Asuhan Keperawatan Bayi Bari Lahir Rendah s1
Asuhan Keperawatan Bayi Bari Lahir Rendah s1
A. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir) (Depkes RI, 2005).
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini dikatakan premature kemudian disepakati Low
birth weigth infant atau Berat Bayi Lahir Rendah. Karena bayi tersebut tidak selamanya
prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan (Wikjosastro, 2005).
B. Klasifikasi
1. Klasifikasi bayi baru lahir
Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan :
a. Berat badan
1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 1000 gram.
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
1500 gram.
3) Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan 1501-
2500 gram.
b. Umur kehamilan atau masa gestasi
1) Preterm infant atau bayi prematur adalah bayi yang lahir pada umur kehamilan tidak
mencapai 37 minggu.
2) Term infant atau bayi cukup bulan (mature atau aterm) adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan 37-42 minggu.
3) Postterm infant atau bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir pada umur kehamilan sesudah 42
minggu.
5. Faktor plasenta juga mempengaruhi pertumbuhan janin yaitu besar dan berat plasenta, tempat
melekat plasenta pada uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan plasenta. Kelainan plasenta
terjadi karena tidak berfungsinya plasenta dengan baik sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi oksigen dalam plasenta. Lepasnya sebagian plasenta dari perlekatannya dan posisi tali
pusat yang tidak sesuai dengan lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta.
D. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir
semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pertumbuhan
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek
hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia
belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 34 minggu. Penundaan
pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu
enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu
pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar
kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk
kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di
bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
(Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta)
E. Tanda Gejala
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1. Berat badan lahir< 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada< 30 Cm, lingkar
kepala < 33 Cm.
2. Masa gestasi< 37 minggu.
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala
relatif lebih besardari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit,
osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik
sehingga tungkaiabduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering terjadi
apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna.
Manifestasi klinis yang lain yaitu :
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun- ubun dan sutura lebar
3. Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang
4. Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
5. Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.
6. Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah
7. Tidak tampak bayi menderita infeksi/ perdarahan intrakranial
8. Nafas belum teratur
9. Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
10. Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah:
1. Suhu Tubuh -Pusat pengatur napas badan masih belum sempurna
a. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah
b. Otot bayi masih lemah -Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan
panas badan
c. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat badan lahir
rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat
dipertahankan.
2. Pernapasan
a. Fungsi pengaturan pernapasan belum sempurna
b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna
c. Otot pernapasan dan tulang iga lemah
d. Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membrane, mudah infeksi paru-paru dan gagal
pernapasan.
3. Alat pencernaan makanan
a. Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah / kurang baik
b. Aktifitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga pengosongan
lambung berkurang
c. Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia
4. Hepar yang belum matang (immatur) Mudah menimbulkan gangguan pemecahan
bilirubin, sehingga mudah terjadi hyperbilirubinemia (kuning) samai ikterus
5. Ginjal masih belum matang Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air
masih belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema
6. Perdarahan dalam otak
a. Pembuluh darah bayi BBLR masih rapuh dan mudah pecah
b. Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan
dalam otak
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi
d. Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan
nekrosis.
F. Komplikasi
Menurut Mitayani (2009), ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak
ditangani secepatnya, antara lain:
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki- laki
3. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/
cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu
dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan
karena gangguan pertumbuhan hati.
G. Perawatan
1. Pengaturan Suhu Tubuh
Untuk mencegah hypotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi
dan dalam keadaan istrahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang
dari 2000 gram adalah 35 0C dan untuk bayi dengan BB 2000 gram sampai 2500 gram 34 0C, agar
ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 0C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50
60 persen. Kelembaban yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan syndroma gangguan
pernapasan. Suhu inkubator dapat diturunkan 1 0C per minggu untuk bayi dengan berat badan
2000 gram.
2. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trachea, bronchiolus,
bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan napas akan
menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat
beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan
asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan,
sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta.
3. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba.
Kerentanan terhadapa infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR
masih rendah, aktifitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan
fungsi imun belum berpengalaman. Infeksi local bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum
ditandai dengan: malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekuensi pernapasan
meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun. Fungsi perawatan disini adalah memberi
perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak
dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam
penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptic dan
antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien
ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang yang terlalu lama, mencegah timbulnya
asfiksia dan pemberian antibiotic yang tepat.
4. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika
bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup
mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan
susu Formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula khusu bayi BBLR. Cara
pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah
terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus.
Pada bayi dalam incubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur
incubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar
dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan
mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan
diberikam melalui NGT Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat
badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat
Badan lebih rendah.
5. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak
berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat
oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbilirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini
atau lebih cepat bertambah coklat.
6. Perawatan kulit
Kulit bayi prematur sangat imatur dibandingkan bayi yang cukup bulan. Karena sangat sensitif
dan rapuh, maka sabun yang berbasis alkalis yang dapat merusak mantel asam tidak boleh
digunakan. Semua produk kulit (misal: alkohol, povidone iodine) harus dipergunakan secara hati-
hati. kulit harus segaera dibilas dengan air sesudahnya karena zat-zat tersebut dapat
mengakibatkan iritasi berat dan luka bakar kimia pada bayi. Kulit sangat mudah mengalami
eksoriasi dan terkelupas; harus diperhatikan jangan sampai merusak struktur yang halus tersebut.
Oleh karena itu, ikatannya jauh lebih longgar diantara lapisan kulit tipis tersebut. Penggunaan
perekat setelah penusukan tumit atau untuk melekatkan alat pemantau atau infus IV dapat
eksoriasi kulit atau menempel erat pada permukaan kulit sehingga epidermis dapat terkelupas dari
dermis dan tertarik bersama plester sama sekali tidak aman menggunakan gunting untuk
mengelupas balutan atau plester dari ekstremitas bayi imatur yang sangat kecil, karena bisa
memotong ekstremitas yang kecil tersebut atau melepas klit yang terikat longgar. Pelarut yang
digunakan untuk mengelupas plester juga harus dihindari karena cenderung mengeringkan dan
membakar kulit lembut.
H. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Data Subyektif
Identitas Bayi
Identitas Ibu dan Suami
Diagnosa Medis
Nomor Rekam Medis
Genogram
Riwayat Kesehatan Ibu meliputi riwayat antenatal : Keadaan ibu selama hamil
apakah disertai dengan penyakit, mengkaji pola hidup ibu selama kehamilan,
resiko kehamilan, dan melihat riwayat persalinan. Riwayat natal komplikasi
persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan
pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
Riwayat post natal yaitu dengan mengecek APGAR Score. System penilaian
ini untuk mengevaluasi status kardiopulmonal dan persarafan bayi. Penilaian
dilakukan 1 menit setelah lahir dengan penilaian 7-10 (baik), 4-6 (asfiksia
ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5 meint
hingga bayi dalam keadaan stabil.
Tanda 0 1 2
Frekwensi Tidak ada < 100 > 100
jantung
Usaha bernapas Tidak ada Lambat Menangis kuat
b. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120
160 detik per menit). Murmur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktus arterious (PDA)
c. Pernapasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan (40 60 kali/menit),
Pernapsan cuping hidung, juga derajat sianosis yang mungkin ada.
Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom distres
pernapasan (RDS)
d. Neurosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat Kepala kecil dengan
dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir
atas tipis, dan dagu maju, tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi
ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak, Pelebaran tampilan
mata.
e. Makanan/cairan
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar
kepala
Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan
subkutan. Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha
Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia / hipokalsemia
f. Suhu tubuh
Tentukan suhu kulit dan aksila.
