Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Di Susun oleh:

Rada Lia Ratnasari

14.1358

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
UNGARAN
2014/2015
KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. Pengertian
Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dan diperlukan untuk
hidup (Perry, 2005).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel. (A. Aziz Alimul H., 2006)
B. Anatomi dan Fisiologi
a. Saluran pernafasan bagian atas
Saluran pernafasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan,
dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran pernafasan ini terdiri
atas:
1) Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior(saluran dalam lubang hidung)
yang memuat kelenjar sebaseus dengan di tutupi bulu yang kasar
dan bermuara ke rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir
yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali
dengan penyaringan udara melalui hidung oleh bulu yang ada
dalam vestibulum(bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan
serta dilembabkan.
2) Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tengkorak sampai esofagus yang terletak dibelakang
nasofaring(dibelakang hidung), dibelakang mulut(orofaring), dan
dibelakang laring(laringo faring).
3) Laring (tenggorokan)
Merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung digaris tengah.
4) Epiglotis
Merupakan kantung tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
b. Saluran pernafasan bagian bawah
Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan
memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas:

1) Trakea
Disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang lebih
9cm yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae
torakalis ke 5. Trakea tersusun atas 16 20 lingkaran tidak lengkap
berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium
bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2) Bronkus dan Bronkiolus
Merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek
dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki 3 lobus atas, tengah,
dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bronkus
kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah. Dan bronkiolus
merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
3) Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernafasan, terletak dalam
rongga torak setinggu tulang selangka sampai dengan diafragma,
paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura
parietalis dan pleura viseralis serta dilindungi oleh cairan pleura
yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama
terdiri atas dua bagian yaitu paru kanan dan kiri. Pada bagian kana
organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang
berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru
memiliki jaringan yang brsifat elastis, berpori, serta berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
c. Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas 3 tahap, yaitu
ventilasi, difusi gas, dan transportasi.
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin
tinggi.
Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a.) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
b.) Adanya kondisi jalan napas yang baik
c.) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melakukan ekspansi atau kembang kempis.

2. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebl membran
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.

3. Transportasi Gas
Merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
cO2 ke jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh
darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
(Hidayat, 2009)
d. Jenis-Jenis Pernapasan
1. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar
sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses
Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan
saluran pernapasan.
2. Pernpasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya
CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses
pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut
pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan
diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel
darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian
meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.

C. Karakteristik
1. Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya)
2. Perubahan nadi (frekuensi,irama dan kualitas)
3. Dispenea pada usahan nafas
4. Tidak mampu mengeluarkan secret dijalan nafas
5. Peningkatan laju metabolic
6. Batuk tak efektif atau tidak ada batuk.
7. Ortopnea
8. Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
9. Pernafasan sukar/ berhati- hati
10.Bunyi nafas abnormal
11.Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal
12.Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (dukuk, lengan pada lutut,
condong kedepan)
13.Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
14.Penurunan isi oksigen
15.Peningkatan kegelisahan
16.Ketakutan
17.Penurunan volume tidal
18.Peningkatan frekuensi jatung

