Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu :

Dra. Khutobah, M.Pd

Oleh :

Kelompok 3

1. Nurlayli Dewi Suryandari (140210101008)


2. Siti Nurindah M.H (161903101014)
3. Nur Irma Oktaviana (140210101023)
4. Yulia Tri Susanti (140210101034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan Makalah Perkembangan Peserta Didik yang
berjudul Perkembangan Kognitif Peserta Didik ini dapat diselesaikan oleh penulis
tepat pada waktunya.
Secara umum, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik oleh dosen pengampu Dra. Khutobah, M.Pd.
Makalah ini ditulis berdasarkan buku panduan yang berkaitan dengan
Perkembangan Peserta Didik, serta informasi dari media massa yang berhubungan
dengan Perkembangan Peserta Didik.
Disadari bahwa makalah ini kurang sempurna. Untuk itu diharapkan
berbagai masukan berupa kritik dan saran yang membangun bagi kami demi
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa di Universitas Jember.

Jember, 6 April 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................2

1.4 Manfaat.......................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Perkembangan Kognitif............................................................3

2.2 Proses Perkembangan Kognitif Peserta Didik............................................3

2.3 Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik..................................9

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif...................10

2.5 Masalah yang Berkaitan dengan Perkembangan Kognitif........................11

BAB III. PENUTUP..............................................................................................14

3.1 Kesimpulan...............................................................................................14

3.2 Saran.........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iii

2
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan
dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri
sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga menimbulkan
perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk
pembimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan
merupakan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah
satu bagian yang tidak terpisahkan. Dimana belajar merupakan
suatu proses perubahan prilaku dan pola pikir yang dialami oleh
seseorang, misalnya dari suatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,
dari yang tidak tahu menjadi tahu. Selama proses belajar
manusia pasti tidak luput dari kesalahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif?
2. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif peserta didik?
4. Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari perkembangan kognitif.
2. Untuk mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
peserta didik.
4. Untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan perkembangan kognitif
peserta didik.

1
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis, makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena
dengan adanya penyusunan makalah mengenai perkembangan kognitif
peserta didik dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
perkembangan kognitif.
2. Bagi pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini dapat memberikan
wawasan mengenai perkembangan kognitif dan tahapannya. Dengan adanya
makalah ini peserta didik dapat berpartisipasi dalam meningkatkan
kemampuan yang dimilikinya.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan Kognitif


Sama dengan aspek-aspek perkembangan yang
lainnya, kemampuan kognitif peserta didik juga mengalami
perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana,
kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak
untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya
kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik
menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga
peserta didik mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar
dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa
perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan
peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Menurut Jean Pieget, perkembangan kognitif seorang
anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak dapat
mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. Seorang
anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan
tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi
pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar
secara aktif di lingkungan sekolah.
Pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky
berbeda dengan Jean Pieget. Vygotsky lebih menekankan pada
konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan
orang lain dalam proses belajar peserta didik. Vygotsky juga
yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat di sekolah
atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi
saat peserta didik bekerja menangani tugas-tugas yang belum
pernah dipelajari di sekolah namun tugas-tugas itu bisa
dikerjakannya dengan baik, misalnya di masyarakat.

3
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan
dapat dipahami bahwa kognitif atau pengetahuan adalah istilah
yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,
ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah,
dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,
menilai dan memikirkan lingkungannya.

2.2 Proses Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Jean Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak
berkembang dari bayi sampai dewasa. Menurut teori Jean
Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang
baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami
empat tingkat perkembangan kognitif, diantaranya yaitu :
1. Tahap Sensori Motor
Perkembangan mental adalah suatu proses yang berkelanjutan, dan dimulai
pada masa bayi dilahirkan. Namun, perilaku sensori motori berlangsung dari
sejak anak dilahirkan, dan menjadi lumrah untuk mengatakan bahwa akar
seluruh perkembangan intelektual dimulai dari masa awal sensori motor
behavior. Berdasar pengamatan Jean Piaget, struktur kecerdasan dan perasaan
dibangun sejak awal masa bayi. Anak usia dua tahun memiliki perkembangan
kognitif dan afektif yang berbeda daripada ketika ia masih bayi.
Perkembangan kognitif dan afektif anak telah berkembang secara
komprehensif. Piaget membagi perkembangan sensori motorik menjadi enam
tahapan, yaitu :
a. Periode 1 (Usia 0-1 Bulan)
Pada masa awal kelahiran, seluruh tahun pertama tahapan perkembangan
sensori motorik perilaku bayi ditandai oleh perilaku yang bersifat reflektif.
Refleks dasar yang dimiliki bayi adalah mengisap, menggenggam,
menangis serta menggerakkan tangan, kepala dan tubuh. Setelah
mendekati minggu ke empat sesudah kelahirannya, bayi telah
menunjukkan proses akomodasi yang sederhana, dan itu dapat diamati.

