Anda di halaman 1dari 24

STRUKTUR KRISTAL

PENGANTAR FISIKA ZAT PADAT

Disusun oleh :
Erni Yulianti (140310140042)
Atikah Ardi (140310140046)

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017

DAFTAR ISI
Daftar isi.................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHSAN............................................................................................3
2.1 Fisika Zat Padat..............................................................................................3
2.2 Struktur Kristal...............................................................................................5
2.3 Kisi Kristal.....................................................................................................6
2.4 Kisi Bravais....................................................................................................6
2.5 Sistem Kristal.................................................................................................7
2.6 Geometri Kisi Kristal.....................................................................................8
2.7 Kisi Resiprok................................................................................................14
2.8 Difraksi Sinar-X...........................................................................................17
BAB III KESIMPULAN........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................22

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan di era modern yang sangat pesat ini,


dan dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kebutuhan akan efektifitas
dan efisiensi sangat diutamakan. Hal tersebut telah mendorong manusia untuk
berkreasi dan berinovasi dalam bidang ilmu pengetahuan untuk menciptakan suatu
ilmu pengetahun yang lebih efektif dan efisien yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Semakin banyak munculnya berbagai macam ilmu
pengetahuan yang dapat membantu kehidupan manusia. Menambah masuk hampir
disegala bidang kehidupan, sebagai contohnya adalah dibidang ilmu pengetahuan
Fisika Zat Padat.
Berdasarkan latar belakang di atas maka kita perlu mempelajari mengenai
fisika zat padat. Fisika zat padat adalah bagian dari ilmu fisika yang mempelajari
struktur dan berbagai sifat fisika dari suatu bahan (zat) dalam fasa padat. Fasa
padat adalah suatu fasa dimana atom-atomnya menempati posisi yang tetap.
Kebanyakan elemen kimia pada suhu ruang adalah bahan dengan fase padat.
Secara umum, zat padat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kristal dan
amorf. Kristal adalah satu jenis zat padat yang memiliki struktur kimia dengan
tingkat keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi (long range order) pada

Fisika Zat Padat | 3


seluruh volumenya. Dengan demikian, pada makalah ini akan dibahas secara
khusus mengenai Struktur Kristal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan fisika zat padat dan pengklasifikasiannya?
2. Bagaimanakah struktur dari suatu kristal?
3. Apa yang dimaksud dengan kisi kristal?
4. Apa yang dimaksud dengan kisi bravais?
5. Apa yang dimaksud dengan sistem kristal?
6. Bagaimanakah geometri kisi dari suatu kristal?
7. Apa yang dimaksud dengan kisi resiprok?
8. Bagaimanakah Difraksi Sinar X dan Hamburan Kristal?

1.3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan fisika zat padat dan
pengklasifikasiannya
2. Mengetahui struktur kristal
3. Mengetahui kisi kristal
4. Megetahui kisi bravais
5. Mengetahui sistem kristal
6. Mengetahui geometri kisi kristal
7. Memahami apa yang maksud dengan kisi resiprok
8. Memahami konsep hamburan kristal dalam difraksi sinar X

Fisika Zat Padat | 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fisika Zat Padat

Fisika Zat Padat adalah bagian dari ilmu fisika yang mempelajari struktur dan
berbagai sifat fisika dari suatu bahan (zat) dalam fasa padat. Fasa padat adalah
suatu fasa dimana atom-atomnya menempati posisi yang tetap. Kebanyakan
elemen kimia pada suhu ruang adalah bahan dengan fase padat.
Secara umum, zat padat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kristal dan
amorf. Kristal adalah satu jenis zat padat yang memiliki struktur kimia dengan
tingkat keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi (long range order) pada
seluruh volumenya. Sedangkan amorf adalah jenis zat padat dimana strukturnya
tidak memiliki keteraturan dan kesetangkupan yang tinggi pada seluruh
volumenya.
Pada kristal tunggal, atom atau penyusunnya mempunyai struktur tetap karena
atom-atom atau molekul-molekul penyusunnya tersusun secara teratur dalam pola
tiga dimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang yang
panjang tak berhingga.
Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-kristal tunggal
yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang membentuk benda
padat.
Struktur amorf menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi pola
susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang dimiliki tidak teratur
dengan jangka yang pendek. Amorf terbentuk karena proses pendinginan yang
terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat menempati lokasi
kisinya. Bahan seperti gelas, nonkristalin ataupun vitrus berulang secara periodik
dalam rentang yang panjang tak berhingga. Adapun suusnan atom-atom dari jenis-
jenis kristal dapat dilihat sebagai berikut.

