LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Kejang
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
rumah sakit, sebanyak 2 kali, kejang pertama pada jam 21.00 secara tiba-
tiba saat tidur dengan lama kejang 10 menit, sedangkan kejang kedua
pada jam 23.00 dengan lama kejang 10-15 menit, berupa kejang seluruh
tubuh dengan posisi kaki lurus dan kaku, tangan terhentak-hentak, dan
mata melirik ke atas. Saat kejang pasien tidak sadar, tidak berliur, dan
BAK (-). Mimisan (-). Gusi berdarah (-). Nafsu makan menurun dalam 2
hari ini, minum sebanyak 600 ml/hari dan berat badan tidak menurun.
BAB 1 kali sehari warna kuning kecoklatan dengan konsistensi berbentuk
seperti biasa, darah (-), lendir (-). BAK lancar, encer, warna jernih
Kejang sebelumnya (-), Typhoid (-), Alergi (-), TBC (-), riw. Trauma (-)
Kejang demam (+) Ayah kandung, Epilepsi (-), TBC (-), Alergi (-)
menangis
3.2.6 Riwayat Imunisasi
Menurut ibu imunisasi dasar sudah lengkap, ikut posyandu. Tapi pasien
lantai keramik, 3 kamar dan 1 kamar mandi. Pola makan 3 kali sehari.
Hygine baik. Ayah tidak merokok. Air berasal dari sumber air bersih.
3.2.8 Riwayat Tumbang : Ibu mengatakan pertumbuhan dan perkembangan
(Mulai bisa bicara usia 8 bulan, berjalan usia 13 bulan, berlari usia 2 tahun,
BB : 22 kg TB : 98 cm
BB : TB = >+ 3 SD Obesitas
2
Kepala/Leher:
Bentuk dan ukuran : Normocephal
Rambut dan kulit kepala : Hitam, terdistribusi merata.
Mata : Mata cowong (-), anemis (-), pupil bulat isokor, Edema palpebra (-), Ikterus (-)
Telinga : dBN
Hidung : dBN, sekret (+) bening encer
Mulut : Sianosis (-), stomatitis (-), Typhoid tounge (-)
Tenggorokan : faring hiperemis(+), pembesaran tonsil (-)
Leher : dBN, pembesaran KGB (-)
Thoraks:
Paru
Inspeksi: Bentuk dada normal, simetris, retraksi otot pernapasan -/-, pola napas
normal.
Palpasi: ekspansi paru N/N, fremitus N/N
Perkusi: sonor/sonor, batas paru hepar ICS 5, peranjakan N
Auskultasi: ves/ves, wheezing -/-, Ronchi -/-
Jantung
Inspeksi: iktus -, voessure cardiac
Palpasi: thrill -, ikrus kuat angkat
Perkusi: batas kanan jantung ICS 4 MSL, batas kiri jantung MCL S, pinggang
jantung +
Auskultasi: S1S2 tunggal reguler, gallop -, murmur
Abdomen
Inspeksi: cembung, frog shape -, cullen sign -, collateral
Auskultasi: bising usus + meningkat, metalic sound
Palpasi: supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan , turgor baik
Perkusi: meteorismus +, timpani, liver span 5 cm
Ekstremitas
akral, merah kering hangat edema -/-, Sianosis (-), Bercak merah (-)
Status Neurologis
Meningeal Sign:
Kaku kuduk (-)
Brudzinski 1 (-)
Brudzinski 2 (-)
Kernig (-)
Nervus Cranialis
II (Opticus) / III (Oculomotor): pupil bulat isokor, RC Langsung +/+, Tidak langsung +/+
Motorik Sensorik
5/5 +/+
5/5 +/+
Refleks Fisiologi Refleks Patologis
BPR +1/+1 Hofmen -/-
TPR +1/+1 Tromer -/-
KPR +1/+1 Babinski -/-
APR +1/+1 Caddok -/-
3.4 Laboratorium
a. Darah Lengkap
3
PARAMETER RESULT PARAMETER RESULT
WBC (leukosit) 12,75 x 103/uL LYM% 18,2%
RBC (Eritrosit) 4,71 x 106/uL NEUT% 67%
HB (Hemoglobin) 12,1 g/dl MXD% 14,6%
HCT (Hematrokit) 36,1 % LYM# 2,32 x 103/uL
PLT (Platelet) 278 x 103/uL NEUT# 8,55 x 103/uL
MCV 76,6 fL MXD# 1,86 x 103/uL
MCH 25,7 pg
MCHC 33,5 g/dl
LED (lk) -
b. Urine Lengkap
PARAMETER RESULT
Dipstik
WBC -
Keton +1
Nitrat -
Urobilin -
Biliferdin -
Protein -
Glukosa -
Blood -
Mikroskopis
leukosit 1-2
eritrosit -
chyst -
epitel 1-2
Kristal -
c. Feses Lengkap
PARAMETER RESULT
MAKROS
Warna Coklat
Konsistensi Lembek
Blood -
Slym -
MIKROS
Eritrosis -
Leukosit 0-1
Amoeba -
Kista -
Worm -
3.11 Follow up
pernafasan
Pupil dan reflek cahaya dbN dbN dbN dbN dbN
5
Sekret hidung + + + - -
Faring hiperemi + + - - -
Meteorismus + + - - -
Assessment
Kejang Demam Kompleks + - - - -
DD: Epilepsi
Gangguan keseimbangan
Elektrolit
ISPA A (Rhinofaringitis) + + + - -
Terapi
Inf. D5 NS (15 tpm) + + + + +
Amoxicilin (3 x 500 mg) + + + + +
Ranitidin (2 x amp) + + + + +
Novalgin 250 mg prn - - - - -
Puyer Batuk + + + - -
Syrup Pamol + + + - -
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang ke UGD RSUD
Gambiran Kediri diantar kedua orang tuanya dengan keluhan utama kejang. Berdasarkan
alloanamnesis dengan orang tua pasien didapatkan bahwa pasien kejang 3,5 jam sebelum
