Lapkas Meningen
Lapkas Meningen
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Sebelumnya pasien mengeluhkan sakit pada kepalanya sejak 1 bulan yang lalu, sakit
dirasakan hilang timbul, sakit kepala terasa pada bagian tengkuk/kepala bagian belakang.
Sakit kepala terasa tertusuk-tusuk, disertai dengan nyeri sendi. pasien juga mengeluhkan
adanya batuk-batuk sejak > 3 minggu, batuk berdahak. Napsu makan yang munurun sejak
> 3 minggu yang lalu disertai dengan penurunan berat badan.
Didalam rumah pasien, orang tua pasien mengalami sakit TB paru tetapi pengobatan
tidak tuntas. Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal.
Riwayat psikososial :
Pasien bekerja sebagai pedagang bakso. Selama sakit pasien tidak bekerja lagi karena
merasa lemas. Sehari pasien menghabiskan 1 bungkus rokok perhari.
1
Tanda vital :
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 64 x/m
Frekuensi Nafas : 20 x/m
Temperatur : 37,8c
Status generalis
Kepala : normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, 4 mm
Hidung : normotia, deviasi septum (-), sekret -/-, rhinore -/-
Telinga: normotia, otore -/-, serumen -/-
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thorak:
Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest. Pergerakan dinding dada simetris, skar (-)
Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, pada garis midclavikularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri atas pada ICS IV linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah pada ICS VI linea axilla anterior sinistra
Abdomen:
Inspeksi : perut tampak datar
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas atas : akral hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
2
1.4 Status Neurologis
N. Opticus (II)
N. Ocullomotorius ( III )
3
Kanan Kiri
Pupil :
Refleks cahaya
Tidak dinilai Tidak dinilai
Rrefleks akomodasi
Tidak dinilai Tidak dinilai
Refleks konvergensi
Tidak dinilai Tidak dinilai
N. Trochlearis (IV)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Tidak dinilai Tidak dinilai
N. Trigeminus (V)
Kanan Kiri
Motorik :
Membuka mulut Tidak dinilai Tidak dinilai
4
Menggerakkan rahang Tidak dinilai Tidak dinilai
N . Abdusen (VI)
Kanan Kiri
Gerakan mata lateral Tidak dinilai Tidak dinilai
Sikap bulbus Tidak dinilai Tidak dinilai
Diplopia Tidak dinilai Tidak dinilai
N. facialis (VII)
Kanan Kiri
Raut wajah Tidak dinilai Tidak dinilai
Sekresi air mata Tidak dinilai Tidak dinilai
Fisura palpebra Tidak dinilai Tidak dinilai
Menggerakkan dahi Tidak dinilai Tidak dinilai
Menutup mata Tidak dinilai Tidak dinilai
Mencibir/bersiul Tidak dinilai Tidak dinilai
Memperlihatkan gigi Tidak dinilai Tidak dinilai
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dinilai Tidak dinilai
Hiperakusis Tidak dinilai Tidak dinilai
N. Vestibulocochlearis (VIII)
Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak dinilai Tidak dinilai
Detik arloji Tidak dinilai Tidak dinilai
Renne test Tidak dinilai Tidak dinilai
Scwabach test Tidak dinilai Tidak dinilai
Webber test : Tidak dinilai Tidak dinilai
Tidak dinilai Tidak dinilai
5
Memanjang Tidak dinilai Tidak dinilai
Memendek
Nistagmus :
Pendular Tidak dinilai Tidak dinilai
N. Glossopharingeus (IX)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak dinilai Tidak dinilai
Refleks muntah/Gag reflek Tidak dinilai Tidak dinilai
N. Vagus (X)
Kanan Kiri
Arkus faring Tidak dinilai Tidak dinilai
Uvula Tidak dinilai Tidak dinilai
Menelan Tidak dinilai Tidak dinilai
Artikulasi Tidak dinilai Tidak dinilai
Suara Tidak dinilai Tidak dinilai
Nadi 64 x/menit 64 x/menit
N. Assesorius (XI)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Tidak dinilai Tidak dinilai
Menoleh ke kiri Tidak dinilai Tidak dinilai
Mengangkat bahu ke kanan Tidak dinilai Tidak dinilai
Mengangkat bahu ke kiri Tidak dinilai Tidak dinilai
N. Hipoglossus (XII)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah di dalam Tidak dinilai Tidak dinilai
Pemeriksaan Koordinasi
6
Cara berjalan Tidak dinilai Disatria Tidak dinilai
Romberg test Tidak dinilai Disgrafia Tidak dinilai
Ataksia Tidak dinilai Supinasi-pronasi Tidak dinilai
Rebound phenomen Tidak dinilai Tes jari-hidung Tidak dinilai