D. Faktor yang mempengaruhi

1. Faktor Fisiologis
Berbagai kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopolmunal secara
langsung mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
oksigen. Klasifikasi umum penyakit jantung termasuk dalam kondisi,
kelainan fungsi katub, hipoksiam miokard, kondisi kardiomiopati, hipoksia
jaringan perifer.
2. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomi dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, hal ini dapat
terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi ransangan, ujung
syaraf dapat mengeluarkan neurotransmiter karen pada saluran
pernafasan terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik.
3. Hormon dan Obat
Obat yang tergolong parasimpatis seperti ekstra belladona dan Sulfas
Atropin, dapat melebarkan saluran napas, sedangkan obat yang
menghambat adrenergik tipe Beta (khususnya Beta-2), seperti obat yang
tergolong penyakat beta non selektif, dapat mempersempit saluran napas
(bronkhokontriksi).
4. Alergi pada saluran napas
Banyak faktor dapat menimbulkan alergi antaa lain debu yang terdaoat
dalam hawa pernapasan, bulu binatang, kapuk, dll. Faktor ini
menyebabkan bersin bila terdapat ransangan di daerah nasal di saluran
pernapasan bagian atas; bronkhokontriksi pada asma bronkhiale; dan
rhinitis bila terdapat disaluran pernapasan bagian bawah.
5. Perkembangan
Dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, karena usia organ
dalam tubuh bekembang seiring usia perkembangan. Dapat dilihat pada
bayi usia premature, yaitu adanya kecenderungan kekurangan
pembentukan surfaktan. Setelah tumbuh dewasa, kemampuan
kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya usia.
6. Lingkungan
Dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi dan
suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
7. Perilaku atau Gaya Hidup
Dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam
mengonsumsi makanan, contohnya obesitas mempengaruhi
perkembangan proses paru, aktifitas dapat mempengaruhi proses
peningkatan kebutuhan oksigenasi, gaya hidup merokok dapat
menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah arteri, nikotin
yang terkandung pada rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah
ke jaringan menurun.
8. Emosi
takut, cemas, dan marah menyebabkan jantung mempercepat
denyutnya sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh meningkat.
9. Latihan Fisik
Latihan fisik atau peningkatan aktifitas dapat menyebabkan
peningkatan detak jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan oksigen
semakin tinggi.
E. Jenis Gagguan
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan
oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada
kulit
b. Perubahan pola pernapasan
1) Tachypnea
Pernapsan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per menit
2) Bradypnea
Pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per menit.
3) Hiperventilasi
Cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dala
paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam
4) Kusmaul
Pola pernapasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi
Upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup
6) Dispnea
Perasaan sesak dan erat saat pernapasan.
7) Orthopnea
Kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8) Cheyne Stokes
Siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik, turun,
berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9) Pernapsan pardoksial
Pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang
berlawanan arah dari keadaan normal.
10) Biot
Pernapasan dengan irama mirip dengan cheyne stokes, tetapi
amplitudonya tidak teratur.
11) Stridor
Pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernapasan.
c. Obstruksi jalan napas
Merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat
ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis
sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan
d. Pertukaran gas
Merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida
antara alveoli paru dan sistem vaskular.
F. Pengkajian
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan oksigen meliputi
riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik yang
relevan.
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi
meliputi: ada atau tidaknya riwayat gangguan perbapasan ( gangguan
hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis ( kondisi akibat luka/
kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker) obstruksi nasal
(kondisi akibat polip , hiperteropi tulang hidung tumor dan influenza )
dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan.
b. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah
batuk termasuk batuk kering, keras , dan kuat dengan cara mendesing,
berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami
penyakit kanker.selain itu harus kita lakukan pengkajian apakah pasien
mengalami sakit pada tenggorokan saat batuk kronis dan produktif
serta saat apa makan, merokok atau pada saat malam hari.
Pengkajian terhadap tempat tinggal ( apakah berdebu, penuh asap,
dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi.) pengkajian sputum
dilakukan dengan cara melihat warna sputum yang keluar saat
dikeluarkanpasien.
c. Sakit dada
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
apabila posisi pasien berubah, serta ada tidaknya hubungan waktu
inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
d. Pengkajian fisik
1) Inspeksi
Yang dilkakukan pertama adalah penentuan jalan napas, seperti
menilai apakah napas spontan melalui hidung, oral, nasal atau
menggunakan selang endotrakeal atau trachestomi status
kebersihan, ada atau tidaknya sekret, pendarahan , bengkak atau
obstruksi mekanik
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti nyeri
tekan yang timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis
dilakukan untuk menentukan besar, konsistensi, suhu,apakah
dapat atau tidak digerakan dari dasarnya.melalui palpasi dapat
diteliti gerak dinding toraks pada saat proses inspirasi dan
ekspirasi.
3) Perkusi
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara
perkusi paru. Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor,
yang berrbunyi seperti kata dug-dug selain suara itu dianggap
tidak normal adalah redup, seperti pada infiltrat, konsolidasi, dan
efusi pleura.
4) Austulkasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara napas,
diantaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan.
Suara napas dasar adalah suara yang terdengar pada orang