Fisika Zat Padat | 3


Gambar 1. Susunan dari atom-atom (a) Monocrystal (b) Polisrystal (c) Amorf [3]

Pengetahuan tentang kristal mulai ditekuni pada awal abad ke-19 yang diikuti
dengan ditemukannya difraksi sinar-X. Dengan menggunakan difraksi X dan
dilandasi oleh landasan teoritis yang memadai serta dikemukakannya perhitungan
yang sederhana dan perkiraan yang tepat dapat mempelajari struktur kristal.
Ketika kristal berada pada lingkungan yang tepat, bentuk yang tersusun
identik seperti susunan balok yang disusun secara berkelanjutan. Susunan tersebut
adalah sebagai susunan dari atom - atom atau sekumpulan group dari atom atom
yang terbentuk dalam pola tiga dimensi yang tersusun secara periodik.
Terdapat sebuah tulisan bejudul "Efek Interferensi dari sinar Rontgen" yang
disajikan oleh Akademi Sains Bavarian di Munich pada tahun 1912. Bagian
pertama dari tulisan tersebut, Laue mengembangkan teori dasar dari difraksi sinar
-X. Kemudian, pada bagian kedua dari makalah Friedrich dan Knipping,
mengemukakan mengenai eksperimen yang pertama kali dilakukan dengan
menggunakan difraksi sinar -X untuk analisa kristal.
Berdasarkan hasil kajian tersebut, akhirnya dapat diketahui bahwa kristal
tersusun dari atom - atom yang menyebar secara periodik serta dapat
dikembangkan suatu model atom penyusun kristal. Dengan mengetahui model
atom yang menyusun dalam kristal, Fisikawan dapat mengetahui dan berfikir jauh
lebih baik dalam proses menyelidiki kristal. Penyelidikan ini juga meliputi bentuk
- bentuk dari kristal yang secara luas dikenal sebagai Fisika material terkondensi
yang sekarang merupakan cabang ilmu dari fisika material dan memiliki
cakupan paling luas dalam ilmu Fisika.

Fisika Zat Padat | 4


2.2 Struktur Kristal

Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal
dibangun oleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang
tersusun secara khusus, secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu
kisi kristal (crystal lattice). Geometri kristal dalam ruang dimensi tiga yang
merupakan karakteristik kristal memiliki pola yang berbeda-beda. Suatu kristal
yang terdiri dari jutaan atom dapat dinyatakan dengan ukuran, bentuk, dan
susunan sel satuan yang berulang dengan pola pengulangan yang menjadi ciri
khas dari suatu kristal.

Struktur kristal terdiri dari kisi dan basis. Lattice (kisi) merupakan sebuah
susunan titik yang teratur dan periodik di dalam ruang sedangkan basis adalah
sekumpulan atom, dengan jumlah atom dalam sebuah basis dapat berisi satu atom
atau lebih. Misal, H2O dalam 1 basis ada 3 atom dan dalam H2SO4 terdapat 7 atom
dalam 1 basis sedangkan untuk kristal monoatomik dalam 1 basis hanya 1 atom.
Struktur kristal akan terjadi bila ditempatkan suatu basis pada setiap titik kisi
sehingga struktur kristal merupakan gabungan antara kisi dan basis. Apabila
dinyatakan dalam hubungan dua dimensi adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Kristal dalam Dua Dimensi


Keterangan :
a1=
Jarak antar kisi dalam arah sumbu X

a2= Jarak antar kisi dalam arah sumbu Y


Jarak dari titik yang satu ke titik yang lain boleh sama atau berbeda, jika sama
(dalam kisi dua dimensi) akan berbentuk bujur sangkar dan jika berbeda akan
berbentuk 4 persegi panjang.

