Anda di halaman 1dari 19

A.

Konsep Dasar Hipertiroidisme


1. Definisi
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena
tiroid memproduksi hormon tiroksin lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil
dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya). (Amin, Hardi,
2013)
Menurut American Thyroid Association dan American Association of Clinical
Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupapeningkatan kadar
hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal
(Bahn et al, 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertiroidisme adalah keadaan disebabkan oleh
kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang
berlebihan di dalam darah. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme
yang paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan
dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor
pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress
emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru,
penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.

2. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. (Amin,
Hardi:2013)
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan
TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan. (Amin, Hardi, 2013)
Beberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid yaitu:
a. Penyebab Utama
1) Penyakit Grave
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya
turunan, wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah
penyakit autonoimun, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah
yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2) Toxic nodular goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
b. Penyebab Lain
1) Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid,
ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan
hingga timbul efek samping.
2) Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
3) Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
4) Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid.

3. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel
ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya
beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH, Biasanya bahan bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
Pathway
4. Klasifikasi
Menurut Bare & Suzanne (2002) hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2
kategori:
a. Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme
b. Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme
Klasifikasi lain:
a. Goiter Toksik Difusa (Graves Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid
untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus.
Graves disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya
dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 40 tahun. Faktor keturunan
juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu
dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
b. Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak
disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya
timbul seiring dengan bertambahnya usia.
c. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 10% wanita pada 3 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-
lahan

5. Manifestasi Klinis
Menurut Guyton (2006) terjadinya hipertiroid biasanya perlahan-lahan dalarn
beberapa bulan sampai beberapa tahun, bahkan bisa secara dramatik. Hampir semua
sistem dalam tubuh mengalami gangguan akibat kelebihan hormon tiroid sehinga
memberikan banyak keluhan.
Gejala klinik dipengaruhi banyak faktor termasuk urnur penderita, lamanya
menderita hipertiroid dan kepekaan organ terhadap kelebihan kadar hormon tiroid.
Misalnya manifestasi klinik cenderung kurang berat jika mulainya perlahan-lahan.
Untuk gambaran klinik hipertiroid ringan dan sedang hingga kini tidak ada batasan yang
jelas. Gejala-gejala hipertiroid merupakan manifestasi hipermetabolisme dan aktifitas
simpatis yang berlebihan
Manifestasi klinis paling sering adalah penurunan berat badan, kelelahan, tremor,
gugup, berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpitasi dan pembesaran tiroid. Payah
jantung yang tidak dapat diterangkan pada umur pertengahan harus dipikirkan
hipertiroid, terutama bila curah jantung tinggi atau atrium fibrilasi yang tidak dapat
diterangkan. Usia yang lebih dari 75 tahun gejala peningkatan hormon tiroid sangat
sedikit bahkan dapat asimptomatik, sehingga sebaiknya dilakukan pemeriksaan rutin
secara berkala kadar tiroksin dalam darah. Aphatetic Hypertiroid merupakan hipertiroid
pada usia lanjut dengan gejaia klinis tersembunyi bahkan dapat memberikan gejala-
gejala klasik yang terbalik. Hipertiroid pada anak menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan, peningkatan tinggi badan serta pematangan tulang yang cepat
a. Peningkatan frekuensi denyut jantung
b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin
c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan
d. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
e. Peningkatan frekuensi buang air besar
f. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
g. Gangguan reproduksi
h. Tidak tahan panas
i. Cepat letih
j. Pembesaran kelenjar tiroid
k. Mata melotot (exoptalmus) hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat di
dalam orbit mata
(Amin, Hardi:2013)

6. Komplikasi
Menurut Rock CL (2004) komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa
adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada
pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam
jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia
(sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena
agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas.
a. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena
penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi
pasien dengan penyakit graves.
b. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada jantung bisa
menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan
syok.
c. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat, derilium
dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi,
sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan
dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak
tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis
obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi
hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon
terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja
hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid,
dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan untuk
menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
d. Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang
tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang
sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila
tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 250 ng/dl atau 1,2 3,4 SI unit)
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam
serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun
kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama,
namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya
hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3.
b. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 12 mcg/dl atau 51 154 SI unit)
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan teknik
radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. T4 terikat terutama dengan TBG dan
prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap
factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan mengubah kadar T4.
c. Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 2,4 ng/dl atau 10 31 SI unit)
d. T3RU, meningkat (N: 24 34 %)
e. TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH
di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T 3 dan T4 tidak dapat dianalisa.
Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan
sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur
kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatkan bahwa
penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang
bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil
f. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin antibodi tinggi (N: titer <
1 : 100)
g. Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit
graves
h. Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan
pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan
dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi serta
menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam kelenjar
tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat
dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan
iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikan hasil yang
dapat diandalkan. Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam
proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
i. CT Scan tiroid
Mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.
Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 35 % dari dosis yang diberikan setelah
24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
j. USG
Untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau
nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid
pada tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan
kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun
kemungkinannya lebih kecil.
k. EKG
Untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial fibrilasi dan
perubahan gelombang P dan T

8. Penatalaksanaan
a. Terapi umum
1) Obat anti tiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya:
propil tio orasil (PTU), karbimazol.
2) Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien umur 35 tahun/ lebihatau
pasien yang hiperteroid-nya kambuh setelah operasi.
3) Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjr tiroid-nya tidak bisa
disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester
kedua), dan untuk pasien alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25%
dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu setahun.
b. Terapi obat anti hiperteroid
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan diatas adalah:
1) Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat mengurangi prodoksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa 3-
8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup
baik untuk hipertiroid.
Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel darah putih
(agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati. Cirri-ciri agranulositosis
adalah sering terjadi sakit tenggorokan yang tidak sembuh-sembuh dan juga
mudah terkena infeksi dan demam.

2) Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)


Merupakan obat hormon kortikostiroid yang biasanya dipakai sebagai obat
anti peradangan. Obat ini bisa digunakan untuk menghilangkan peradangan
dikelenjar tiroid (thyroiditis).
3) Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya abat anti Parkinson, yang dipakai untuk mengatasi
gejala-gejala Parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar
dan sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk
mengobati tangan bergetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun
penggunan obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati,
bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yang
cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120
kali/menit) dan tangan bergetar biasanya diberikan obat lain yaitu propanolol,
antenolol, ataupun verapamil.
c. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkosumsi bekatul.
Para ahli menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang
berkhasiat untuk menyempurnakan metabolisme didalam tubuh kita.
Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati kencing
manis (diabetes militus), tekanan drah tinggi (hipertensi), bengek (asma), kolesterol
dan gangguan pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati.
Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam
otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.
B. Asuhan Keperawatan Hipertiroidisme
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,= alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar dengan
konsistensi cair.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti
pasien
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : biasanya rambut klien tampak,berwarna hitam,kulit kepala
bersih,dan tidak rontok
b) Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk
c) Mata : Simetris kiri kanan, isokor (3mm), konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, dan pupil normal (mengecil).
d) Hidung : Tidak ada deformitas dan tidak ada pernafasan cuping hidung
e) Mulut : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat
f) Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi atau nyeri
2) Leher
Biasanya tidak ada pembesaran tyroid dan pembesaran getah bening
3) Dada /Thorax
Inspeksi : Tidak ada kelainan pernafasan
Palpasi : Biasanya ditemukan takil premitus seimbang kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ditemukan suara nafas tambahan
4) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba RIC V.
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Irama jantung teratur.
5) Perut/abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tidak membuncit.
Auskultasi : bising usus normal (5-35 x/i)
Palpasi : Turgor kulit baik, hepar tidak teraba
Perkusi : Tympani
6) Genitalia
Biasanya tidak ada gangguan pada genitalianya, tidak ada keluhan nyeri pada
genitalianya, warna urinenya normal (jernih kekuningan, tidak terdapat endapan,
baunya khas.
7) Ekstremitas
Biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas pasien.
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Makanan
a) Sehat
klien makan teratur, makan 3x sehari habis 1 porsi denagn
nasi+lauk+sayuran+buah.
b) Sakit
klien makan 2x sehari , habis < porsi dengan nasi+lauk pauk, klien
mengatakan terjadi penurunan nafsu makan karena mual muntah yang di alami.
2) Minuman
a) Sehat
klien megatakan minum 2 liter/ hari , komposisi: air putih.
b) Sakit
<1,5 L, komposisi: air putih , cairan infus
3) Eliminasi
a) BAK
Sehat
klien mengatakan BAK 5-6 x sehari warna kuning-kekuningan, tidak
ada endapan dan tidak ada keluhan nyeri.

Sakit
2-3 x sehari< 200 ml, warna kuning,tidak ada endapan dan tidak ada
keluhan nyeri
b) BAB
Sehat
2x/ hari, konsistensi padat, warna kekuningan , tidak ada nyeri.
Sakit
1x/ hari , konsistensi padat,warna kekuningan, tidak ada nyeri.
4) Istirahat dan tidur
a) Sehat
siang hari tidur 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, dan tidak ada gangguan tidur.
b) Sakit
siang hari tidur <1 jam, tidur malam 4-5 jam, klien mengatakan sulit tidur
karena nyeri yang dirasakan.
5) Personal Hygiene
a) Mandi
Sehat
2x sehari, pakai sabun , dan mandi sendiri.
Sakit
1x sehari, mandi lap, di bantu oleh perawat dan keluarga.
b) Gosok gigi
Sehat
2x sehari , pakai odol,mandiri
Sakit
tidak pernah gosok gigi , hanya berkumur-kumur , di bantu keluarga.
e. Data Laboratorium
1) Tes ambilan RAI : Meningkat pd penyakit graves & toksik goiter
noduler,menurun pada tiroiditis
2) T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3 = 26-39 mg, T4 = 80-100 mg)
3) T4 dan T3 bebas serum : meningkat
4) TSH : tertekan dan tidak bereson pd TRH
5) Tiroglobulin : meningkat
6) Stimulasi TRH : dikatakan tiroid jika TRH tidak ada sampai meningkat setelah
pemberian TRH
7) ikatan protei iodiun : meningkat
8) gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal)
9) kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal)
10) pemeriksaan fungsi heper : abnormal
11) elektrolit : hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon andrenal atau efek
dilusi dalam tera cairan pengganti. Hipoklemia terjadi dengan sendiranya pada
kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis
12) katekolamin serum : menurun
13) kreatinin urine : meningkat
14) EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energy.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolism (eningkatan nafsu makan atau pemasukan
dengan penurunan berat badan ).
d. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhanpengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan h
2 Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan k

3 Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan be


penurunan berat badan ).
4 Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.

5 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhanpeng


4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak(Hidayat ,2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan
secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi
sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan
untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan
dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya
menggunakan format SOAP. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali
umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC. Edisi 1 Revisi. Yogyakarta : Mediaction.
Black & Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive
Outcomes, 7thEdition. Philadelphia: Elsevier Saunders
Hidayat, A. Azis Alimul .2005. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna
Publishing.
Nassisi D .2008. Stroke, Hemorrhagic. Departement of Emergency Medicine, Mount Sinai
Medical Center. Available from:http://emedicine.medscape.com [Accessed 10 Juni
2014]
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. .2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6 vol 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai