Anda di halaman 1dari 13

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perairan merupakan salah satu ekosistem yang menjadi salah satu
komponen utama dari lingkungan. Kondisi perairan secara tidak langsung dapat
menunjukkan kondisi lingkungan . Pesatnya pembangunan suatu kawasan di satu
sisi membawa dampak positif berupa produk yang bermanfaat bagi masyarakat,
akan tetapi di sisi lain juga menghasilkan limbah yang apa bila tidak ditangani
dengan tepat dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Efek jangka panjang
dari degradasi kualitas lingkungan dimungkinkan menjadi efek domino negative
bagi sektor lain diantaranya kesehatan, sosial dan ekonomi (Indrowati dkk.,
2012).
Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara
makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam
jenis makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Ada beragam
jenis ekosistem yang bisa dijumpai di bumi ini. Kesemua ekosistem tersebut akan
membentuk kesatuan yang disebut dengan biosfer. Salah satu jenis ekosistem
yang penting untuk dicermati adalah ekosistem sungai. Secara umum, ekosistem
tersebut masuk ke dalam kelompok ekosistem alamiah dan lebih spesifik lagi
dikelompokkan ke dalam ekosistem akuatik atau air (Septiani dkk., 2015).
Ekosistem perairan, baik perairan sungai, danau, maupun perairan pesisir
dan laut merupakan himpunan integral dari komponen abiotik (fisika-kimia) dan
biotik (organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi
membentuk suatu struktur fungsional. Air tidak lepas dari pengaruh pencemaran
yang juga diakibatkan oleh aktivitas manusia, air dan ekosistem perairan
merupakan daerah yang rawan terkontaminasi limbah dari berbagai aktivitas
manusia yang semakin meningkat. Karena itu, memonitor kualitas air sangat
diperlukan untuk mencegah akibat negatif yang ditimbulkan pencemaran air
(Kurniawan, 2011).
Perairan pantai sangat penting sebagai habitat berbagai jenis organisme.
Perairan pantai merupakan daerah peralihan antara perairan tawar dan laut,
terutama di daerah-daerah dekat muara sungai. Sebagai daerah peralihan; perairan
2

pantai mempunyai kekayaan organism yang relatif tinggi, sehingga sangat


potensial untuk dijaga agar kondisinya tetap dalam keadaan baik. Kondisi perairan
pantai yang baik, tidak hanya akan menguntungkan secara ekologis, tetapi juga
merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat; baik secara langsung bagi
masyarakat nelayan maupun secara tidak langsung bagi masyarakat lainnya.
Kondisi suatu perairan dapat dinilai dengan berbagai metode dan berbagai sudut
pandang (Tobing, 2009).
Pengukuran kualitas lingkungan selama ini secara parsial berdasarkan
media udara, air, lahan, sehingga memantau hasilnya. Salah satu cara untuk
mereduksi banyaknya informasi tersebut adalah dengan menggunakan indeks.
Dalam hal ini yang akan dilakukan penggunaan indeks kualitas di perairan sungai
Masuknya limbah ke perairan sungai akan dapat merubah sifat fisika, kimia
dan biologi dari ekosistem sungai. Perubahan tersebut dapat menurunkan kualitas
air dan mengganggu tatanan kehidupan organisme di dalam sungai
(Sinambela dan Sipayung, 2015).
Kualitas air suatu badan perairan dapat ditentukan oleh banyak faktor
seperti zat terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup yang ada di dalam
badan perairan tersebut. Indikator biologi merupakan kelompok atau komunitas
organisme yang kehadirannya atau perilakunya di alam berkorelasi
dengan kondisi lingkungan. Yang dapat digunakan sebagai indikator biologi
dalam suatu badan perairan adalah phytoplankton, zooplankton, bentos dan
nekton (Asra, 2009).
Kehidupan di air dijumpai tidak hanya pada badan air tetapi juga pada
dasar air yang padat. Di dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas, karena
ketersediaan nutrien juga terbatas. Oleh karena itu hewan yang hidup di air dalam,
hanyalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrien juga
terbatas, sekaligus bersifat bartoleran (Darojah, 2005).
Benthos adalah organisme air yang hidup dan tinggal diendapan dasar
perairan, baik yang ada didasar maupun yang berada di bawah permukaan
sedimen. Selain itu benthos juga merupakan organisme dasar perairan yang
mempunyai habitat relatif tetap sehingga perubahan-perubahan yang terjadi atas
lingkungannya sangat mempengaruhi kehidupannya. Umumnya, benthos yang
3