Fisika Zat Padat | 5


Struktur kristal dibangun oleh sel satuan (unit cell). Sel satuan (unit cell)
adalah struktur terkecil yang berulang dalam kristal seperti yang ditunjukkan oleh
gambar dibawah ini.

Gambar 3. Sel Satuan (Unit Cell) dalam Kristal

Pada logam umumnya tedapat 4 jenis unit sel, yaitu Simple Cubic (SC), Body
Center Cubic (BCC), Face Center Cubic (FCC), Hexagonal Closed Pack (HCP).
Namun untuk logam paduan dan senyawa non logam struktur kristalnya sangat
kompleks. Sedangkan Berikut ini tabel yang menunjukkan karakteristik dari seiap
jenis unit sel.

2.2.1 Kubik Berpusat Badan (body centered cubic/BCC)


Gambar 4 di bawah menunjukkan sel satua dari BCC dan contoh logam yang
mempunyai struktur kristal BCC antara lain Fe , Cr, Li, Mo, W, V. Dari gambar
atomic site unit cell terlihat bahwa atom pusat dikelilingi oleh 8 atom terdekat dan
dikatakan mempunyai bilangan koordinasi 8. Dari gambar isolated unit cell
terlihat bahwa ada satu atom utuh terletak di tengah sel satuan dan 1/8 atom
terdapat pada tiap-tiap sudut sel satuan, sehingga dalam satu sel satuan BCC
terdapat 2 atom.
Dari gambar hard sphere unit cell dimana sel satuan BCC digambarkan
sebagai bola, faktor penumpukan atom (atomic facking factor) dapat dihitung
dengan formula :
Volume atom dalam sel satuan
APF = (1)
Volume sel satuan

Fisika Zat Padat | 6


dari hasil perhitungan diperoleh harga APF untuk sel satuan BCC adalah 68%,
artinya 68% dari volume sel satuan BCC tersebut ditempati oleh atom-atom dan
sisanya sebesar 32% merupakan tempat kosong. Jadi struktur kristal BCC bukan
merupakan struktur yang padat.

Gambar 4. Struktur Kristal Kubik berpusat Badan (BCC)

2.2.2 Kubik Berpuast Muka (face centered cubic /FCC)


Gambar di bawah menunjukkan sel satuan dari FCC dan contoh logam yang
mempunyai struktur kristal FCC antara lain Fe , Al, Cu, Ni, Pb. Dari gambar di
bawah terlihat bahwa sel satuan FCC terdiri dari satu titik lattice pada setiap sudut
dan satu titik lattice pada setiap sisi kubus. Setiap atom pada struktur kristal FCC
dikelilingi oleh 12 atom, jadi bilangan koordinasinya adalah 12. Dari gambar di
bawah hard sphere unit cell terlihat bahwa atom-atom dalam struktur kristal FCC
tersusun dalam kondisi yang cukup padat. Ini terbukti dengan tingginya harga
APF dari sel satuan FCC yaitu 74% dibandingkan denag APF sel satuan BCC. Sel
satuan FCC mempunyai 8 x 1/8 (pada sudut kubus) + 6 x ( pada pusat sisi
kubut) = 4 atom per sel satuan.

Fisika Zat Padat | 7


Gambar 5. Struktur Kristal Kubik berpusat Muka (FCC)

3.1.3 Hexagonal closed packed (HCP)


Gambar di bawah menunjukkan sel satuan dari HCP dan contoh logam yang
mempunyai struktur kristal HCP antara lain Cd, Co, Mg, Ti, Zn, Zr. Setiap atom
pada struktur kristal HCP dikelilingi oleh 12 atom, sama dengan FCC mempunyai
bilangan koordinasinya adalah 12. Dari gambar di bawah hard sphere unit cell
terlihat bahwa atom-atom dalam struktur kristal HCP tersusun dalam kondisi yang
cukup padat. Ini terbukti dengan tingginya harga APF dari sel satuan HCP yaitu
74% . Sel satuan HCP mempunyai 6 atom per sel satuan, yaitu 2 x 6 x 1/6 ( pada
sudut lapisan bawah dan atas + 2 x ( pada pusat lapisan bawah dan atas) + 3
(lapisan tengah).