4
Anak yang berupaya mengamati sesuatu yang ada di sekitarnya
menunjukkan perubahan dari perilaku reflektif ke proses akomodasi
(memfokuskan mata untuk melihat sesuatu yang ada disekitarnya). Pada
akhir periode ini bayi telah memulai merefleksikan proses asimilasi dan
akomodasi.
b. Periode 2 (Usia 1-4 Bulan)
Pada periode ini, perilaku reflektif telah mulai dimodifikasi : terjadi
beberapa perilaku baru yang ditunjukkan anak. Mengisap jempol menjadi
suatu kebiasaan dan reflek berkembang menjadi suatu yang terkoordinasi
antara tangan dan mulut. Bayi telah mengikuti bergeraknya suatu objek
dengan gerakan mata. Kepalanya mulai digerakkan dan diarahkan ke suara
yang didengarnya, dan ini menunjukkan telah terjadi koordinasi antara
mata dan telinga. Pada akhir periode 1 dan memasuki periode 2, bayi telah
memiliki kemampuan untuk membedakan objek. Pada periode 2 bayi telah
memiliki kesadaran tentang objek, dimana bayi telah menunjukkan
kemampuan koordinasi antara pendengaran dengan penglihatan yang
berlangsung secara bertahap dan berkelanjutan. Pada periode ini, bayi
belum menunjukkan kemampuannya untuk memusatkan perhatian secara
khusus, kecuali bayi diberi rangsangan khusus. Perilaku reflektif telah
berkurang dan secara bertahap muncul perilaku yang disengaja.
c. Periode 3 (Usia 4-8 Bulan)
Pada periode 3, bayi telah menunjukkan perilaku yang terarah pada objek
atau peristiwa tertentu. Pada periode ini, bayi telah aktif berinteraksi
dengan lingkungannya dan menunjukkan kemampuan untuk melakukan
peniruan terhadap apa yang menjadi perhatiannya. Salah satu karakteristik
dari periode ini adalah adanya kemajuan dari bentuk perilaku yang tidak
disengaja menjadi perilaku yang disengaja. Perilaku yang ditampakkan
lebih terseleksi dan tergantung pada stimulus yang diterimanya.
d. Periode 4 (Usia 8-12 Bulan)
Pada periode ini, perilaku anak telah ditandai oleh aktifitas intelektual anak
telah memiliki kemampuan untuk menggabungkan beberapa perilaku yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Anak mulai memiliki
kemampuan mengantisipasi peristiwa. Anak juga mulai mampu
mendemonstrasikan apa yang pernah dilihatnya. Selain itu beberapa
perilaku yang tampak telah menunjukkan sedikit ketidaktergantungan pada

5
stimulus lingkungan, dan berbeda dengan perilaku pada periode
sebelumnya. Tentang konsep objek, anak pada periode ini telah memiliki
konsep yang sudah mulai terbentuk, terutama tentang bentuk dan ukuran.
Suatu dimensi baru tentang objek telah tampak pada anak.
Dari aspek afeksi terdapat 3 dimensi penting yang tampak yaitu :
Perasaan telah mulai berperan dalam menentukan makna, yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan;
Anak mulai mengalami perasaan mengenai adanya kesadaran tentang
kegagalan dan keberhasilan;
Selanjutnya, pada periode 5 dan 6, anak akan memiliki kesadaran
tentang adanya jarak antara diri dan orang lain. Adanya perasaan suka
dan tidak suka pada benda atau orang lain, dan hal ini menunjukkan
bahwa kesadaran sosial anak telah berkembang.
e. Periode 5 (Usia 12-18 Bulan)
Pada periode ini, kemampuan anak dalam upaya memecahkan masalah
telah berkembang. Perilaku anak tidak hanya ditandai oleh perilaku karena
kebiasaan yang dilakukannya, melainkan anak telah berupaya membuat
percobaan-percobaan tertentu yang menandakan tumbuhnya kemampuan
kognitif anak. Anak telah mampu memahami objek dirinya dengan objek
lingkungannya, dan memahami adanya keterkaitan antara sebab dan
akibat.
f. Periode 6 (Usia 18-24 Bulan)
Pada periode ini, ditandai oleh perkembangan kemampuan anak dalam
mempresentasikan kemampuan intelektualnya. Anak telah memahami
makna hubungan sebab-akibat dan telah mampu mempresentasikan objek
atau peristiwa melalui imajinasinya. Selain itu, anak juga telah mampu
memecahkan masalah. Pada akhir periode ini, faktor afeksi telah
berkembang pada diri anak. Anak telah mampu melakukan penilaian dan
memutuskan : apa yang sepatutnya dilakukan dan apa yang sepatutnya
tidak dilakukan. Aspek kognitif telah berperan sehingga anak mampu
membedakan antara diri dengan orang lain secara objektif, dan faktor
inilah yang berperan dalam perkembangan interaksi sosial anak yang
sesungguhnya.
2. Tahap Praoperasional

