Anda di halaman 1dari 3

Sejarah

Alat musik tradisional dayak, Sampe.

Orang-orang suku Dayak yang sebagian besar menetap di wilayah Kalimantan, Indonesia dan
Malaysia Timur telah melalui periodesasi zaman yang sangat lama.[2] Oleh karena itu, kaum
Melayu Tua ini tentunya memiliki peradaban dan kebudayaan beserta semua perangkat adat
dan tradisinya.[2] Salah satu wujud hasil budaya orang Dayak adalah alat musik tradisional
yang memiliki ciri dan kegunaan yang khas.[2] Dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak,
seni musik dan alat-alat musiknya menjadi salah satu media yang diperlukan dalam
pelaksanaan upacara-upacara adat, selain tentu saja juga berfungsi sebagai sarana hiburan.[2]
Terdapat berbagai jenis alat musik dalam tradisi kebudayaan orang Dayak, termasuk alat
musik pukul, tiup, maupun petik.[2] Salah satu alat musik petik yang cukup poluler di
kalangan suku Dayak, terutama orang-orang suku Dayak yang hidup di Kalimantan Timur,
adalah sampe.[2] Sampe dalam bahasa lokal suku Dayak dapat diartikan memetik dengan
jari".[2] Dari makna namanya itu diketahui dengan jelas bahwa sampe adalah perangkat musik
yang dimainkan dengan cara dipetik.[2] Namun, penamaan alat musik Melayu Dayak ini
ternyata berbeda-beda di tiap-tiap sub etnis suku Dayak yang ada di Kalimantan timur.[2]
Nama sampe digunakan oleh orang-orang suku Dayak Kenyah, orang-orang suku Dayak
Bahau dan Kanyaan menyebutnya dengan nama sape, suku Dayak Modang mengenal alat
musik ini sebagai sempe, sedangkan orang-orang Dayak Tunjung dan Banua menamainya
dengan sebutan kecapai .[2]

Kendati sama-sama berjenis alat musik petik, namun sampe agak berbeda dengan gitar dalam
cara memainkannya.[2] Dalam memainkan gitar harus menggunakan satu tangan saja untuk
memetik senar, sedangkan tangan lainnya difungsikan untuk mengatur nada pada dawai yang
terdapat pada gagang gitar. Lain halnya dengan sampe di mana alat musik ini dapat
dimainkan justru dengan jari-jari dari kedua belah tangan.[2] Bedanya lagi, apabila gitar pada
umumnya memiliki 6 senar, pada sampe biasanya hanya terdapat 3 senar meskipun ada juga
sampe yang bersenar 4 dan seterusnya.[2] Dulu, dawai sampe menggunakan tali dari serat
pohon enau, namun kini sudah memakai kawat kecil sebagai dawainya.[2] Pada bagian kepala
sampe (ujung gagang), dipasang hiasan ukiran yang menggambarkan taring-taring dan kepala
burung enggang.[2]
Fungsi dan Kegunaan
Sampe adalah alat musik yang berfungsi untuk menyatakan perasaan, baik perasaan riang
gembira, rasa sayang, kerinduan, bahkan rasa duka nestapa.[3] Dahulu, memainkan sampe
pada siang hari dan malam hari memiliki perbedaan.[3] Apabila dimainkan pada siang hari,
umumnya irama yang dihasilkan sampe menyatakan perasaan gembira dan suka-ria.[3]
Sedangkan jika sampe dimainkan pada malam hari biasanya akan menghasilkan irama yang
bernada sendu, syahdu, atau sedih.[3] Terdapat ungkapan mengenai sampe yang termuat dalam
Tekuak Lawe, sastra lisan yang diturunkan dari generasi ke generasi dalam tradisi masyarakat
Dayak, khususnya suku Dayak Kanyaan dan Kenyah.[3] Ungkapan yang berbunyi sape'
benutah tulaang to'awah itu secara harah dapat diartikan Sampe mampu meremukkan
tulang-belulang hantu yang bergentayangan.[3] Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa
alat musik sampe mampu membuat orang yang mendengarnya merinding hingga menyentuh
tulang atau perasaan.[3] Bagi para tetua adat Dayak di zaman dulu, keyakinan akan kesakralan
sampe memang betul bisa dirasakan karena suasana pedesaan dan nuansa adat pada saat itu
masih sangat kental.[3]

Hingga kini, kepercayaan akan tuah sampe masih diyakini oleh para sesepuh Dayak,
misalnya ketika sampe dimainkan dalam suatu upacara adat.[4] Saat bunyi petikan sampe
terdengar, seluruh orang akan terdiam, kemudian terdengar sayup-sayup lantunan doa atau
mantra yang dibacakan bersama-sama.[4] Dalam suasana seperti ini, tidak jarang di antara
mereka ada yang kerasukan roh halus atau roh leluhur.[4] Sampe juga dimainkan pada saat
acara pesta rakyat atau acara gawai padai, sampe dimainkan untuk mengiringi tari-tarian yang
lemah gemulai.[4]

