Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

PENGUAT INSTRUMENTASI

I. TUJUAN
1. Untuk menganalisa dan memahami sifat sifat penguat instrumentasi
2. Untuk mengetahui persen ralat serta sumber ralatnya
3. Untuk mengetahui penggunaan penguat instrumentasi pada sistem sensor

II. TEORI
Untuk memahami penguat instrumentasi tidak akan lepas dari mempelajari tentang dasar-dasar IC yang
digunakan dalam penguat instrumentasi tersebut yaitu menggunakan penguat operasional (op-amp). Op-amp secara
umum menggambarkan tentang sebuah rangkaian penguat penting yang membentuk dasar dari rangkaian-rangkaian
penguat audio dan video, penyaring atau tapis, buffer, penggerak-penggerak saluran, penguat instrumentasi,
komparator atau pembanding, osilator dan lain sebagainya.
Op-amp merupakan sebuah penguat arus searah dengan gain tinggi (besarnya gain pada umumnya lebih besar
dari 100.000 atau lebih besar dari 100 dB). Dengan menggunakan kopling kapasitif yang tepat, op-amp dapat
diaplikasikan pada berbagai macam rangkaian-rangkaian penguat arus bolak-balik. Teganga pada terminal keluaran
op-amp merupakan perkalian antara selisih tegangan di antara masukan pembalik dan non pembalik dengan besarnya
gain yang dimiliki. Dengan demikian op-amp merupakan sebuah penguat differensial. Seperti yang telah dijelaskan
di atas bahwa penguat instrumentasi adalah terdiri dari penguat differensial yang dimaksimalkan penggunaannya.
Jika masukan pembalik (-) memiliki potensial yang lebih tinggi maka tegangan keluaran akan menjadi lebih negatif.
Demikian pula jika masukan non pembalik (+) memiliki potensila yang lebih tinggi maka tegangan keluaran op-amp
akan menjadi lebih positif. Karena gain yang dilmiliki op-amp pada umumnya sangatlah tinggi maka tegangan
differensial di antara terminal-terminal masukannya biasanya sangatlah kecil.
Untuk dapat menjalankan fungsinya secara baik, op-amp harus memiliki umpan balik. Hampir seluruh
rancangan rangkaian yang ada pada umumnya menggunakan umpan balik negatif untuk mengendalikan besarnya
gain serta memperoleh operasi kerja op-amp linear. Umpan balik negatif dapat diperoleh melalui penggunaan
komponen-kompenen rangkaian, misalnya resistor, yang dihubungkan di antara terminal keluaran op-amp dan
masukan pembalik op-amp yaitu terminal masukan yang bertanda negatif (-).
Op-amp yang nyata atau op-amp riil memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik dari op-amp idel
tetapi tidak persis sama. Op-amp riil memiliki Gain loop terbuka yang sangat besar (berada pada kisaran 10 6) tetapi
tidak terhingga. Op-amp ini juga memiliki impedansi masukan yang besar tetapi berhingga besarnya. Op-amp riil
menarik sejumlah kecil arus pada terminal-terminal masukannya (dikenal sebagai arus bias).
Op-amp riil ini memerlukan sebuah tegangan maukan diferensial yang kecil untuk dapat menghasilkan
tegangan keluaran sama dengan nol. Tegangan ini dikenal sebagai tegangan offset masukan. Op-amp yang nyata
tidak sepenuhnya atau tidak benar-benar menolak sinyal-sinyal mode kommon mode, dengan kata lain memiliki ratio
penolakan mode kommon (Common Mode Rejection Ratio, CMRR) yang berhingga.
Dalam pembahasan kita mengenain rangkaian-rangkaian op-amp ideal tidak ada disebutkan adanya
karakteristik respon frekuensi. Penguat-penguat yang nyata memiliki gain yang nilainya tergantung pada frekuensi
yang dapat menimbulkan efek-efek tertentu terhadap kinerja dari rangkaian-rangkaian op-amp ynag dirancang.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

