Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami
bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi,
telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan
martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang
muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat
kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana setelah rakyat
pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa
lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan
pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme,
merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi
pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916.
Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga
dengan Nahdlatul Fikri (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana
pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ
kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat
itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan
adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai
kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat
pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
K.H. Hasyim Asyarie, Rais Akbar (ketua) pertama NU. Berangkan
komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka
setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup
dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka
setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan
untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan
Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin
oleh K.H. Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim
Asyari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga

1
merumuskan kitab Itiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut
kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar
dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial,
keagamaan dan politik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Nahdlatul 'Ulama?
2. Bagaimana sejarah Nahdlatul 'Ulama?
3. Bagaimana paham keagamaan Nahdlatul 'Ulama?
4. Siapa saja tokoh-tokoh pendiri Nahdlatul 'Ulama?
5. Bagaimana dinamika Nahdlatul 'Ulama?
6. Bagaimana struktur pengurus Nahdlatul 'Ulama?
7. Apa saja lembaga Nahdlatul 'Ulama?
8. Bagaimana Nahdlatul 'Ulama di daerah Cianjur?

C. Tujuan Penulisan
Dari Rumusan Masalah yang dijelaskan diatas maka dapat ditarik tujuan
sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari Nahdlatul 'Ulama
2. Mengetahui sejarah Nahdlatul 'Ulama
3. Mengetahui paham keagamaan Nahdlatul 'Ulama
4. Mengetahui tokoh-tokoh pendiri Nahdlatul 'Ulama
5. Mengetahui dinamika Nahdlatul 'Ulama
6. Mengetahui struktur pengurus Nahdlatul 'Ulama
7. Mengetahui lembaga-lembaga Nahdlatul 'Ulama
8. Mengetahui seperti apa Nahdlatul 'Ulama di daerah Cianjur

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami dan memantapkan pengetahuannya
mengenai religius dalam kehiupan masyarakat
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui dan mengenal bagaimana religius dalam
kehidupan masyarakat

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Nahdlatul 'Ulama


Nahdlatul 'Ulama secara etimologi mempunyai arti kebangkitan ulama
atau bangkitnya para ulama. Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi
yang didirikan sebagai tempat perhimpunan atau perkumpulan para ulama
dan jama'ah ahlu sunnah wal jama'ah. Sedangkan menurut istilah
Nahdlatul Ulama adalah jam'iyyah Diniyah yang memiliki faham Ahlu
Sunnah wal Jama'ah yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31
Januari 1926 M.
Kata al 'ulama adalah bentuk jama' dari kata al 'alim yang merupakan
sekelompok orang yang memiliki kedalaman ilmu pengetahuan dan
pengalaman agama islam. Selain itu menjadi sumber panutan dari berbagai
masalah keagamaan dan kemasyarakatan.
Nahdatul ulama (NU) adalah sebuah organisasi Islam terbesar
di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di
bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.