Gambar 6. Struktur Sel Satuan Hexagonal Close-Packed

Fisika Zat Padat | 8


2.3 Kisi Kristal

Stuktur Kristal dapat digambarkan dalam bentuk kisi, dimana setiap titik kisi
akan ditempati oleh atom atau sekumpulan atom. Kisi Kristal memiliki sifat
geometri yang sama seperti Kristal. Kisi yang memiliki titik-titik kisi yang
ekuivalen disebut Kisi Bravais sehingga titik-titik kisi tersebut dalam Kristal akan
ditempati oleh atom-atom yang sejenis.

Gambar 7. Kisi Kristal

Kisi dibagi menjadi 3 :


a. Kisi satu dimensi yaitu pola pengulangan kisi yang berada pada satu garis
lurus satu dimensi baik pada arah sumbu x, y atau z.

Gambar 8. Kisi satu dimensi


b. Kisi dua dimensi yaitu pola pengulangan kisi pada dua dimensi. Pada
umumnya terdapat 5 jenis pola pengulangan pada kisi dua dimensi ini
yaitu kisi genjang, kisi bujur sangkar, kisi heksagonal, kisi segi panjang
dan kisi segi panjang berpusat. Berikut ini gambar kisi kristal dua dimensi.

Fisika Zat Padat | 9


Gambar 9. Kisi dua Dimensi

c. Kisi tiga dimensi yaitu pola pengulangan kisi dalam ruang tiga dimensi
(space lattice). Terdapat 7 sistem kristal dalam ruang tiga dimensi yaitu
triklinik, monoclinik, orthorhombik, tetragonal, kubik, trigonal dan
heksagonal. Kisi ruang (space lattice) adalah susunan titik-titik dalam
ruang tiga dimensi dimana setiap titik memiliki lingkungan yang serupa.
Titik dengan lingkungan yang serupa itu disebut simpul kisi (lattice
points). Simpul kisi dapat disusun hanya dalam 14 susunan yang
berbeda, yang disebut kisi-kisi Bravais.

2.4 Kisi Bravais


Kisi yang memiliki titik-titik kisi yang ekuivalen disebut kisi Bravais
sehingga titik-titik kisi tersebut dalam kristal akan ditempati oleh atom-atom yang
sejenis

Titik A,B dan C adalah ekuivalen satu sama lain

Titik A dan A1 tidak ekivalen (non-Bravais)

Gambar 10. Kristal Bravais

Di dalam ruang tiga dimensi, terdapat 5 tipe dasar pengulangan kisi yaitu kisi
primitive (P), kisi body-centered (I), kisi base-centered (C), kisi face-centered (F),
kisi rhombohedral primitive (R).

Fisika Zat Padat | 10


1. Kisi Primitive (P)
Untuk jenis ini diberi simbol P, dimana letak titik-titik kisi (atom) hanya
terdapat pada titik-titik sudut kristal. Jenis ini dimiliki oleh sistem monoklin,
orthorombik, hexagonal, tetragonal, triklin dan isometrik.
2. End-Centered (One-Face-Centered) Lattice ( C )
Pada tipe ini titik-titik atom terletak pada sudut dan ditambah dengan titik-
titik pada semua pusat bidang permukaan. Bentuk ini diberi simbol atau notasi C.
Jenis ini terdapat pada sistem orthorombik dan isometrik.
3. Body-Centered Lattice ( I )
Pada tipe ini titik-titik atom terletak pada setiap sudut kristal ditambah titik
pada pusat sel dan diberi simbol I. Bentuk ini terdapat pada sistem orthorombik,
tetragonal dan isometri.
4. Rhombohedral Lattice ( R )
Bentuk ini hanya dijumpai pada sistem rombohedral, dimana titik-titik atom
hanya terdapat pada masing-masing sudut.
2. Face-Centered Lattice ( F )
Pada tipe ini titik-titik atom terletak pada setiap sudut kristal ditambah dengan
titik-titik pada semua pusat bidang permukaan kristal. Bentuk ini diberi simbol
atau notasi F. Jenis ini terdapat pada sistem orthorombik dan isometrik.