Sifat-sifat dari op-amp riil yang disebutkan diatas akan menyebabkan kinerja yang diperkirakan akan tapak
berdasarkan analisi yang menggunakan dasar-dasar asumsi kinerja dari penguat ideal. Beberapa contoh rangkaian
dengan op-amp ideal adalah dapat digunakan sebagai tititk mula atau titik awal dalam melakukan analisis
pendahuluan rangkaian-rangkaian dengan op-amp.
Penguat jumlah, biasanya sering digunakan untuk menjumlahkan atau mencampur beberapa isyarat suara
tanpa saling mengganggu. Alat semacam ini dikenal sebagai pencampur audio, yang digunakanuntuk mencampur
isyarat musik dari berbagai instrument dan suara penyanyi melalui mikrofon. Dalam beberapa hal perbedaaan-
perbedaan perilaku antara rangkaian riil dengan ideal adalh cukup kecil. Akan tetapi dalam aspek tertentu, terutama
terkait dengan parameter-parameter kinerja yang bergantung pada besaran frekuensi, perbedaan-perbedaan yang
terjadi adalah cukup signifikan. Pembahasan-pembahasan diatas mendalam mengenai parameter-parameter yang
biasanya diberikan dalam lembaran-lembaran data dari op-amp yang praktis kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
Berbeda halnya dengan rangkaian integrator yang memilki aplikasi sangat luas, rangkaian-rangkian
differensiator tidaklah dipergunakan secara luas meskipun dalam beberapa aplikasi pengolahan sinyal tertentu
rangkaian-rangkaian differensiator ini kadang-kadang dipergunakan juga.
Beberapa alasan yang membuat penggunaan rangkaian differensiator tidak populer antara lain: (1) Tidak
seperti integrasi, proses diffferensiasi merupakan proses yang memperkuat gangguan. Permasalahan gangguan
merupakan permasalahan yang bersifat inheren di dalam rangkaian differensiator dan bukan merupakan
permasalahan yang hanya diakibatkan oleh kerusakan pada rangkaian praktis. (2) Perbedaan antara rangkaian
differensiator ideal dan rangkaian praktisnya adalah sangat tampak jika dibandingkan dengan perbedaan antara
rangkaian integrator ideal dan praktis.
Seperti halnya rangkaian integrator, modifikasi terhadap rangkaian differensiator dasar dapat juga dilakukan
untuk menghasilkan karakteristik respons rangkaian differensiator yang berbeda. Modifikasi rangkaian differensiator
dasar adalah sebagai berikut :
Differensiator penjumlahan
Turunan dari berbagai macam sinyal masukan dapat dikombinasikan dalam sebuah rangkaian differensiator
penjumlahan. Rangkaian differensiator penjmlahan ini dapat dibentuk dengan cara menambahkan lintasan-
lintasan masuk kapasitif pada titik penjumlahan penguat.
Differensiator diferensial
Suatu rangkaian yang menghasilkan sebuah keluaran yang bebanding lurus perbedaan di antara turunan dari dua
buah sinyal masukan dikenal sebagai rangkaian differensiator differensial.
(George Clayton,2004)
Rangkaian terpadu biasanya merujuk pada IC (Integrated Circuit), adalah rangakaian elektronis lengkap yang
dimasukkan dalam satu chip silikon. Sering tidak lebih besar dari transistor, IC dapat berisi sedikitnya ratusan atau
ribuan transistor, dioda, tahanan dan kapasitor, bersama-sama penghantar listrik yang diproses dan diisikan
seluruhnya di dalam satu chip silikon. Rangkaian terpadu sering disebut chip yang sebenarnya adalah bagian
komponen dari IC. Rangkaian terpadu dibuat dengan bahan dasar dan teknik yang sama yang digunakan untuk
membuat transistor.
Rangkaian terpadu diklasifikasikan menurut aplikasinya sebagai IC digital atau IC analog (linear). IC digital
berisi rangkaian jenis saklar ON/OFF. IC analogi (linear) berisi rangkaian jenis penguatan. Proses analogi dan digital
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

