya? Seringkali
dijawab bahwa kurikulumnya adalah PMP, bahasa Indonesia, dan yang lain. Jawaban bahwa
kurikulum terdiri dari berbagai mata pelajaran sudah sejak lama ada, bahkan sampai sekarang
masih sering terbaca ataupun terdengar. Schubert (1986) mengemukakan bahwa penyebutan
kurikulum yang demikian sama halnya menyamakan kurikulum dengan mata pelajaran
(Sumantri, 1988:2). Lebih jauh, orang sering menyebut bahwa isi dari pelajaran tertentu dalam
program dikatakan sebagai kurikulum (Zais, 1976:7). Dengan demikian, tidaklah mengejutkan
apabila ada orang mengemukakan kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran.
d. Kurikulum sebagai hasil belajar. Popham dan Baker mendenifisikan kurikulum sebagai all
planned learning outcomes for which the school it responsible (Tanner & Tanner, 1980:24).
Secara jelas diutarakan oleh Popham dan Baker bahwa semua rencana hasil belajar (Learning
outcomes) yang merupakan tanggung jawab sekolah adalah kurikulum. Adanya definisi ini
mengubah pandangan kurikulum sebagai tujuan. Bahkan Tanner dan Tanner (1980:43)
memandang kurikulum sebagai rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman, yang secara
sistematis dikembangkan dengan bantuan sekolah (atau universitas), agar memungkinkan
siswa menambah penguasaan pengetahuan dan pengalamanya. Dengan demikian, kurikulum
sebagai hasil belajar merupakan serangkaian hasil belajar yang diharapkan. Namun demikian
bukan berarti dalam kurikulum tidak diorganisasikan cara-cara sistematis untuk mewujudkan
hasil-hasil belajar yang diharapkan.
e. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dari empat konsep kurikulum yang diuraikan
sebelumnya, dapatlah kita menandai bahwa setiap orang yang terlibat dalam
pengimplementasian kurikulum tersebut akan memperoleh pengalaman belajar. Foshay
mengamati bahwa sejak sebelum tahun 1930-an istilah kurikulum didefinisikan sebagai
semua pengalaman seorang siswa yang diberikan di bwah bimbingan sekolah (Tanner dan
Tanner, 1980:14). Sedangkan Krug (1956 dalam Zais 1976:8) menunjukkan kurikulum
sebagai all the means employed by the school to provide students with opportunities for
desirable learning experiences. Jelas definisi Kurg ini menunjukkan kepada kita bahwa
semua yang bermaksud dipakai oleh sekoalah untuk menyediakan kesempatan-kesempatan
bagi siswa memperoleh pengalaman-pengalaman belajar yang diperlukan sekali adalah
kurikulum. Berdasarkan definisi kurikulum, belajar tersebut diperoleh baik didalam sekolah
maupun diluar sekolah sepanjang direncanakan atau dibimbing pihak sekolah. Dengan
demikian, kurikulum sebagai pengalaman belajar mencakup pula tugas-tugas belajar yang
diberikan oleh guru untuk dikerjakan siswa di rumah.
Kelima konsep tentang kurikulum, yakni ; (i) kurikulum sebagai jalan meraih ijazah, (ii)
kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran, (iii) kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran,
(iv) kurikulum sebagai hasil belajar, dan (v) kurikulum sebagai pengalaman belajar, semua benar
tergantung dari cara memandangnya. Guru dapat memilih satu atau lebih konsep kurikulum yang
dijadikan acuannya. Dalam UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 1 (9)
menyebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar
(Depdikbud, 1989:3), sedangkan dalam Pasal 37 menyebutkan: Kurikulum disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta
didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-
masingsatuan pendidikan (Depdikbud, 1989:15). Rumus penjabaran kurikulum seperti
termaktub dalam UUSistem Pendidikan Nasionalbila dikaji merupakan konsep kurikulum yang
cukup lengkap dan meyeluruh. Dalam rumusan tersebut tampak dengan jelas bahwa kurikulum
perlu dan harus dikembangkan
Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai
dan dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan
yang ada dalam masyarakat (Depdikbud ,1986:1). Adapun yang dimaksud dengan
pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pem buatan
kurikulum akan berjalan. Hal tersebut meliputi pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa
akan dilibatkan dalam pembuatan kurikulum, guru, administrator, orang tua, atau siswa?