sering dijumpai di suatu perairan adalah dari taksa Crustacea, molllusca, Insekta
dan sebagainya. Benthos tidak saja berperan sebagai penyusun komunitas
perairan, tetapi juga dapat digunakan dalam studi kuantitatif untuk mengetahui
kualitas suatu perairan (Ariani, 2012).
Komponen biotic dapat memberikan gambaran kondisi fisik, kimia da
biologi suatu perairan. Salah satu biota yang dapat di gunakan sebagai parameter
biologi dalam menetukan kualitas perairan adalah makrozoobentos. Berubahnya
suatu kualitas perairan mempengaruhi kehidupan biota yang hidup di dasar
perairan tersebut. Salah satu diantaranya adalah makrozoobentos.
Makrozoobentos baik digunakan sebagai bioindikator karena habitat hidupnya
yang relative tetap (Sinaga, 2009).
Parameter keanekaragaman jenis berupa indeks keanekaragaman jenis
benthos. Parameter ini mengakomodasi keseimbangan antara populasi dan jumlah
jenis, sehingga pendugaan kondisi diharapkan akan menjadi lebih mencerminkan
keadaan sebenarnya. Variasi nilai indeks keanekaragaman akan dikategorikan ke
dalam beberapa tingkatan, dengan setiap tingkatan menduga kualitas perairan
Semakin buruk kondisi suatu perairan akan menyebabkan keanekaragaman jenis
benthos akan semakin kecil; karena akan semakin sedikit spesies yang dapat
toleran dan beradaptasi terhadap kondisi perairan tersebut. Ini terjadi karena setiap
spesies mempunyai rentang atau daya toleransi tersendiri dalam beradaptasi
terhadap kualitas perairan (Tobing, 2009).

Tujuan Pratikum
Tujuan dari pratikum ini adalah
1. Mengetahui definisi bentos
2. Mengetahui pembagian bentos di perairan
3. Mengetahui peran bentos di perairan

Manfaat Pratikum
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai informasi untuk
mengetahui tentang bentos yang berada di peairan serta sebagai salah satu syarat
untuk mengetahui praktikum selanjutnya. Laporan ini juga bisa menambah
pengetahuan tentang kehidupan bentos kepada mahasiswa yang ingin menekuni.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan dan mendiami
kedalaman tertentu. Organisme bentos mendiami daerah intertidal dengan
kedalaman yang bervariasi. Dengan mempelajari berbagai jenis bentos, akan
diketahui berbagai jenis mahluk hidup yang ada di perairan laut. Kehidupan
bentos dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Adapun faktor yang
mempengaruhi yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan
sehingga tercipta keanekaragaman jenis bentos yang menghuni perairan.
Organisme bentos meliputi kelompok Bintang Laut, Bulubabi, Gastropoda,
Teripang, Bivalvia, dan Bintang ular (Sinyo dan Idris, 2013).
Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan
morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan
dengan karakteristik serta jenis makanan bentos Kelompok hewan tersebut dapat
lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke
waktu. Hewan bentos terus menerus terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-
ubah. Diantara hewan bentos yang indikator mudah di identifikasi dan peka
terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam
kelompok indicator makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos
(Septiani dkk., 2015).
Keanekaragaman Jenis Bentos di Perairan
Organisme yang hidup di dasar perairan yang relatif mudah diidentifikasi
dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang
termasuk dalam kelompok makrozoobentos. Makrozoobentos adalah hewan yang
sebagian atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan, baik sesil, merayap
maupun menggali lubang. Berdasarkan cara hidupnya, bentos di bedakan atas dua
kelompok yaitu, infauna dan epifauna. Infauna adalah kelompok makrozoobentos
yang hidup terbenam di dalam lumpur (berada di dalam substrat), sedangkan
epifauna adalah kelompok makrozoobentos yang menempel di permukaan dasar
perairan (Lianah, 2014).
5

