Anda di halaman 1dari 7

Nama : Shania Astanti 1

NPM : 1643050141

GEJOLAK SOSIAL DAN POLITIK PADA MASA TRANSISI


KEKUASAAN OLEH OTORITARIANISME KE DEMOKRASI

Berbagai Penyimpangan Pada Masa Orde Baru

A. Dalam praktek pemilihan umum, terjadi pelanggaran misalnya:


1. Terpengaruhnya pilihan rakyat oleh campur tangan birokrasi
Dimana selama pemerintahan orde baru berhasil melaksanakan pemilihan
umum sebanyak tiga kali, semua pemilu yang dilakukan pada masa Orde Baru
dimenangkan oleh Golkar. Para anggota keluarga dan pensiunan ABRI
(Purnawirawan) banyak terlibat dan memberikan dukungan penuh kepada Golkar.
2. Kompetisi antarkontestan tidak leluasa.
Golkar dengan leluasa menjangkau masyarakat luas di berbagai tempat dan
tingkatan. Dari tingkatan masyarakat atas sampai bawah. Dari kota sampai pelosok
desa. Dimana partai-partai politik dilarang mempunyai cabang atau ranting di tingkat
pedesaan.
3. Kampanye terhambat oleh aparat keamanan/perizinan.
Hal itu disebabkan oleh pengerahan kekuatan-kekuatan penyokong Orde Baru
untuk mendukung Golkar. Kekuatan-kekuatan penyokong Golkar adalah aparat
pemerintah (pegawai negeri sipil) dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI).

B. Di bidang politik, antara lain:


1. Ditetapkannya calon resmi partai politik dan Golkar dari keluarga presiden atau yang
terlibat dengan bisnis keluarga presiden, dan calon anggota DPR/MPR yang loyalitas
terhadap presiden.
2. Tidak berfungsinya kontrol dari lembaga kenegaraan politik dan sosial, karena
didominasi kekuasaan presiden/eksekutif yang tertutup sehingga memicu budaya
korupsi kolusi dan nepotisme.
3. Golkar secara terbuka melakukan kegiatan politik sampai ke desa-desa, sedangkan
parpol hanya sampai kabupaten.
4. Ormas hanya diperbolehkan berafiliasi kepada Golkar.

C. Di bidang hukum, antara lain:


1. Belum memadainya perundang-undangan tentang batasan kekuasaan presiden dan
adanya banyak penafsiran terhadap pasal-pasal UUD 1945
2. Tidak tegaknya supremasi hukum karena penegak hukum tidak konsisten, adanya
mafia peradilan, dan banyaknya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini tidak
menjamin rasa adil, pengayoman dan kepastian hukum bagi masyarakat.
3. Ada penyimpangan sekurang-kurangnya 79 Kepres (1993-1998) yang dijadikan alat
kekuasaan sehingga penyelewengan terlindungi secara legal dan berlangsung lama
(hasil kajian hukum masyarakat transparansi Indonesia).

D. Di bidang ekonomi, antara lain:


Nama : Shania Astanti 2
NPM : 1643050141

1. Perekonomian nasional sebagaimana diamanatkan pasal 33 UUD 1945 tidak


terpenuhi, karena munculnya pola monopoli terpuruk dan tidak bersaing. Akses
ekonomi kerakyatan sangat minim.
2. Keberhasilan pembangunan yang tidak merata menimbulkan kesenjangan antara yang
kaya dan miskin serta merebaknya KKN.
3. Bercampurnya institusi negara dan swasta, misalnya bercampurnya jabatan publik,
perusahaan serta yayasan sehingga pemegang kekuasaan dan keuntungan menjadi
pemenang serta mengambil keuntungan secara tidak adil. Sebagai contoh kasus-kasus
Kepres Mobil Nasional, Institusi Bulog, subordinasi Bank Indonesia, dan proteksi
Chandra Asri.
4. Adanya korporatisme yang bersifat sentralis, ditandai oleh urbanisasi besar-besaran
dari desa ke kota atau dari daerah ke pusat. Korporatisme ialah sistem kenegaraan
dimana pemerintah dan swasta saling berhubungan secara tertutup satu sama lain,
yang ciri-cirinya antara lain keuntungan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir
pelaku ekonomi yang dekat dengan kekuasaan, dan adanya kolusi antara kelompok
kepentingan ekonomi serta kelompok kepentingan politik.

