Anda di halaman 1dari 12

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN DESA

(RIPDES)

A. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1979, desa adalah suatu wilayah yang
ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat yang di dalamnya merupakan
kesatuan hukum yang memiliki organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah
camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri (otonomi) dalam ikatan
negara kesatuan Republik Indonesia.
Pengertian desa kemudian diterangkan kembali dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu sebagai berikut.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten.
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang memiliki kegiatan utama pertanian,
pengelolaan sumber daya alam, kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Penataan ruang merupakan salah satu aspek yang sangat kompleks dan
berkesinambungan. Hal ini dilakukan mengingat berbagai permasalahan yang timbul
didaerah yang menuntut penyelesaian dari segi tata ruang dengan mengaitkan seluruh
sektor. Selain itu, semakin disadari bahwa pembangunan yang terarah lokasinya akan
memberikan hasil yang lebih besar secara keseluruhan. Untuk itu berbagai usaha telah
dilakukan oleh pemerintah untuk menata ruang secara lebih intensif. Salah satu upaya
tersebut berupa penyusunan tata ruang. Hal ini berkaitan dengan Undang Undang Nomor
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal
Penataan Ruang Nomor : 47/SE/Dr/2007 tanggal 28 Nopember 2007 tentang Persetujuan
Subtansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten /Kota.
menurut hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena
pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa
pembangunan yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa
memecahkan masalah pembangunan. hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar
masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional
per tahun meningkat. dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam
mengartikan istilah pembangunan secara sempit.

akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar
bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. pembangunan ekonomi itu tidak bisa
diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.

berbagai sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah pembangunan pedesaan.


menurut haeruman ( 1997 ), ada dua sisi pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu:
pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu pada
potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri. pendekatan ini
meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang diharapkan
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang.
sisi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu interaksi antar
potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar untuk mempercepat
pemabangunan pedesaan.
pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung didesa yang
mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. menurut peraturan
pemerintah republik indonesia no : 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh
pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam
menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan
desa.
tujuan perencanaan pembangunan sebagai berikut:
mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan.
menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan pembangunan daerah.
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan.
mengoptimalkan partisipasi masyarakat
menjamin tercapainya penggunaan sumber daya desa secara efisien, efektif, berkeadilan
dan berkelanjutan.
kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan
ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan
(memanage) pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.

* Pengertian Pembangunan Desa


Pembangunan desa merupakan bagian dari pembangunan nasional dan pembangunan
desa ini memiliki arti dan peranan yang penting dalam mencapai tujuan nasional, karena
desa beserta masyarakatnya merupakan basis dan ekonomi, politik, sosial budaya dan
pertahanan keamanan. Adapun definisi pembangunan desa menurut para ahli adalah
sebagai berikut :