Apa prosedur yang akan digunakan dalam pembuatan kurikulum, petunjuk administratif,
komisi fakultas (staf pengajar), atau konsultaso universiitas? Jika komisi yang digunakan,
bagaimana mereka akan diatur? (Zais, 1976:17). Sedangkan Bondi dan Wiles (1989:87)
mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum yang terbaik adalah proses yang
meliputi banyak hal yakni; (1) kemudahan-kemudahan suatu analisis tujuan, (2)
rancangan suatu program, (3) penerapan serangkaian pengalaman yang berhubungan, dan
(4) peralatan dalam evaluasi proses ini. Secara singkat, pengembangan kurikulum adalah
suatu perbuatan kompleks yang mencakup berbagai jenis keputusan (Taba, 1962:6).
Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan, maka
dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan pengembangan
kurikulum. Seperti yang tercantum dalam kurikulum SD, dalam landasan program and
pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan kurikulum mengacu pada tiga unsur,
yaitu: (1) niali dasar yang merupakan falsafah dala pendidikan manusia seutuhnya, (2)
fakta empiric yang tercemin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan penilaian
kurikulum, studi, maupun survei lainnya, dan (3) landasan teoriyang menjadi arahan
pengembangan dan kerangka penyorotnya (Depdikbud, 1986:1). Hal yang dikemukakan
dalam Landasan Program dan Pengembangan Kurikulum merupakan contoh adanya
landasan-landasan pengembangan kurikulum, yang acapkali disebut sebagai determinan
(factor-faktor penentu) pengembangan kurikulum.
a. Landasan Filosofis. Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga
apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarkan diselenggarakan melalui
pendidikan (dalam arti seluas-luasnya) (Raka Joni,1983:6). Segala kehendak yang
dimiliki oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada
pendidikan. Dengan demikian pandangan dan wawasan yang ada dalam masyarakat
merupakan pandangan dan wawasan dalam pendidikan, atau dapat dikatakan bahwa
filsafat yang hidup dalam masyarakat merupakan landasan filosofis penyelenggaraan
pendidikan. Filsafat boleh jadi didefinisikan sebagai suatu studi tentang: hakikat realitas,
hakikat ilmu pengetahuan, hakikat sistem nilai, hakikat nilai kebaikan, hakikat keindahan,
dan hakikat pikiran (Winecoff,1988:13). Oleh karena itu, landasan filosofis
pengembangan kurikulum adalah hakikat realitas, ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai
kebaikan, keindahan dan hakikat pikiran yang ada dalam masyarakat. Secara logis dan
realistis, landasan filosofis pengembangan kurikulum dari satu sistem pendidikan berbeda
dengan sistem pendidikan yang lain. Juga landasan filosofis pengembangan kurikulum
dari suatu lembaga berbeda dengan lembaga yang lain. Perbedaan tersebut sangat terasa
dalam masyarakat yang majemuk. Untuk landasan filosofis pengembangan kurikulum di
Indonesia secara cepat dan tepat kita pastikan, yakni nilai dasar yang merupakan falsafah
dalam pendidikan manusia seutuhnya yakni Pancasila.
e. Landasan Perkembangan Masyarakat. Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu
berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangannya sangat lambat, tetapi
masyarakat lainnya cepat bahkan sangat cepat (Nana Sy. Sukmadinata, 1988:66).
Perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, ipteks dan
kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Falsafah hidup akan mengarah perkembangan
masyarakat, nilai-nilai social budaya agama akan merupakan penyaringan nilai-nilai lain
yang menghambat perkembangan masyarakat. Ipteks mendukung perkembangan
masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan membantu menetapkan perkembangan yang
dilaksanakan. Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan
yang sesuai. Untuk menciptakan proses pendidikan yang sesuai perkembangan
masyarakat maka diperlukan rancangannya berupa kurikulum yang landasan
perkembangannya berupa perkembangan masyarakat itu sendiri.
1. Komponen Kurikulum
Tujuan pengajaran terbagi menjadi 2 macam, yakni Tujuan Umum Pengajaran (TUP)
dan Tujuan Khusus Pengajaran (TKP). Apabila dikaji lebih lanjut akan kita temukan
bahwa dalam perumusannya, tujuan tersusun hierarki vertical dari yang tinggi ke yang
rendah dan sebaliknya, untuk pencapaiannya secara hierarki vertical dari tujuan rendah
ke tujuan lebih tinggi.
c. Organisasi. Perbedaan antara belajar di sekolah dan belajar dalam kehidupan adalah
dalam hal penorganisasian secara formal di sekolah. Jika kurikulum merupakan suatu
rencana untuk belajar maka isi dan pengalaman belajar membutuhkan pengorganisasian
sedemikian rupa sehingga berguna bagi tujuan-tujuan pendidikan (Taba, 1962:290).