Pada masa orde baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang
menyimpang dari pancasila melalui program P4 (Pedoman Pengahayatan dan
Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa. Pancasila justru dijadikan sebagai
indoktrinasi. Presiden Soeharto menggunakan Pancasia sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaannya.

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan


kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kearah yang lebih baik secara
konstitusional. Lahirnya reformasi oleh karena pemerintah Orde Baru yang sebelumnya
berjalan secara otoriter dan sentralistik yang tidak memberikan ruang demokrasi dan
kebebasan rakyat berpartisipasi penuh dalam proses pembangunan. Gerakan Reformasi
diawali ketika Presiden Soeharto meletakan jabatannya sebagai presiden pada 21 Mei
1998. Mengapa? Padahal ia merupakan penguasa Orde Baru yang dapat bertahan 32
tahun lamanya. Proses kejatuhan Orde Baru telah tampak ketika Indonesia mengalami
dampak langsung dari krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Asia. Ketika krisis
ini melanda Indonesia, nilai rupiah jatuh secara drastis, dampaknya terus menggerus di
segala bidang kehidupan, mulai dari bidang ekonomi, politik dan sosial.

Tidak sampai menempuh waktu yang lama, sejak pertengahan tahun 1997, ketika
krisis moneter melanda dunia, bulan Mei 1998, Orde Baru akhirnya runtuh. Krisis
moneter membuka jalan bagi kita menuju terwujudnya kehidupan berdemokrasi yang
sehat, yang selama ini terkukung oleh sistem kekuasaan Orde Baru yang serba menguasai
semua sisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Proses menuju reformasi telah
dimulai ketika wacana penentangan politik secara terbuka kepada Orde Baru mulai
muncul.
Nama : Shania Astanti 3
NPM : 1643050141

Penentangan ini terus digulirkan oleh mahasiswa, cendikiawan dan masyarakat,


mereka menuntut pelaksanaan proses demokratisasi yang sehat dan terbebas dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang mucul dampak tidak diimbanginya
pembangunan fisik dengan pembangunan mental (character building) terhadap para
pelaksana pemerintahan (birokrat), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi
(pengusaha/konglomerat). Mereka juga menuntut terwujudnya rule of law, good
governnance serta berjalannya pemerintahan yang bersih. Oleh karena itu, bagi mereka
reformasi merupakan sebuah era dan suasana yang senanatiasa terus diperjuangkan dan
dipelihara. Jadi bukan hanya sebuah momentum, namun sebuah proses yang harus
senantiasa dipupuk.

Kemunculan gerakan reformasi dilatarbelakangi terjadinya krisis multidimensi


yang dihadapi bangsa Indonesia. Gerakan ini pada awalnya hanya berupa demonstrasi di
kampus-kampus besar. Namun mahasiswa akhirnya harus turun ke jalan karena aspirasi
mereka tidak mendapatkan respon dari pemerintah. Gerakan Reformasi tahun 1998
mempunyai enam agenda yaitu:
1. Suksesi kepemimpinan nasional
2. Amendemen UUD 1945
3. Pemberantasan KKN
4. Penghapusan dwifungsi ABRI
5. Penegakan supremasi hukum,
6. Pelaksanaan otonomi daerah

Agenda utama gerakan reformasi adalah turunnya Soeharto dari jabatan presiden.
Dengan adanya krisis ekonomi, politik dan hukum mengakibatkan adanya krisis
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Masyarakat menjadi hilang kepercayaan
kepada pemerintah. Dengan adanya berbagai penderitaan ekonomi dan politik yang
dialami masyarakat mendorong terjadinya perilaku negative dan anarkis. Beban yang
semakin berat serta tidak adanya kepastian kapan berakhirnya penederitaan yang mereka
alami mengakibatkan masyarakat frustasi dan semakin membuat masyarakat tidak
percaya kepada pemerintah.

