Disusun oleh :
Roy Steven
JAKARTA
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Pada hakikatnya tujuan untuk menyusun makalah ini adalah untuk mengkaji tentang
Perbankan di Indonesia khususnya Perbankan Syariah, maka penulis menyusun makalah ini
dengan bahasa yang sederhana dan kalimat yang ringkas, supaya lebih mudah dipahami oleh
para pembaca.
Sehubungan demikian, Ibarat TAK ADA GADING YANG TAK RETAK pasti ada
kekurangannya, untuk itu saran-saran serta kritik demi membangun atau mensempurnakan
makalah ini.
Akhirnya, Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita
tentang Perbankan Syariah di Indonesia.
Roy Steven
BAB 1
PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan industri sudah sangat maju, salah satunya perkembangan
industri perbankan syariah di Indonesia, Bank Syariah sering disebut Bank Bagi hasil yang
merupakan lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasi berdasarkan prinsip
prinsip hukum atau syariah Islam, seperti diatur dalam Al Quran dan Al Hadist. Perbankan
Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan sistem syariah
(hukum islam). Usaha pembentukkan sistem ini berangkat dari larangan islam untuk
memungut dan meminjam bedasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan investasi untuk
usaha yang dikategorikan haram, misalnya dalam makanan, minuman, dan usaha-usaha lain
yang tidak islami, yang hal tersebut tidak diatur dalam Bank Konvensional.
Negara Indonesia yang hampir seluruh penduduknya beragama Islam. Dengan adanya bank
tersebut diharapkan tidak adanya kerancuan dalam proses muamalah bagi para pemeluk
agama islam, sehingga mereka terjaga dari keharaman akibat tidak adanya suatu wadah yang
melayani mereka dalam bidang muamalah yang bersifat islami dan turut berkonstribusi dalam
tinggi dan inklusif, terutama dengan memanfaatkan bonus demografi dan prospek
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga peran perbankan syariah dapat terasa signifikan
bagi masyarakat. Semakin besar pertumbuhan perbankan syariah, maka akan semakin banyak
peran perbankan syariah makin besar untuk pembangunan ekonomi rakyat di negeri ini.
Perbankan syariah seharusnya tampil sebagai garda terdepan atau lokomotif untuk
Namun realitas yang ada, dari 80% penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak
lebih dari 10% di antara mereka yang bertransaksi secara syarI lebih-lebih dalam hal
perbankan. Sampai saat ini perbankan syariah di Indonesia belum mampu menunjukan
syariah. Bahkan para ulama-ulama di negeri ini pun sebagian besar masih menyimpan
sisitem operasi perbankan syariah Sistem dalam bank syariah di anggap sama dengan sistem
Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bank syariah dan
berakibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Hal tersebut menjadi
landasan untuk menyadarkan masyarakat akan keurgenan perbankkan islam di Negara ini.
syariah di rasa perlu,sehingga masyarakat tidak lagi terjebak dalam transaksi-transaksi yang
tidak islami dan masyarakat kembali manaruh kepercayaan terhadap transaksi syariah.
Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Agustianto Mingka menilai, dalam
seharusnya perbankan syariah dapat mengambil peran. Dalam hal ini bank-bank syariah dapat
melakukan pembiayaan sindikasi baik sesama bank syariah maupun bergabung (bersindikasi)
syariah diperkirakan sekitar 15%. Dengan demikian pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK)
dan pembiayaan masih berkisar di angka tersebut. Meskipun program sekuritisasi aset
Dia mengungkapkan, di tahun 2016 akan diwarnai oleh tingkat kompetisi bisnis jasa
keuangan yang semakin ketat, karena mulai berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)
dimana untuk industri perbankan hal ini tertuang dalam ASEAN Banking Integration
berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa
masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan TI yang belum mumpuni.
Sementara dalam rangka mengembangkan industri perbankan syariahu untuk menjadi pemain
yang unggul dan berperan signifikan di Indonesia, terdapat beberapa tantangan dan strategis
yang harus menjadi prioritas bagi stakeholders perbankan syariah. Pertama, yakni inovasi
produk keuangan dan perbankan syariah yang merupakan pilar utama dalam pengembangan
Berdasarkan hal tersebut diatas Penulis tertarik untuk mengkaji Perbankan syariah.
yang diterangkan dalam sebuah karya ilmiah dengan judul : Perkembangan dan Prediksi
Tingkat Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia.
1. Bagaimana perkembangan bank syariah dilihat dari perkembangan aset, dana dari
pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan?
2. Bagaimana tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia yang dilihat dari Total
Aset, Total Dana Pihak Ketiga (DPK), Total Pembiayaan dan Total Laba tahun berjalan
yang didapat Bank Syariah?
2. Untuk mengkaji tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia yang dilihat dari
Total Aset, Total Dana Pihak Ketiga (DPK), Total Pembiayaan dan Total Laba tahun
berjalan yang didapat Bank Syariah.
BAB II
ISI
Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah atau perbankan Islam adalah
suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Bank
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) antara pihak yang mengalami surplus
of funds untuk diprodukstifkan pada sektor-sektor yang mengalami lack of funds merupakan
salah satu komponen utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi sutu negara (Abdul
Menurut Kasmir, 2008, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Selain
itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar
Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 dalam pasal 1 ayat 12, disebutkan bahwa prinsip
syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang
syariah. Dalam kegiatan operasional bank, prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain, untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah, antara lain
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(muharabah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan
(ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan
masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk memiliki sebuah alternatif sistem
perbankan yang Islami. Selain itu, masyarakat meyakini bahwa sistem perbankan syariah
yang menerapkan bagi hasil sangat menguntungkan, baik untuk nasabah dan bank.