B. Sejarah Nahdlatul 'Ulama

3
NU ( Nahdatul ulama ) adalah Sebuah organisasi yang didirikan
oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/ 26 Rajab 1344 H di
Surabaya.
Organisasi ini berdiri dipicu oleh tindakan penguasa baru Arab Saudi
berpaham wahabi yang telah berlebih-lebihan dalam menerapkan progran
pemurnian ajaran islam. Kala itu pemerintahan, antara lain, menggusur
petilasan sejarah islam, seperti makam beberapa pahlawan islam dengan
dalih mencegah kultus individu. Mereka juga melarang sesuatu yang
dianggap bidah seperti membaca al-barzanji yang dianggap sebagai kultus
individu. Pemerintah Arab Saudi juga melarang mazhab-mazhab selain
mazhab wahabi, selain pemerintah Arab Saudi ingin menjadi kekholifahan
yang diakui eksistensinya secara internasional oleh negara yang
berpenduduknya beragama islam.
Keadaan ini adalah salah satu alasan berdirinya NU. Karena
undangan itu sekiranya akan juga dihadiri oleh beberapa organisasi di
Indonesia, namun orang-orang yang tradisional ini tidak diberi
kesempatan untuk menyampaikan keberatan atas ide-ide wahabi mencoba
untuk membuat trobosan baru yaitu mendirikan komite hijaz. Komte
hijaz ini kemudian berangkat sendiri ke Arab untuk menyampaikan
beberapa keberatan dan komite ini tidak ada kaitannya dengan delegasi
lain dari Indonesia. Setelah menyampaikan beberapa pesan kepemerintah
Arab Saudi mereka pulang dan kemudian komite ini dibakukan untuk
menjadi oraganisasi. Organisasi ini bergerak dalam bidang keagamaan dan
kemasyarakatan.
Berdirinya organisasi NU ini merupakan salah satu fenomena yang
luar biasa. Sebab, didirikan oleh orang-orang yang dianggap kolot, tradisi
tidak mempunyai kemampuan dan kecerdasan berorganisasi. Organisasi
ini sendiri sebenarnya tidak pernah lepas dari tangan dingin seorang kiai
yaitu K.H Hasyim Asyari.
Jadi, antara kiai Hasyim Asyari dengan NU seperti dua mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Sebab, NU ada atas prakarsa beliau dan
beliau adalah simbol dari NU. Hubungan NU dan K.H.Hasyim Asyari ini
digambarkan oleh Masud sebagai Bapak Spiritual NU. Berdirinya NU
yang dibidangi oleh K.H.Hasyim Asyari dan K.H.Wahab Hasbullah tidak

4
lepas dari pengaruh K.H.Khalil dan juga K.H.Asad Samsul Arifin.
K.H.Asad pada waktu berdirinya NU masih bersetatus santri K.H.Khalil
dan sekaligus mediator antara K.H.Hasyim dengan gurunya dari
Bangkalan. Asad bercerita; berdirinya NU tidak seperti lazimnya
perkumpulan lain. Berdirinya NU tidak ditentukan olen perizinan dari
bupati atau gubernur, tapi langsung dari Allah Swt. Dan izin dari Allah itu
juga ditempuh melalui perjuangan para wali sembilan. Karena itu, didalam
simbol NU terdapat bintang berjumlah sembilan. Itu menandakan
berdirinya NU tidak terlepas dari perjuangan para wali sembilan.

C. Paham Keagamaan Nahdlatul 'Ulama


Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jamaah,
sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli
(rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber
pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Quran, Sunnah, tetapi juga
menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara
berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan
Al-Asyari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian
dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafii, dan
Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-
Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf
dengan syariat.
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum
penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta
merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun
sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan
tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika
sosial dalam NU.

D. Tokoh-tokoh Pendiri Nahdlatul 'Ulama


1. K.H. Hasyim Asyari ,Rais Akbar (ketua) pertama NU.
2. K.H. Abdul Wahab hasbullah
3. K.H. Bisri Syansuri
4. K.H. Muhammad Ali Maksum
5. K.H. Achmad Muhammad Hasan Siddiq
6. K.H. Hasan Gipo

5
7. K.H. Idham Chalid
8. K.H. Abdurrahman Wahid
9. K.H. Ali Yafie
10. K.H. Mohammad Ilyas Ruhiat
11. KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz
12. K.H. Hasyim Muzadi
13. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A.

E. Dinamika Nahdlatul 'Ulama


Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah
diterjemahkan dalam perilaku kongkrit. NU banyak mengambil
kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa
organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan
zaman. Prestasi NU antara lain:
1. Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana
diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
2. Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga
umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab
masing-masing.
3. Mempelopori berdirinya Majlis Islami Ala Indonesia (MIAI) tahun
1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia
berparlemen.
4. Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui
Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
5. Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil
menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
6. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA)
1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
7. Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di
Indonesia sepanjang dekade 90-an.

Tujuan Organisasi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jamaah di


tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)

6
Usaha Organisasi

1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan


rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam
perbedaan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa,
berbudi luhur, berpengetahuan luas.
3. Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan kemanusiaan.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan
berkembangnya ekonomi rakyat.
5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

F. Struktur Pengurus Nahdlatul 'Ulama


1. Pengurus Besar (tingkat Pusat).
2. Pengurus Wilayah (tingkat Provinsi), terdapat 33 Wilayah.
3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang
Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan
15 Cabang Istimewa.
4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan), terdapat
5.450 Majelis Wakil Cabang.
5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.

Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap


kepengurusan terdiri dari:

1. Mustasyar (Penasihat)
2. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)

Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:

1. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)


2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)

Keanggotaan berbasis di ranting dan di cabang untuk cabang istimewa.

G. Lembaga-lembaga Nahdlatul 'Ulama

7
Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi Nahdlatul
Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama,
berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan/atau yang
memerlukan penanganan khusus. Lembaga ini meliputi:
1. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LD-NU)
2. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU)
3. Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-
NU)* (Indonesia) Lembaga Asosiasi Pesantren Nahdlatul Ulama
4. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LP-NU)
5. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPP-NU)
6. Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama (LPK-NU)
7. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK-NU)
8. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul
Ulama (LAKPESDAM-NU)
9. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBH-
NU)
10. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama
(LESBUMI-NU)
11. Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZIS-NU)
12. Lembaga Waqaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama (LWP-NU)
13. Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM-NU)
14. Lembaga Ta'mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTM-NU)
15. Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LK-NU)
16. Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LF-NU)
17. Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU)
18. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul
Ulama (LPBI-NU)

BAB III

HASIL OBSERVASI LAPANGAN

A. Deskripsi Tempat
Menurut penuturan K.H.Atik Djarkasih, Bc.Hk. (Mantan Ketua
Tanfidziyyah PCNU Cianjur, Sekarang Ketua LP Maarif NU Cianjur),
bahwa NU mulai masuk ke Cianjur pada tahun 1953, yang pada saat itu
NU sudah menjadi Partai Politik. Sehingga NU Cianjur memiliki
fenomena yang berbeda dengan NU-NU yang lainnya. Adapun tokoh yang
berkiprah pada saat itu diantaranya adalah: R. Djunaedi Warca Djaja,
KH.Saleh Madani, KH. A.Zaini Dahlan, HME.Kosasih (Gg.Rambutan),

8
R.Ali Toyyib, H.Mastur Said, H.Sahudi, H.Sarbini, H.Barkum Said,
H.Ahmad Sukarjo, Zainal Abidin Nuh, H.Mubarak, Gan Pepe, R.Safei
Affandi, MH. Basri.
Nahdlatul Ulama sekitar tahun 1950-an kegiatannya terpusat di
daerah Warujajar (Kelurahan Solokpandan), pada saat itu NU memiliki
PGA-NU (6 tahun) sehingga daerah warujajar menjadi pusat kegiatan NU
walaupun penyangga paling kuat adalah pesantren-pesantren yang ada di
sekitar Cianjur.
Kepemimpinan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Cianjur di pegang
oleh Ulama-ulama terkemuka Cianjur. Seperti halnya 2 (dua) periode
terakhir kepengurusan PCNU Cianjur, pada jajaran Mustasyar (Penasehat)
diketuai oleh K.H.R.Abdul Halim, yang lebih dikenal dengan
sebutan Ajengan Elim, pimpinan Pondok pesantren Al-Muthmainah
Bojongherang Cianjur, sekaligus Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia
Kabupaten Cianjur. Kemudian Syuriyyah; Rois-nya adalah
K.H.Abdulqodir Rozy, yang lebih dikenal dengan panggilan Ustadz Koko,
pimpinan Pondok Pesantren Al-Barkah Warujajar Cianjur, sekaligus Ketua
Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Cianjur. Kemudian di jajaran
Tanfidziyyah, Ketua-nya K.H.Kamali Abdul Ghani (Pondok Pesantren Al-
Ittihad Rawabango) dan kemudian periode selanjutnya oleh K.H.Abdul
Azis Hidayatullah lebih akrab dengan sapaan AjenganDayat (Pimpinan
Pondon Pesantren AssujaI Ciharashas Cilaku).
Sebutan untuk Cianjur sebagai Kota Santri, semakin meneguhkan
keberadaan Jamiyyah NU di kabupaten Cianjur. Menurut penuturan
Sekretaris Tanfidziyyah PCNU Cianjur, H.Aguslani Muslih, M.Ag., dari
32 Kecamatan yang tersebar di Kabupaten Cianjur, NU telah memiliki
perwakilan di tiap Kecamatan atau disebut MWCNU (Majelis Wakil
Cabang Nahdlatul Ulama), dan hampir 75% nya di tiap MWC telah
terbentuk Kepengurusan Ranting NU.
Model transformasi informasi, kebijakan dan fatwa NU kepada
MWC yang tersebar di tiap kecamatan ini, PCNU Cianjur senantiasa
menggelar Lailatul Ijtima (Pertemuan Malam Hari) yang dilaksanakan
secara rutin tiap bulan di Kantor PCNU atau di Pesantren tertentu yang
ditunjuk oleh PCNU. Kegiatan ini biasanya di hadiri oleh pengurus NU