Bentos merupakan hewan yang hidup didasar perairan atau dipermukaan


dasar perairan. Berdasarkan ukuranya bentos dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
makro bentos, meso bentos dan mikrobentos. Hewan yang hidup didasar dan
ukuranya 3-5 mm termasuk dalam makrobentos. Hewan yang berukuran 0,1 1
mm termasuk dalam mesobentos sedangkan yang berukuran dibawah 0,1 mm
termasuk dalam mikrobentos. Peranan bentos diperairan sangat penting dan dalam
penelitian bentos berperan dalam menentukan indikator kualitas perairan karena
sifat bentos yang diam atau menetap dan tidak banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan baik arus ataupun gelombang. Kehidupan bentos dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi kehidupan
bentos tersebut yaitu tipe sedimen, salinitas dan kedalaman (Dwirastina, 2013).
Pembagiannya berdasarkan pola-pola makannya benthos dibedakan
menjadi tiga macam. Pertama sebagai suspension feeder yang memperoleh
makanannya dengan menyaring partikel-partikel melayang di perairan. Kedua
sebagai deposit feeder yang mencari makanan pada sedimen dan
mengasimilasikan material organik yang dapat dicerna dari sedimen. Material
organik dalam sedimen biasanya disebut detritus. Ketiga sebagai detritus feeder
tersebut khusus hanya makan detritus saja. Daya toleransi bentos terhadap
pencemaran bahan organik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Intoleran,
Toleran dan Fakultatif (Ariani, 2012).
Distribusi bentos dalam ekonomi perairan alam mempunyai peranan
penting dari segi aspek kualitatif dan kuantitatif. Untuk distribusi kualitatif,
keadaan jenis dasar berbeda terdapat aksi gelombang dan modifikasi lain yang
membawa keanekaragaman fauna pada zona litoral. Zona litoral mendukung
banyak jumlah keanekaragaman fauna yang lebih besar daripada zona sublitoral
dan profundal. Populasi litoral dan sublitoral, khususnya bentuk mikroskopik.
Terdapat banyak serangga dan moluska, dua kelompok ini biasanya sebanyak
70% atau lebih dari jumlah komponen spesies yang ada. Dengan peningkatan
kedalaman yang melebihi zona litoral, jumlah spesies bentik biasanya berkurang.
Pengaruh perbedaan jenis substrat dasar dimodifikasi oleh massa alga filament
yang menutupi luas area. Substrat dasar lumpur sering digambarkan sebagai
pendukung jumlah spesies (Darojah, 2005).
6