Berdasarkan pendapat Taba tersebut, jelas bahwa materi dan pengalaman belajar dalam
kurikulum diorganisasikan untuk mengefektifkan pencapaian tujuan. Namun demikian,
perlu kita sadari bahwa pengorganisasian kurikulum merupakan kegiatan yang sulit dan
kompleks. Sukar dan kompleksnya pengorganisasian kurikulum dikarenakan kegiatan
tersebut bertalian dengan aplikasi semua pengetahuan yang ada tentang pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik, dan ,masalah proses pembelajaran (Sumantri,
1988:23). Masalah-masalah utama organisasi kurikulum berkisar pada ruang lingkup
(scope), sekuensi, kontinuitas, dan integrasi.
Demikian uraian tentang empat komponen kurikulum yang saling terkait satu dengan
yang lain, guru terlibat dan berperan dalam menyelaraskan empat komponen tersebut.
Keselarasan antara empat komponen kurikulum tersebut akan dapat dihasilkan melalui
perkembangan kurikulum yang memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Tugas
3. Model Beauchamp
Tugas
Diskusikan tugas berikut dalam kelompok (3-4 orang) dan laporkan
hasil secara lisan didalam diskusi kelas yang dipimpin dosen Pembina.
1. Model pengembangan kurikulum yang manakah paling sering
diterapkan di Indonesia? Jelaskan jawaban Anda!
2. Muatan local termasuk perwujudan model pengembangan kurikulum
apa? Jelaskan !
3. Menurut Anda, model pengembangan kurikulum yang manakah yang
paling ideal diterapkan di Indonesia? Berikan alasan !
Rangkuman
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada
suatu kurikulum, dan dalam proses pembelajaran guru juga
berorientasi pada tujuan kurikulum. Pada satu sisi, guru adalah
pengembang kurikulum. Pada sisi lain, guru adalah pembelajar siswa,
yang secara kreatif membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum
sekolah. Hal itu menunjukkan bahwa dalam tugas pembelajaran
dipersyaratkan agar guru memahami kurikulum.
Para ahli seperti Zais, Winecoff, Bondi, Tanner & Tanner telah
mempelajari kurikulum. Mereka mengemukakan prinsip dan teori yang
berbeda-beda. Meskipun demikian mereka juga mengemukakan hal-hal
yang serupa mereka mengemukakan arti kurikulum sebagai (i) jalan
meraih ijaza, (ii) mata pelajaran dan isi pelajaran, (iii) rencana kegiatan
pembelajaran, (iv) hasil belajar yang direncanakan, dan (v)
pengalaman belajar. Terbentuknya kurikulum tersebut dilandasi oleh
berbagai landasan pemikiran seperti (i) landasan filosofis, (ii) landasan
sosial-budaya-agama, (iii) landasan ilmu pengetahuan, teknologi,dan
seni, (iv) landasan kebutuhan masyarakat, dan (v) landasan
perkembangan masyarakat. Sebagai suatu program, maka kurikulum
terdiri dari beberapa komponen penting, seperti (i) tujuan, (ii)
pengalaman belajar, (iii) organisasi pemgalaman belajar, dan (iv)
evaluasi. Dalam tugas pengembangan, guru berurusan degan
komponen-komponen kurikulum, selanjutnya dalam pengembangan
kurikulum. Di antara prinsip pengembangan tersebut adalah (i) prinsip
relevasi, (ii) prinsip kontinuitas, dan (iii) prinsip fleksibelitas.
Para ahli kurikulum juga menemukan model-model pengembangan
kurikulum tersebut adalah (i) model adminisratif, (ii) model Grass-
Roots, (iii) model Beuachamp, (iv) model arah-terbalik Taba, dan (v)
model Rogers.
Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan
implementasi kurikulum. Pada sisi lain banyak ahli mengemukakan
bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan kurikulum terapan atau
kurikulum dalam kegiatan/aksi. Hal itu berarti bahwa pembelajaran dari
kurikulum merupakan dua konsep yang tak terpisah.
Guru sebagai pembelajar mengetahui kondisi, situasi, dan
bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain guru
juga bertanggung jawab atas kelakuan dalam pembangunan
kurikulum. Oleh karena itu sewajarnya guru berperan optimal dalam
pengembangan purikulum. Peran guru dalam pengembangan
kurikulum terwujud dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : (i)
perumusan tujuan khusus pembelajaran, (ii) perencanaan kegiatan
pembelajaran yang efektif (iii) pelaksanaan program pembelajaran
sesungguhnya, (iv) mengevaluasi proses belajar dan hasil belajar
siswa, dan (v) mengevaluasi interaksi antara komponen-komponen
kurikulum yang diimplementasikan. Kelima kegiatan tersebut
merupakan tuntutan bagi guru yang profesional.