Anda di halaman 1dari 11

BAB II

ASKEP TEORI

2.1 Pengkajian

1. Keluhan utama : Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk tulang ,

pendarahan yang sulit berhenti , kejang-kejang , kesemutan dank lien

merasa lemas / lemah .

Riwayat kesehatan :

1) Riwayat penyakit saat ini

Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan

disekitar mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki .

2) Riwayat penyakit dahulu :

Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi khususnya

pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid. Tanyakan pada

klien apakah ada riwayat penyinaran pada leher .

3) Riwayat penyakit keluarga:

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin

ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat

keluarga dengan Hipoparatiroid.

2. Pemeriksaan fisik

a. B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid

biasanya terdengar suara stridor, suara serak.

b. B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi

c. B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki.

Kesemutan, tremor, hiperefleksia, tanda chvosteks dan trousseaus

10
positif papil edema, labilitas emosional, peka rangsang, ansietas,

perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani kejang

d. B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal

e. B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen

f. B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan

kuku buruk yang deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati

apakah ada kelainan bentuk tulang

3. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme/edema

laring

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kekakuan pada

mulut

5. Resiko cidera berhubungan dengan kejang akibat hipokalsemia

11
Intevensi Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan


Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan Tujuan : setelah 1. Kaji kecepatan dan kedalaman 1. perubahan pada pernapasan,

bersihan jalan nafas dilakukan tindakan pernafasan, catat penggunaan alat adanya ronki,mengi,diduga

berhubungan keperawatan dalam waktu 2 x bantu pernafasan saat klien bernafas adanya retensi sekret.

dengan 24 jam jalan nafas klien efektif 2. Beri posisi tdur semi fowler 2. memudahkan drainase sekret,

spasme/edema KH : suara nafas 3. Dorong menelan bila pasien mampu kerja pernapasan dan ekspansi

laring bersih, tidak apnoe, sputum 4. Kolaborasi : Pemberian oksigen paru.

dapat keluar dengan baik, tidak sesuai dengan peogram 3. mencegah pengumpulan sekret

sesak, tidak batuk oral menurunkan resiko aspirasi.

Catatan : menelan terganggu bila

epiglotis diangkat atau edema

paskaoperasi bermakna dan

nyeri terjadi.

12
4. fisiologi normal ( hidung) berarti

menyaring atau melembabkan

udara yang lewat. Tambahan

kelembaban menurunkan

mengerasnya mukosa dan

memudahkan batuk atau

penghisapan sekret melalui

stoma.
2 Ketidakseimbangan setelah dilakukan tindakan 1. Monitor makanan/cairan yang dicerna 1. Untuk meningkatkan motivasi

nutrisi (kurang dari keperawatan dalam waktu 3 x dan hitung masukan kalori tiap hari klien untuk makan.

kebutuhan tubuh) 24 jam kebutuhan nutrisi klien 2. Tentukan makanan kesukaan dengan 2. Untuk menentukan diet yang

b/d intake nutrisi terpenuhi mempertimbangkan budaya dan sesuai dengan kebutuhan klien.

inadekuat. Kriteria Hasil: keyakinannya 3. Memudahkan klien untuk

a. Nutrisi adekuat 3. Kolaborasi: Tentukan makanan yang menelan dan tidak memperberat

b. Masukan makanan dan tepat sebagai program diet kerja usus.

13
cairan adekuat 4. Dorong pasien untuk memilih 4. Untuk meningkatkan kadar

c. Energi adekuat makanan yang lunak. kalsium dalam tubuh.

d. BB naik

3 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola aktivitas yang lalu. 1. Untuk membandingkan aktivitas

berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Kaji terhadap perubahan dalam gejala sebelum sakit dan yang akan

dengan kelemahan klien dapat beraktifitas secara muskuloskeletal setiap 8 jam. diharapkan setelah perawatan.

fisik. bertahap. KH : 3. Kaji respon terhadap aktivitas: Catat 2. Untuk memantau keberhasilan

a. Klien dapat memenuhi perubahan tensi, nadi, pernafasan, perawatan.

kebutuhan nutrisi, eliminasi hentikan aktivitas bila terjadi 3. Untuk melihat suatu

dan personal hygiene secara perubahan, tingkatkan keikutsertaan perkembangan perawatan

mandiri. dalam kegiatan kecil sesuai dengan terhadap aktivitas secara

b. Klien dapat melaksanakan peningkatan toleransi, ajarkan pasien bertahap.

aktifitas hariannya seperti untuk memantau respon terhadap 4. Dengan merencanakan

14
semula. aktivitas dan untuk mengurangi, perawatan, perawat dengan klien

menghentikan atau meminta bantuan dapat mempermudah suatu

ketika terjadi perubahan. keberhasilan karena datangnya

4. Rencanakan perawatan bersama kemauan dari klien.

pasien untuk menentukan aktivitas 5. Untuk mengatasi kelelahan

yang ingin pasien selesaikan: akibat latihan.

