(RIPDES)
A. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1979, desa adalah suatu wilayah yang
ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat yang di dalamnya merupakan
kesatuan hukum yang memiliki organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah
camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri (otonomi) dalam ikatan
negara kesatuan Republik Indonesia.
Pengertian desa kemudian diterangkan kembali dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu sebagai berikut.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten.
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang memiliki kegiatan utama pertanian,
pengelolaan sumber daya alam, kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Penataan ruang merupakan salah satu aspek yang sangat kompleks dan
berkesinambungan. Hal ini dilakukan mengingat berbagai permasalahan yang timbul
didaerah yang menuntut penyelesaian dari segi tata ruang dengan mengaitkan seluruh
sektor. Selain itu, semakin disadari bahwa pembangunan yang terarah lokasinya akan
memberikan hasil yang lebih besar secara keseluruhan. Untuk itu berbagai usaha telah
dilakukan oleh pemerintah untuk menata ruang secara lebih intensif. Salah satu upaya
tersebut berupa penyusunan tata ruang. Hal ini berkaitan dengan Undang Undang Nomor
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal
Penataan Ruang Nomor : 47/SE/Dr/2007 tanggal 28 Nopember 2007 tentang Persetujuan
Subtansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten /Kota.
menurut hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena
pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa
pembangunan yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa
memecahkan masalah pembangunan. hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar
masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional
per tahun meningkat. dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam
mengartikan istilah pembangunan secara sempit.
akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar
bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. pembangunan ekonomi itu tidak bisa
diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.
Diketahui pada hakekatnya lokasi pusat kegiatan ekonomi masih banyak terdapat terdapat
di kawasan-kawasan pusat perkotaan , sehingga kita bekerja keras untuk mewujudkan
efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi
dan sosial budaya , oleh karena itu kawasan perkotaan perlu dikelola secara optimal
melalui penataan ruang.
Kota Tanjungbalai merupakan salah satu kota yang terletak di kawasan pinggir
pantai Propinsi Sumatera Utara ,dengan memiliki luas wilayah 60,529 Km atau
6.052,9Ha, yang terletak pada 25800 LU dan 9948 00BT. Dimana Populasi
penduduk yang relatif tinggi, berdasarkan kondisi ini perlu diciptakan suatu
keseimbangan ruang yang berlandaskan kebijakan yang serasi dan selaras terhadap
pemanfaatan ruang berguna untuk mewujudkan kawasan fungsional perkotaan dengan
memperhatikan kondisi sosial,ekonomi,serta budaya Kota Tanjung balai yang nantinya
akan menciptakan lingkungan yang harmonis antara kegiatan antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan tertentu.
Tujuan yang diharapkan dalam Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR )
Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan pengembangan ruang perkotaan dalam rangka pelaksanaan program
pembangunan perkotaan.
b. Mengatur dan mengarahkan pembangunan sehingga mencapai sasaran dalam rangka
tertib pembangunan dan tertib pengaturan ruang secara umum.
c. Menjaga konsistensi pembangunan guna menciptakan keserasian dalam
perkembangan kawasan perkotaan dengan RUTRW Kota Tanjungbalai.
d. Menciptakan kegiatan yang selaras , serasi dan efesien.
e. Menjaga perkembangan kota melalui pengendalian program-program kegiatan
pembangunan perkotaan.
3. Metodologi
Oleh sebab itu, ruang lingkup kegiatan berupa; persiapan, pelaksanaan survei dan
pengamatan lapangan, proses analisis, tahapan perumusan rancangan rencana dan
tahapan penyusunan Produk Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Kota Tanjungbalai yang telah dilakukan setelah rumusan rancangan,
didiskusikan dan diseminarkan dengan team teknis dan instansi terkait serta masyarakat
umum.
Pelaporan dan teknis penyajian laporan pekerjaan Pembuatan Rencan Detail Tata
Ruang ( RDTR) Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai disususn sebagai berikut:
a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini yang memuat seluruh metode pendekatan dan program survei, serta
dilampiri dengan blanko survei, pendekatan instansional maupun perlengkapan
lainnya.
Dalam laporan pendahuluan ini penetuan kawasan perencanaan perkotaan telah
ditentukan dengan tingkat urgensi , prioritas, dan keterdesakan penanganan kawasan
kajian didalam konstelasi Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai atau meliputi
batasan administrasi Kecamatan Tanjungbalai Selatan dan Kecamatan Tanjungbalai
Utara.
Judul buku tertulis Laporan Pendahuluan , ukuran A-4 dengan jumlah yang harus
diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.
d. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan Rancangan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Kota Tanjungbalai yang akan diterapkan pada wilayah Pemerintahan Kota
Tanjungbalai yang meliputi:
Judul buku laporan akhir yaitu Produk Rencana, ukuran A-4 dengan jumlah yang
harus diserahkan sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar beserta peta dengan ukuran
skala 1:5.000.
7. Kewajiban Konsultan/Lembaga
a Konsultan/Lembaga berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
pelaksanaan pekerjaan dimasud berdasarkan ketentuan perjanjian kerja sama yang
telah ditetapkan.
b Konsultan/Lembaga berkewajiban menyusun perencanaan berdasarkan ketentuan
teknis yang telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja ini.
c Konsultan/Lembaga berkewajiban mempergunakan tenaga ahli yang kualifikasi
berdasarkan atau sesuai dengan penyusunan Studi Infrastruktur Penghubung Jalan
Lingkar Utara dan Jalan Lingkar Selatan serta prasarana lainnya menuju Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Kota Tnjungbalai secara multi disiplin dan terpadu.
d Konsultan/Lembaga dalam melaksanakan pekerjaan dapat meminta bantuan kepada
instansi pemberi pekerjaan untuk memperoleh petunjuk, data dan pengarahan agar
mencapai hasil yang optimal, disamping itu dapat meminta bantuan dari instansi
terkait mengenai data-data/informasi dan fasilitas lainnya guna mendukung kelancaran
kerja dengan membuat surat pengantar dari pemberi pekerjaan kepada instansi terkait.
e Konsultan/Lembaga dalam melaksanakan pekerjaan studi ini, tidak ada hubungan
yang mengikat dengan pihak lain dalam suatu unit kerja/instansi atau dengan kata lain
konsultan/lembaga harus bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan.
f Pejanjian pekerjaan antara pihak memberi pekerjaan (Pihak I) dengan pihak
konsultan/lembaga (Pihak II) dinyatakan berakhir dalam melaksanakan pekerjaan
studi ini, apabila telah selesai secara pekerjaan keseluruhan dengan keadaan sempurna.
g Dalam melakukan kegiatan konsultan dapat mempedomani peraturan dan
perundangan, dokumen perencanaan yang ada, baik pada tingkat nasional, maupun
dokumen perencanaan pembangunan daerah.
8. Penutup
Untuk mengoperasikan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kota
Tanjungbalai, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat
Keputusan Walikota Tanjungbalai dalam hal Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai sebagai penjabaran Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah (RUTRW) Kota Tanjungbalai.
Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika perkembangan
perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Kota Tanjungbalai yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD
dalam bentuk Peraturan Daerah.
Demikianlah Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini diperbuat untuk menjadi pedoman
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kota Tanjungbalai
yang sebagai pedoman dan bahan pertimbangan.