Tatangan Mahasiswa Selama Melakukan Gerakan Sosial

Seperti yang kita ketahui, Soeharto melarang siapapun mengkritik kebijakan


pemerintah. Nilai-nilai demokrasi justru tidak ada dalam negara yang menganut
demokrasi pancasila pada kala itu. Melalui mekanisme kooptasi, negara melakukan
domestikasi dan kontrol politik melalui para pemimpin ormas, orsospol, dan kelompok-
kelompok strategis lainnya. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan orang-orang yang
dianggap berbahaya bagi kedudukan Soeharto. Mahasiswa yang seharusnya dianggap
sebagai agen perubahan justru dianggap musuh oleh pemerintahan.

Sikap kritis mahasiswa dianggap sebagai ancaman bagi Soeharto dan jajarannya.
Bukan hanya itu, aktifis-aktifis sosial lainnya yang bersebrangan dengan Soeharto juga
Nama : Shania Astanti 4
NPM : 1643050141

disingkirkan agar pemerintahannya tetap berjaya. Soeharto hanya ingin semua rakyat
mematuhinya, dengan demikian ia akan leluasa untuk melakukan hal-hal yang kini
berdampak negatif bagi pemerintahan kita. Seperti yang kita ketahui bahwa sebelumnya
pada era 70-an mahasiwa juga pernah melakukan suatu gerakan sosial besar namun gagal
karena dapat dikalahkan oleh pemerintah. Sejak saat itu, mahasiswa semakin dilarang
untuk terlibat dalam kegiatan politik apalagi melakukan aksi-aksi demo. Dewan
mahasiswa tidak lagi ada sebagai penyalur aspirasi mahasiswa. Lalu dibentukknya NKK
(Normalisasi Kehidupan Kampus) dan diadakannya SKS (Sistem Kredit Semester)
dengan tujuan agar menyita seluruh waktu mahasiswa.[9] Namun sepertinya peraturan
tersebut tidak menghalangi niat mahasiswa dalam membebaskan bangsa ini dari belenggu
otoritanianisme. Keberanian yang mereka miliki muncul dari rasa kecewa yang meluas di
dalam masyarakat. Mereka menyalurkan kekecewaan itu dengan melakukan berbagai aksi
dan gerakan.

Banyak aktivis mahasiswa yang diculik karena terlalu kritis mengkritik


pemerintah. Sehingga banyak mahasiswa yang takut berargumen meski berlawanan
dengan hati nurani mereka. Penangkapan secara tiba-tiba juga kerap dilakukan. Namun
konsekuesi tersebut ditantang oleh para mahasiwa yang berani dan jenuh dengan keadaan
politik yang penuh dengan kecurangan pada masa itu. Kejadian ini relevan dengan tahap
ke empat dalam konsep social movement, yaitu gerakan social akan berusaha dihalangi
dalam pemerintahan yang otoriter oleh pemerintah itu sendiri. Sayangnya, pada gerakan
mahasiswa kali ini, mereka berhasil membuka pintu gerbang demokrasi dan sosok otoriter
dapat diakhiri masa jabatannya. Pada masa itu tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa
sangat besar dan terlalu berbahaya untuk dihadapi sendiri. Oleh kaena itu mereka bersatu
padu untuk mendobrak kekusaan Soeharto. Saat itu juga marak dengan adanya isu
PETRUS (penembak misterius). Banyak orang yang tiba-tiba sudah ditemukan tergeletak
tanpa nyawa di jalan. Saat itu tingkat keamanan sangat rendah.