9
Cabang Cianjur, para Kyai pesantren, pimpinan Majelis Talim yang
memiliki kedekatan dengan NU.

B. Deskripsi Hasil
Ciri Khas Nahdlatul Ulama (NU), yang membuatnya berbeda dengan
organisasi sejenis lainnya adalah ajaran keagamaan NU tidak membunuh
tradisi masyarakat, bahkan tetap memeliharanya, yang dalam bentuknya
yang sekarang merupakan asimilasi antara ajaran Islam dan budaya
setempat.
NU memang terkenal dengan berbagai amalan yang sering dilakukan
secara berjamaah. Tradisi pewarisannya bisa dibilang cukup panjang. Dari
generasi ke generasi.
Ciri khas NU (Nahdlatul Ulama) :
1. Tahlilan
Tahlilan adalah salah satu cirikhas kaum NU. Bahkan untuk
mengetahui seseorang NU apa tidak cukup dilihat dari apakah
seseorang itu ikut kegiatan tahlilan apa tidak.
Tahlilan sendiri adalah sebuah kegitan yang dilakukan bersama
oleh kalangan NU yang berisi pembacaan dzikir, tasbih, ayat quran
tahlil, tahmid dan lain sebagainya. Biasanya acara ini diselenggarakan
dalam berbagai momentum kalangan NU. Yang paling jamak adalah
ketika mendoakan seseorang yang sudah meninggal. Biasanya
dilakukan pada malam hari pertama sampai ke empta puluh berlanjut
terus hari ke 100,1000 dan haul tiap tahunnya.
2. Ziarah Kubur
Warga NU akrab seklai dengan budaya ziarah kubur. Mendatangi
makam para auliya, ulama atau leluhur sembaru membaca berbagai
doa disana. Jangan dimaknai kaum NU berdoa kepada kuburan. Tapi
melalui para orang orang yang terlebih dahulu mereka merasa lebih
dekat dengan yang maha kuasa dan mengingatkan mereka bahwa
kehidupan pada hakikatnya adalah fana dan tidak kekal.
Khusus ziarah makam para wali sudah menjadi tradisi dan bahkan
sangat ramai seklai pengunjungnya. Ini dilaksanakan biasnya
rombongan. Jika ke makam para leluhur hampir tiap hari raya idhul
fitri dan hari hari tertentu manjadi budaya yang mapan dikalangan
NU.

