A. MASA NIFAS
1. DEFINISI
- Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kendungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Mas nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu atau 24 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam
waktu 3 bulan.
- Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahum, sampai 6 minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya embali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan sepertiperlukaan dan lain sebaginya berkaitan
saat melahirkan
- Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu
b. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak
dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan keadaan
lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
- Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
- Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
- Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara
merawat bayinya.
- Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-angsur,
mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat
melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat
terpenuhi.
d. Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan personal
hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam
perawatan diri ibu post partum, antara lain :
- Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi.
- Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan ke
belakang, baru setelah itu anus.
- Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
- Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
- Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.
e. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali
kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa
kerugian, misalnya :
- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali melakukan
kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus tetap
melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.
f. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi
banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari
atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan
yang bersangkutan.
- Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa
mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15 kali
hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat hidung,
keluarkan lewat mulut.
- Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan perut
keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan.
Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitugan.
b. Retensio plasenta plasenta tetap tertinggal dalam uterus 30 menit setelah anak lahir.
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh
adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus
Patologi anatomi :
- Plasenta akreta : vilous plasenta melekat ke miometrium
- Plasenta increta : vilous menginvaginasi miometrium
- Plasenta percreta : vilous menembus miometrium sampai serosa
c. Robekan jalan lahir Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap
dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir
Perluakaan jalan lahir terdiri dari :
- Dibagi atas 4 tingkat : tingkat I-IV
- Hematoma vulva
- Robekan dinding vagina
- Robekan serviks
- Gangguan pembekuan darah
- Perdarahan post partum lambat : sisa plasenta
3. KLASIFIKASI HPP
a. Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage) Perdarahan
yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention
plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
b. Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage)
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama
4. DIAGNOSA HPP
Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang
menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien
akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka
yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk
terjadinya perdarahan postpartum selalu ada. Perdarahan yang terjadi dapat deras atau
merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga
cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali
tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama
akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah
perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat.
Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina
dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri
setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan
pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan
abdomen dan pemeriksaan dalam.
Penanganan hematoma :
a. Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besarnya hematoma. Pada
hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan operatif, sukup dilakukan kompresi
b. Pada hematoma yang besar lebih2 disertai dengan anemia dan presyok, perlu segera
dilakukan pengosongan hematoma tersebut. Dilakukan sayatan di sepanjang bagian
hematoma yng paling terengggang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong
hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat
atau menjahti sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian dijahit. Dalam
perdarahan difus dapat dipasang drain atau dimasukkan kasa steril sampai padat dan
meninggalkan ujung kasa tersebut diluar
POHON MASALAH
HHP Sekunder
curet konserfatif AB
Suportive
Uterus vaginal tampon infus RL dan Oksitosin
24 jam (kalau perlu) curet
Penanganan:
a. Penanganan umum
- Memasang infus
- Transfusi darah
- Pemberian antibiotik
- Pemberian uterotonik
b. Mencari sebabnya bila tidak ada inversio/myoma maka dapat curet
c. Pada robekan serviks, vagina dan perineum, perdarahan diatasi dengan menjahit
kembali
INTERVENSI
Dx : Ny............ P................. masa nifas.....jam/hari ke.............
Tujuan : ibu bisa menjalani masa nifas tanpa komplikasi
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV : TD : 100/70 120/80 mmHg
S : 36,5- 37,5 x/menit