dapat dilihat pada perbandingan sederhana antara peredup lampu dan saklar lampu. Peredup lampu melibatkan
proses analogi yang mengubah intensitas cahaya dari OFF ke ON penuh. Operasi dari saklar lampu standar
sebaliknya melibatkan proses digital; saklar dapat dioperasikan hanya untuk memutar lampu OFF atau ON.
Amplifier operasional (operational amplifier = Op-Amp) adalah sebagian besar di antara IC analogi yang
digunakan. IC mengambil tempat amplifier yang sebelumnya diperlukan oleh banyak komponen. Amplifier
operasional pada dasarnya adalah amplifier gain tinggi yang dapat digunakan untuk memperkuat sinyal ac atau dc
yang lemah. Simbol skematis untuk amplifier operasional adalah segitiga. Segitiga mensimbolkan arah dan titik dari
input ke output. Amplifier operasional mempunyai lima terminal pokok; dua untuk tegangan suplai; dua untuk sinyal
input; dan satu untuk sinyal output.
Terminal suplai daya diberi label V+ dan V-. Amplifier operasional dapat dioperasikan dari sepasang suplai
(positif ke negative terhadap ground) atau dari suplai tunggal. Dua terminal input pada amplifier operasional diberi
label input (-) inverting dan (+) noninverting. Polaritas teganganyang diberikan pada input inverting adalah mundur
atau terbalik pada output. Polaritas yang diberikan pada input noninverting adalah sama pada output.
Terminal-terminal itu disebut terminal input diferensial karena tegangan input efektif pada Op-Amp
tergantung pada perbedaan tegangan di antara terminal. Hanya ada satu terminal output pada Op-Amp. Output itu
diperoleh antara terminal output dan ground biasa. Ada keterbatasan daya yang ada dari output.
Op-amp pada dasarnya adalah penguat dengan level penguatan yang sangat tingggi, atau gain (nilai 500.000
atau lebih). Perubahan yang sangat kecil pada tegangan salah satu input akan mengakibatkan perubahan yang sangat
besar pada tegangan output.
(Frank D Petruzella, 1996)
Aktivitas listrik dari sel-sel yang ada di dalam tubuh menimbulkan sinyal listrik yang disebut sinyal biopotensial.
Untuk mengambil sinyal bipotensial digunakan ttransduser yang disebut elektrode. Elektrode ini berfungsi sebagai
kopling dan interface antara sistem kelistrikan di dalam tubuh dan sistem kelistrikan di luar tubuh. Keluaran dari
transduser sudah berupa tegangan listrik, tetapi levelnya masih relatif kecil sehingga biasanya belum bisa digunakan
untuk menggerakkan bagian keluaran suatu instrumen medik. Untuk memperbesar sinyal biopotensial tersebut
diperlukan suatu penguat yang memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya:
Berupa penguat diferensial dengan CMRR yang tinggi

Mempunyai impedansi masukan yang besar


Penguatannya dapat diatur dengan mudah tanpa mempengaruhi nilai CMRR

Rangkaian Penguat Diferensial Dasar


Rangkaian penguat diferensial diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Penguat diferensial dipilih karena
kemampuannya dalam menyingkirkan sinyal mode common, sehingga dapat mengurangi pengaruh noise/interferensi
yang menganggu sinyal EKG. Noise/interferensi yang menganggu sinyal EKG dapat dikurangi pengaruhnya dengan
cara memasukkan noise tersebut ke dalam penguat diferensial dalam bentuk mode common, sementara sinyal EKG
dimasukkan ke penguat dalam bentuk mode diferensial.
Dengan demikian, sinyal EKG akan diperkuat dengan penguatan mode diferensial yang nilainya relatif besar,
sementara itu noise akan diperkuat dengan penguatan mode common yang nilainya relatif kecil. Pada saat keluar dari
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

penguat diferensial, sinyal EKG akan mempunyai nilai yang jauh lebih besar dibanding dengan noise, sehingga
pengaruh noise tersebut akan dapat diabaikan.

Gambar 2.1. Penguat Diferensial Dasar

Hubungan antara tegangan keluaran dan tegangan masukan penguat diferensial dasar dapat diuraikan sebagai
berikut.
Dengan menganggap op-amp tersebut ideal, maka persamaan arus simpul pada terminal masukan negatif dapat
dituliskan :

(1)

Persamaan ini dapat diatur kembali menjadi:

(2)

Tegangan pada simpul masukan positif sama dengan tegangan pada simpul masukan negatif yaitu x, dapat diperoleh
dengan menggunakan prinsip rangkaian pembagi tegangan sebagai berikut:

(3)

Substitusi persamaan (2) dengan persamaan (3) menghasilkan:

(4)

yang bila diselesaikan untuk mencari o akan diperoleh:

(5)

Bila rangkaian penguat tersebut dalam keadaan setimbang, yaitu dengan membuat:

(6)

Maka diperoleh tegangan keluaran rangkaian penguat:


LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

(7)

Persamaan (7) memperlihatkan bahwa penguat akan memperkuat sinyal mode diferensial (yaitu selisih tegangan
pada masukannya) dengan penguatan sebesar R5/R6, dan memperkuat sinyal mode common (yaitu rata-rata
tegangan pada masukannya) dengan penguatan yang kecil (idealnya sama dengan nol). Dengan demikian hanya
sinyal mode diferensial saja yang muncul pada keluaran penguat, sedang sinyal mode common-nya telah
disingkirkan. Disamping memiliki keunggulan dalam menyingkirkan sinyal mode common, di sisi lain, penguat
diferensial dasar memiliki kekurangan yaitu impedansi masukannya relatif kecil dan nilai penguatannya sulit diubah
tanpa mempengaruhi kemampuannya dalam menyingkirkan sinyal mode common.

Impedansi masukan yang tinggi diperlukan untuk mengurangi pengaruh ketidak-seimbangan dalam rangkaian
elektrode, karena ketidak-seimbangan ini akan dapat membuat noise masuk ke penguat dalam bentuk mode
diferensial sehingga diperkuat dengan penguatan diferensial yang nilainya relatif besar. Untuk mengatasi hal ini
maka di depan penguat diferensial dasar ditambahkan sebuah rangkaian penguat penyangga.
Rangkaian Penguat Penyangga
Rangkaian penguat penyangga yang digunakan harus mempunyai impedansi masukan yang besar dan merupakan
penguat diferensial juga. Supaya memiliki impedansi masukan yang besar maka digunakan penguat non-inverting,
dan supaya bersifat diferensial maka digunakan dua buah penguat non-inverting yang digabung menjadi satu, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 2.

Gambar 2.2. Rangkaian Penguat Penyangga Untuk Penguat Diferensial

Analisis rangkaian penguat penyangga dapat diuraikan sebagai berikut. Dengan menganggap op-amp tersebut ideal,
maka persamaan arus pada simpul masukan negatif op-amp yang atas dapat dituliskan:

(8)

yang bila diatur akan diperoleh persamaan:

(9)
Dengan cara yang serupa, maka untuk rangkaian op-amp yang bawah akan diperoleh:

(10)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

Persamaan (9) dan (10) merupakan tegangan keluaran pada tiap-tiap terminal keluaran op-amp penguat penyangga.
Dengan menggabungkan rangkaian penguat diferensial dasar dan rangkaian penguat penyangga maka akan diperoleh
sebuah penguat diferensial yang mempunyai impedansi masukan yang sangat besar dan nilai penguatannya dapat
diubah dengan mudah tanpa mempengaruhi kemampunannya dalam menyingkirkan sinyal mode common.
Gabungan kedua rangkaian penguat ini sering disebut sebagai penguat instrumentasi yang rangkaiannya
diperlihatkan dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Gabungan Penguat Diferensial Dasar dan Penguat Penyangga yang menghasilkan Penguat
Instrumentasi

Analisis rangkaian penguat instrumentasi dalam Gambar 2.3 dapat dilakukan sebagai berikut. Tegangan keluaran
penguat tersebut dapat diperoleh dari substitusi Persamaan (7) dengan Persamaan (9) dan (10), yang menghasilkan:

(11)

yang dapat diatur kembali menjadi:

(12)

Dua resistansi R1 yang terhubung seri tersebut daJpat digantikan dengan sebuah resistansi tunggal, misalnya menjadi
RG, dengan: RG=2R1 atau: R1=RG/2 sehingga Persamaan (12) dapat dituliskan kembali menjadi:

(13)

Dari Persamaan (13) terlihat bahwa tegangan keluaran penguat instrumentasi merupakan hasil penguatan terhadap
selisih tegangan pada masukan penguat penyangga, dan nilai penguatan dapat diubah dengan mengubah
perbandingan antara 2R2 dan RG.
(http://instrumentasi.lecture.ub.ac.id/)
Penguat instrumentasi adalah suatu penguat lingkar tetutup dengan masukan differensial, fungsi utama
penguat instrumentasi adalah untuk memperkuat tegangan yang langsung berasal dari sensor secara akurat. Keluaran
tegangan suatu sensor sering kali mempunyai nilai tegangan yang amat lemah dan terbenam dalam derau (noise).
Penguat instrumentasi dapat meredam noise karena masukannya differensial dengan nilai nisbah penolakan modus
bersama (CMRR-Common Mode Rejection Ratio) yang tinggi. Penguat instrumentasi dapat dibuat dengan
menggunakan op-amp.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

