Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Udara, air, tanah, kehidupan, dan teknologi saling berkaitan secara erat. Atmosfer
merupakan lapisan tipis gas-gas yang menyelimuti permukaan bumi, memegang peranan
penting sebagai tempat penampungan (reservoir) dari berbagai macam gas. Atmosfer juga
menyeimbangkan panas bumi, mengabsorbsi energi dan merusak radiasi sinar ultra violet
yang datang dari matahari. Selain itu memindahkan energy panas dari wilayah ekuator, serta
berfungsi sebagai jalan atau media pergerakan air pada phase uap dalam siklus hidrologi
(Achmad, Rukaesih; 2004).

Hidrosfer mengandung air bumi. Lebih dari 97% dari air bumi berupa lautan, dan sisa
yang terbanyak berupa air tawar dalam bentuk es. Oleh karena itu secara relative hanya
sedikit persentase dari total air bumi yang secara actual terlibat dengan tanah, atmosfer, dan
proses-proses biologis. Kehebatan dari air laut yang mengalami sirkulasi melalui proses-
proses dalam lingkungan, dan sirkulasi tersebut terjadi dalam atmosfer, dalam sumber air, dan
dalam air permukaan seperti saluran air, sungai-sungai, danau-danau, waduk-waduk dan
penampungan-penampungan air (Achmad, Rukaesih: 2004).

Geosfer terdiri dari padatan bumi meliputi tanah yang sangat mendukung kehidupan
tumbuhan. Bagian dari geosfer yang langsung terlibat dengan proses-proses lingkungan
melalui kontak dengan atmosfer, hidrosfer dan semua kehidupan adalah litosfer. Semua
kehidupan yang ada di bumi membentuk biosfer (Achmad, Rukaesih;2004)

Suatu ekosistem terdiri dari interaksi yang menguntungkan antara organisme-


organisme dengan lingkungannya di mana terjadi pertukaran dari sejumlah besar material-
material dalam bentuk siklus, yang dikenal dengan siklus materi. Siklus materi menyangkut
bagaimana aliran atau perjalanan materi yang terdiri dari bahan-bahan kimia dari satu media
ke media lainnya di dalam lingkungan, termasuk di dalamnya media kehidupan Bahan-bahan
kimia yang termasuk penyusun kehidupan yang paling banyak antara lain: karbon, nitrogen,
oksigen, belerang, dan fosfor (Achmad, Rukaesih;2004).

Secara struktural setiap siklus materi terdiri dari bagian cadangan dan bagian yang
mengalami pertukaran. Di dalam bagian cadangan, unsur kimia tersebut akan terikat dan sulit
bergerak, atau pergerakannya lambat. Di dalam bagian pertukaran, unsur kimia tersebut aktif
bergerak atau mengalami pertukaran. siklus materi dibedakan atas dua tipe, yaitu tipe gas dan
tipe sidimeter (Kuncoro. 2007).

Nitrogen merupakan salah satu siklus materi tipe gas. Bagian cadangannya terdapat di
dalam atmosfer. sedangkan siklus fosfor merupakan contoh siklus materi tipe sedimenter.
Bagian cadangan siklus fosfor terdapat di dalam tanah atau kerak bumi dan sukar terlarut,
sehingga siklus ini mudah terganggu (Kuncoro. 2007).
Dalam siklus nitrogen, fosfor maupun belerang, terdapat organisme-organisme yang
mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya siklus tersebut, misalnya organisme
penambat nitrogen bebas. Pengetahuan mengenai peranan organisme dalam siklus materi
dapat dimanfaatkan manusia, misalnya dalam bidang pertanian. Siklus materi yang satu
dengan yang lain dapat saling terkait atau mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada
siklus belerang (Kuncoro. 2007).

Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi siklus materi. Sebagai contohnya adalah
kegiatan pabrik dan mesin-mesin kendaraan bermotor dapat meningkatkan kandungan
senyawa-senyawa oksidasi beterang, dan oksida nitrogen di udara (Kuncoro. 2007).
BAB II

PEMBAHASAN

Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-
unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak
hidup.

Siklus biogeokimia atau siklus organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa
kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.
Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-
reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.

Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus
nitrogen, dan siklus sulfur.

1. Siklus Karbon

Terdapat lebih banyak persenyawaan karbon yang dikenal daripada persenyawaan


unsur lain kecuali hydrogen. Kebanyakan dikenal sebagai zat-zat kimia organik.
Keistimewaan karbon yang unik adalah kecenderungannya secara alamiah mengikat dirinya
sendiri dalam rantai-rantai atau cincin-cincin , tidak hanya dengan ikatan tunggal, C-C, tetapi
juga mengandung ikatan ganda, C=C atau C=C (Cotton dan Wilkinson;1989).

Di atmosfer terdapat kandungan COz sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COz di udara


berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap
pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan
menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk
berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk
batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga
menambah kadar CO2 di udara.

Di ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung.
Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi
ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan
untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air
berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air
adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air.
Gambar. Siklus Karbon di Alam

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer,
geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus
karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui). Dalam siklus ini terdapat
empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir
tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system dan
material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon
anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar
fosil). Pergerakan tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-
proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam
aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam
ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.

Karbon dioksida (rumus kimia: CO 2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom
karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer
bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan
volume [1] walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon
dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah
dengan kuat.

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan


mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis.
Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon
dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida
anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air
panas.

Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun
langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 C. Dalam bentuk padat, karbon
dioksida umumnya disebut sebagai es kering. Neraca karbon global adalah kesetimbangan
pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir karbon atau antara satu
putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer - biosfer). Analisis neraca karbon
dari sebuah kolam atau reservoir dapat memberikan informasi tentang apakah kolam atau
reservoir berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida (Anonim.
2009).

2. Siklus Oksigen
Oksigen adalah gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup baik yang berada di
darat, udara, dan perairan. Pada umumnya, orang orang menganggap bahwa pohonlah yang
menjadi sumber oksigen untuk kita bernafas dimuka bumi ini, namun pada kenyataannya ada
juga makhluk hidup lain yang bukan berasal dari daratan namun menyumbang oksigen
sampai kedaratan. Sumber oksigen lain adalah lautan.
Di lautan juga terdapat makhluk hidup yang dapat menghasilkan oksigen pula. Salah
satunya adalah plankton. Dengan kemampuan berespirasi, plankton menghasilkan gelembung
gelembung oksigen . Para ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak
langsung dapat membuat awan yang dapat menahan sebagian sinar matahari yang merugikan.
Sehingga plankton bisa membantu memperlambat proses pemanasan bumi. Selain plankton,
ganggang laut berperan dalam proses fotosintes siklus oksigen antara lautan dan atmosfer ini.
Ganggang laut melakukan proses fotosintesis, hasil dari fotosintesis ini berupa oksigen.
Oksigen yang berasal dari lautan ini akan naik ke atmosfer dan terbawa oleh angin
dan dapat dinikmati oleh makhluk hidup lain yang berada di daratan dan juga di udara. Lalu
makhluk hidup yang menghisap oksigen ini pun akan mengeluarkan gas karbondioksida yang
kemudian akan terbawa kembali ke lautan dan akan diproses kembali oleh makhluk hidup
yang berada dilaut untuk dijadikan oksigen kembali.

3. Siklus Nitrogen

Nitrogen terdapat di alam terutama sebagai dinitrogen, N2 (titik didih 77,3 K). Gas
nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat
ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan
beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen
dengan bantuan kilat/ petir.
Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH 3), ion nitrit
(NO2- ), dan ion nitrat (NO3- ). Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada
akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri
dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang
bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp.
(ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen (Anonim. 2009).

Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil
penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit,
yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh
akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali,
dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus
nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

Gambar. Siklus Nitrogen

4. Siklus Fosfor

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari
hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan
mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil.
Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan
laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang
terus menerus (Anonim. 2009).
Siklus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secara umum merupakan hara yang terbatas
dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil, oleh karena itu siklus fosfor
adalah endogenik. Dalam geosfer, fosfor terdapat dalam jumlah besar dalam mineral-
mineral yang sedikit sekali larut seperti hidroksiapilit, garam kalsium. Adapun gambar dari
siklus fosfor adalah sebagai berikut.

Gambar. Siklus Fosfor

Fosfor terlarut dari mineral-mineral fosfat dan sumber-sumber lainnya, seperti pupuk
fosfat, diserap oleh tanaman dan tergabung dalam asam nukleat yang menyusun material
genetic dalam organisme. Mineralisasi dari biomassa oleh pembusukan/penguraian mikroba
mengembalikan fosfor kepada larutan garamnya yang kemudian dapat mengendap sebagai
bahan mineral. Sejumlah besar dari mineral-mineral fosfat digunakan sebagai bahan pupuk,
industry kimia, dan food additives. Fosfor merupakan salah satu komponen dari senyawa-
senyawa sangat toksik, terutama insektisida organofosfat (Achmad, Rukaesih; 2004).

5. Siklus Belerang

Siklus belerang relative kompleks dimana melibatkan berbagai macam gas, mineral-
mineral yang sukar larut dan beberapa spesi lainnya dalam lautan. Siklus ini berkaitan dengan
siklus oksigen dimana belerang bergabung dengan oksigen membentuk gas belerang oksida,
SO2, sebagai bahan pencemar air. Diantara spesi-spesi yang secara signifikan terlihat dalam
siklus belerang adalah gas hydrogen sulfide H2S; mineral-mineral sulfide seperti PbS; asam
sulfat H2SO4; belerang oksida, SO2 komponen utama dari hujan asam; dan belerang yang
terikat dalam protein.

Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO 2) di
udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam
hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida
dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan
yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman (wikipedia.org/wiki/Hujan_asam).

Yang merupakan bagian dari siklus belerang yang sangat penting adalah adanya gas
SO2 sebagai bahan pencemar dan H2SO4 dalam atmosfer. Gas SO2 dikeluarkan dari
pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung belerang. Efek utama dari belerang dioksida
dalam atmosfer adalah kecenderungan untuk teroksidasi menghasilkan asam sulfat. Asam ini
dapat menyebabkan terjadinya hujan asam (Achmad, Rukaesih; 2004).

Gambar. Siklus Belerang


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Siklus biogeokimia adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur
tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia
dalam lingkungan.
2. Siklus biogeokimia meliputi siklus karbon, siklus oksigen, siklus nitrogen, siklus
fosfor, dan siklus belerang.

B. Saran

Sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa kimia ditekankan untuk lebih memahami


cara penggunaan berbagai bahan kimia. Bahan kimia yang telah kita gunakan itu akan
mengalami suatu siklus baik itu siklus yang dapat berdampak positif maupun negatif
terhadap lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih.2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Andi

Anonim. 2009. Siklus Biogeokimia. Online

http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_karbon, diakses 15 Maret 2014).

Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-PRESS.

Anda mungkin juga menyukai