* Definisi pembangunan desa menurut para ahli


- Menurut Kartasasmita (2001 : 66) mengatakan bahwa hakekat pembangunan nasional
adalah manusia itu sendiri yang merupakan titik pusat dari segala upaya pembangunan
dan yang akan dibangun adalah kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan
yang akan dibangun adalah kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan
penggerak pembangunan. Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh
masyarakat bersama-sama pemerintah terutama dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat ditingkatkan kemampuan
masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup dan kesejahteraannya.
- Suparno (2001 : 46) menegaskan bahwa pembangunan desa dilakukan dalam rangka
imbang yang sewajarnya antara pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah
adalah menyediakan prasarana-prasarana, sedangkan selebihnya disandarkan kepada
kemampuan masyarakat itu sendiri.
- Proses pembangunan desa merupakan mekanisme dari keinginan masyarakat yang
dipadukan dengan masyarakat. Perpaduan tersebut menentukan keberhasilan
pembangunan seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (2001 : 222) mekanisme
pembangunan desa adalah merupakan perpaduan yang serasi antara kegiatan partisipasi
masyarakat dalam pihak dan kegiatan pemerintah di satu pihak. Bahwa pada hakekatnya
pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat sendiri. Sedangkan pemerintah
memberikan bimbingan, bantuan, pembinaan, dan pengawasan.
- Menurut beberapa ahli dikemukakan, pembangunan desa adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan desa adalah seluruh rangkaian usaha yang dilakukan dilingkungan desa
yang bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup masyarakat desa, serta memperkuat
kesejahteraan masyarakat dengan rencana yang dibuat atas dasar musyawarah dikalangan
masyarakat desa.
b. Pembangunan desa adalah pembangunan masyarakat desa dalam suatu proses dimana
anggota, masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan yang kemudian memutuskan
keinginan selanjutnya merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk masyarakat
memenuhi keinginannya.
c. Pembangunan desa adalah adanya gerakan bersama untuk perubahan tingkat kehidupan
masyarakat desa yang meliputi aspek-aspek kehidupan hidup, baik lahir maupun bathin
yang dilakukan secara swadaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.
d. Pembangunan desa adalah pembangunan yang dilaksanakan di desa secara menyeluruh
dan terpadu dengan imbalan kewajiban yang serasi antara pemerintah dan masyarakat
dimana pemerintah wajib memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan dan fasilitas yang
diperlukan, sedangkan masyarakat memberikan partisipasinya dalam bentuk swakarsa
dan swadaya, gotong royong masyarakat pada setiap pembangunan yang diinginkan.
e. Pembangunan desa adalah suatu pembangunan yang diarahkan untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa da didasarkan kepada tugas dan kewajiban
masyarakat desa secara keseluruhan.
f. Pembangunan adalah pembangunan yang sepanjang prosesnya masyarakat desa
diharapkan berpartisipasi (ikut serta) secara aktif dan dikelola ditingkat desa.
g. Pembangunan dari masyarakat pada unit pemerintah terendah yang harus dilaksanakan
dan dibina terus-menerus, sistematis dan terarah sebagai bagian penting dalam usaha
pembangunan negara sebagai usaha yang menyeluruh (Tjokromijojo, 1990). Sehubungan
dengan hal tersebut, maka pembangunan desa dapat dilihat dari berbagai segi yaitu
sebagai suatu proses, dengan suatu metode sebagai suatu program dan suatu gerakan,
sebagaimana pendapat pakar berikut ini :

a. Sebagai suatu proses adalah memperhatikan jalannya proses perubahan yang


berlangsung dari cara hidup yang lebih maju/modern. Sebagai suatu proses, maka
pembangunan desa lebih menekankan pada aspek perubahan, baik yang menyangkut segi
sosial, maupun dari segi psikologis. Hal ini akan terlihat pada perkembangan masyarakat
dari suatu tingkat kehidupan tertentu ketingkat kehidupan yang lebih tinggi, dengan
memperhatikan di dalamnya masalah perubahan sikap, serta perubahan lainnya yang
apabila diprogramkan secara sistematis akan usaha penelitiandan pendidikan yang sangat
baik.
b. Sebagai suatu metode, yaitu suatu metode yang mengusahakan agar rakyat mempunyai
kemampuan yang mereka miliki. Pembangunan desa juga merupakan metode untuk
mencapai pemerataan pembangunan desa dan hasil-hasilnya dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
c. Sebagai suatu program adalah berusaha meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran
masyarakat pedesaan baik lahir maupun bathin dengan perhatian ditujuka pada kegaiatan
pada bidang-bidang tertentu seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, industri rumah
tangga, koperasi, perbaikan kampung halaman dan lain-lain.
d. Sebagai suatu gerakan karena pada hakekatnya semua gerakan atau usaha kegiatan
pembangunan diarahkan ke desa-desa. Sebagai suatu gerakan dimana pembangunan desa
mengusahakan mewujudkan masyarakat sesuai dengan cita-cita Nasional Bangsa
Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
e. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pembangunan desa meliputi beberapa faktor
dan berbagai program yang dilaksanakan oleh aparat departemen, pemerintah daerah dan
seluruh masyarakat. Oleh karena itu pelaksanaannya perlu ada koordinasi dari pemerintah
baik pusat maupun daerah serta desa sebagai tempat pelaksanaan pembangunan agar
seluruh program kegiatan tersebut saling menunjang dan terlaksana dengan baik sesuai
dengan rencana, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna. Permasalahan di dalam
pembangunan perdesaan adalah rendahnya aset yang dikuasai masyarakat perdesaan
ditambah lagi dengan masih rendahnya akses masyarakat perdesaan ke sumber daya
ekonomi seperti lahan/tanah, permodalan, input produksi, keterampilan dan teknologi,
informasi, serta jaringan kerjasama. Disisi lain, masih rendahnya tingkat pelayanan
prasarana dan sarana perdesaan dan rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian
besar berketerampilan rendah.(low skilled), lemahnya kelembagaan dan organisasi
berbasis masyarakat, lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan
perdesaan. Oleh karena itu dapat dilihat beberapa sasaran yang dapat dilakukan dalam
pembangunan desa sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan dalam hal pertanahan serta memproses masalah-masalah
pertanahan dalam batas-batas kewenangan Kabupaten.
2. Pemantapan pengelolaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
untuk menciptakan lingkungan kehidupan yang efisien, efektif dan berkelanjutan .
3. Peningkatan kualitas pemukiman yang aman, nyaman dan sehat .
4. Meningkatnya prasarana wilayah pada daerah tertinggal, terpencil dan daerah
perbatasan.
5. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan di daerah dan wilayah.
6. Meningkatkan ekonomi wilayah untuk kesejahteraan masyarakat serta menanggulangi
kesenjangan antar wilayah.
7. Pembangunan Perdesaan.
Akan tetapi sasaran yang paling pokok yang ingin dicapai dalam Pengembangan Desa
adalah:
1. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan.
2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur di kawasan permukiman di
perdesaan.
3. Meningkatnya akses, kontrol dan partisipasi seluruh elemen masyarakat.

