Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Hakekat Peran Guru


2.1.1. Pengertian Peran

Peran adalah perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur

sosial. Dalam hal ini maka, kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian

diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta (2004 -734) peran adalah sesuatu

yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya

sesuatu hal atau peristiwa).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran

adalah tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang melaksanakan sesuatu. Peran

yang dimaksud adalah peran guru dalam mengembangkan disiplin anak.

2.1.2. Pengertian Guru

Pengertian guru menurut Undang-undang Guru dan Dosen adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UUD, 2006: 2).

Pendapat senada dikemukakan Mulyasa (2003: 100) bahwa guru atau tenaga

pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan melakukan pengabdian

kepada masyarakat terutama pada pendidik di perguruan tinggi.

Pengertian guru berdasarkan Tut Wuri Handayani yaitu guru disebut pamong

yang didefinisikan sebagai pemimpin yang berdiri dibelakang untuk tetap

mempengaruhi dengan member kesempatan kepada anak didik untuk berjalan

sendiri, dan tidak terus-menerus dicampur atau diperintah atau dipaksa (Rahmat dan
7
8

Husain, 2012: 4). Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting

dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi anak didik, guru sering

dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Disekolah guru

merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain

unsur anak didik dan fasilitas lainnya. Keberadaan guru memegang peranan penting

dalam pencapaian tujuan pendidikan khususnya pendidikan anak.

Demikian pula Sukadi (2007: 9-10) mengemukakan bahwa guru dapat

diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar, mendidik, dan melatih peserta

didik, serta memenuhi kompetensi sebagai orang yang patut digugu dan ditiru dalam

ucapan dan tingkah lakunya. Ini berarti seorang guru bukan saja bertugas

mentransfer nilai gagasan kepada anak tetapi juga memiliki kemampuan profesional

dan memiliki tingkah laku yang patut diikuti dan ditiru oleh anak didiknya. Dalam

pengertian lain menurut Mulyasa (2006: 37) bahwa guru adalah pendidik, yang

menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta, dan lingkungannya.

Menurut Saondi dan Suherman (2010: 4) bahwa guru sebagai pekerja hanya

berkemampuan yang meliputi pengusaan materi pelajaran, pprofesional keguruan

dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk

melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang

berkembang dan bersifat dinamis. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi

rendahnya mutu hasil pendidikan yang mempunyai posisi strategis maka setiap

usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada

peningkatan guru baik dalam segi jumlahnya maupun mutunya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang tenaga

profesional dan terdidik yang memperoleh kepercayaan untuk melaksanakan tugas

mendidik dan mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan


9

mengevaluasi anak didik setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.3. Pengertian Peran Guru

Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita, dan visi misi

yang menjadi impian hidup anak didiknya dimasa depan. Dibalik kesuksesan anak

didik, selalu ada guru yang memberikan inspirasi dan motivasi besar pada dirinya

sebagai sumber stamina dan energi untuk selalu belajar dan bergerak mengejar

ketertinggalan, menggapai kemajuan, meorehkan prestasi spektakuler dan prestisius

dalam panggung sejarah kehidupan manusia. Menurut Fakhruddin (2012: 35) bahwa

salah atu peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling

berkaitan yang dilakukan dalam suatu tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan

perubahan tingkah laku dan perkembangan anak menjadi tujuannya. Ini semua

dilakukan oleh seorang guru dengan semangat dan jiwa ingin memberikan yang

terbaik kepada anak-anak didiknya.

Untuk lebih memahami tentang peran guru, Asmani (2013: 39-54)

menyebutkan beberapa peran guru antara lain:

1. Educator (pendidik)

Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi

pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat

utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsif terhadap

masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.

2. Leader (pemimpin)

Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai,

mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran

yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis,


10

egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan. Seorang guru harus suka

mengedepankan musyawarah dengan murid-muridnya untuk mencapai kesepakatan

bersama yang dihargai semua pihak. Ia juga harus suka mendengar aspirasi murid-

muridnya mengenai pembelajaran yang disampaikan.

3. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan

mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat anak didik bukan

persoalan mudah, ia membutuhkan eksperiementasi maksimal, latihan terus menrus,

dan evaluasi rutin. Menurut Mulyasa (dalam Asmani, 2013: 42) guru sebagai

fasilitator harus memiliki tujuah sikap sebagai berikut: 1) Tidak berlebihan

mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau urang terbuka 2) Dapat lebih

mendengarkan anak didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya. 3) Mau dan

mampu menerima ide anak didik yang inovatif, kreatif, bahkan bahkan yang sulit

sekalipun. 4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan anak

didik seperti halnya terhadap vahan pembelajaran. 5) Dapat menerima komentar

balik (feadback), baik yang bersifat positif maupun negatif, dan menerimanya

sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. 6) Toleran

terhadap kesalahan yang diperbuat anak didik selama proses pembelajaran. 7)

Menghargai anak didik meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang

dicapainya.

4. Motivator

Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan

semangat da mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup

keluarganya. Bagaimanapun kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat

tantantangannya. Sebagai seorang mativator, guru adalah psikolog yang diharapkan


11

mampu menyelami psikologi anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir

batinnya.

5. Administrator

Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari

mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan

yayasan atau kepala sekolah. Dalam mengajar, guru harus mengabsen terlebih

dahulu, mengisi jurnal kelas dengan kelas dengan lengkap, mulai dari nama, materi

yang disampaikan, kondisi anak didik dan tanda tangan.

6. Evaluator

Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu

dibenahi dan dismpernukan. Disinilah pentingnya evauasi seorang guru. Dalam

evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses

pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara

yang lebih objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala seolah, guru

yang lain dan muridnya.

2.2. Standar Proses Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dari

keseluruhan proses belajar di sekolah, yang berarti berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan sangat tergantung kepada bagaimana proses belajar itu

berlangsung. Secara psikologis, belajar merupakan satu proses perubahan, yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi. Seperti yang dikemukakan oleh

Slameto (2003:2) bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya


12

mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan,

kebiasaan, sikap, pengertian, panghargaan, minat, penyesuaiaan diri dan mengenai

segala aspek organisasi atau pribadi seseorang. Oleh karena itu belajar adalah suatu

pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang menyatakan dalam cara-cara

bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Selanjutnya Djamarah (2002:10) menegaskan pengertian belajar sebagai

berikut: Belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh

sejumlah ilmu pengetahuan. Sedangkan Muhibbin Syah (2005:68) mengatakan:

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif.

Sadiman, dkk. (2002:1) juga mengatakan bahwa: belajar adalah suatu proses

yang komplek yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup, sejak

dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang

telah belajar sesuatu adalah terlihat dari adanya perubahan tingkah laku dalam

dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat

pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), maupun perubahan dalam hal

sikap dan nilai efektif.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu

bentuk perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bentuk

atau cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar

sebagai proses dasar dari perkembangan hidup seseorang di mana pengetahuan

kebiasaan, kegunaan dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang disebabkan

oleh kegiatan belajar.

2.3. Kajian Motivasi Belajar


13

2.3.1. Pengertian Motivasi

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di

dalam subjek untuk melakukan aktivitas aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Bahkan motif dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi

berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi

aktif (Sardiman, 2003: 73).

Alex Sobur, (2011:267) mengemukakan bahwa it is an inner state that

energizer, activates, or moves (hence motivation), and that directs or channels

behavior toward goals (adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan,

yang menggiatkan, atau yang menggerakan, sehingga disebut penggerakan atau

motivasi, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan.

Slameto, (2010:170) merumuskan sebagai suatu proses yang menentukan

tingkatan kegiatan, intensitas dan konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku

manusia merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep konsep lain

seperti minat, konsep diri,sikap dan sebagainya.

Dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa motovasi adalah daya penggerak

dari dalam diri yang memberi kekuatan, yang menggiatkan serta arah umum dari

tingkah laku manusia terhadap suatu tujuan.

2.3.2. Macam Macam Motivasi

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi (sardiman,

2003: 86) yaitu:

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya


14

a) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir


b) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.

2. Motivasi menurut pembagiaan


a) Motif atau kebutuhan organis misalnya kebutuhan minum, makan, bernafas,
seksual, dan lain-lain.
b) Motof-motif darurat misalnya menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,
dan sebagainya.
c) Motif-motif objektif

3. Motivasi jasmani dan rohani


a) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.
b) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.

4. Motivasi intrisik dan ekstrinsik


a) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak
perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
peransang dari luar (Sardiman, 2003: 90).

Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang

motif-motif yang ada pada setiap individu. Adapun motivasi yang berkaitan dengan

mata pelajaran bahasa arab adalah motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ini

membutuhkan rangsangan atau dorongan dari luar misalnya, media, baik media

visual, audio, maupun audio visual serta buku-buku yang dapat menimbulkan dan

memberikan inspirasi dan ransangan dalam belajar.

Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah memberi

angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui

hasil, dan hukuman (Djmarah dan Zain, 2002: 168). Dari kutipan di atas, maka

penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:

a. Nilai
Memberikan nila artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak
didik. Dalam memberi nilai ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas
yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat
memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan
lagi.

b. Hadiah
Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak
15

didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan
semangat (motivasi) belajar siswakarena akan diangap sebagai suatu
penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.

c. Pujian
Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang
diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian
yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk
belajar akan tinggi.

d. Gerakan tubuh
Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala,
yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya
siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.

e. Tugas
Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan.
Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan
motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang
disampaikan.
f. Ulangan
Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran
dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi
pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan olehguru.

g. Mengetahui hasil
Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat
yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil
pekerjaan yang dilakukannya.

h. Hukuman
Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang
melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan
meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada
siswa yang bersangkutan.

2.3.3. Fungsi Motivasi


Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2003:
85) yaitu :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
16

3. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatanapa yang


harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.seorang siswa
yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan
kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

2.3.4. Teori Tentang Motivasi

Menurut Sardiman, (2003 : 87) terori motivasi terdiri dari:

1) Teori instink
Menurut teori ini setiap tindakan manusia diasumsikan seperti jenis
animal/binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkaitan dengan
instink atau pembawaan. Dalam memberikan respon terhadap adanya kebutuhan
seolah olah tanpa dipelajari.

2) Teori fisiologis
Teori ini juga disebutnya behavior theoris menurut teori ini semua tindakan
manusia itu berakar pada tindakan pada manusia itu berakar pada usaha usaha
memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau kebutuhan untuk kepentingan
fisik. Atau disebut kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan,
minuman, udara, dan lain lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh
seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk
mempertahankan hidup, struggle for survival.

3) Teori psikoanalitik
Teori ini mirip dengan instink, tetapi lebih ditekankan pada unsur unsur
kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena
adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego.

2.4. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai

bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah

lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan

lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 2002 :280).

Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang

memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari

terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah
17

laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan

sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk. 2000: 34).

Sedangkan menurut Slameto belajar adalah merupakan suatu proses usaha

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 2).

Belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. saraf dan sel sel otak

yang bekarja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh

telinga,dan lain lain lantas disusun oleh otak sebahgai hasil belajar (Alex Sobur,

2003 :217).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu yang memungkinkan berubahnya

suatu tingkah laku melalui jalan latihan latihan.

2.4.1. Jenis-Jenis Belajar

Belajar ada beberapa macam jenisnya berhubung dengan hal yang harus

dipelajari. Belajar berenang tidak sama dengan belajar memecahkan soal

sola Matematika. Belajar menyebutkan abjad ada bedanya dengan belajar hidup

jujur, bertanggung jawab, dan sebagainya.Karena itu dapat dibedakan beberapa jenis

belajar, (Nasution, 2000: 57) yakni :

1. Belajar berdasarkan pengamatan (sensory type of learning)


Hamper seluruh pengetahuan berhubungan dengan pengamatan dunia sekitar,
yaitu pengamatan sensoris dengan berbagai alat dari: melihat, mendengar,
memcecap dan meraba.berkat pengamatan seorang bayi mula mula mengenal
ibunya, kemudian dikenalnya binatang, manusia danbenda benda lain
disekitarnya, demikian pula bunyi bunyi, bentuk bentuk , sifat sifat dan
sebagainya.
2. Belajar berdasarkan gerak (motor type of learning)
Pada taraf pemulaan yang dipentingkan ialah pelaksanaan yang seksama.
Kecepatan mula mula tak usah dihiraukan. Kesalahan pada mulanya sering
menghalangi kecepatan efisien gerak. Setelah tecapai pelaksanaan yang
18