N : 80-100 x/menit
RR : 16-24 x/menit
TFU : sesuai dengan lama nifas
Lochea : sesuai dengan lama nifas
UC baik
Perdarahan berkurang
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga
R: dengan pendekatan terapeutik akan tercipta hubungan saling percaya dan terjalin
kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan klien
2. Lakukan Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
R : mencegah infeksi silang antara pasien dan petugas kesehatan
3. Lakukan pemeriksaan pada ibu (TTV, konjungtiva, TFU, mamae, lochea, dan
perineum)
R : dengan melakukan pemeriksaan dapat mengetahui kondisi klien pasca partum dan
mendeteksi adanya kelainan yang menyertai masa nifas, serta dengan memberitahu hasil
pemeriksaan
4. Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks
R : dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik
5. Pastikan bahwa kandung kemih kososng. Jika penuh atau dapat dipalpasi, lakukan
katerisasi menggunakan teknik aseptik
R : meberikan tekanan secar langsung pada pembuluh terbuka didinding dalam uterus dan
merangsang kandung kemih untuk berkontraksi
6. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian uterotonika dan drip oksitosin,
memberikan 0,2 mg IM (jangan diberikan jikahipertensi
R : ergometrin akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
7. Pasang infus RL +oksitosin menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500
ml + 20 unit. Habiskan 500 ml pertama secara cepat
R : dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan oksitosin
IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus
8. Lalukan masase pada uterus searah jarum jam
R : memperkuat kontraksi uterus
9. Observasi jumlah pendarahan
R : deteksi dini adanya kehilangan cairan
10. Berikan informasi tentang perubahan-perubahan yang dialami selama masa nifas
R : perubahan yang akan dialaminya sehingga ibu dapat beradaptasi
11. Motivasi untuk mobilisasi dini
R : dengan melakukan mobilitas dini dapat membantu involusi uterus lebih cepat
12. Pantau intake dan output
R : dengan melakukan pemantauan intake dan output dapat mendeteksi secara dini bila
terjadi dehidrasi sehingga dapat segera dilayani
Masalah
A. Anemia
Tujuan : Anemia dapat teratasi
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
Suhu 36,5 37,5 C
TD 110/70 120/20 mmHg
UC baik
Perdarahan kurang dari 500 cc
TFU sesuai masa nifas
Intervensi
1. Observasi TTV dan perhatikan keluhan pasien
R : dapat segera mendeteksi keadaan abnormal
2. Observasi TFU, kontraksi uterus dan perdarahan
R : Memastikan kontraksi uterus baik, menilai perdarahan dan memastikan involusi
uterus sesuai dengan harinya
3. Pasang infus RL
R : Mencegah terjadinya syok
4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dan masase uterus
R : dengan mobilisasi dini dapat membantu involusi uterus lebih cepat dan mempercepat
kontraksi uterus
5. Lakukan pemeriksaan Lab Hb
R : dengan pemeriksaan Hb dapat diketahui pasien kurang darah atau tidak
6. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian uterotonika
R : oxsitosin IV akan dapat cepat merangsang kontraksi uterus
7. Berikan terapi Fe dan Vit C
R : untuk memperbaiki darah
B. Syok
Tujuan : syok dapat dihindari
KH : KU ibu baik
TTV dalam batas normal
TFU sesuai dengan masa nifas
Perdarahan kurang dari 500 cc
Intervensi
1. Kaji jumlah darah yang hilang, pantau tanda dan gejala syok
R : perdarahan berlebihan dan tetap dapat mengancam hidup pasien/ mengakibatkan
infeksi post partum, nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan
malnutrisi
2. Periksa suhu dan keadaan umum ibu
R : dengan observasi TTV, kita bisa tahu apakah ibu terkena syok atau tidak
3. Baringkan ibu miring ke kiri
R : mencegah kompresi aorta dan vena cafa inverior meningkatkan aliran balik vena
C. Perdarahan
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
KH : KU baik
Kesadaran Compsmentis
TTV dalam batas normal
Pengeluaran pervaginam dalam batas normal
Intervensi
1. Lakukan eksplorasi pada uterus
R : untuk membersihkan selaput ketuban yang masih tertinggal di dalam uterus
2. Pasang infus RL/NS
R : pengganti cairan, memperbaiki hipovolemi
3. Masase uterus
R : untuk memeriksa bahwa uterus sudah berkontraksi dengan baik sehingga perdarahan
juga berhenti
4. Observasi perdarahan
R : untuk mengetahui jika kondisi ibu mengalami perdarahan lagi
D. Infeksi
Tujuan : infeksi dapat dihindari
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal
Intervensi
1. Gunakan alat-alat yang steril dalam melakukan tindakan
R : alat yang steril akan mencegah infeksi
2. Lakukan setiap asuham kebidanan sesuai dengan protap yang telah ditentukan
R: jika dalam melakukan setiap asuhan sesuai dengan protap maka resiko infeksi lebih
kecil
Kebutuhan
A. Penaganan perdarahan
Tujuan : perdarahan dapat teratasi
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal
Intervensi
1. Lakukan eksplorasi pada uterus
R : untuk membersihkan selaput ketuban yang masih tertinggal di dalam uterus
2. Pasang infus RL/NS
R : pengganti cairan, memperbaiki hipovolemi
3. Masase uterus
R : untuk memeriksa bahwa uterus sudah berkontraksi dengan baik sehingga perdarahan
juga berhenti
4. Observasi perdarahan
R : untuk mengetahui jika kondisi ibu mengalami perdarahan lagi
D. Dukungan mental
Tujuan : ibu merasa lebih tenang
KH : KU ibu baik
Kesadaran Composmentis
TTV dalam batas normal
Intervensi
1. Beritahukan dukungan dan jelaskan keadaan ibu dan juga bayinya
R : agar ibu merasa lebih tenang
2. Dukungan dari keluarga dan suami
R : dengan dukungan suami dan keluarga, ibu akan merasa lebih tenang
IMPLEMENTASI
Tindakan dari intervensi sesuai kebutuhan klien
EVALUASI
Dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan yang
dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA
Sunarsih, tri dan vivian Nanny Lia D. 2011.Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas.Jakarta:
Salemba Medika