Pembangunan merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan keberdayaan dalam


meraih masa depan yang lebih baik. Pengertian ini meliputi upaya untuk memperbaiki
keberdayaan masyarakat, bahkan sejalan dengan era otonomi, makna dari konsep
hendaknya lebih diperluas menjadi peningkatan keberdayaan serta penyertaan partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan. Oleh karenanya bahwa dalam pelaksanaannya
harus dilakukan strategi yang memandang masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi
juga sebagai subjek pembangunan yang mampu menetapkan tujuan, mengendalikan
sumber daya dan mengarahkan proses pembangunan untuk meningkatkan taraf
kehidupannya. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan pembangunan yang lebih
diprioritaskan kepada pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat atau peningkatan
pendapatan masyarakat desa dan menegakkan citra pemerintah daerah dalam
pembangunan. Kebijakan pembangunan perdesaan tahun 2010-2014 diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat perdesaan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Memperluas akses masyarakat terhadap sumber daya produktif untuk pengembangan


usaha seperti lahan, prasarana sosial ekonomi, permodalan, informasi, teknologi dan
inovasi, serta akses masyarakat ke pelayanan publik dan pasar.
2. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui peningkatan kualitasnya,
dan penguatan kelembagaan serta modal sosial masyarakat perdesaan berupa jaringan
kerjasama untuk memperkuat posisi tawar.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dengan memenuhi hak-hak dasar.
4. Terciptanya lapangan kerja berkualitas di perdesaan, khususnya lapangan kerja non
pemerintah.
Pembangunan masyarakat desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu
keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan
lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat
mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan)
dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target
pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang
dipakai sebagai Sistem pembangunan desa.
- Selanjutnya berdasarkan Permendagri No 66 tahun 2007 tentang Perencanaan
pembangunan desa, pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif
adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara
musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang
telah lama berakar budaya wilayah Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5
Permendagri No 66 tahun 2007, karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya
direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan, yaitu upaya untuk
mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan
masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan. Pembangunan di desa menjadi
tanggungjawab Kepala desa sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No 72 tahun
2005 ditegaskan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kegiatan pembangunan direncanakan
dalam forum Musrenbangdes, hasil musyawarah tersebut di ditetapkan dalam RKPD
(Rencana Kerja Pemerintah Desa) selanjutnya ditetapkan dalam APBDesa. Dalam
pelaksanaan pembangunan Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa dan dapat dibantu
oleh lembaga kemasyarakatan di desa. Selanjutnya khusus untuk anggaran pembangunan
yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD), 70% dari anggaran tersebut merupakan
belanja pemberdayaan masyarakat.
- Ditegaskan dalam Pasal 22 ayat (2) Permendagri No 37 tahun 2007 . Pasal 21 ayat (4)
Perbup No 55 tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa bahwa Belanja
Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk :
1. Biaya perbaikan prasarana dan sarana publik.
2. Menunjang kegiatan LPMD dan PKK.
3. Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa.
4. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan.
5. Perbaikan lingkungan dan pemukiman.
6. Teknologi Tepat Guna.
7. Perbaikan kesehatan dan pendidikan.
8. Pengembangan sosial budaya.
9. Kegiatan lainnya yang dianggap penting.
Ada prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan desa (Mardiasmo, 2002 : 105)
yakni prinsip transparansi atau keterbukaan. Transparansi di sini memberikan arti bahwa
anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses
anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat banyak.
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa pembangunan merupakan perpaduan antara
partisipasi masyarakat dan kegiatan pemerintah. Pemerintah berkewajiban menyediakan
prasarana-prasarana sedangkan selebihnya diberikan kepada masyarakat itu sendiri,
karena pada hakekatnya pembangunan itu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri. Jadi
dalam melaksanakan pembangunan manusia itu sendiri yang merupakan titik pusat dari
segala upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah kemampuan dan kekuatan
sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan. Dalam hal ini pemerintah yang
memberikan pengawasan, bimbingan, bantuan, serta pembinaan kepada masyarakat.

Diketahui pada hakekatnya lokasi pusat kegiatan ekonomi masih banyak terdapat terdapat
di kawasan-kawasan pusat perkotaan , sehingga kita bekerja keras untuk mewujudkan
efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi
dan sosial budaya , oleh karena itu kawasan perkotaan perlu dikelola secara optimal
melalui penataan ruang.

Kota Tanjungbalai merupakan salah satu kota yang terletak di kawasan pinggir
pantai Propinsi Sumatera Utara ,dengan memiliki luas wilayah 60,529 Km atau
6.052,9Ha, yang terletak pada 25800 LU dan 9948 00BT. Dimana Populasi
penduduk yang relatif tinggi, berdasarkan kondisi ini perlu diciptakan suatu
keseimbangan ruang yang berlandaskan kebijakan yang serasi dan selaras terhadap
pemanfaatan ruang berguna untuk mewujudkan kawasan fungsional perkotaan dengan
memperhatikan kondisi sosial,ekonomi,serta budaya Kota Tanjung balai yang nantinya
akan menciptakan lingkungan yang harmonis antara kegiatan antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan tertentu.

Setelah terwujudnya Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungbalai


yang konfrehensip dan berkesinambungan , kita perlu menciptakan suatu produk atau
dokumen penataan ruang yang lebih detail dengan fungsi : sebagai perwujudan ruang
untuk melaksanakan program pembangunan perkotaan ; menjaga konsisten pembangunan
dan keserasian perkembangan kawasan perkotaan dengan Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah ; menciptakan keterkaiatan antara kegiatan yang selaras, serasi, dan efesien;
serta menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan perkotaan melalui pengendalian
program-program pembangunan perkotaan.

Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kota


Tanjungbalai merupakan salah satu kegiatan lanjutan dari peningkatan penataan ruang
yang sistematis Rencana Detail Tata Ruang ini merupakan pendalaman materi terhadap
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungbalai Tahun 2005 2010, juga
merupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional
perkotaan , sebagai penjabaran kegiatan kedalam ruang , dengan memperhatikan
keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang
harmonis baik itu dalam operasional sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik maupun pembangunan sosial ekonomi Kota Tanjungbalai , baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah , swasta dan masyarakat.

2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang diharapkan dalam Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR )
Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan pengembangan ruang perkotaan dalam rangka pelaksanaan program
pembangunan perkotaan.
b. Mengatur dan mengarahkan pembangunan sehingga mencapai sasaran dalam rangka
tertib pembangunan dan tertib pengaturan ruang secara umum.
c. Menjaga konsistensi pembangunan guna menciptakan keserasian dalam
perkembangan kawasan perkotaan dengan RUTRW Kota Tanjungbalai.
d. Menciptakan kegiatan yang selaras , serasi dan efesien.
e. Menjaga perkembangan kota melalui pengendalian program-program kegiatan
pembangunan perkotaan.