Dampak Dari Gerakan yang Dilakukan Mahasiswa Pada Mei 1998

Ketidakpuasan ini ditunjukkan dengan melakukan demonstrasi besar-besaran


yang banyak berakhir pada kerusuhan yang memakan banyak korban di beberapa daerah.
Pada tanggal 12 Mei 1998, aksi mahasiwa di Universitas Trisakti Jakarta berubah
menjadi bentrokan fisik yang penuh dengan kekerasan Akibatnya empat orang
mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia, Heri Hertanto, Hendriawan, dan Hafidin Alifidin
Royan, meninggal dunia.Selain itu ratusan mahasiswa mengalami luka ringan dan luka
parah. Kekerasan tersebut mendorong munculnya solideritas yang lebih luas di dalam
kampus maupun masyarakat umum, menentang kebijakan pemerintah yang tidak
demokratis.

Peristiwa Trisakti telah memicu terjadinya kerusuhan dan penjarahan yang


memuncak pada tanggal 13 dan 14 Mei 1998 terutama di Jakarta dan sekitarnya serta
Nama : Shania Astanti 5
NPM : 1643050141

Surakarta. Ribuan tempat tinggal, pertokoan, kantor, dan kendaraan milik masyarakat
Tionghoa dibakar. Ribuan orang mati terbakar di pusat-pusat pertokoan. Seluruh
masyarakatan terutama di perkotaan dicekam perasaan tidak aman. Hal ini kemudian
mendorong masyarakat keturunan Tionghoa pergi ke luar negeri secara besar-besaran
demi keamanan.

Presiden Soeharto yang sedang menghadiri KTT G-15 di Kairo Mesir segera
pulang ke Tanah Air pada tanggal 15 Mei 1998. Tuntutan agar Presiden Soeharto segera
mengundurkan diri semakin gencar disuarakan masyarakat. Rencanma mahasiswa untuk
berdialog dengan pimpinan DPR, berubah menjadi aksi mimbar bebas. Para mahasiswa
kemudian memutuskan untuk tetap tinggal di gedung DPR/MPR, sampai tuntutan
reformasi total mereka dipenuhi. Kehadiran para mahasiswa di gedung DPR/MPR,
mengundang kedatang lebih banyak mahasiswa serta pendukung reformasi lainnya
terutama sejak tanggal 18 Mei 1998.

Aksi mahasiswa tersebut mendapat dukungan spontan dari masyarakat, yang


membawakan makanan dan minuman bagi mereka. Pada tanggal 18 Mei 1998, pimpinan
DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Namun
pada malam harinya, pimpinan ABRI menganggap bahwa himbauan agar Presiden
Soeharto mengundurkan diri itu merupakan pendapat individu pimpinan DPR/MPR yang
disampaikan secara kolektif. Ketidakjelasan sikap para elit politik ini semakin
memperbesar jumlah mahasiswa dan massa lainnya yang datang ke gedung DPR/MPR.
Namun gerakan massa oposisi yanbg berasal dari berbagai kelompok itu tidak memiliki
pimpinan yang jelas, walaupun pada saat itu terdapat beberapa orang individu yang
menonjol memperjuangkan reformasi.

Sementara itu pada tanggal 19 Mei 1998 nilai mata uang rupiah semakin
melemah menembus Rp. 15,000.00 per dollar US. Pada hari itu juga Presiden Soeharto
melakukan pertemuan dengan beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat di Jakarta.
Presiden Soeharto kemudian mengumumkan tentang rencana pembentukan Komite
Reformasi, melakukan perubahan kabinet, dan segera melakukan pemilihan umum serta
tidak bersedia dicalonkan kembali sebagai presiden.

Tekanan terhadap Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri semakin besar.


Pada peringatan hari kebangkitan nasional 20 Mei 1998 di Yogyakarta, para mahasiswa
berhasil melakukan aksi damai menuntut reformasi total. Dalam perkembangan lain,
upaya pembentukan Dewan Reformasi dan perubahan kabinet tidak berhasil. Sebagian
besar mereka yang ditawari untuk duduk di kabinet menolak.