10
3. Maulid Nabi
Untuk menunjukan kecintaannya pada Nabi, paling tidak pada
bulan kelahiran Nabi yaitu bulan Robiul Awwal banyak sekali
kegiatan bernuansa keagamaan dalam berbagai bentuk. Ada Dibaab.
Barzanji,pengajian dsb dalam rangka Maulid Nabi.
4. Istighosah
Istighosah memiliki arti memohon pertolongan kepada Alloh SWT.
Oleh warga NU biasnya dilaksanakan bersama-sama dalam satu
majlis. Dalam skala besar PBNU pernah menyeleksanakan istighosah
dalam skala besar atau istighosah kubro baik tingkat Nasional maupun
tingkat daerah.
5. Qunut
a. Qunut Shubuh : Imam Syafii menyatakan bahwa qunut subuh
dibaca bberdasarkan hadis dari Anas bin Malik.
b. Qunut Nazilah : qunut ini dibaca warga NU ketika sedang
menghadai kesudahan baik wabah penyakit,tantangan,bencana
dlsb.
c. Quntu Witir : qunut ini dilaksanakan pada rakaat terakhir bulan
Romadlon pada malam ke 16-30 bulan Romadhon.
6. Talqin
Talqin adalah amaliyah kaum NU disaat ada saudaranya yang
meningla dunia. Talqin berasal dari Bahasa Arab yang artinya
memahamkan atau mengingatkan.Talqin biasnya dibacakan dalam
bahasa arab tapi sering juga dibacakan dalam Bahasa Jawa.
Adapun tatacaranya orang yang menalqin berposisis duduk
dihadapan kepala mayyit. Sedangkan para hadirin hendaknya berdiri,
Dana salah seorang yang biasanya pemuka keagamaan mulai
membacakan talqin bagi si mayyit.
7. Adzan 2 Kali dalam Shalat Jumat
Setiapmenjelang sholat Jumat dimasjid-masjid NU, ada seorang
laki-laki yang berdiri sambil memegang tongkat. Setelah membacakan
hadis Nabi yang berisi anjuran kepada para Jamaah dan kemudian
dilakukan adzan yang kedua kalinya.
Praktek semcam ini meniru pada zama Shahabat Utsman dan
praktik semacam ini sama dengan yang dipraktikan di Masjidil Haram
dan Masjid Nabawi.
8. Tingkepan

11
Acara ini berbentuk pembacaan doa dan pemberian sedekah dalam
rangka tujuh bulan kehamilan seorang wanita yang pertama kali
hamil. Dan biasanya disela-sela acara dibacakan surat Yusuf dan surat
Maryam, dengan harapan agar anaknya akan lahir seganteng Nabi
Yusuf dan secantik Siti Maryam
9. Merujuk Kitab Kuning
Selain pada Alquran dan Alhadist, warga NU selalu berpegangan
pada ulama lama baik melalui kyai maupun merujuk pada kitab
kuning yang dianggap standar oleh para Ulama NU.
Kitab kuning ini biasanya ditulis dalam bahasa arab dan biasanya
berbentuk tulisan arab tanpa harakat (gundul).
Ini tidak lain karena tradisi intelektual NU yang selalu
berpegangan pada Al-quran, karena berhati-hati agar supaya
pemahaman agamanya tidak melenceng dari apa yang telah digariskan
oleh para Salafuna Assholih yang berpegana pada tradisi Nabi
Muhammad SAW.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) Didirikan pada 16 Rajab 1344
H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asyari
sebagi Rais Akbar, Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah Wal
Jamaah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli
(rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis), Jumlah warga
Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari
40 juta orang, dari beragam profesi. Sebagian besar dari mereka adalah
rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas
yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama,
selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah dan
pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren
yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Ciri Khas Nahdlatul Ulama (NU), yang membuatnya berbeda dengan
organisasi sejenis lainnya adalah ajaran keagamaan NU tidak membunuh
tradisi masyarakat, bahkan tetap memeliharanya, yang dalam bentuknya
yang sekarang merupakan asimilasi antara ajaran Islam dan budaya
setempat.
NU memang terkenal dengan berbagai amalan yang sering dilakukan
secara berjamaah. Tradisi pewarisannya bisa dibilang cukup panjang. Dari
generasi ke generasi.
Ciri khas NU (Nahdlatul Ulama) : tahlilan, ziarah kubur, maulid nabi,
istighosah, qunut, talqin, adzan dua kali dalam shalat jumat, tingkepan, dan
merujuk kitab kuning.

13
B. Saran
Perlu adanya bimbingan khusus untuk masyarakat pada umunya dan
pelajar maupun mahasiswa pada khususnya untuk lebih mempelajari seluk
beluk mauapun sejarah tentang Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, peran
tokoh masyarakat yang mendukung untuk lebih meningkatkan NU di mata
masyarakat.

14

Anda mungkin juga menyukai