2.5 Sistem Kristal


Sistem kristal adalah cara untuk mengklasifikasikan bentuk kristal
berdasarkan geometri sel unit yaitu berdasarkan letak atom dalam sumbu xyz.
Geometri sel unit didefinisikan sebagai analisis terhadap 6 parameter yaitu :
panjang tepi a,b,c dan tiga sudut interaksial ,, .

Fisika Zat Padat | 11


Gambar 11. Sebuah sel satuan dengan sumbu koordinat x, y, z ,menunjukkan
panjang aksial (a, b, dan c) dan sudut interaxial (,, )

Berikut gambar 7 sistem kristal :

Gambar 12. Unit Sel 7 Sistem Kristal

2.6 Geometri Kisi Kristal


Geometri kisi kristal adalah konfigurasi ruang, pola atau hubungan antar
komponen kristal.

2.6.1 Sistem koordinat


Tiga sumbu diperlukan untuk menggambarkan suatu kristal. Kita harus melihat
kemudian bahwa arah tersebut (tepi kristal)

Fisika Zat Padat | 12


dihubungkan secara erat pada simetri kristal, dalam beberapa kasus, suatu pilihan
sumbu segi empat kemudian muncul secara natural. Bentuk kristal dinyatakan
dengan perpotongan penampang kristal pada sumbu kristalografi dan sudut antar
sumbu.

Gambar13. Kristal ortorombik ideal dengan sumbu kristalografi


Geometri kristal dinyatakan dengan seperangkat tiga sumbu yang disebut
sumbu kristalografi dan sudut-sudut antara sumbu (Gambar 5.2). Sumbu-sumbu
dapat berimpit atau sejajar dengan rusuk penampang kristal.

Gambar 14. Sumbu kristalografi dan sudut antar sumbu

Untuk menyatakan ke tiga sumbu kristalografi dengan mudah melalui aturan


tangan kanan, seperti pada Gambar 5.2. Sumbu X, Y, dan Z secara berturut-
tutrut digambarkan sebagai jari tengah, ibu jari dan jari telunjuk.
Sudut merupakan sudut antara sumbu Y dan Z, merupakan sudut antara
sumbu X dan Z, dan merupakan sudut antara sumbu X dan Y. Secara matematis
dapat ditulis dengan = {b,c}; = {a,c}; = {a,b}.

Gambar 15. Penggunaan aturan tangan kanan sebagai sumbu


kristalografi
2.6.2 Persamaan bidang

Fisika Zat Padat | 13


Gambar dibawah menunjukkan bidang ABC memotong sumbu x, y, dan z
secara berturut-turut pada A, B, dan C. Garis ON merupakan suatu garis yang
tegak lurus pada bidang ABC dengan panjang d. Garis OA, OB, dan OC memiliki
panjang secara berturut-turut a, b, dan c. Hubungan d terhadap a, b, dan c
dinyatakan sebagai: d = a cos atau d = b cos atau d = c cos .

Gambar 16. Bidang ABC pada ruang tiga dimensi


Titik N merupakan suatu titik dengan koordinat (X,Y,Z) berada pada bidang
ABC. Dibuat suatu garis dari N yang sejajar OC, maka akan memotong bidang
AOB pada K membentuk garis NK, selanjutnya dari titik K dibuat garis yang
sejajar OB maka akan memotong OA pada titik M. Panjang OM, MK, dan KN
secara berturut-turut sebesar X, Y, dan Z. Panjang ON merupakan penjumlahan
OM, MK dan KN, maka :
d = X cos + Y cos + Z cos (5.4.1)
dalam OAN, d = OA cos = a cos atau cos = d/a
d = OB cos = b cos atau cos = d/b
d = OC cos = c cos atau cos = d/c
maka persamaan (1.1) di atas menjadi :
X cos + Y cos + Z cos = d
X (d/a) + Y (d/b) + Z (d/c) = d
d {(X/a) + (Y/b) + (Z/c)} = d
(X/a) + (Y/b) + (Z/c) = 1 (5.4.2)
Persamaan (5.4.2) merupakan bentuk persamaan bidang ABC.