Peran Bentos di Perairan


Penggunaan bentos terutama makrozoobentos sebagai indikator biologi
kualitas perairan bukanlah merupakan hal yang baru. Beberapa sifat hidup hewan
bentos ini memberikan keuntungan untuk digunakan sebagai indicator biologi
diantaranya mempunyai habitat relative menetap. Dengan demikian,
perubahanperubahan kualitas air tempat hidupnya akan berpengaruh terhadap
komposisi dan kelimpahannya. Komposisi/ kelimpahan makrozoobentos
bergantung kepada toleransi ataupun sensitifitasnya terhadap perubahan
lingkungan. Beberapa organisme makrozoobentos sering digunakan sebagai
spesies indikator kandungan bahan organik dan dapat memberikan gambaran yang
lebih tepat dibandingkan pengujian fisika dan kimia (Asra, 2009).
Parameter yang digunakan untuk penilaian juga bervariasi; dapat berupa
keberadaan (kehadiran) suatu jenis tertentu (bioindikator), kelimpahan populasi,
dan keanekaragaman jenis organisme dalam suatu badan air. Penggunaan jenis
tertentu sebagai bioindikator dilakukan dengan eksplorasi kehadiran jenis-jenis
sensitive dan/atau jenis-jenis yang mempunyai daya toleransi luas terhadap
perubahan kondisi lingkungan. Kehadiran jenis-jenis sensitive dapat merupakan
indikasi kualitas lingkungan perairan masih baik; sebaliknya ketidak hadiran
jenis-jenis sensitif dan/atau banyaknya jenis-jenis toleran dapat merupakan
indikasi buruknya kualitas lingkungan perairan. Selanjutnya, populasi yang
melimpah merupakan indikasi bahwa kondisi lingkungan yang baik; tetapi ini
hanya berlaku (baik) bagi jenis itu sendiri, kecuali populasi yang melimpah terjadi
pada sebagian besar jenis penghuni. Hal ini terjadi karena beberapa jenis benthos
(organisme) hanya dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik dalam
lokasiyang mempunyai kualitas perairan bagus (Tobing, 2009).
Secara khusus bahwa bioindikator adalah kelompok atau komunitas
organisme yang keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan
kondisi lingkungan, apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan ber-
pengaruh terhadap keberadaaan dan perilaku organisme tersebut, sehing-ga dapat
digunakan sebagai penunjuk kualitas lingkungan. Keragaman jenis dan kerapatan
makhluk hidup di perairan sungai merupakan sebagian dari bioindikator yang
dapat menunjukkan kualitas lingkungan. Plankton dan bentos merupakan dua
7

golongan makhluk hidup yang dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas


perairan (Indrowati dkk., 2012).
Untuk menghitung kepadatan dan keanekaragaman jenis bentos digunakan
formula sebagai berikut:
X
Kepadatan: D = A ,

Dimana, D = Kepadatan setiap jenis (ind/m2); X = Jumlah individu per jenis (ind);
A= Luas area yang terukur dengan kuadran (m2).
s
H ' = ln
Keanekaragaman jenis: i=1 N
( ) ( )
N

Dimana, H ' = Indeks keragaman jenis; N= jumlah individu total; ni= jumlah

individu ke i; s= jumlah spesies.


Kisaran indeks keanekaragaman jenis adalah H< 1, maka keanekaragaman rendah,
penyebaran jumlah individu tiap jenis rendah. H< 3, keanekaragaman sedang,
penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang. H> 3, eanekaragaman tinggi ,
penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi (Sinyo dan Idris, 2013).
Indeks keanekaragaman dijadikan sebagai indikasi kestabilan ekosistem
perairan. Semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman merupakan indikasi bahwa
semakin stabil suatu ekosistem perairan. Selanjutnya untuk mengetahui
keseragaman jenis benthos di suatu stasion dilakukan analisis tentang
equitabilitas. Nilai equitabilitas akan dimanfaatkan untuk menilai terjadi /
tidaknya keseragaman benthos di suatu stasion; sekaligus untuk menyimpulkan
ada tidaknya suatu jenis atau taxa yang dominan di suatu stasion (Tobing, 2009).
Makrozoobentos dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas di suatu
perairan karena habitat hidupnya yang cenderung relatif menetap. Kelompok
makrozoobentos yang relatif dominan di ekosistem mangrove adalah Mollusca,
udang-udangan, serta ikan-ikan khas. Gastropoda dan Bivalvia merupakan
golongan Mollusca yang paling dominan terdapat di mangrove. Mollusca
menghabiskan seluruh hidupnya di kawasan tersebut sehingga apabila terjadi
pencemaran lingkungan maka tubuh Mollusca akan terpapar oleh bahan pencemar
dan terjadi penimbunan atau terakumulasi (Hadiputra dan Damayanti, 2013).
8

Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus


hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti
dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki
perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.
Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap
perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan
memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran
toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit (Dwirastina,
2013).
Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam
ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci
dalam jaring makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di
lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Dengan
adanya kelompok bentos yang hidup menetap (sesile) dan daya adaptasi bervariasi
terhadap kondisi lingkungan, membuat hewan bentos seringkali digunakan
sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan limpet air tawar,
kijing, kerang, cacing pipih siput memiliki operkulum dan siput tidak
beroperkulum yang hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan kedalam
perairan yang berkualitas sedang (Darojah, 2005).
Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok biota air yang terpenting
dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya dalam jaring makanan,
dan berfungsi sebagai degradator bahan organik. Dengan kondisi demikian biota
makrozoobentos memiliki fungsi sebagai penyeimbang nutrisi dalam lingkungan
perairan dan dapat juga digunakan sebagai biota indikator kondisi lingkungan
perairan bahwa faktor yang mempengaruhi keberadaan makrozoobenthos dalam
perairan adalah faktor fisika kimia lingkungan perairan, seperti suhu air,
kandungan unsur kimia seperti kandungan ion hidrogen (pH), oksigen terlarut
(DO), dan kebutuhan oksigen biologi (BOD). Sedangkan kelimpahan
makrozoobentos bergantung pada toleransi atau sensitifitasnya terhadap
perubahan lingkungan. Setiap komunitas memberikan respon terhadap perubahan
9

kualitas habitat dengan cara penyesuaian diri pada struktur komunitas


(Minggawati, 2013).

STUDI KASUS

Perairan pantai sangat penting sebagai habitat berbagai jenis organisme.


Perairan pantai merupakan daerah peralihan antara perairan tawar dan laut,
terutama di daerah-daerah dekat muara sungai. Sebagai daerah peralihan; perairan
pantai mempunyai kekayaan organism yang relatif tinggi, sehingga sangat
potensial untuk dijaga agar kondisinya tetap dalam keadaan baik. Kondisi perairan
pantai yang baik, tidak hanya akan menguntungkan secara ekologis, tetapi juga
merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat; baik secara langsung bagi
masyarakat nelayan maupun secara tidak langsung bagi masyarakat lainnya.
Kondisi suatu perairan dapat dinilai dengan berbagai metode dan berbagai
sudut pandang. Pendugaan kondisi perairan dapat dilakukan berdasarkan sifat
fisika-kimia air maupun berdasarkan data biotik penghuni perairan tersebut.
Berbagai jenis organisme dapat digunakan sebagai indikator penduga kondisi
(kualitas) suatu perairan; baik jenis-jenis plankton (fitoplankton dan zooplankton),
benthos, nekton maupun organisme aquatik lainnya. Setiap jenis atau golongan
organisme masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk
digunakan sebagai objek penduga kondisi perairan. Namun secara umum, benthos
mempunyai kelebihan karena sifat hidupnya yang relatif menetap di dasar
perairan, sehingga perubahan kondisi habitat akan berpengaruh lebih nyata karena
sifat benthos yang relatif tidak bermigrasi.
Parameter yang digunakan untuk penilaian juga bervariasi; dapat berupa
keberadaan (kehadiran) suatu jenis tertentu (bioindikator), kelimpahan populasi,
dan keanekaragaman jenis organisme dalam suatu badan air. Penggunaan jenis
tertentu sebagai bioindikator dilakukan dengan eksplorasi kehadiran jenis-jenis
sensitive dan/atau jenis-jenis yang mempunyai daya toleransi luas terhadap
perubahan kondisi lingkungan. Hal ini terjadi karena beberapa jenis benthos
10

(organisme) hanya dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik dalam lokasi
yang mempunyai kualitas perairan bagus, tetapi beberapa jenis masih dapat hidup
dan berkembang dengan baik dalam perairan yang mempunyai kondisi buruk.
Bila suatu jenis organisme (benthos) dapat toleran terhadap kondisi buruk, maka
jenis tersebut, akan berkembang dengan baik karena sedikitnya kompetitor.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari pratikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Keanekaragaman Bentos di Perairan Pantai Samangraya (Lokasi 1),
Merak.