masuk rumah sakit, sebanyak 2 kali, kejang pertama pada jam 21.00 secara tiba-tiba saat tidur
dengan lama kejang 10 menit, sedangkan kejang kedua pada jam 23.00 dengan lama kejang
10-15 menit, berupa kejang seluruh tubuh dengan posisi kaki lurus dan kaku, tangan
terhentak-hentak, dan mata melirik ke atas. Saat kejang pasien tidak sadar, dan diantara kedua
kejang pasien tertidur. Demam sejak 3 hari yang lalu bersifat naik turun, panas meninggi
terutama malam hari dan turun jika diberi obat Parasetamol. Batuk sejak 2 hari yang lalu,
batuk berdahak namun tidak bisa keluar disertai pilek dengan ingus encer. Sesak (-), Nyeri
telan (-), muntah (-), mencret (-), nyeri perut (-), pusing (-), nyeri BAK (-). Mimisan (-). Gusi
berdarah (-). Nafsu makan menurun dalam 2 hari ini, minum sebanyak 600 ml/hari. BAB 1
6
kali sehari warna kuning kecoklatan dengan konsistensi berbentuk seperti biasa, darah (-),
lendir (-). BAK lancar, encer, warna jernih kekuningan. Terakhir BAK 2 jam yang lalu.
Riwayat penyakit terdahulu dari pasien, tidak pernah kejang sebelumnya, Typhoid (-),
Alergi (-), TBC (-), riwayat trauma (-), serta tidak didapatkan riwayat batuk lama. Riwayat
penyakit keluarga pasien tidak ada yang seperti ini, ayah kandung sering mengalami kejang
saat demam tinggi pada saat masih kecil. Riwayat penyakit sosial Pasien tinggal bersama
orang tuanya di rumah gedung, berdinding tembok, lantai keramik, 3 kamar dan 1 kamar
mandi. Pola makan 3 kali sehari. Hygine baik. Ayah tidak merokok. Air berasal dari sumber
air bersih. Menurut ibu status imunisasi lengkap, ikut posyandu. Riwayat persalinan lahir
normal di bidan dengan usia kehamilan 40 minggu dan BBL 3.600 kg. Ibu mengatakan
pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak seumurnya (Mulai bisa bicara
usia 8 bulan, berjalan usia 13 bulan, berlari usia 2 tahun, sekolah Paud usia 4 tahun).
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, didapatkan keadaan umum
pasien saat di ruangan sudah membaik dan sudah sadar. Dari tanda vital didapatkan takikardi
(146 x/menit), frekuensi napas meningkat (44 x/menit), tekanan darah 120/70, dan febris
(suhu 37,7C). Pada pemeriksaan kepala dan leher didapatkan faring hiperemi dan sekret
hidung encer bening. Dari pemeriksaan thorax, abdomen, ekstremitas, dan genetalia tidak
didapatkan kelainan, kaku kuduk (-), brudzinski 1 (-), brudzinski 2 (-), kernig sign (-),
sehingga penyebab infeksi meningen dapat disingkirkan, serta pemeriksaan neurologis lain
mengindikasikan adanya infeksi bakteri. Dari pemeriksaan feses lengkap dan urine lengkap
disimpulkan bahwa pasien mengalami kejang demam komplek dengan kriteria kejang
7
berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24 jam. Kejang demam pada pasien ini
disebabkan oleh infeksi saluran napas akut bagian atas berupa rhinofaringitis. Untuk
keseimbangan elektrolit diusulkan pemeriksaan gula darah dan serum elektrolit. Secara
akademis, anak yang datang dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dikerjakan
pemeriksaan punksi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi di otak
maupun meningitis. Namun pada pasien ini pemeriksaan lumbal belum diperlukan melihat
usia pasien dan kondisi pasien yang menanggung biaya rumah sakit sendiri (umum), sehingga
diperlukan pertimbangan.
Pada pasien ini kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena. Dosis diazepam intravena
adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5
menit, dengan dosis maksimal 20mg. Selain mengatasi kejang pemberian antipiretik juga
diperlukan karena kejang demam terjadi pada saat demam, maka tujuan utama pengobatan
adalah mencegah demam meningkat. Berikan Paracetamol 10mg/kgBB/hari setiap 4-6 jam
atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Selain itu juga dapat diberikan kompres air
hangat bila suhu lebih dari 39 oC dan kompres air biasa bila suhu lebih dari 38 oC. Pemberian
antibiotik yang tepat dan adequat akan sangat berguna untuk menurunkan demam, yang pada
gilirannya akan menurunkan resiko terjadinya kejang. Edukasi terhadap keluarga juga sangat
penting untuk dilakukan, karena pasien dengan kejang demam mempunyai kemungkinan