Rangkaian yang lazim digunakan untuk membuat penguat instrumentasi dengan op-amp adalah seperti
gambar berikut :

Gambar 2.4. Penguat Instrumentasi menggunakan OP-amp


Untuk menganalisa penguat instrumentasi di atas, kita dapat membagi rangkaian di atas menjadi dua bagian.
Rangkaian bagian kedua adalah rangkaian penguat differensial o-amp (seperti pada gambar 2.4). Misalkan arus yang
mengalir melalui R2 adalah Ia. Karena impedansi masukan op-amp sangat besar maka arus yang mengalir melalui R 6
juga adalah Ia. Dan arus yang mengalir melalui R 5 dimisalkan Ib. Karena impedansi masukan op-amp sangat besar
maka Ib diteruskan ke R7. Jika kita misalkan tegangan masukan ke R 2 adalah Ea dan tegangan masukan ke R5 adalah
Eb, maka dapatlah ditulis persamaan-persamaan berikut ini :
Ea - Vo = Ia ( R2 + R6 ) (14)
E b 0 = Ib ( R 5 + R 7 ) (15)
V o = - I a R5 + I b R7 (16)
Subsitusi Ia dan Ib dari persamaan (14) dan (15) ke persamaan (16), dan andaikan R2 = R5, R6 = R7, maka diperoleh
penguatan differensial tahap ke dua adalah :
Gv(2) = Vo / (Ea- Eb) = R6 / R2 (17)
R6 Ea + P
R2
OA1
-
R1

- R3
OA3
+ B
Vo R4
R5 R7 -
OA2
Eb Q
+

(a) (b)
Gambar 2.5 (a) Rangkaian bagian ke-1 (b) Rangkaian bagian ke-2
Pada rangkaian bagian ke-1, marilah kita analisa rangkaian yang ditunjukkan pada gambar di atas. Misalkan arus
yang mengalir dari titik P ke Q adalah I, maka :
VPQ = I ( R1 + R3 + R4 ) (18)
VPQ adalah tegangan keluaran rangkaian bagian ke-1 di atas.
Sedangkan Vi = (Ea- Eb) = I R3 (19)
Subsitusi I dari persamaan (2-5), maka diperoleh :
Ea- Eb = VPQ R3 / ( R1 + R3 + R4 ) (20)
Gv(1) = VPQ / (Ea- Eb) = 1 + ( R1 + R4 ) / R3 (21)
Jadi penguatan total adalah :
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

Gv = Gv(1) + Gv(2) = [ 1 + ( R1 + R4 ) / R3 ] x [ R6 / R2 ] (22)


( Bisman Perangin-angin,2012)
III. PERALATAN DAN KOMPONEN
3. 1 Peralatan
1. PSA Adjust ( 1 buah )
Fungsi : sebagai sumber tegangan DC yang besarnya dapat divariasikan
2. PSA Simetris ( 1 buah )
Fungsi : sebagai tegangan masukan
3. Multimeter ( 1 buah )
Fungsi : untuk mengukur tegangan pada tegangan keluaran
4. Kabel jepit buaya
Fungsi : untuk menghubungkan komponen dengan peralatan
5. Protoboard
Fungsi : sebagai tempat merangkai komponen sementara
6. Jumper
Fungsi : sebagai penghubung komponen yang satu dengan yang lainnya

3. 2 Komponen
1. Resistor 1 K (7 buah)
Fungsi : sebagai hambatan listrik
2. IC Op Amp (3 buah)
Fungsi : sebagai penguat yang mewakili suatu rangkaian yang umumnya terdiri dari atas puluhan
transistor dan resistor.
3. Baterai 9 Volt (2 buah)
Fungsi : sebagai sumber tegangan Vcc untuk mengaktifkan IC yang digunakan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

IV. PROSEDUR
1. Dipersiapkan peralatan dan komponen yang akan digunakan pada percobaan
2. Dirangkai komponen tersebut pada protoboard seperti gambar berikut ini

3. Dihubungkan kutup positif PSA Adjust sebagai sensor, ke sambungan V2 sedangkan kutup negatif
dihubungkan ke ground dengan menggunakan penjepit buaya.
4. Dihubungkan kutup positif PSA Simetris sebagai inputan tegangan ke sambungan V1 sedangkan kutup
negatif dihubungkan ke ground dengan menggunakan penjepit buaya.
5. Dihubungkan kutup positif dan kutup negatif PSA Simetris ke multimeter digital untuk mengukur tegangan
masukan untuk rangkaian.
6. Dihubungkan kutub positif multimeter ke V0 sedangkan kutup negatifnya dihubungkan ke ground dengan
menggunakan penjepit buaya.
7. Diatur tegangan PSA Adjust sebesar 18 V sebagai pemicu keaktifan ketiga Op-Amp, dan dihubungkan kutup
positif PSA Adjust ke kaki 7 ketiga Op-Amp, serta kutup negatif PSA Adjust ke kaki 4 ketiga Op-Amp.
8. Diatur kedua multimeter dengan pengukuran DCV
9. Dihidupkan ketiga PSA secara bersamaan dengan multimeter
10. Dilihat dan dicatat hasil pengukuran pada multimeter untuk mengetahui V0 dengan mengatur V1 pada ukuran
3 volt dan V2 pada 1 volt.
11. Dilakukan hal yang sama dengan memvariasikan V2 hingga 10 volt dengan interval 1 volt.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

12. Diulangi percobaan 8 11 dengan memvariasikan V1 sebesar 6 volt.


13. Diulangi percobaan 8 11 dengan memvariasikan V1 sebesar 3 volt dan mengganti resistor sebesar 3 k
14. Dicatat semua hasil percobaan pada kertas data
15. Disusun dan disimpan kembali peralatan dan komponen.

V. GAMBAR PERCOBAAN
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

V1 (volt) V2 (volt) Vo (volt)

1 2,06
2 3,04
3 3,94
VI. DATA PERCOBAAN 4 4,26
1. Dengan R3 = 1 k 5 5,39
3
6 6,21
7 7,06
8 7,97
9 8,88
10 9,64
1 2,21
2 3,14
3 4,02
4 4,75
5 5,57
6
6 6,31
7 7,13
8 7,98
9 8,91
10 9,65

2. Dengan R3 = 3 k

V2
V1 (volt) Vo (volt)
(volt)
1 2,08
2 3,06
3 3 4,01
4 4,64
5 5,43
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