memuaskan, barulah kecakapan itu dilatih untuk mempertinggi kecepatan. Ada


keccepatan yang memerlukan latihan beberapa jam ada pula beberapa bulan
lamanya.
3. Belajar berdasarkan menghafal (memory type of learning)
Mungkin sekali belajar bersifat hafalan ini yang paling banyak digunakan
disekolah, baik di sd maupun disekolah yang lebih tinggi, sebab tujuan belajar
adalah menempuh ujian dan untuk itu di perlukan penguasaan pengetahuan siap.
4. Belajar berdasarkan pemecahan masalah (problem solving type of learning)
Setiap orang dan makhluk lainnya mempunyai kebutuhan yang harus
dipenuhinya. Ada yang mudah dipuaskan (misalnya dahaga), ada yang sulit
(mencapai cita cita, gelar dan sebagainya), kebutuhan yang mudah dipuaskan
tidak menemui kesulitan dan kebutuhan yang tak mungkin di penuhi
dikesampingkan. Ada pula kebutuhan yang menemui kesulitan atau kesukaran
sebelum dapat dipuaskan.
5. Belajar berdasarkan emosi (emotional type of learning)
Disekolah biasanya diutamakan mendidik anak anak how to make a living
bagaimana cara mencari nafkah dan kurang diperhatikan how to live,
bagaimana cara hidup. Pendidikan disekolah kebanyakan ditujukan kepada
pembentukan intelektual dan keterampilan akan tetapi segi kepribadian sering
diabaikan, seperti ketekunan menghadapi kesulitan, ketelitian, kebersihan, sikap
yang sehat terhadap pekerjaan, kecakapan bergaul dengan orang lain, cita cita,
minat yang luas, dan sebagainya.

2.4.2. Tujuan Belajar


Tujuan belajar ada tiga jenis (Sardiman, 2003: 27), yaitu :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan


Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain
tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan,
sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah
yang paling penting memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya
didalam kegiatan belajar.
2. Penanaman konsep dan ketrampilan
Penanaman ketrampilan atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu
ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.
Ketrampilan jasmaniah adalah ketrampilan ketrampilan yang dapat dilihat,
diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan
dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.sedangkan ketrampilan rohani
lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah masalah ketrampilan
yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih
abstrak, menyangkut persoalan persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir
serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep.
3. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku pribadi anak didik, guru harus
lebih bijak dan hati hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibuthkan kecakapan
mengarahkan motivasi dan berpikir dengan pidak lupa menggunakan pribadi
guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
19

2.4.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Belajar

1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah

anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut

ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak

dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai

mahluk hidup yang tergolong kelompok biotik (Nasution, 2008: 184).

2) Faktor instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebut tentu saja

menyangkut pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke arah itu

diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya dan

semuanya dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan

sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program

pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan

sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil, guna bagi kemajuan belajar

anak didik disekolah (Nasution, 2008: 186).

3) Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan

belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan

belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang

kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak

kekurangan gizi mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima

pelajaran (Nasution, 2008: 189).


20

4) Kondisi psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua

keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Maka

dari itu, belajar berarti bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti

faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis merupakan faktor dari

dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas

belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis

tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu,

minat, kecenderungan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif

adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil

belajar anak didik (Nasution, 2008: 189).

2.5. Hakikat Pembelajaran Biologi

Biologi merupakan ilmu yang mengkaji objek dan persolaan gejala

alam. Semua benda dan gejala alam merupakan objek kajian dalam biologi. Menurut

teori modern, proses pembelajaran tidak tergantung sekali kepada keberadaan guru

(pendidik) sebagai pengelola prosespembelajaran. Hal ini didasarkan bahwa proses

belajar pada hakikatnya merupakan interaksi antara peserta didik dengan objek

yang dipelajari. Berdasarkan hal ini maka peranan sumber dan media belajar tidak

dapat dikesampingkan dalam proses pembelajaran biologi.

Proses belajar biologi menurut Djohar (Sutarsih, 20010: 9) merupakan

perwujudan dari interaksi subjek (anak didik) dengan objek yang terdiri dari benda,

kejadian, proses, dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai alat

pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam

pembelajaran hendaknya memberipelajaran kepada subyek belajar untuk

melakukan interaksi dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat


21

mengeksplorasi dan menemukan konsep. Dengan demikian pembelajaran biologi

menekankan adanya interaksi antara subyek dan objek yang dipelajari.

Djohar (Suratsih, 2010: 9) menyatakan bahwa interaksi tersebut memberi

peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana belajar,

mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan kepribadian serta

mengenal permasalahan biologi dan pengkajiannya. Lebih lanjut lagi, Nana

Sudjana (1987:60) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran akan berkembang

tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan spikomotorik.

Suhardi (2007:4) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran biologi

sebagai suatu sistem, pada prisipnya merupakan kesatuan yang tidak

terpisahkan antara komponen raw input (peserta didik), instrumental input

(masukan instrumental), lingkungan, dan outputnya (hasil keluaran). Keempat

komponen tersebut mewujudkan sistem pembelajaran biologi dengan prosesnya

berada di pusatnya.

Anda mungkin juga menyukai