Jadwalkan bantuan dengan orang lain.

5. Seimbangkan antara waktu aktivitas

dengan waktu istirahat.


4 Gangguan Setelah dilaukan tindakan 1. Tentukan apakah pasien mempunyai 1. Adanya masalah lain akan

komunikasi verbal keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan komunikasi lain. Contoh mmpengaruhi rencana pilihan

b.d kekakuan pada klien dapat berkomunikasi pendengaran, penglihatan, literasi. komunikasi

mulut secara normal. Kriteria hasil : 2. Berikan cara-cara yang cepat dan 2. Pasien memerlukan keyakinan

a. Menyatakan kebutuhan kontinu untuk memanggil perawat, bahwa perawat waspada dan

dalam cara yang efektif contoh lampu/bel panggil akan berespon terhadap

15
b. Mengidentifikasi/merencanak 3. Atur sebelumnya tanda-tanda untuk panggilan

an pilihan metode berbicara mendapatkan bantuan cepat 3. Dpat menurunkan ansietas

yang tepat setelah sembuh 4. Berikan pilihan cara komunikasi yang pasien tentang ketidakmampuan

tepat bagi kebutuhan pasien mis, untuk bicara

papan dan pensil dll 4. Memungkinkan pasien untuk

5. Berikan waktu yang cukup untuk menyatakan kebutuhan/masalah

berkomunikasi 5. Kehilangan bicara dan stress

6. Berikan komunikasi non-verbal. mengganggu komunikasi dan

Contoh sentuhan dan gerak fisik, menyebabkan frustasi dan

antisipasi kebutuhan hambatan ekspresi

6. Mengkomunikasikan masalah

dan memenuhi kebutuhan

kontak dengan orang lain

16
5 Resiko cedera b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Tempatkan klien pada tempat tidur 1. Mencegah klien terjatuh

resiko kejang atau keperawatan selama 3 x 24 yang menggunakan pengaman dan di 2. Mengetahui keadaan umum

tetani yang jam klien terhindar dari cidera. ruangan yang aman dan nyaman. klien

diakibatkan oleh KH : 2. Observas1 tanda-anda vital seelah 3. mencegah lidah ke belakang

hipokalsemia. a. Klien tidak cidera akibat klien kejang apabila terjadi kejang

rangsangan kejang 3. Sediakan dekan tempat tidur klien

b. Hasil elektrolit (khususnya spatel lidah dan gudel.

kalsium pada batas normal)

c. Klien tenang tidak kejang

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipoparatiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme

kalsium dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid yang

kurang sehingga menyebabkan hipokalsemia. Hipoparatiroid dapat berupa

hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid, dan hipoparatiroid

pascabedah. Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat

diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit

hipoparatiroid, antara lain defisiensi sekresi hormon paratiroid,

hipomagnesemia, sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif, resistensi

terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme).

Gejala utama adalah reaksi neuromuskuler yang berlebihan yang

disebabkan oleh kalsium serum yang rendah. Keluhan utama adalah tetanus,

pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon

paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi, pada

pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi

kadar PTH dalam darah normal atau meningkat.

Diagnosa Keperawatan yang muncul, yakni bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan dengan spasme/edema laring, nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, intoleransi

aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik, gangguan


komunikasi verbal berhubungan dengan kekakuan pada mulut, resiko

cidera berhubungan dengan kejang akibat hipokalsemia

Penatalaksanaan keperawatan dapat berupa istirahat, observasi vital

sign, makanan cair/personde, perhatikan saluran nafas, penanganan kejang,

fisiotherapi.

3.2 Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini diharapkan mahasiswa Program Studi

DIII Keperawatan Bondowoso dapat memahami asuhan keperawatan pada

hypoparatiroidisme dengan baik serta hubungannya dengan ilmu

keperawatan yang tengah ditekuni. Hal tersebut ditujukan agar mahasiswa

Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dapat memiliki

kompetensi yang tinggi dalam memahami mata kuliah KMB. Serta mampu

untuk mengaplikasikan materi KMB di tempat kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Citra. 2016. Gangguan Kelenjar Paratiroid.

http://www.sridianti.com/gangguan-kelenjar-paratiroid.html. [ diakses pada

11 Agustus 2016 pukul 12.46 WIB ]

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Tambayong, Jan. 2013. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Universitas Airlangga. 2013. Asuhan Keperawatan Hipoparatiroid.

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/167853625?

extension=doc&ft=1470831264&lt=1470834874&user_id=267284336&uah

k=MNdcC2YYHDuBFTCuBFqRv8IHeow. [ diakses pada 11 Agustus 2016

pukul 14.23 WIB ]

Anda mungkin juga menyukai