6
Pada masa tahap perkembangan berpikir praoperasional pada usia 2-7 tahun,
anak mengalami masa peralihan perkembangan dari tahapan berfungsinya
tahapan sensori motorik dan berfungsinya aspek kognitif melalui aktivitas
tertentu. Perkembangan ditandai oleh kemampuan anak mempresentasikan
objek dan peristiwa dalam struktur kognitifnya, dan semakin tidak tergantung
pada aktivitas sensori motorik yang memberi warna terhadap perilaku anak.
Selain itu, ketrampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan penguasaan
kosa kata yang meningkat memungkinkan mereka mengekspresikan dan
memikirkan berbagai objek dan peristiwa.
Bahasa juga menjadi dasar bagi bentuk interaksi sosial yang baru yakni
komunikasi verbal. Pada tahap ini, anak-anak dapat mengekspresikan
pemikiran-pemikiran mereka dan juga menerima informasi yang sebelumnya
tidak mungkin terjadi. Namun, penalaran mereka masih berdasarkan
prasangka dan intuisi belaka, alih-alih berdasarkan kesadaran mengenai
prinsip-prinsip logis yang mendasari suatu fenomena. Selain itu, mereka
belum mampu menjelaskan mengapa kesimpulan mereka benar.
3. Tahap Operasional Konkret
Menurut piaget, saat anak-anak memasuki tahap operasional konkret, proses-
proses berpikir mereka menjadi menjadi terorganisasi ke sistem proses-
proses mental yang lebih besar/operasi/yang memudahkan mereka berpikir
lebih logis daripada sebelumnya. Usia 7-11 tahun adalah periode dimana
beroperasinya seluruh aspek kognitif anak dan mulai terbatasnya aktivitas
intelektual yang dilalui anak. Yang menonjol pada tahapan perkembangan
operasi konkret adalah munculnya kemampuan berpikir transfomasi. Pada
tahap ini anak belum mencapai kemampuan berpikir tahap tertingga, tetapi
merupakaan awal munculnya kemampuan berpikir yang mengarajh pada
logika yang masih berdasrkan relitas faktual. Dapat dikatakan bahwa tahap
perkembangan ini adalah transisi antara berpikir pralogis ke tahap berpikir
logis secara optimal.
4. Tahap Operasional Formal
Tahapan perkembangan operasi formal berkisar pada usia 11-15 tahun atau
lebih. Kemampuan bernalar dan berpikir logis yang diarahkan untuk
memecahkan masalah pada usia ini telah berkembang. Kemampuan berpikir
telah terarah pada masalah tertentu. Struktur kognitif anak telah mencapai
kematangan dan kualitas potensi dalam bernalar telah mencapai kesetaraan