Tes tumit-lutut Tidak dinilai Tes hidung-hidung Tidak dinilai
Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Tidak dinilai
Sistem Refleks
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
7
Kornea Tidak dinilai Tidak dinilai
Dinding perut
Biseps +2 +2
Triseps +2 +2
APR +2 +2
KPR +2 +2
Bulbokavernosus - -
Kremaster -
Lengan
Tungkai
3. Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
8
Sekresi keringat : Normal
4. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Tidak dapat dinilai Reflek glabella Tidak dapat dinilai
Fungsi intelek Tidak dapat dinilai Reflek snout Tidak dapat dinilai
Reaksi emosi Tidak dapat dinilai Reflek menghisap Tidak dapat dinilai
9
Diagnosa Etiologi : Infeksi Mycobacterium Tuberculosa
Diagnosa Sekunder : Riwayat TB
1.6 PENATALAKSANAAN :
- rencana diagnostik :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
10
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai
selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis
dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan
parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri
yaitu Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang
lain.1
2.2 Epidemiologi
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang
halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk
struktur-struktur ini.
Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat.
11
2.4 Etiologi8
1. Bakteri:
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
2. Virus :
12
Enterovirus
3. Jamur :
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
Pada laporan kasus meningitis tuberkulosa ini, mycobacterium tuberculosis merupakan faktor
penyebab paling utama dalam terjadinya penyakit meningitis.
2.5 Patogenesis
Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk kolonisasi dari
nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak, atau selaput
meningen. Vena-vena yang mengalami penyumbatan dapat menyebabkan aliran retrograde
transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura dapat disebabkan oleh fraktur , paska bedah
saraf, injeksi steroid secara epidural, tindakan anestesi, adanya benda asing seperti implan
koklear, VP shunt, dll. Sering juga kolonisasi organisme pada kulit dapat menyebabkan
meningitis. Walaupun meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput meningen, kerusakan
meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak, penyumbatan vena dan
memblok aliran cairan serebrospinal yang dapat berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan
intrakranial, dan herniasi6
13
Infeksi paru / focus infeksi lain
Penyebaran hematogen
Meningens
Membentuk tuberkel
BTA tidak aktif / dormain
Bila daya tahan tubuh menurun
Rupture tuberkel meningen
Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid
MENINGITIS
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernigs
dan Brudzinsky positif.8
14
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa
yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa
pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.8
2.7Diagnosis
15
Warna jernih / xantokrom
Jumlah Sel meningkat MN > PMN
Limfositer
Protein meningkat
2.8Penatalaksanaan8
Terapi Farmakologis yang dapat diberikan pada meningitis TB berupa :
Rifampicin ( R )
Efek samping : Hepatotoksik
INH ( H )
Efek samping : Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
Pyrazinamid ( Z )
Efek samping : Hepatotoksik
Streptomycin ( S )
Efek samping : Gangguan pendengaran dan vestibuler
Ethambutol ( E )
Efek samping : Neuritis optika
Regimen : RHZE / RHZS
16
Nama Obat DOSIS
2.9Prognosis
Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi seawal
mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai gejala sisanya.
Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
atau mental atau meninggal tergantung : 6
o umur penderita.
o Jenis kuman penyebab
o Berat ringan infeksi
o Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
o Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
o Adanya dan penanganan penyakit.
2.7 Kesimpulan
17
melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung
tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid.
18
DAFTAR PUSTAKA
19