Pada awal tahun 1980-an, rintisan pendirian perbankan syariah mulai dilakukan.
Maraknya seminar dan diskusi tentang urgensi bank syariah yang dilakukan masyarakat dan
akademisi kian memantapkan langkah itu. Sebagai sebuah uji coba, mereka kemudian
mempraktekkan gagasan tentang bank syariah dalam skala kecil. Sejak itu, berdirilah Bait Al-
Tamwil Salman di Institut Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta.
bagi hasil ini semakin menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan hadirnya
Pada tanggal 18-20 Agustus 1990, MUI menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank
dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas
lebih mendalam pada Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta pada 22-25 Agustus
1990.
Hasilnya, lahirnya amanat untuk pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam
pertama di Indonesia. Kelompok kerja ini disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas untuk
Hasil kerja dari Tim Perbankan MUI ini adalah berdirinya PT Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Akte pendirian BMI ditandatangani pada tanggal 1 November 1991 dan
BMI mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Selain BMI, pionir perbankan syariah yang lain
adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dana Mardhatillah dan BPR Berkah Amal
Sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di Bandung, yang diprakarsai oleh Institute for
operasional bank syariah, yaitu Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan PP
Terkait pangsa pasar perbankan syariah, Buchori menuturkan hingga Oktober 2015
OJK mencatat pangsa perbankan syariah masih di bawah 5%. Namun demikian, OJK tetap
optimis dapat mencapai target pangsa pasar tersebut di 2016. Untuk pangsa pasar tahun
depan kami lebih optimis karena proyeksi pertumbuhan di hampir semua lembaga
memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi pada 2016, ujar Buchori.
Secara rata-rata, jelas dia, pada 2016 perbankan syariah diperkirakan tumbuh antara
12%-13%. Belum berani target pertumbuhan sampai diatas 20%. Sekarang tahap konsolidasi
hampir selesai dan tahun depan sudah mulai rebound. Yang jelas tahun 2016 akan lebih tinggi
Berdasarkan Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank syariah
di wajibkan untuk menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat.
Di samping itu, bank syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitulmal dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Bank syariah juga dapat
menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
Bank syariah dalam skema non-riba memiliki empat fungsi sebagai berikut :
Fungsi ini dapat dilihat dari segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya
dana mudharabah. Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana
(shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyalur yang produktif,
sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan
2. Fungsi Investor
Dalam penyaluran dana bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana). Penanaman
dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor sektor yang produktif
Produk investasi yang sesuai dengan syariah diantaranya akad jual beli (murabahah, salam,
dan istishna), akad investasi (mudharabah dan musyarakah), akad sewa menyewa (ijarah dan
ijarah muntahiya bittamlik) dan beberapa akad lainnya yang dibolehkan oleh syariah.
3. Fungsi Sosial
Fungsi ini merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah. Ada dua instrumen yang
digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen zakat,
infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) dan instrumen qardhul hasan. Instrumen Ziswafberfungsi
untuk menghimpun ziswaf dari masyarakat, pegawai bank, serta bank sendiri sebagai
lembaga milik para investor. Instrumen qardhul hasan berfungsi menghimpun dana dari
penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infak dan sadaqah yang tidak
Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah berbeda dengan bank
konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of
Namun mekanisme untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut, bank syariah tetap
a. Prinsip Wakalah
b. Prinsip Kafalah
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul anhu ashil)
c. Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang (muhil) kepada orang lain yang
d. Prinsip Sharf
Prinsip Sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata uang, baik antar
e. Prinsip Ijarah
Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa, apabila dikaitkan dengan
penggunaan barang maka diistilahkan dengan sewa menyewa sedangkan apabila dikaitkan
2008:22) :
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum
ada.
Musyarakah
Mudharabah
4) Akad Pelengkap
Hiwalah (Alih Utang Piutang)
1) Prinsip Wadiah
amanah.
2) Prinsip Mudharabah
Mudharabah mutlaqah
3) Akad Pelengkap
c. Jasa Perbankan
sharf.
2) Ijarah, kegiatannya penyewaan kotak simpanan (safe
(custodian).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Setelah menganalisis peranan Internal Audit pada PT XYZ dan permasalahan fraud
yang terjadi di perusahaan, penulis ingin memberikan beberapa saran yaitu :
- PT XYZ harus memberikan pengawasan yang lebih kepada Kantor-Kantor Cabang
yang bertanggung jawab dalam hal transaksi keuangan, agar tidak terjadi kecurangan,
dan memberikan disiplin pegawai yang tegas sehingga memberikan efek jera kepada
setiap oknum yang melakukan tindakan fraud tersebut, agar kejadian seperti kasus
fraud yang dibahas tidak terulang lagi
- Pihak Tertanggung atau nasabah harus jeli saat membayarkan premi kepada
perusahaan yang akan menjadi perantara mereka dengan pihak PT XYZ dalam hal
pembayaran premi.
- Harus ada pemisahan tugas pegawai di Kantor Cabang, karena minimnya jumlah
pegawai sehingga terdapat beberapa tugas yang ganda yang seharusnya tidak boleh
dan membuat lemahnya internal control sehingga terjadi fraud.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A, Elder, Rondal J., dan Beasly, Mark S. 2008. Auditing and Assurance Service
and Integrated Approach, 13th Edition, New Jersley : Pearson Education In Upper
Sadle River
Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhoffer dan James H. Scheiner, 2005. Sawyers
Internal Auditing, Fifth Edition, Alih Bahasa: Desi Adhariani, Salemba Empat,
Jakarta.