Anda di halaman 1dari 4

Nama: Darwin Cahyadi

NIM : 21213108
Kelas : MN-4

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA


Morfologis adalah bagian dari kajian morfoligi, yakni ilmu yang
mempelajari mengenai bentuk kaidah bahasa. Adapun proses
morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari kesatuan yang
lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasar sendiri bisa
berupa kata, seperti kata "berjalan" yang dibentuk dari kata "jalan,
kata "menulis" dibentuk dari kata "tulis," "gedung-gedung" dari kata
"gedung." Mungkin juga berupa pokok kata, atau istilah lainnya
prakatagorial, misalnya kata "bertemu" dari pokok kata "temu," kata
"mengalir" dari kata "alir;" mungkin berupa frase, misalnya frase
"ketidakadilan" dibentuk dari frase tidak "adil."
Dalam bahasa b.Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu :
1. Proses pembubuhan afiks (afiksasi)
Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks suatu satuan,
baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks,
untuk membentuk kata. Misalnya pembubuhan afik ber- pada kata
jalan menjadi berjalan. Pada sepeda menjadi bersepeda.
Bentuk tunggal => terdiri dari satu morfem, misalnya : makan,
minum.
Bentuk kompleks => terdiri lebih dari satu morfem : rumah makan,
berlari,.
Kata berlari terdiri dari dua morfem yakni morfem [ber-] dan morfem
[lari].
Tak jarang kita mendengar dipungkiri, atau kata mempesona. Kata-
kata tersebut memiliki intensitas yang cukup tinggi, artinya sering
diucapkan. Tapi apakah kata-kata tersebut sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia? Berikut sedikit pembahasan:
Fonem /N/ pada morfem meN berubah menjadi fonem /m/ apabila
bentuk dasar yang mengikutiya berawal /p,b,f/.
Misalnya : meN + pesan => memesan
meN + pukul => memukul
meN + potong => memotong
meN + Pesona => memesona

2. Proses Pengulangan (Reduplikasi)


Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan suatu
gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi
fonem maupun tidak. Hasil pengulangan tersebut disebut kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya kata
ulang rumah-rumah dibentuk dari kata dasar rumah, kata ulang
berjalan jalan dibentuk dari kata berjalan kata ulang bolak balik
berasal dari kata balik.
Akan tetapi kita sering terkecoh dengan bentuk yang mirip dengan
kata ulang, tetapi susunguhnya bukanlah kata ulang, jika dilihat dari
tinjauan deskriptif. Misalnya kata-kata berikut: sia-sia, huru-hara,
mondar-mandir. Kata-kata tersebut bukanlah kata ulang, karena
sebenarnya tidak ada satuan atau kata dasar yang diulang. kata sia-sa
bukan berasal dari kata dasar sia, karena dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia tidak ada kata dasar sia, begitupun dengan kata huru-hara,
dan kata mondar-mandir.
3. Proses Pemajemukan
Dalam bahasa Idonesia kerap sekali ditemukan gabungan dua kata
yang membentuk makan baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua
kata tersebut lazim disebut dengan kata mejemuk. Rumah sakit, meja
makan, kepala batu.
Cara Membedakan Antara Kata Menjemuk Dengan Yang Bukan Kata
Mejemuk, misalnya saya beri contoh kursi malas dengan adik. Dilihat
dari kategori pengolongan kata, kata kursi malas dan adik malas
terdiri dari kata benda dan kata sifat. Artinya keduanya mempunyai
kemungkinan sebagai klausa dan sebagai frase. Jika kursi malas
sebagi klausa, tentu dapat diikuti dengan kata itu, misalnya menjadi
kursi itu malas, kata malas dapat diikuti dengan kata sangat,tidak
agak, kursi itu sangat malas, kursi itu agak malas. Jelaslah bahwa
semua itu tidak lazim. berbeda halnya dengan adik malas, dapat
diperluas menjadi adik yang malas, atau adik itu sangat malas. Jadi
jelas kursi malas bukanlah klausa.

Jika kursi malas itu fase, tentu dapat disela dengan kata yang,
misalnya pada contoh tadi; adik malas dapat disisipi kata yang
menjadi adik yang malas. Sedangkan kursi yang malas tidak lazim
atau tidak berterima, oleh karena itu maka kursi malas bukanlah frase
melaikan kata majemuk.
Disamping tiga proses morfologis diatas, dalam bahasa Indonesia
sebenarnya masih ada satu proses lagi yang disebut dengan proses
perubaan zero. Proses ini hanya meliputi sejumlah kata tertentu, yakni
kata yang termasuk golongan kata verbal transitip, seperti : makan,
minum, minta, dan mohon, yang semuanya adalah kata verbal
transitif (kata verbal yang dapat diikuti oleh objek dan dapat diubah
menjadi kata verbal pasif). Misalnya:
Membeli => dibeli
Memperbaiki => diperbaiki
Makan => dimakan
Minum => diminum

Anda mungkin juga menyukai