Presiden Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998, dan
BJ Habibie yang menjabat wakil presiden disumpah oleh Mahkaman Agung sebagai
presiden Republik Indonesia yang baru di Istana negara. Pengangkatan Presiden BJ
Nama : Shania Astanti 6
NPM : 1643050141

Habibie menggantikan Soeharto di luar Sidang MPR itu didasarkan pada Pasal 8
Undang-Undang Dasar 1945.

KESIMPULAN :
Di Indonesia pernah terjadi social movement besar-besaran yang dilakukan
oleh mahasiswa dalam menuntut turunnya Soeharto pada Mei 1998. Gerakan ini disebut
gerakan reformasi karena menginginkan suatu perubahan. Saat itu kondisi Indonesia
sangat kacau, terjadi pengekangan dalam berpendapat, pelanggaran HAM, dan krisis
ekonomi yang cukup parah.Saat itu mahasiswa yang kritis dan dianggap berbahaya bagi
pemerintah ditangkap, diculik, bahkan dipenjara. Banyak hal yang dilakukan oleh
pemerintahan Soeharto untuk menghambat pola pikir mereka yang kritis, seperti
membuat NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan diadakannya SKS (Sistem Kredit
Semester) dengan tujuan agar menyita seluruh waktu mahasiswa.
Yang memicu terjadinya gerakan mahasiswa tersebut adalah krisis moneter yang
sudah semakin parah di negara ini dan dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat.
Perjuangan mahasiswa menorehkan sejarah yang kini kita kenal dengan Tragedi Trisakti,
Tragedi Semanggi I dan Tragedi Semanggi II, Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan,
dan Tragedi Lampung. Perjuangan untuk menumbangkan rezim Soeharto bukan hanya
dilakukan oleh mahasiswa yang ada di Jakarta, namun juga mahasiswa di kota-kota besar
lainnya. Dalam sejarah Mei 1998 ini mahasiswa mengambil bagian besar. Secara
intelektual mereka berhasil membawa Indonesia menuju perubahan. Banyak dampaknya
yang kita rasakan sekarang.
Yang paling signifikan adalah penghapusan dwifungsi ABRI dan ruang gerak
politik yang dibuka seluas-luasnya membuat masyarakat Indonesia tidak takut lagi
mengkritisi kebijakan pemerintah. Namun, lagi-lagi jika kita melihat awal dan tujuan
terjadinya gerakan mahasiswa pada Mei 1998 ini merupakan wujud dari kekecewaan
masyarakat luas kepeda pemerintahan dan mahasiswa menjadi aktor utama dalam
membentuk opini publik.

REKOMENDASI :

Kini mahasiswa telah bebas ruang geraknya dan dapat melakukan aksi yang dulu
dilarang oleh pemerintahan orde baru. Sebagai kaum intelek yang memiliki kesadaran
Nama : Shania Astanti 7
NPM : 1643050141

berbangsa dan bernegara yang tinggi, mahasiswa harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan yang membela rakyat kecil, karena mahasiswa merupakan agen perubahan.
Kedepannya, gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa harus lebih terorganisir dan terarah,
untuk meminimalisir jatuhnya korban. Mungkin banyak cara yang lebih efektif untuk
dilakukan pada era yang sudah demokratis ini. Dengan demikian diharapkan mahasiswa
dapat terus berada di barisan depan untuk membela kepentingan rakyat kecil.

DAFTAR PUSTAKA :
Baha Uddin,dkk.2015. Sejarah Indonesia. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
http://hafiedzmizan.blogspot.co.id/2013/06/penyimpanga-pada-orde-lama-orde-baru.html
http://harefatika.blogspot.co.id/2012/10/analisis-gerakan-mahasiswa-mei-1998-dan.html

Anda mungkin juga menyukai