7
dengan penalaran orang dewasa, dan semua itu akan tercapai seacara optimal
jika perkembangan operasi formal telah berkembang secara optimal. Setelah
perkembangan pada fase operasi formal, peningkatana kualitas penalaran
akan berkembang secara terus menerus yang kemudian akan setara dengan
kemampuan bernalar orang dewasa.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
peserta didik, diantaranya yaitu :
1. Interaksi Sosial
Peran interaksi sosial terhadap perkembangan menurut Vygotsky lebih
menekankan faktor interaksi sosial, yang diperoleh individu melalui interaksi
dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan yang dimaksudkan yaitu meliputi
teman sebaya, orang tua, saudara kandung, orang-orang dewasa, teman dalam
lingkungan kelas di sekolah, guru, dan orang-orang yang berarti bagi individu
dalam upaya mengembangkan kemampuan kognitifnya.
2. Bahasa
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan kognitif. Terdapat tiga
peran bahasa dalam perkembangan kognitif, diantaranya yaitu:
a. Melalui interaksi sosial, kemampuan berbahasa memberi kemampuan bagi
anakuntuk memahami pengetahuan yang dimiliki orang lain.
b. Bahasa menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan kualitas
berpikir yang memberi kontribusi bagi pemecahan masalah dan
menganalisis tentang esensi dunia nyata yang dihadapi oleh peserta didik.
c. Bahasa menjadi dasar bagi individu melaksanakan tugas secara fungsional,
serta memberi kemampuan untuk mengelola dan merefleksikan
kemampuan berpikir, sesuai dengan pengalaman hidup dan juga
pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognisi individu.
3. Budaya
Secara empiris, budaya sebenarnya memberi makna tertentu terhadap
perkembangan kognitif. Matsumoto dan Juang (2008) mengungkapkan bahwa
keterkaitan budaya dan kognisi adalah sebuah fakta yang tidak dapat
dipisahkan, bahkan keterkaitan budaya itu sendiri melekat dalam esensinya
sebagai kognisi. Dalam perspektif psikologi, budaya secara umum dipandang
sebagai sebuah fakta yang merupakan representasi mental mengenai esensi
kehidupan di dalam budaya itu.
Pandangan tentang budaya sebagai kognisi telah mengakar sejak lama dalam
kajian ilmu-ilmu sosial dan psikologi. Sebagai contoh: budaya dan norma,
nilai, kepercayaan, aturan, sistem bahasa, dan sebagainya akan diteruskan dari

8
satu generasi ke generasi selanjutnya melalui proses enkulturasi dan
sosialisasi. Dalam konteks inilah norma, nilai, dan kepercayaan merupakan
produk kognitif.

2.4 Masalah yang Berkaitan dengan Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Beberapa contoh permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan
kognitif peserta didik :
1. Pada Masa Kanak-Kanak Awal
Dalam masa ini, permasalahan yang dialami oleh anak yaitu
masih sulit membaca, kebanyakan dari anak pada masa ini
masih membaca dengan cara dieja, pemahamannya hanya
pada satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar
membaca. Solusi yang dapat dilakukan yaitu orang tua dapat
memberikan bacaan yang bergambar pada anak agar
menarik minat anak untuk membaca.
2. Pada Masa Kanak-Kanak Akhir
Dalam masa ini, permasalahan yang dialami adalah membaca
dan pemahaman di Sekolah Dasar (SD) umumnya
menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan
mememahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata
memahami isi buku atau jga siswa merasa bahwa
pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh
guru terlalu cepat. Solusi yang dapat dilakukan yaitu guru
mengefektifkan pembelajaran membaca interperatif dengan
menggelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan
memahami isi bacaan dan sharring.
3. Pada Masa Remaja
Dalam masa ini, permasalahan yang dialami oleh anak di
masa SMP/SMA adalah pada saat membaca masih kurang
bisa memahami isi bacaannya. Solusi yang dapat dilakukan
yaitu dengan membaca dan dipahami lagi secara serius.

9
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perkembangan kognitif atau pengetahuan adalah istilah yang
digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,
ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah,
dan merencanakan masa depan, atau semua proses
psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
2. Proses perkembangan kognitif peserta didik meliputi empat
tahap, yaitu :
a. Tahap Sensori Motor, yaitu suatu proses yang berkelanjutan, dan
dimulai pada masa bayi dilahirkan.
b. Tahap Praoperasional, yaitu suatu proses perkembangan yang
ditandai oleh kemampuan anak mempresentasikan objek dan peristiwa
dalam struktur kognitifnya, dan semakin tidak tergantung pada aktivitas
sensori motorik yang memberi warna terhadap perilaku anak.
c. Tahap Operasional Konkret, yaitu suatu proses perkembangan
yang ditandai dengan kemajuan proses berpikir yang lebih terorganisasi
dan lebih logis daripada sebelumnya.
d. Tahap Operasional Formal, yaitu suatu proses
perkembangan kemampuan bernalar dan berpikir logis yang diarahkan
untuk memecahkan suatu masalah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif peserta didik,
diantaranya yaitu interaksi sosial, bahasa, dan budaya.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan kepada para peserta didik,
pengajar, maupun orang tua untuk dapat berpartisipasi dalam memahami
perkembangan kognitif. Serta dari pihak pemerintah, masyarakat, pengajar,
maupun orang tua perlu melakukan pengawasan terhadap perkembangan

10
kognitif setiap anak dan peserta didik agar disesuaikan dengan karakteristik
perkembangan kognitifnya.

11
4. DAFTAR PUSTAKA

5.
6. Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa
Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.
7. Surna, I Nyoman. (2014). Psikologi Pendidikan 1. Jakarta: Erlangga.
8.

9.

Anda mungkin juga menyukai