Tabel 2. Keanekaragaman Bentos di Perairan Pantai Terate (Lokasi 2), Merak.


11

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, tabel 1 dan tabel 2 menunjukan
keanekaragaman betos di Perairan Pantai Samangraya dan Pantai Terate, Merak.
Keragaman bentos di dominasi oleh beberapa spesies bentos diantarnya
didominansi oleh jenis moluska. Hal ini sesuai dengan Hadiputra dan Damayanti
(2013) yang menyatakan bahwa kelompok makrozoobentos yang relatif dominan
di ekosistem mangrove adalah Mollusca, Mollusca menghabiskan seluruh
hidupnya di kawasan tersebut sehingga apabila terjadi pencemaran lingkungan
maka tubuh Mollusca akan terpapar oleh bahan pencemar dan terjadi penimbunan
atau terakumulasi.
Berdasarkan hasil pengamatan, tabel 1 menunjukan keragaman jenis
bentos yang tinggi. Keragaman jenis dan kerapatan dari bentos merupakan
sebagian dari bioindikator yang dapat menunjukkan kualitas lingkungan. Bentos
merupakan golongan makhluk hidup yang dapat digunakan sebagai bioindikator
kualitas perairan Hal ini sesuai dengan Indrowati dkk (2012) yang menyatakan
bahwa secara khusus bahwa bioindikator adalah kelompok atau komunitas
organisme yang keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan
kondisi lingkungan, apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan ber-
pengaruh terhadap keberadaaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat
digunakan sebagai penunjuk kualitas lingkungan. Keragaman jenis dan kerapatan
12

makhluk hidup di perairan sungai merupakan sebagian dari bioindikator yang


dapat menunjukkan kualitas lingkungan.
Pada tabel 1 indeks keragaman menunjukan indeks keragaman dari tiga,
sedangkan indeks keragaman pada tabel 2 menunjukan indeks keragaman lebih
dari tiga. Indeks keanekaragaman dijadikan sebagai indikasi kestabilan ekosistem
perairan. Semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman merupakan indikasi bahwa
semakin stabil suatu ekosistem perairan . Hal ini sesuai dengan Sinyo dan Idris
(2013)yang menyatakan bahwa indeks keanekaragaman jenis adalah H< 1, maka
keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap jenis rendah. H< 3,
keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang. H> 3,
eanekaragaman tinggi , penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan dan mendiami
kedalaman tertentu. Organisme bentos mendiami daerah intertidal dengan
kedalaman yang bervariasi. Dengan mempelajari berbagai jenis bentos, akan
diketahui berbagai jenis mahluk hidup yang ada di perairan laut.
2. Bentos merupakan hewan yang hidup didasar perairan atau dipermukaan dasar
perairan. Berdasarkan ukuranya bentos dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
makro bentos, meso bentos dan mikrobentos. Berdasarkan cara hidupnya,
bentos di bedakan atas dua kelompok yaitu, infauna dan epifauna.
Berdasarkan pola-pola makannya benthos dibedakan menjadi tiga macam
yaitu suspension feeder, deposit feeder, dan detritus feeder.
3. Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok biota air yang terpenting
dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya dalam jaring
makanan, dan berfungsi sebagai degradator bahan organik. Dengan kondisi
demikian biota makrozoobentos memiliki fungsi sebagai penyeimbang nutrisi
dalam lingkungan perairan dan dapat juga digunakan sebagai biota indikator
13

kondisi lingkungan perairan bahwa faktor yang mempengaruhi keberadaan


makrozoobenthos dalam perairan.

Saran
Saran dari penulis adalah agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
bentos di perairan sehingga pratikan dapat mengimplementasikan. Kemudian,
agar kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lebih nyaman dengan tersedianya
fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap yang dapat digunakan dalam pratikum di
Laboratorim selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai