Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

PRAKTIK TETANUS
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi
Halaman
1/1
................................. ..................................
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama

................................. dr. Rizka Hastari


Tetanus adalah penyakit toksemik akut dan fatal yang
PENGERTIAN disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama
spasme tanpa gangguan kesadaran.
1. Riwayat mendapat trauma/luka yang kotor dan dalam,
riwayat menderita otitis media supuratif kronik atau
gangren gigi sebagai port dentree.
2. Imunisasi tetanus tidak lengkap.
ANAMNESIS 3. Anak atau bayi sadar.
4. Sering mengalami kekakuan /spasme, terutama bila
terangsang atau tersentuh, pada kondisi berat dapat
terjadi kekakuan spontan walau tanpa rangsangan
5. Kesulitan menelan/membuka mulut
1. Pasien sadar
2. Terjadi spasme otot berulang
3. Trismus/ mulut sukar dibuka
PEMERIKASAA 4. Perut teraba keras/ perut papan
N FISIK 5. Opistotonus :terdapat celah antara punggung pasien
dengan alas saat pasien ditidurkan.
6. Anggota gerak spastik /boxing position
7. Rhisus sardonicus
KRITERIA 1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS Tetanus (ICD 10: A35)
KERJA
1. Sepsis
DIAGNOSIS
2. Meningitis
BANDING
Anamnesis dan gejala cukup khas sehingga sering tidak
diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali dalam keadaan
PEMERIKSAAN meragukan untuk membuat diagnosis banding:
PENUNJANG 1. Pungsi lumbal
2. Pemeriksaan darah rutin, preparat darah tepi atau
biakan dan uji kepekaan
TERAPI 1. Metronidazole loading dose 5mg/kgbb/jam selanjutnya
7,5mg/kgbb tiap 6 jam atau prokain penisilin 50000
IU/kg/kali IM tiap 12 jam atau
Eritromisin 40-50mg/kgbb/hari PO dosis
terbagi/4 x sehari
Ampisilin 150mg/kgbb/hari IV dibagi 4 dosis
Tetrasiklin 25-50mg/kgbb/hari PO dibagi 4
dosis
Dapat ditambahkan sefalosporin bila ada sepsis
atau pneumonia
2. Bila tersedia berikan human tetanus immunoglobulis
3000-6000IU IM, jika tidak tersedia berikan Anti
tetanus serum 50000-100000 IU setengah dosis
diberikan IM dan setengahnya IV dialkukan uji kulit
terlebih dahulu.
3. Diazepam 0,1-0,3mg/kgbb/kali IV tiap 2-4jam
4. Dalam keadaan berat : diazepam drip 20mg/kg/hari
dengan perawatan di ICU
Dosis pemeliharaan 8mg/kgbb/hari oral dibagi 6-8
dosis
5. Perawatan luka atau port d entree
6. Terapi suportif
Bebaskan jalan nafas
Hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir
perlahan dan mengubah posisi tidur pasien secara
berkala
Pemberian oksigen
Perawatan dengan stimulasi minimal
Fisioterapi apabila sudah tidak demam
Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat, bila
trismus berat dapat dipasang pipa nasogastrik
Bantuan nafas pada tetanus berat
Pemantauan/monitoring kejang dan tanda penyulit
1. Upaya pencegahan dengan imunisasi aktif
2. Upaya pencegahan dengan perawatan luka atau port dentre
EDUKASI
yang baik

KOMPETENSI Dokter Spesialis Anak


Ad vitam : bonam
PROGNOSIS Ad sanationam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
INDIKATOR 1. Bebas demam 24 jam tanpa antipiretik
2. Perbaikan klinis
MEDIS 3. Tidak spasme ataupun trismus
1. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL.
Textbook of pediatric infectious diseases. 5th ed.
Philadelphia: WB Saunders;2009
2. Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and
practice of pediatric infectious diseases. 2nd ed.
KEPUSTAKAAN Philadelphia; Cruchili and Livingstone;2003.
3. Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL, Krugmans infectious
disease of children. 11 th ed. Philadelphia: Mosby ;
2004.
4. Pomerans AJ, Busey SL, Sabnis S. Pediatric decision
making strategies. WB Saunders: Philadelphia; 2002
PANDUAN
PRAKTIK DEMAM TIFOID
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi
Halaman
1/3
................................. ..................................
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama

................................. dr. Rizka Hastari


1. American Academy of Pediatrics. Salmonella
infections. Dalam: Pickering LK, Baker CJ, Long SS,
McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006 report of
the committee in infectious disease. Edisi ke-27. Elk
Grove Village, IL. American Academy of Pediatrics;
2006, h. 579-84.
2. Cleary TG. Salmonella species. Dalam Long SS,
Pickering LK, Prober CG, penyunting. Principles and
Practice of Pediatric Infectious Diseases. Edisi ke-2.
KEPUSTAKAAN
Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003. H. 830-5.
3. Cleary TG. Salmonella. Dalam: behrman RE, Kliegman
RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004,
h. 912-9.
4. Pickering LK dan Cleary TG. Infections of the
gastrointestinal tract. Dalam: Anne AG, Peter JH,
Samuel LK, penyunting. Krugmans infectious diseases
of children. Edisi ke 11. Philadelphia; 2004, h. 212-3
PANDUAN
PRAKTIK MALARIA
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi
Halaman
1/1
................................. ..................................
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama

................................. dr. Rizka Hastari


Malaria adalah penyakit infeksi akut atau kronik yang
PENGERTIAN disebabkan oleh Plasmodium, ditandai dengan demam
rekurens, anemia dan hepatosplenomegali.
ANAMNESA 1. Keluhan: demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot
atau pegal-pegal.
2. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
satu bulan terakhir.
3. Pasien berasal dari daerah endemis malaria, atau
riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam 1-4
minggu yang lalu.
4. Malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri
atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu
(paroksisme), diselingi periode bebas demam. Sebelum
demam pasien merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada
nafsu makan, mual atau muntah.
5. Pada pasien dengan infeksi majemuk/ campuran (lebih
dari satu jenis Plasmodium atau infeksi berulang dari
satu jenis Plasmodium), demam terus menerus (tanpa
interval).
6. Periode paroksisme terdiri atas stadium dingin (cold
stage), stadium panas (hot stage), dan stadium
berkeringat (sweating stage). Paroksisme jarang
dijumpai pada anak, stadium dingin seringkali
bermanifestasi sebagai kejang.
7. Daerah dengan risiko malaria yang rendah, diagnosa
malaria tanpa komplikasi harus didasarkan
kemungkinan paparan malaria dan riwayat demam
dalam 3 hari terakhir tanpa gambaran penyakit berat
lain.
8. Daerah dengan risiko malaria tinggi, diagnosis klinis
harus didasarkan pada riwayat demam dalam 24 jam
terakhir dan/ atau adanya anemia yang ditandai dengan
pucat pada telapak tangan.
9. Pada semua daerah klinis malaria harus dikonfirmasi
dengan diagnosis parasitologi.
10. Pada daerah yang tidak dapat melakukan pemeriksaan
parasitologi, keputusan memberikan pengobatan
malaria harus didasarkan kemungkinan penyakit
tersebut menjadi malaria.
PEMERIKSAAN 1. Pada malaria ringan dijumpai demam, anemia, muntah
FISIK atau diare, ikterus dan hepatosplenomegali.

PANDUAN
PRAKTIK MALARIA
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi
Halaman
1/2
................................. ..................................
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama

................................. dr. Rizka Hastari


2. Malaria berat adalah malaria yang disebabkan P.
palciparum, dapat berupa penurunan kesadaran, demam
tinggi, konjungtiva pucat dan telapak tangan pucat serta
ikterik, dapat disertai satu atau lebih kelainan sebagai
berikut,
a. Hiperparasetemia, bila > 5% eritrosit dihinggapi
PEMERIKSAAN parasit.
FISIK b. Malaria selebral dengan kesadaran menurun.
c. Anemia berat, kadar hemoglobin < 7,1 g/dL
d. Perdarahan atau koagulasi diseminata
e. Ikterus, kadar bilirubin serum > 50 mg/dL
f. Hipoglikemia, kadang-kadang akibat terapi kuinin
g. Gagal ginjal, kadar kreatinin serum > 3 g/dL dan
diuresis < 400 ml/ 24 jam
KRITERIA 1. Sesuai dengan anamnesis
2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
DIAGNOSIS 3. Sesuai dengan pemeriksaan penunjang
1. Demam tifoid
2. Meningitis
DIAGNOSIS 3. Apendisitis
BANDING 4. Gastroentritis
5. Hepatitis
6. Influenza dan infeksi virus lainnya
Laboratorium:
1. Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis,
menentukan:
PEMERIKSAAN - Ada tidaknya parasit malaria
- Spesies dan stadium plasmodium
PENUNJANG
- Kepadatan parasit
2. Tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
3. Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan komplikasi
yang terjadi
TERAPI Medikamentosa
1. Malaria Falsiparum
a. Lini Pertama
Menggunakan Artemisin-based Combination
Therapy (ACT)+Primakuin
Tabel Pengobatan malaria falsiparum menurut berat
badan (BB) dengan Dihydroartemisin + Piperakuin
(DHP) dan Primakuin
PANDUAN
PRAKTIK MALARIA
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi
Halaman
....................... ........................ 1/3
.......... ..........
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama

....................... dr. Rizka Hastari


..........

Jumlah tablet per hari menurut berat badan (BB)


5 6- 11- 18- 31-
Jenis
Hari kg 10kg 17kg 30kg 40kg
Obat
0-1 2-11 1-4 5-9 10-
bln bln th th 14 th
1-3 DHP 1 1 2
1 Primakuin - - 1 2

Atau

Tabel pengobatan malaria


falsiparum menurut BB dengan
Artesunat + Amodiakuin dan
Primakuin

Jumlah tablet per hari menurut berat badan (BB)


6- 11- 18- 31- 41-
5
10 17 30 40 59
Jenis kg
TERAPI Hari kg kg kg kg kg
Obat
10-
0-1 2-11 1-4 5-9 15
14
bln bln th th th
th
Artesu
1 1 2 3
nat
1-3
Amo
diakuin
1 1 2 3
Prima
1 kuin
- - 1 2 2

b. Lini Kedua
Menggunakan Kina + Doksisiklin/
Tetrasiklin + Primakuin
Jumlah tablet per hari menurut berat badan (BB)
Ha 6-10 11-17 18-30
Jenis 5 kg
r kg kg kg
Obat
i 0-1 2-11
1-4 th 5-9 th
bln bln
Sesuai 3x
1-7 Kina BB
3x 3x1
1
Primaku
1 - - 1
in
PANDUAN
PRAKTIK MALARIA
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi
Halaman
....................... ........................ 1/3
.......... ..........
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama

....................... dr. Rizka Hastari


..........
Dosis Doksisiklin
Jumlah tablet per hari menurut berat badan (BB)
Ha 6-19
Jenis 5 kg 20-
r kg
Obat
i 0-1 2-11
1-4 th 5-9 th
bln bln
Sesuai 3x
1-7 Kina BB
3x 3x1
1
Primaku
1 - - 1
in
PANDUAN
PRAKTIK CAMPAK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi
Halaman
1/1
................................. ..................................
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur Utama

................................. dr. Rizka Hastari


Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut
yang disebabkan oleh virus campak.
PENGERTIAN Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal
masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah
munculnya ruam.
1. Demam tinggi terus menerus 38,5oC atau lebih
2. Dapat disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata
merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia),
seringkali diikuti diare
3. Timbulnya ruam kulit pada hari ke 4-5 demam,
didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi
ANAMNESIS dari semula
4. Dapat mengalami kejang
5. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah
parah sehinga anak mengalami sesak nafas atauu
dehidrasi
6. Tanda penyembuhan: Adanya kulit kehitaman dan
bersisik (hiperpigmentasi)
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri
dari tiga stadium:
1. Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai
dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek,
faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan
konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya
enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut
bercak Koplik.
PEMERIKASAA 2. Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam
N FISIK makulopapular yang bertahan selama 5-6 hari.
Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut
dibelakang telinga, kemudian menyebar ke wajah,
leher, dan akhirnya ke ekstremitas
3. Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari
ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan
timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan
mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2
minggu.
KRITERIA 1. Sesuai dengan anamnesis
DIAGNOSIS 2. Sesuai dengan pemerikasaan fisik
3. Sesuai dengan pemeriksaan penunjang jika
diperlukan
DIAGNOSIS Campak dengan komplikasi (ICD 10: B05.1,2,3,4)
KERJA
1. Rubela
DIAGNOSIS 2. Demam sklarlatina
3. Eksantema subitum
BANDING 4. Infeksi stafilokokus
5. Ruam akibat obat-obatan
1. Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat
apabila ada komplikasi infeksi bakteri
2. Apabila ada komplikasi ensefalopati dilakukan:
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis
PEMERIKSAAN b. Kadar elektrolit darah
c. Analisis gas darah
PENUNJANG 3. Feses lengkap apabila ada komplikasi enteritis
4. Apabila ada komplikasi bronkopneumonemia
dilakukan:
a. Pemeriksaan foto rontgen dada
b. Analisis gas darah
1. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian
TERAPI
cairan yang cukup, suplemen

Anda mungkin juga menyukai