Tentukan dengan suhu lingkungan.
g. Pengkajian kulit
Adakah perubahan warna, daerah yang memerah, tanda irirtasi, lepuh,
abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau,
infuse atau alat lain bersentuhan dengan kulit; periks, dan tempat juga
dan catat setiap preparat kulit yang dipakai (misal: plester povidone
iodine).
Tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll.
Adakah ruam, lesi kulit, atau tanda lahir
Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar,
dan periksa adanya tanda infiltrasi.
jelaskan pipa infus parenteral: lokasi, tipe (arterial, vena, perifer,
umbilicus, sentral, vena perifer sentral); tipe infuse (obat, salin,
dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi parenteral total); tipe pompa infuse
dan kecepatan aliran; tipe kateter atau jarum; dan tempat insersinya.
h. Pengkajian psikologis
Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya,
dan orang tua klien berharap bayinya cepat sembuh.
i. Pemeriksaan refleks
Refleks berkedip: dijumpai namun belum sempurna
Tanda babinski: jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit
dorsofleksi
Kaki sedikit bergerak keatas dan kebawah saat disentuhkan
Ekstrusi: lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel lidah
Gallants: punggung sedikti bergerak kearah samping saat diberikan
goresan pada punggungnya
Menggenggam: bayi menunjukkan refleks menggenggam namun
belum sempurna
Rooting: bayi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang
diberikan sedikit goresan
Kaget (stratle) : bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi lengan
yang belum sempurna
Menghisap: bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum
sempurna
j. Pemeriksaan diagnostik
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan
adalah : Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan
Bilirubin : > 10 mg/dl
Intervensi :
a. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer)
Rasional : Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan dan bayi
terpapar panas dari mesin penghangat.
b. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan
bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
Rasional : Mencegah kehilangan panas tubuh melalui konduksi.
c. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
RAsional : Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat
hipotermia/hipertermia
d. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin diberikan.
Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemi
Diagnosa 3 : Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme
tubuh neonatus
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :
- Bayi dapat minum pespeen/personde dengan baik
- Berat badan tidak turun lebih dari 10%
- Tidak retensi urin
Intervensi :
a. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
Rasional : Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera
mendapat tindakan / perawatan yang tepat.
b. Monitor turgor dan mukosa mulut.
Rasional : Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut
c. Monitor intake dan outtake
RAsional : Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance)
d. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan
Rasional : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
e. Lakukan control berat badan setiap hari
Rasional : Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor
Diagnosa 4 : Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
Tujuan : Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi) dengan kriteria :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
Intervensi :
a. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Rasional : Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah.
Antiseptik mencegah paparan bakteri dari luar.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
c. Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi)
Rasional : Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi
d. Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan
tali pusat karena mengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan.
e. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
Rasional : Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.
f. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal
Rasional : Deteksi dini adanya penyakit lain pada bayi
g. Kolaborasi dengan team medis lain untuk pemberian antibiotik dan
pemeriksaan penunjang
Rasional : Mencegah infeksi
Diagnosa 5 : Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering,
imunitasyang belum sempurna, ketuban meconial
Tujuan : Tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatan. Dengan kriteria
Akral hangat
Tidak cyanosis
Tidak apnea
Suhu normal (36,5C -37,5C)
Distrostik normal (> 40 mg
Intervensi :
a. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian
nutrisi.
Rasional : Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk
pemantauan intake dan outtake
b. Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan
Rasional : Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu
yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi.
c. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi)
Rasional : Deteksi dini adanya penyakit lain
d. Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostik.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia lebih lanjut dan
komplikasi yang ditimbulkan pada organ organ tubuh yang lain.
Diagnosa 6 : Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi
sehubungan dengan rawat terpisah.
Tujuan : Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu. Dengan kriteria :
Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi.
Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri
Intervensi :
a. Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.
Rasional : Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan
serta untuk kooperatifan ibu/keluarga
b. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit
Rsional : Ketidaktahuan memperbesar stressor.
c. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi
memungkinkan.
Rasional : Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan
bayi.