dengan paru-paru sehat, seperti suara vesikuler ketika suara
inspiransi lebih keras dan lebih tinggi nadanya. Bunyi napas
vesikuler yang disertai ekspirasi memanjang yang terjadi di
emvisema. Suara vesiculer dapat didengar padda sebagian paru.
Sedangkan napas tambahan yaitu suara yang terdengar pada
dinding toraks.
e. Pemeriksaan laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium hb,leukosit dan lain-lain yang dilakukan
secarutin, juga dilakukan pemeriksaan sputum guna melihat kuman
dengan cara mikroskopis. Uji resitensi dapat dilakukan secara kultur,
untuk melihat sel tumor dengan pemeriksaan sitologi. Bagi pasien yang
menerima pengobatan dalam waktu lama, harus dilakukan pemeriksaan
sputum secara periodik.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Ronten dada : untuk melihat lesi paru pada penyakit tuberkulosis,
mendeteksi adanya tumor dan benda asing yang ada di dalamnya
2) Fluoroskopi untuk mengetahui mekanisme kardiopulmonum,
misalnya kerja jantung ,diagfragma, dan kontraksi paru
3) Bronkografi melihat secara visual bronkus sampai dengan cabang
bronkus pada penyakit gangguan atau kasus displacement
4) Angiografi membantu menegakkan diagosis tentang keadaan paru,
emboli atau tumor paru , kelainan kongiental dll
5) Endoskopi bertujuan untuk melakukan diagnostik dengan cara
mengambil sekret untuk pemeriksaan,menglihat lokasi
kerusakan, biopsi jaringan, untuk pemeriksaan stilogi.
6) Radio isotop : bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya
emboli paru
7) Merdiastinopi: merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat
penyebaran tumor.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efekti berhubungan dengan
1) Produksi sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi
2) Imobilitas, stastis sekresi, batuk tidak efektif akibat penyakit
sistem syaraf , depresi susunan syaraf pusat, dan CVA
3) Edek sedatif dari obat, pembedahan ( bedah torak), trauma nyeri,
kelelahan, gangguan kognitif , dan presepsi
4) Depresi reflek batuk
5) Berkurangnya mekanisme pembersihan silia dan respons
peradangan
b. Pola Napas tidak efekif berhubungan dengan
1) Penyakit infeksi pada paru
2) Depresi pusat pernapasan
3) Lemahnya otot pernapasan
4) Turunya ekspansi paru
5) Obstruksi trakea
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan:
1) Perubahan suplai oksigen
2) Obstruksi saluran pernapasan
3) Adanya penumpukan cairan dalam paru
4) Tindakan pembedahan paru
d. Gangguan perfusi jarigan berhubungan dengan :
1) Adanya pendarahan
2) Adanya edema
3) Imobilisasi
4) Menurunya aliran darah
5) Vasokontriksi
6) Hipovolumik
e. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1) Mempertahankan jalan napas agar sistem
2) Mempertahankan pola pernapasan agar kembali efektif
3) Mempertahankan pertukaran gas
4) Mempertahankan perfusi jaringan
3. Rencana tindakan
a. Mempertahankan jalan napas agar efektif
1) Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah, bunyi
atau status kebersihanya,
2) Berikan humidifier ( pelembab)
3) Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan fibrasi,ellaping
atau postural drainase (jika perlu latihan suction )
4) Ajarkan teknik batuk yang efektif dan cara menghindari alergen
5) Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasang jalan
napas buatan
6) Kerjasama dengan tim medis dengan menggunakan obat
bronkhodilator
b. Mempertahankan pola pernapasan kembali efektif
1) Awali perubahan status pola pernapasan
2) Atur posisi sesuai dengan kebutuhan ( semiflower)
3) Berikan oksigenasi
4) Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar
c. Mempertahankan peryukaran gas
1) Awasi perubahan status pernapasan
2) Atur posisi sesuai dengan kebutuhan ( semiflower)
3) Berikan oksigenasi
4) Lakukan sucsion bila memungkinkan
5) Berikan nutrisi tinggi protein dan rendah lemak
6) Ajarkan teknik relaksaksi yang benar
7) Pertahankan berkembangan paru dengan memasang ventilasi dan
mekanis , chest tube, dan chest drainase sesuai dengan indikasi.
d. Memperbaiki perfusi jaringan
1) Kaji perubahan tingkat perfungsi jaringan (capilary refill time)
2) Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
3) Pertahankan asupan dan pengeluaran
4) Cegah adanya pendarahan
5) Hindari terjadinya valsava seperti mengedan,menahan napas dan
batuk
6) Pertahankan perfungsi dengan transfusi sesuai dengan indikasi
e. Pelaksanaan ( tindakan ) keperawatan
1) Latihan Napas
Merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan
efisiiensi batuk, dan mengurangi stres.
2) Latihan Batuk Efektif
Merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kamampuan
batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea,
dan bronkiolus dari sekret atau benda asing dijalan napas.
3) Pemberian Oksigen
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen ke
dalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui
tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
4) Fisioterapi Dada
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural
drainase, dan vibrating padapasien dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.
5) Penghisapan Lendir (suction)
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir sendiri. Tindakan ini
bertujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigen.
6) Evaluasi Keperawatan
Secara umum dapat dimulai dari adanya kemampuan dalam :
a) Mempertahankan jalan napas secara efektif yang dilanjutkan
dengan adanya kemampuan umtuk bernapas, jalan napas bersih,
tidak ada sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas
normal, serta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.
b) Mempertahankan pola napas secara efektifyang ditunjukkan
dengan adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan
kedalaman napas normal, tidak ditemukan adanya tanda hipoksia,
serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
c) Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan
dengan adanya kemampuan untuk berapas, tidak ditemukan
dispnea pada usaha napas, inspirasi dan ekspirasi dalam batas
normal, serta saturasi oksigen dan pCO2 dalam keadaan normal.
d) Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya
kemampuan pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi
dalam batas normal, dan status hidrasi normal.
Hidayat, A. A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Perry, P. P. (2005). ketrampilan dan prosedur dasar. Jakarta: EGC.

Potter. A patricia, anne G perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses, dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai