Mayonnaise
Mayonnaise adalah emulsi semi solid yang diperoleh dari campuran minyak nabati,
kuning telur, asam (cuka dan sari jeruk), bumbu-bumbu (garam, mustard, dan paprika), asam
sitrat atau asam malat yang fungsinya untuk mempertahankan aroma dan warna (Chukwu dan
Sadiq, 2008). Mayonnaise memiliki pH 3-4 dimana protein kuning telur yaitu lipoprotein
bertindak sebagai emulsifier (Gaonkar, dkk., 2010). Kuning telur selain berperan sebagai
pengemulsi juga berfungsi untuk memberikan warna pada mayonnaise.
Mayonnaise tradisional yang terdiri dari campuran telur, cuka, dan mustard umumnya
mengandung minyak sebesar 70-80 %, sehingga disebut emulsi minyak dalam air. Emulsi
mayonnaise terbentuk dari pencampuran telur, cuka, dan mustard dan kemudiam secara
perlahan dicampur dengan minyak (El-Bostany, dkk., 2011).
Sistem emulsi yang membentuk mayonnaise merupakan sistem heterogen yang terdiri
atas dua fase yang tidak tercampur, tetapi cairan yang satu terdispersi dengan baik dalam
cairan yang lain dalam bentuk butiran (droplet/globula) dengan diameter antara 0,01-50 m.
Fase yang berbentuk butiran disebut fase terdispersi atau fase internal, sedangkan fase tempat
cairan terdispersi disebut fase pendispersi (Nawar, 1985). Menurut Paul dan Palmer (1972),
tipe emulsi yang terbentuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu emulsi minyak dalam air
dimana minyak menjadi fase terdispersi dan air menjadi fase pendispersi, serta emulsi air
dalam minyak dimana minyak menjadi fase pendispersi dan air sebagai fase terdispersi.
Pada pembentukan suatu sistem emulsi, cairean fase internal harus terdispersi dengan
sempurna dalam fase pendispersi, sehingga dibutuhkan suatu energi untuk memperkecil
partikel-partikel fase terdispersi dan memisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam
sistem emulsi. Energi tersebut diperoleh dari alat pengadukan mekanis seperti mixer, dan
energi ini dinamakan emulsator. Besarnya energi yang diperlukan tergantung dari tegangan
permukaan antara kedua cairan tersebut. Semakin tinggi tegangan permukaan, maka semakin
sulit terbentuknya suatu emulsi sehingga dibutuhkan energi yang besar dan begitu pula
sebaliknya (Paul dan Palmer, 1972).
Emulsi merupakan sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan dua hal untuk
membentuk emulsi yang stabil, yaitu penggunaan alat mekanis untuk mendispersikan sistem
dan penggunaan bahan pengemulsi atau penstabil untuk mempertahankan sistem tetap
terdispersi (Bergenstahl dan Claesson, 1990). Penambahan bahan pengemulsi bertujuan
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial) sehingga
mempermudah terbentuknya emulsi, sedangkan penambahan bahan penstabil bertujuan
meningkatkan viskositas fase continue agar emulsi yang terbentuk menjadi stabil (Muchtadi,
1990).
Stabilitas emulsi memegang pernanan penting untuk menentukan mutu suatu produk
makanan yang mengandung minyak, seperti mayonnaise dan saus selada. Kerusakan emulsi
ditandai dengan terbentuknya lapisan minyak dan air yang terpisah (Sutikna, 1987).
Kestabilan emulsi dipengaruhi oleh keseimbangan proporsi air dan protein. Jika jumlah air
terlalu tinggi, sedangkan protein dalam jumlah terbatas, akan menyebabkan air cepat
memisah karena protein yang ada tidak mampu mengikat semua air dalam sistem sehingga
dihasilkan kestabilan emulsi yang rendah (Mutiah, 2002).
Prinsip dari pembuatan mayonnaise adalah mencampurkan minyak nabati dengan
cuka, gula, garam, lada, mustard, dan kuning telur sebagai pengemulsi yang akan membentuk
sistem emulsi. Bahan pengemulsi sangat diperlukan untuk mempertahankan stabilitas sistem
emulsi setelah pencampuran, sehingga antara minyak nabati dan bahan yang lain tidak
terpisah. Pengemulsi yang tidak baik dan tidak seimbang dapat menyebabkan emulsi yang
diperoleh menjadi tidak stabil (Jaya, dkk., 2013). Ketidakstabilan emulsi dapat diaktifkan
oleh beberapa mekanisme seperti terpisahnya emulsi dan koagulasi. Untuk mempertahankan
emulsi dan mencegah perubahan fisika kimia yang tidak diinginkan dapat ditambahkan
penstabil dalam emulsi (Winarno, 2008).
Mayonnaise dengan kadar lemak lebih dari 90 % mempunyai konsistensi yang kaku dan
minyaknya mudah terpisah. Karakteristik dari minyak yang digunakan sangat berperan
terhadap kestabilan emulsi pada penyimpanan dingin. Apabila konsistensi minyak bertambah,
mayonnaise dapat pecah dan dapat dibentuk kembali dengan penambahan kuning telur, air,
dan cuka. Hampir semua jenis minyak nabati dapat digunakan dalam pembuatan mayonnaise,
salah satunya adalah minyak sawit (Mutiah, 2002).
Lemak dalam mayonnaise berperan terhadap sifat reologi dan sifat sensoris seperti
aroma, tekstur, dan mouthfeel, serta penambah nilai gizi. Sifat sensoris tersebut sulit dibentuk
tanpa adanya lemak. Tetapi, konsumsi lemak yang tinggi dapat memicu penyakit seperti
obesitas, penyakit jantung, kanker hingga tekanan darah tinggi. Namun sekarang terdapat
alternatif dengan menggunakan bahan pengganti peranan lemak dengan jumlah tertentu untuk
mengurangi kadar lemak dan menghasilkan mayonnaise dengan tekstur yang mendekati
tekstur mayonnaise tradisional. Beberapa pengganti lemak yang banyak digunakan
diantaranya pati termodifikasi, inulin, pektin, xanthan gum, gum arab, dan karagenan dapat
menstabilkan emulsi dan meningkatkan viskositas mayonnaise (Liu, dkk., 2007). Dudina, dkk
(1992) menyatakan bahwa kandungan lemak yang terdapat pada mayonnaise rendah kalori
adalah berkisar 30-40%.
Cream Mayonaise
Pada saat yang hampir bersamaan, Best Foods mulai menjual mayonaise di pantai barat
Amerika sebagai saingan Hellmann's Mayonaise yang berjaya di pantai timur. Best Foods
membeli merek Hellman di tahun 1932 dan kedua merek menjadi tetap menjadi penguasa
pangsa pasar mayonaise di pantai barat dan pantai timur Amerika Serikat hingga sekarang.
Di bagian tenggara Amerika Serikat, Nyonya Eugenia Duke dari Greenville, South
Carolina pada tahun 1917 mendirikan perusahaan bernama Duke's Product Company yang
menjual sandwich. Mayonaise buatan Nyonya Eugenia Duke menjadi sangat terkenal
sehingga menjadi satu-satunya produk andalan yang dijual perusahaan. Mayonaise Nyonya
Eugenia Duke dibeli oleh perusahaan C.F. Sauer di tahun 1929. Sampai sekarang Duke's
Mayonaise tetap merupakan mayonaise lokal yang tidak dijual di wilayah lain di Amerika
dan satu-satunya mayonaise Amerika yang tidak mengandung gula.
Mayonaise Jepang dibuat dari cuka beras dan mempunyai rasa yang berbeda
dibandingkan dari mayonaise barat yang dibuat dari cuka hasil distilasi. Mayonaise Jepang
bukan dijual di dalam toples, melainkan di dalam botol plastik tipis tembus pandang yang
bisa dipencet. Mayonaise merupakan salah satu bumbu dalam masakan Jepang. Pure Select
produksi Ajinomoto dan Kewpie adalah dua merek mayonaise yang menguasai pangsa pasar
dalam negeri Jepang. Dalam bahasa Jepang, penggemar berat mayonaise yang selalu
menambahkan mayonaise ke dalam semua makanan yang dimakan disebut mayora.
Mayonaise buatan sendiri mengandung kadar lemak hingga 85%, sedangkan mayonaise
produksi pabrik mengandung kadar lemak sekitar 70-80%. Mayonaise rendah lemak
mengandung tepung dan bahan pengisi lain untuk meniru mayonaise yang asli.
Mayonaise dibuat dari kuning telur mentah sehingga bisa menyebabkan sumber infeksi
salmonela. Pastikan telur sudah dicuci bersih dan gunakan telur yang masih segar jika ingin
membuat mayonaise sendiri. Mayonaise buatan sendiri hanya tahan beberapa hari di dalam
lemari es.
Macam-macam mayonaise:
1. Aioli: mayones dari minyak zaitun yang dicampur bawang putih
2. Saus tartar: mayones dengan asinan ketimun dalam botol dan bawang bombay, tapi kadang-
kadang juga ditambah capers, buah zaitun dan lumatan telur rebus
3. Russian dressing (Marie Rose sauce): mayones dengan saus tomat, yogurt dan krim kental
4. Saus Thousand Island: Russian dressing dengan pickles dan rempah-rempah
5. Fry sauce: campuran mayones, rempah-rempah, saus tomat dan saus berwarna merah yang
lain (Tabasco atau Buffalo wing) sebagai saus untuk french fries
6. Mayonesa: mayones rasa lime, umum dijual di Amerika Utara di toko bahan makanan
Meksiko atau Spanyol
Bahaya Mayonaise
Hati-hatilah dalam mengkonsumsi mayonaise. Karena selain kandung lemak yang
cukup tinggi, mayonaise juga mengandung kolesterol dalam jumlah yang lumayan banyak
dibandingkan bahan makanan lain. Kandungan kolesterol di dalam 100 gram mayonaise
adalah sekitar 424 mg. Wow, cukup banyak ya. Padahal kita dianjurkan untuk mengkonsumsi
kolesterol kurang dari 300 mg perhari. Jadi, mengkonsumsi mayonaise sebaiknya tidak
terlalu banyak.
Berikut ini syarat mutu mayonnaise berdasarkan SNI 01-4473-1998 yang menjadi
standar mutu mayonnaise di Indonesia (Tabel 1).
1. Keadaan Normal
Bau - Normal
Rasa - Normal
Warna - Normal
Tekstur - Normal
2. Air %b/b Maks 30
3. Protein %b/b Min 0,9
4. Lemak %b/b Min 65
5. Karbohidrat %b/b Maks 4
6. Kalori kkal/100 g Min 600
7. Pengawet - Sesuai SNI 01-0222-1995
8. Cemaran logam Sesuai SNI 01-4473-1998
9. Cemaran arsen (As) mg/kg Maks 0,1
10. Cemaran mikroba
ALT Koloni/g Maks 104
Bakteri bentuk coli APM/g Maks 10
E. coli Koloni/10 g Negatif
Salmonella Koloni/25 g Negatif