Manfaat Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan


Kota Tanjungbalai adalah sebagai pedoman untuk:
a. Pemberian Pengaturan dan Informasi Ruang (advis planning).
b. Pengaturan dan penataan bangunan setempat.
c. Penyusunan Rencana Teknik ruang kawasan perkotaan atau rencana tata bangunan
dan lingkungan.
d. Pelaksanaan program pembangunan.

3. Metodologi

Sebagai bagian dari sistem perwilayahan, kajian terhadap Pembuatan Rencana


Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai tidak dapat dilihat
secara parsial, tetapi juga harus dilihat dalam lingkup regionalnya. Dengan demikian
maka pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah dengan mengkaji dalam
konstelasi makro regional secara intensifikasi dan ekstensifikasi.

Oleh sebab itu, ruang lingkup kegiatan berupa; persiapan, pelaksanaan survei dan
pengamatan lapangan, proses analisis, tahapan perumusan rancangan rencana dan
tahapan penyusunan Produk Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Kota Tanjungbalai yang telah dilakukan setelah rumusan rancangan,
didiskusikan dan diseminarkan dengan team teknis dan instansi terkait serta masyarakat
umum.

4. Isi Penyajian Laporan

Pelaporan dan teknis penyajian laporan pekerjaan Pembuatan Rencan Detail Tata
Ruang ( RDTR) Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai disususn sebagai berikut:

BAB I Ketentuan Umum


BAB II Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota
Tanjungbalai
BAB III Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Tanjungbalai
BAB IV Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai
1. Umum
2. Rencana Umum
2.1 Pengertian
2.2 Manfaat
2.3 Komponen Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan
a. Struktur Peruntukan Lahan
b. Intensitas Pemanfaatan Lahan
c. Tata Bangunan
d. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
e. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
f. Tata Kualitas Lingkungan
g. Sistem Prasarana dan Utilitis Lingkungan
3. Panduan Rancangan
3.1 Pengertian
3.2 Manfaat
3.3 Ketentuan Dasar Implementasi Rancangan
3.4 Prinsip-prinsip pengembangan Rancangan

BAB V Arahan Rencana Investasi


1. Umum
2. Skenario Strategi Rencana Investasi
3. Arahan Rencana Investasi Zonasi

BAB VI Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


1. Umum
2. Strategi Pengendalian Rencana
3. Arahan Pengendalian Rencana
4. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
5. Pengelola Kawasan

BAB VII Peran Masyarakat


BAB VIII Penutup
5. Teknis Penyajian Laporan

a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini yang memuat seluruh metode pendekatan dan program survei, serta
dilampiri dengan blanko survei, pendekatan instansional maupun perlengkapan
lainnya.
Dalam laporan pendahuluan ini penetuan kawasan perencanaan perkotaan telah
ditentukan dengan tingkat urgensi , prioritas, dan keterdesakan penanganan kawasan
kajian didalam konstelasi Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai atau meliputi
batasan administrasi Kecamatan Tanjungbalai Selatan dan Kecamatan Tanjungbalai
Utara.
Judul buku tertulis Laporan Pendahuluan , ukuran A-4 dengan jumlah yang harus
diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

b. Laporan Kemajuan Pertama


Laporan ini yang merupakan laporan kemajuan setelah melakukan survei lapangan.
Dengan demikian laporan kemajuan pertama memuat identifikasi permasalahan
pembangunan dan perwujudan ruang kawasan yang meliputi:
1. Analisis yang didasarkan atas tuntunan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan
perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari Pemerintah Kota
Tanjungbalai untuk pengembangannya.
2. Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan perkotaan seperti
masalah rumah kumuh, peruntukan penataan ruang terbangun dan tidak terbangun
belum optimal, sering terjadinya banjir kiriman, sarana dan prasarana pelayanan
publik masih kurang, dsb.
3. Data dan informasi laporan tentang keadaan dan penggunaan bangunan, lalu lintas
serta kondisi lainnya, baik yang mencakup fisik maupun sosial ekonomi, sosial
budaya serta perangkutan.
Judul buku tertulis Laporan Hasil Survei, ukuran A-4 dengan jumlah yang harus
diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dengan kondisi eksisting dalam bentuk peta
sebanyak 5 lembar dalam skala 1:10.000.

c. Laporan Kemajuan Kedua


Laporan ini memuat perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan
didasarkan atas hasil analisis kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung
lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan yang
hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Selain itu perkiraan kebutuhan
yang perlu dianalisis meliputi:
1. Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan.
2. Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan.
3. Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi prkotaan.
4. Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan melihat kebutuhan
ekstensifikasi dan perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.
5. Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.
Judul buku laporan kemajuan kedua yaitu Analisis Rencana, ukuran A-4 dengan
jumlah yang harus diserahkan sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar beserta peta
dengan ukuran skala 1:5.000.

d. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan Rancangan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Kota Tanjungbalai yang akan diterapkan pada wilayah Pemerintahan Kota
Tanjungbalai yang meliputi:
Judul buku laporan akhir yaitu Produk Rencana, ukuran A-4 dengan jumlah yang
harus diserahkan sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar beserta peta dengan ukuran
skala 1:5.000.

6. Waktu Pelaksanaan Dan Pembiayaan


Waktu pelaksanaan secara keseluruhan akan diselesaikan selama 120 hari
kalender terhitung sejak tanggal pemasukan penawaran oleh lembaga kerjasama, untuk
lebih jelasnya jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Pembiayaan kegiatan ini diperkirakan akan memerlukan biaya sebesar


Rp.232.500.000,- (seratus delapan puluh enam juta rupiah) yang dibebankan kepada
APBD Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2008 yang bersumber Dana Alokasi Umum.

7. Kewajiban Konsultan/Lembaga
a Konsultan/Lembaga berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
pelaksanaan pekerjaan dimasud berdasarkan ketentuan perjanjian kerja sama yang
telah ditetapkan.
b Konsultan/Lembaga berkewajiban menyusun perencanaan berdasarkan ketentuan
teknis yang telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja ini.
c Konsultan/Lembaga berkewajiban mempergunakan tenaga ahli yang kualifikasi
berdasarkan atau sesuai dengan penyusunan Studi Infrastruktur Penghubung Jalan
Lingkar Utara dan Jalan Lingkar Selatan serta prasarana lainnya menuju Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Kota Tnjungbalai secara multi disiplin dan terpadu.
d Konsultan/Lembaga dalam melaksanakan pekerjaan dapat meminta bantuan kepada
instansi pemberi pekerjaan untuk memperoleh petunjuk, data dan pengarahan agar
mencapai hasil yang optimal, disamping itu dapat meminta bantuan dari instansi
terkait mengenai data-data/informasi dan fasilitas lainnya guna mendukung kelancaran
kerja dengan membuat surat pengantar dari pemberi pekerjaan kepada instansi terkait.
e Konsultan/Lembaga dalam melaksanakan pekerjaan studi ini, tidak ada hubungan
yang mengikat dengan pihak lain dalam suatu unit kerja/instansi atau dengan kata lain
konsultan/lembaga harus bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan.
f Pejanjian pekerjaan antara pihak memberi pekerjaan (Pihak I) dengan pihak
konsultan/lembaga (Pihak II) dinyatakan berakhir dalam melaksanakan pekerjaan
studi ini, apabila telah selesai secara pekerjaan keseluruhan dengan keadaan sempurna.
g Dalam melakukan kegiatan konsultan dapat mempedomani peraturan dan
perundangan, dokumen perencanaan yang ada, baik pada tingkat nasional, maupun
dokumen perencanaan pembangunan daerah.

8. Penutup
Untuk mengoperasikan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kota
Tanjungbalai, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat
Keputusan Walikota Tanjungbalai dalam hal Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai sebagai penjabaran Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah (RUTRW) Kota Tanjungbalai.
Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika perkembangan
perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Kota Tanjungbalai yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD
dalam bentuk Peraturan Daerah.
Demikianlah Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini diperbuat untuk menjadi pedoman
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai
yang sebagai pedoman dan bahan pertimbangan.

Tanjungbalai, Februari 2008


KEPALA BAPPENDA KOTA TANJUNGBALAI

Ir.H. DARWIN ZULAD, M.Si.


Pembina Utama Media
NIP. 400039330,-

Anda mungkin juga menyukai