VII. ANALISA DATA


1. Menghitung tegangan keluaran teori
2 R1
V out
=(
V2
-
V1
) ( 1+
Rg )
V1
a) Untuk =3V
Dengan R3 = 1 k


V out
=(13) (1+ 21 )
=-6V


V out
=(23) (1+ 21 )
=-3V


V out
=(33) (1+ 21 )
=0V


V out
=(43) (1+ 21 )
=3V


V out
=(53) (1+ 21 )
=6V


V out
=(63) (1+ 21 )
=9V


V out
=(73) (1+ 21 )
= 12 V


V out
=(83) (1+ 21 )
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

= 15 V


V out
=(93) (1+ 21 )
= 18 V


V out
= ( 10 3 ) (1+ 21 )
= 21 V
Dengan R3 = 3 k


V out
=(13) (1+ 21 )
=-6V


V out
=(23) (1+ 21 )
=-3V


V out
=(33) (1+ 21 )
=0V


V out
=(43) (1+ 21 )
=3V


V out
=(53) (1+ 21 )
=6V

V1
b) Untuk =6V


V out
=(16) (1+ 21 )
= - 15 V


V out
=(26) (1+ 21 )
= - 12 V


V out
=(36) (1+ 21 )
=-9V


V out
=(46) (1+ 21 )
=-6V
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI


V out
=(56) (1+ 21 )
=-3V


V out
=(66) (1+ 21 )
=0V


V out
=(76) (1+ 21 )
=3V


V out
=(86) (1+ 21 )
=6V


V out
=(96) (1+ 21 )
=9V


V out
= ( 10 6 ) (1+ 21 )
= 12 V

2. Tentukan % ralat tegangan keluara

ralat = | V teori |
V teoriV praktek
x 100

V1
a) Untuk =3V
Dengan R3 = 1 k


ralat = |
62,06
6 |
x 100 =134

ralat =|
3 |
33,04
x 100 =201

ralat =|
0 |
03,94
x 100 =

ralat =|
3 |
34,62
x 100 =54

ralat =|
6 |
65,39
x 100 =10,15

ralat =|
9 |
96,21
x 100 =31

ralat =|
12 |
127,06
x 100 =41

LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI


ralat =|157,97
15 |
x 100 =46

ralat =|
18 |
188,88
x 100 =50,6

ralat =|
21 |
219,64
x 100 =54

Dengan R3 = 3 k

|62,08
ralat =
6 |
x 100 =134


ralat =|33,06
3 |
x 100 =202

ralat =|
0 |
04,01
x 100 =

ralat =|
3 |
34,64
x 100 =54,6

ralat =|
6 |
65,43
x 100 =9,5

V1
b) Untuk =6V


ralat =|152,21
15 |
x 100 =114,7

ralat =|
12 |
123,14
x 100 =126

ralat =|
9 |
94,02
x 100 =144

ralat =|
6 |
64,75
x 100 =179

ralat =|
3 |
35,57
x 100 =285


ralat =|06,31
0 |
x 100 =

ralat =|
3 |
37,13
x 100 =137

ralat =|
6 |
67,98
x 100 =33

LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI


ralat =|98,91
9 |
x 100 =1

ralat =|
12 |
129,65
x 100 =19,58

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


8.1 Kesimpulan
1. Sifat-sifat dari penguat ini adalah sebagai berikut :
a. Drift rendah : 25 mV/oC
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

b. Bising rendah : 1 mV
c. CMMR tinggi : 100 dB
d. Impedansi masukan tinggi : 300 M (Diferensial) dan 1G(Common Mode)
e. Penguatan : 1 hingga 10.000
f. Memperkuat tegangan yang langsung berasal dari sensor
g. Penguat untuk impedansi tegangan tinggi
h. Merupakan penguat loop tertutup (close loop) dengan masukan diferensial.
2. Dari hasil percobaan diketahui bahwa persen ralat antara tegangan keluaran secara praktik dan
tegangan keluaran secara teori adalah sebagai berikut :
a. Untuk V1 = 3 Volt
Dengan R3 = 1 k adalah 134 % untuk V2 = 1 V, 201 % untuk V2 = 2, ~ % untuk V2 = 3 V, 54 %
untuk V2 = 4 V, 10,15 % untuk V2 = 5 V, 31 % untuk V2 = 6 V, 41 % untuk V2 = 7 V, 46 % untuk
V2 = 8 V, 50,6 % untuk V2 = 9 V dan 54 % untuk V2 = 10 V.
Dengan R3 = 3 k adalah 134 % untuk V2 = 1 V, 201 % untuk V2 = 2, ~ % untuk V2 = 3 V, 54,6
% untuk V2 = 4 V, 9,5 % untuk V2 = 5 V.
b. Untuk V1 = 6 V adalah 114,7 % untuk V2 = 1 V, 126 % untuk V2 = 2 V, 144 % untuk V2 = 3 V, 179
% untuk V2 = 4 V, 285 % untuk V2 = 5 V, ~ % untuk V2 = 6 V, 137 % untuk V2 = 7 V, 33 % untuk
V2 = 8 V, 1 % untuk V2 = 9 V dan 19,58 % untuk V2 = 10 V.

Ralat yang terjadi adalah berasal dari :


- Kondisi alat (PSA Adjust, PSA Simetris, Multimeter Digital) yang kurang baik
- Kondisi komponen ( IC Op-Amp, resistor) yang kurang baik
- Serta ketidaktelitian dan kesalahan praktikan sewaktu pengambilan data maupun dalam merangkai
peralatan dan komponen (human eror)
3. Aplikasi penggunaan penguat instrumentasi adalah untuk menguatkan tegangan keluaran dari sensor , hal ini
dikarenakan keluaran pada sensor mempunyai nilai tegangan yang amat lemah dengan keluaran yang
mengambang. Untuk memperkuatnya penguat instrumentasi digunakan.

8.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan memahami fungsi kaki-kaki IC 741.
2. Sebaiknya praktikan teliti dalam merangkai rangkaian percobaan
3. Sebaiknya praktikan memahami prinsip kerja dan sifat penguat instrumentasi
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

DAFTAR PUSTAKA

Clayton, George. 2004. Operational Amplifiers. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.


Halaman : 1 9, 176-184
Perangin-angin,Bisman.2012.Elektronika Dasar 2.Medan : USU press.
Halaman : 32-34
Petruzella, Frank D.1996. Elektronik Industri. Yogyakarta : ANDI.
Halaman : 275 - 278
http://instrumentasi.lecture.ub.ac.id/
diakses tanggal : 6 juni 2012, pukul : 5 : 55 WIB
LABORATORIUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

Anda mungkin juga menyukai