Gambar 17. Bidang ABC pada ruang tiga dimensi


Persamaan bidang (5.4.2), (X/a) + (Y/b) + (Z/c) = 1 dapat dinyatakan sebagai
hu + kv + lw = 1, dimana a = a/h, b = b/k dan c/l, maka persamaan (5.4.2) menjadi

Fisika Zat Padat | 14


(Xh/a) + (Yk/b) + (Zl/c) = 1, dengan besaran skalar dari vektor tersebut yaitu
(u,v,w) = (X/a,Y/b,Z/c) dan (h,k,l).

2.7 Kisi Resiprok


Struktur kristal mempunyai dua kisi yaitu kisi kristal dan kisi resiprok. Jika
kristal di sinari dengan sinar-x, maka di hasilkan pola difraksi yang berbentuk kisi
resiprok. Pengenalan sistem koordinat resiprok yang muncul secara rekaan, tidak
dibutuhkan dalam geometri kristalografi tetapi penggunaannya secara sederhana
sering muncul pada perhitungan. Apabila sistem koordinat langsung dinyatakan
sebagai a, b, dan c, maka sistem koordinar resiprok didefinisikan sebagai a *, b*,
dan c*. Dengan kata lain bahwa panjang a*, b*, dan c* merupakan resiprok dari
panjang a, b, dan c. Jika a, dan c dinyatakan dengan meter, maka a*, b*, dan c*
berdimensi meter-1. Vektor resiprok a*, b*, dan c* tidak secara umum sejajar a, b,
dan c, serta memiliki harga tidak sama dengan 1/a, 1/b,dan 1/c.

Gambar 18. Sumbu kristalografi dan resiprok


Secara matematis hubungan besaran skalar a, b, c dengan a*, b*, c* sebagai: a*.a
= b*.b = c*.c = 1; a*.b = a*.c = b*.a = b*.c = c*.a = c*.b = 0 Berdasarkan hal ini,
defenisi matematis a*, b*, dan c* :
a* = (b x c)/(a b c),
b* = (c x a)/(a b c), dan
c* = (a x b)/(a b c)
dimana, (a b c) = a.(b x c) = b.(a x c) = c.(a x b), merupakan volume[3]

2.7.1 Indeks miller

Indeks Miller adalah system notasi (h,k,l) pada kristalografi yang digunakan
untuk menunjukan kisi-kisi bidang dan arah dari sebuah Kristal. Indeks Miller
berhubungan dengan perpotongan bidang tersebut dengan sumbu dari sebuah unit
sel.

Fisika Zat Padat | 15


Melalui titik-titik kisi suatu kristal dapat dibentuk suatu bidang datar. Masing-
masing bidang datar memiliki orientasi yang berbeda kecuali pada bidang yang
sejajar orientasinya adalah identic Untuk menentukan orientasi bidang tersebut
digunakan sistem indeks yang dinamakan indeks Miller (hkl)

Fungsi Index Miller : Untuk mendata bidang-bidang dari suatu sel satuan dan
Untuk mengetahui posisi posisi atom pada sel satuan.

Penggunaan Index Miller :

1. Menyatakan arah/posisi dari atom

Contoh :

[111] arah atom

<111> kelompok arah

2. Analisis difraktometri dengan sinar-X

Dengan teknik difraksi akan didapat geometri sel satuan, sehingga akan
mendapat identifikasi dari sel satuan

Cara menentukan index Miller:

1. Tentukan perpotongan bidang kristal dengan Sumbu a,b dan c

OM = a

OS = 2/3 b

Gambar 19. Perpotongan Bidang


OR = c
Kristal

Titik perpotongan pada a,b,c adalah , 2/3,


2. Tentukan bilangan resiprok (bilangan yang


berbanding terbalik dengan nilai titik potong bidang dengan sumbu a,b,c.

Fisika Zat Padat | 16


Titik potong : , 2/3,
Bilangan resiprok : 4 , 3/2, 2
3. Buatlah bilangan resiprok tersebut menjadi bilangan bulat terkecil
Bilangan resiprok : 4, 3/2, 2
Bilangan bulat terkecil : 8, 3, 4
Maka Indeks Miller (hkl)= (834)
Kisi-kisi dengan Index Miller berbeda pada Kristal kubus

Gambar 20. Kisi-kisi dengan indeks miller

Jarak antar bidang-bidang kristal (hkl) (Cullity, 1956: 459)


1 h2 +k 2+l 2
a. Kubik : =
d2 a2

2 2 2 2 2
1 ( h + k + l ) sin +(hk + kl +lh)(cos )
b. Rhombohedral: =
d2 a2 (13 cos2 +2 cos 3 )

1 h2 +k 2 l 2
c. Tetragonal : 2
= 2 2
d a c

1 h2 k 2 l 2
d. Orthorombik : = + +
d 2 a2 b 2 c 2

h2 k 2 sin2 l 2 2 hlcos
+ + 2
a2 b2 c ac
e. Monoklinik : 1 1
=
d 2 sin2

Fisika Zat Padat | 17


h2+ hk +k 2
a2 l2
f. Heksagonal : 1 4 )+ c2
=
d 3
2

g. Triklinik :

1 1 2 2 2
2
= 2 (S11 h + S22 k +S 33 l +2 S 12 hk +2 S 23 kl+ 2 S13 hl)
d v

Dengan V = Volume satuan sel

S11=b2c2sin2 S12=abc2( cos cos cos )


S22=a2c2sin2 S23=ab2c( cos cos cos )
S33=a2b2sin2 S13=a2bc( cos cos cos )[4]

2.8 Difraksi Sinar-X

Difraksi sinar X atau X-ray diffraction (XRD) adalah suatu metode analisa
yang digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara
menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel.
Profil XRD juga dapat memberikan data kualitatif dan semi kuantitatif pada
padatan atau sampel. Difraksi sinar X ini digunakan untuk beberapa hal,
diantaranya:

- Pengukuran jarak rata-rata antara lapisan atau baris atom

- Penentuan kristal tunggal

- Penentuan struktur kristal dari material yang tidak diketahui

- Mengukur bentuk, ukuran, dan tegangan dalam dari kristal kecil

Difraksi sinar-X terjadi karena pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh
atom dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa

Fisika Zat Padat | 18


tersebut memberikan interferensi yang konstruktif. Penggunaan difraksi sinar-X
untuk mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg berikut ini.

n =2 d sin . (7.1)

Dengan adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d adalah

jarak antara dua bidang kisi, adalah sudut antara sinar datang dengan bidang

normal, dan n adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan.

Gambar 21. Difraksi sinar x, Pemantulan berkas sinar-X monokromatis oleh dua
bidang kisi dalam kristal, dengan sudut sebesar dan jarak antara
bidang kisi sebesar dhkl (Nelson, 2010)

Jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel kristal, maka bidang kristal itu
akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang gelombang sama dengan jarak
antar kisi dalam kristal tersebut. Proses difraksi sinar x seperti disajikan pada
Gambar 9. Sinar x dibiaskan dan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan
sebagai sebuah puncak difraksi. Semakin banyak bidang kristal yang terdapat
dalam sampel, semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkan. Tiap puncak
yang muncul pada pola difraktogram mewakili satu bidang kristal yang memiliki
orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari

Fisika Zat Padat | 19


data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk
semua jenis material (Nelson, 2010).

Gambar 22. Proses Analisa Difraksi Sinar X (Nelson, 2010)

Contoh soal:

Hitunglah sudut bragg pada Kristal kubik dengan unit cell a = 6 A, untuk
bidang (2 2 1) dengan panjang gelombang 1,54 A.

Jawab:

1 h2 +k 2+l 2
=
d2 a2

2 (6)2
d= 2 2 2
2 + 2 +1

d hkl=2 A

2 d sin=n

n
sin =
2d

Untuk n=1

Fisika Zat Padat | 20


1 1,54 A
sin = =0,385
2 2 A

=22,64

Untuk n=2

2 1,54 A
sin = =0,77
2 2 A

=50,35

1=22,64 2=50,35
Jadi sudut bragg untuk Kristal ini adalah dan

Fisika Zat Padat | 21


BAB III
KESIMPULAN

Fisika Zat Padat | 22


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6714735/Bab_3_Struktur_Kristal_31_3_STRU
KTUR_KRISTAL

Fisika Zat Padat | 23

Anda mungkin juga menyukai