Seiring dengan perkembangan zaman, sampe kemudian tidak hanya berfungsi sebagai alat
musik untuk menyatakan perasaan saja, namun sampe juga mulai sering dimainkan bersama
dengan alat-alat musik lainnya.[3] Anak-anak muda Dayak gemar memainkan sampe sembari
berkumpul bersama di malam hari. Selain itu, sampe dimainkan oleh kaum Lelaki Dayak
untuk menarik perhatian perempuan yang sedang ditaksirnya .[3] Sampe juga berfungsi
sebagai alat musik hiburan dalam suatu keluarga besar.[4] Tradisi orang Dayak yang tinggal di
rumah betang membuat sampe menjadi sarana yang termudah untuk meramaikan suasana
atau untuk menghibur ketika ada salah seorang anggota yang sedang bersedih.[4] Di rumah
betang, tersedia sebuah ruangan besar untuk acara adat atau sebagai ruang keluarga.[4] Di
ruang besar inilah, para pemuda Dayak saling unjuk kemahiran dalam memainkan sampe
Tidak hanya itu, sampe juga sering dimainkan sebagai wujud rasa syukur atas peristiwa atau
moment tertentu, misalnya ketika hasil panen melimpah.[4]

Bahan dan cara pembuatan


Alat musik petik sampe dibuat dari bahan kayu pilihan.[5] Kayu yang dinilai mempunyai
kualitas baik sebagai bahan pembuat sampe adalah jenis-jenis kayu sebangsa kayu meranti,
misalnya kayu pelantan, kayu adau, kayu marang, kayu tabalok, dan sejenisnya.[5] Jenis kayu-
kayu itu dipilih karena kuat, tidak mudah pecah, keras, tahan lama, dan tidak mudah dirusak
atau dimakan binatang seperti rayap.[5] Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka
suara yang dihasilkan sampe akan semaki baik pula .[5] Untuk dawai atau senar sampe, pada
awalnya masih menggunakan tali yang berasal dari serat pohon enau atau aren, namun
sekarang senar sampe sering dibuat dari bahan kawat tipis sehingga bunyinya akan terdengar
lebih nyaring .[2]
Tahap-tahap pembuatan sampe adalah, pertama, batang pohon diratakan dengan
menggunakan kapak lalu dijemur sampai kering.[2] Setelah kayu benar-benar kering, balok
kayu tersebut dilubangi secara memanjang, namun tidak sampai tembus ke permukaan.[2] Jika
proses melubangi kayu sudah selesai, lalu diukir lagi sesuai dengan bentuk yang diinginkan.[2]
Kemudian dibuat bahu atau gagang sampe kira-kira sebesar kepalan tangan. Di bagian
ujungnya, dibuat lubang sebagai tempat pemutarnya sesuai dengan jumlah senar .[2] Di setiap
lubang putaran tersebut ditusuk dengan ujung pisau untuk membuat tempat memasukkan
senar agar dapat dililitkan pada putarannya.[2]

Sampai di sini tahap pembuatan sampe sebenarnya telah selesai, namun biasanya dilanjutkan
dengan menambahkan ukiran dengan ornamen khas Dayak, yakni dengan corak burung
enggang dan taring-taring hewan buruan yang merupakan lambang keagungan dan kebesaran
orang-orang Dayak.[2] Tahap selanjutnya adalah memasang senar di mana sebagai alat untuk
menyeleraskan nada menggunakan belahan rotan yang dipotong-potong. Belahan rotan ini
direkatkan dengan kelulut, sesuai dengan nada yang diinginkan .[2] Bentuk sampe pada
umumnya menyerupai perahu dan mempunyai bagian-bagian tertentu. Dalam bahasa suku
Dayak Kenyah, penyebutan bagian-bagian sampe yakni: usa, mulam, batak, hudog sampe,
uta, batuk, ndon, Iowong sampe, dan seterusnya .[2]

Cara memainkan
Cara memainkan alat musik sampe adalah mula-mula senar-senar sampe diselaraskan dengan
perasaan pemetik nya.[2] Hal ini dilakukan karena sampe adalah alat musik yang berfungsi
untuk menyatakan perasaan seseorang.[2] Oleh karena itu, hasil stem senar-senar sampe
tersebut berbeda-beda untuk setiap orang.[2] Bunyi senar yang dihasilkan itu masih merupakan
nada-nada dasar.[2] Untuk menyelaraskan nada-nada lainnya dilakukan dengan memindah-
mindahkan ndon. Dengan cara ini, sampe pun bisa dimainkan sesuai dengan nada lagu yang
diinginkan.[2] Namun, jika ganti memainkan lagu lain, maka ndon sampe juga harus diubah
atau diselaraskan lagi diinginkan.[2] Cara memetik sampe adalah dengan jari-jari kedua
tangan, baik tangan kiri maupun tangan kanan. Petikan ini akan menghasilkan bunyi accord .
[2]
Pemetik sampe memainkan lagu hanya dengan berdasarkan perasaan sehingga bunyi yang
dihasilkan pun akan mengena sesuai dengan perasaan si pemetik.[2]

Anda mungkin juga menyukai